Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pada jaman dahulu pola manajemen yang diterapkan pada instansi
pelayanan kesehatan selalu berpola pada kepentingan internal instansi, namun
pada masakini bergeser kepada pola yang mengacu kepada kepentingan dan
tuntutan kebutuhan dari para konsumen. Oleh karena itu tidaklah
mengherankan kalau pada saat ini instansi pelayanan kesehatan telah
mengembangkan sistem pelayanan kesehatan yang berbasis kepada
kebutuhan konsumen. Dengan keberpihakan kepada konsumen akan terjadi
persaingan sistem pelayanan kesehatan dalam hal memberikan pelayanan
yang paling baik dan memuaskanbagi konsumen (Suyadi, 2011).
Untuk memberikan pelayanan yang paling baik dan memuaskan bagi
konsumen pastinya ada sistem manajemen yang mengaturjalannya
pekerjaan agar berjalan dengan baik dan sesuai dengan fungsi. Manajemen
dapat dideskripsikan sebagai proses sosial yang mengikutsertakan tanggung
jawab untuk membuat rencana dan regulasi yang efektif. Dengan adanya
proses manajemen diharapkan semua dapat berjalan teratur untuk mencapai
tujuan bersama (Herwati et al., 2021)
Dalam kegiatan pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai
dengan baik. Proses pengaturan bagaimana menggunakan sumber daya
secara efisien dan efektif serta rasional untuk mencapai tujuan disebut
manajemen, sedangkanuntuk mengatur kegiatan-kegiatan pelayanan
kesehatan masyarakat disebut manajemen pelayanan kesehatan masyarakat
(Yannasari, 2021)
B. Pembahasan
Dalam makalah ini membahas masalah tentang lingkup manajemen

1
pelayanan kesehatan dan karakteristik manajemen pelayanan kesehatan.

C. Tujuan
Tujuan dari makalah ini adalah menjelaskan tentang lingkup
manajemen pelayanan kesehatan dan karakteristik manajemen pelayanan
kesehatan.
D. Manfaat
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat, baik secara akademis
maupun praktis. Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah khasanah
pengetahuan, pembaca dapat mengetahui konsep dan manajemen pelayanan
kesehatan. Manfaat praktis, manajemen dapat diterapkan dibidang
kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan memecahkan
masalah kesehatan masyarakat dengan tujuan peningkatan derajat kesehatan
masyarakat yang setinggi-tingginya

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

I. Defenisi
1. Manajemen
Manajemen berasal dari bahasa Inggris “management” dengan kata kerja to
manage yang secara umum berarti mengurusi. Dalam arti khusus manajemen
dipakai bagi pimpinan dan kepemimpinan, yaitu orang-orang yang melakukan
kegiatan memimpin, disebut “manajer” (Oxford, 2005). Selain itu, untuk
mengartikan dan mendefisikan manajemen dari berbagai literartur dapat dilihat
dari tiga pengertian, yaitu (Louis A, 2009):
a. Manajemen sebagai suatu proses
b. Manajemen sebagai suatu kolektivitas manusia
c. Manajemen sebagai ilmu dan manajemen sebagai seni.
Untuk lebih jelasnya ada beberapa definisi dari manajemen, yaitu sebagai
berikut:
a. John D. Millett (1954) membatasi manajemen sebagai management is
the proceess of directing and facilitating the work of people organized in
formal groups to achive a desired goal, yaitu suatu proses pengarahan
dan pemberian fasilitas kerja kepada orang yang diorganisasikan dalam
kelompok formal untuk mencapai tujuan (Millet, 1954).
b. Plunket (2005) membatasi sebagai people who are allocate and oversee
the use of resources, yaitu orang yang mengatur dan mengawasi
penggunaan sumber daya. Plunket (2005) mendefinisikan manajemen
sebagai one or more managers individually and collectively setting and
achieving goals by exercising related functions (planning organizing
staffing leading and controlling) and coordinating various resources
(information materials money and people)”. Artinya, manajemen
merupakan satu atau lebih manajer yg secara individu maupun bersama-

3
sama menyusun dan mencapai tujuan organisasi dengan melakukan
fungsi-fungsi terkait (perencanaan pengorganisasian penyusunan staf
pengarahan dan pengawasan) dan mengkoordinasi berbagai sumber daya
(informasi material uang dan orang) (Punket, 2005).
c. G.R. Terry (1960) menyebutkan bahwa management is distinict process
consisting of planing, organizing, actuating and controlling performed to
determine and accomplish stated objectives by the use of human being
and other resources. Artinya, manajemen adalah suatu proses khusus
yang terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, dan
pengawasan yang dilakukan untuk menentukan serta mencapai sasaran
yang telah ditentukan melalui pemanfaatan sumber daya manusia dan
lainnya (Terry, 1960). 4. Daft (2003) menyebutkan bahwa management
is the attainment of organizational goals in an effective and efficient
manner through planning organizing leading and controlling
organizational resources. Artinya, manajemen merupakan pencapaian
tujuan organisasi dengan cara yang efektif dan efisien lewat perencanaan
pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan sumberdaya organisasi
(Daft, 2009).
d. Siswanto (2007) menyebutkan bahwa manajemen sebagai ilmu (science)
dan sebagai seni. Manajemen merupakan suatu ilmu dan seni, karena
antara keduanya tidak bisa dipisahkan. Manajemen sebagai suatu ilmu
pengetahuan karena telah dipelajari sejak lama dan telah diorganisasikan
menjadi suatu teori. Hal ini dikarenakan didalamnya menjelaskan
tentang gejala-gejala managment, gejalagejala ini lalu diteliti dengan
menggunakan metode ilmiah yang diwujudkan dalam bentuk suatu teori.
Sedangkan, manajemen sebagai suatu seni, memandang bahwa di dalam
mencapai suatu tujuan diperlukan kerja sama dengan orang lain, perlu
diketahui mengenai cara memerintahkan pada orang lain agar mau
bekerja sama (Siswanto, 2007).

4
Maka, berdasarkan pendapat-pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni mengatur proses pemanfaatan sumber daya
manusia dan sumber-sumber lainnya secara efektif dan efisien untuk
mencapai suatu tujuan tertentu (Hasibuan, 2005).
2. Pelayanan Kesehatan
Sejalan dengan reformasi dibidang kesehatan melalui paradigma sehat,
pelayanan kesehatan pada saat ini lebih difokuskan pada upaya promosi kesehatan
(promotif) dan pencegahan (preventif) dengan tidak mengabaikan upaya kuratif-
rehabilitatif. Selain itu, pelayanan kesehatan bukan hanya kepada individu (pasien),
tetapi juga keluarga dan masyarakat, sehingga pelayanan kesehatan yang
dilakukan merupakan pelayanan kesehatan yang paripurna (komprehensif dan
holistik) (Rendra, 2003).
Menurut Notoadmodjo (2005), upaya kesehatan adalah setiap kegiatan untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan yang dilakukan oleh pemerintah atau
masyarakat. Sejalan dengan hal tersebut, berdasarkan UU RI No. 36 Tahun 2009
(Kemenkes RI, 2009) pasal 1 ayat 11 pengertian upaya atau pelayanan kesehatan
adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu,
terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat
kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau
masyarakat.
Menurut Azrul Azhar (1996), pengertian pelayanan kesehatan, adalah setiap
bentuk pelayanan atau program kesehatan yang ditujukan pada perseorangan atau
masyarakat dan dilaksanakan secara perseorangan atau secara bersama- sama dalam
suatu organisasi, dengan tujuan untuk memelihara ataupun meningkatkan derajat
kesehatan yang dipunyai. Sedangkan menurut Munif Arifin, pelayanan kesehatan,
merupakan suatu aktivitas atau serangkaian aktivitas yang bersifat tidak kasat
mata (tidak dapat diraba) yang terjadi sebagai akibat adanya interaksi antara
kosumen dengan karyawan atau hal-hal lain yang disediakan oleh perusahaan
pemberi pelayanan yang dimaksud (Arifin, 2021). Konsumen dalam hal ini
adalah

5
masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan, sedangkan karyawan adalah
setiap orang yang bekerja di instansi pelayanan kesehatan baik petugas kesehatan
maupunyang nonpetugas kesehatan.
3. Manajemen pelayanan Kesehatan
Manajemen kesehatan adalah penerapan manajemen umum dalam sistem
pelayanan kesehatan masyarakat, sehingga yang menjadi objek atau sasaran
manajemen adalah sistem yang berlangsung (Notoatmodjo (2007).
Manajemen pelayanan kesehatan berarti penerapan prinsip-prinsip
manajemen dalam pelayan kesehatan untuk sistem dan pelaksanaan pelayanan
kesehatan dapat berjalan dengan baik, sesuai dengan prosedur, teratur,
menempatkan orang-orang yang terbaik pada bidang-bidang pekerjaannya,
efisien, dan yang lebih penting lagi adalah dapat menyenangkan konsumsi atau
membuat konsumen puas terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan.
Marilah kita perhatikan ungkapan berikut ini:
“Health services include all services dealing with the diagnosis and
treatment of disease, or the promotion, maintenance and restoration of
health. They include personal and non-personal health services. “
“Health services are the most visible functions of any health system, both to
users and the general public. Service provision refers to the way inputs such
as money, staff, equipment and drugs are combined to allow the delivery of
health interventions. Improving access, coverage and quality of services
depends on these key resources being available; on the ways services are
organized and managed, and on incentives influencing providers and users. “
Pelayanan kesehatan mencakup semua pelayanan yang bertumpu pada
diagnosis suatu penyakit dan perlakuan yang harus diberikan, atau sistem
promosi, perawatan dan restorasi kesehatan. Hal ini mencakup pelayanan
kesehatan yang bersifat personal dan non personal. Pelayanan kesehatan
merupakan fungsi yang paling mudah nampak dari semua sistem kesehatan, baik
kepada pengguna maupun terhadap masyarakat umum. Penyediaan layanan

6
menunjukkan semua input yang dapat mendukung pelayanan kesehatan seperti
berbagai input dana, staf, peralatan dan obat-obatan. Peningkatan akses,
kemampuan dan kualitas pelayanan tergantung pada ketersediaan semua
pendukung tersebut, mutu dari terorganisasinya suatu sistem dan manajemen yang
berlaku, dan juga besarnya insentif yang diberikan kepada para pelaku teknis.
Hal ini tentunya pada ujungnya akan mempengaruhi besarnya dana yang
harus dibayarkan oleh konsumen Berkaitan dengan hal tersebut, untuk
membangun suatu sistem manajemen strategi dalam meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan sehingga pelayanan yang diberikan dapat berjalan dengan
sangat efisien dan memiliki mutu yang dapat diandalkan. Beberapa ahli
menyatakan bahwa konsep pengembangan manajemen strategis diambil dari
pengalaman pengembangan lembaga yang bersifat for profit. Keadaan ini
sebenarnya menunjukkan kekurangan lembaga non profit dalam menjalankan
usahanya, dan nampaknya sistem yang berjalan sering berjalan tidak efisien dan
kurang memuaskan konsumen. Hal ini dapat membahayakan kelangssungan /
keberlanjutan eksistensi lembaga non profit, khususnya yang harus bersaing
dengan pelayanan serupa tetapi memiliki orientasi usaha for profit. Suatu
gambaran menarik telah terjadi di Amerika Serikat. Dalam kurun waktu sekitar 25
tahun (antara tahun 1970an sampai tahun 1995) terjadi pergeseran paradigma
sistem manajemen rumah sakit, dimana 330 rumah sakit dari sekitar 4.991 rumah
sakit berubah dari rumah sakit non profit manjadi rumah sakit profit (Trisnantoro,
2005).
Sehingga dapat di simpulkan bahwa Manajemen pelayanan kesehatan adalah
suatu kegiatan atau suatu seni untuk mengatur para petugas kesehatan dan
nonpetugas kesehatan guna meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program
kesehatan. Dengan kata lain manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan
manajemen umum dalam sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang
menjadi objek dan sasaran manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan
masyarakat. Manajemen yang diterapkan di jajaran Departemen Kesehatan, lebih

7
mengacu kepada konsep yang disampaikan G. Terry, yaitu melalui fungsi-fungsi ;
perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), penggerakan atau
pelaksanaan (actuating), pengawasan dan pengendalian (controlling)
(Notoadmojo, 2005).

II. Jenis dan Bentuk Pelayanan Kesehatan


Definisi dari pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan
sendiri ataupun secara bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara
serta meningkatkan kesehatan, mencegah serta menyembuhkan penyakit, serta
memulihkan kesehatan perseorangan, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
(Mubarak dan Chayatin, 2009:132).
Sedangkan definisi dari pelayanan kesehatan menurut undang-undang nomer
36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun
sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Pemerintah dalam menyediakan pelayanan kesehatan dapat berupa
pelayanan kesehatan secara masal atau umum yang biasanya berbentuk program-
program kesehatan dan pelayanan secara individu.
Dalam memberikan pelayanan jasa di bidang kesehatan, maka setiap
kebijakan pemerintah harus disertai dengan sasaran kebijakan. Agar kebijakan
pelayanan kesehatan yang dibuat itu tepat pada sasaran maka dibuatlah kategori
penerima layanan kesehatan. pada dasarnya ada dua kategori dalam pelayanan
kesehatan yang berdasarkan pada sasaran dan orientasinya, yaitu :
1. Kategori yang berorientasi pada publik atau masyarakat atau public
health service : Pelayanan kesehatan yang termasuk dalam kategori
publik terdiri dari sanitasi lingkungan (air bersih, sarana pembuangan
limbah baik limbah padat maupun limbah cair, imunisasi, dan
perlindungan kualitas udara ). Pelayanan kesehatan yang berorientasikan
masyarakat lebih difokuskan langsung pada individuindividu di
masyarakat. Orientasi ini merupakan usaha dari pencegahan, serta
peningkatan kesehatan masyarakat.

8
2. Kategori yang berorientasi pada perorangan atau pribadi atau medical
service : Pelayanan kesehatan perorangan atau pribadi merupakan
pelayanan kesehatan yang berfokus untuk melayani kesehatan individu
yang pada umumnya memiliki masalah kesehatan atau penyakit yang
membutuhkan pelayanan kesehatan yang intensif. Dalam pelayanan
kesehatan perorangan atau pribadi ini lebih berorientasi pada
penyembuhan dan pengobatan serta pemulihan yang ditujuhkan langsung
kepada individu yang membutuhkan pelayanan kesehatan pribadi ini.
(Notoatmodjo:2 010: 109).
Sementara bentuk pelayanan kesehatan ada tiga yaitu pelayanan kesehatan
primer, sekunder, dan tersier (Arifin, 2021).
1. Pelayanan Kesehatan Primer atau Tingkat Pertama
Pelayanan kesehatan primer (primary health care) bersifat paling
dasar yang dilakukan bersama masyarakat dan tenaga kesehatan atau
paramedis seperti dokter, perawat dan bidan dll. Sifat pelayanan kesehatan
primer adalah berobat jalan (Ambulatory Services) pada pasien yang sakit
ringan atau masyarakat sehat untuk meningkatkan kesehatannya.
Fasilitas kesehatan untuk mendukung pelayanan kesehatan primer ini
seperti Puskesmas atau klinik.
2. Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tingkat Kedua
Pelayanan kesehatan sekunder (secondary health care) bersifat
spesialis atausubspesialis yang dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter
subspesialis terbatas. Pelayanan kesehatan sekunder atau tingkat kedua ini
ditujukan kepada masyarakat atau kelompok yang membutuhkan pelayanan
jalan atau pelayanan rawat inap. Ada pun kriteria sasaran pelayanan kesehatan
sekunder ini adalah pasien yang tidak lagi dapat ditangani oleh pelayanan
kesehatan primer. Fasilitas kesehatan yang dapat memberikan pelayanan
kesehatan sekunder ini seperti rumah sakit tipe C, rumah sakit tipe D seperti
RSUD atau rumah sakit swasta.

9
3. Pelayanan Kesehatan Tersier atau Tingkat Ketiga
Pelayanan kesehatan tersier (tertiary health care) mengutamakan
pelayanan subspesialis dan subspesialis luas yang dilakukan oleh dokter
subspesialis dan dokter subspesialis luas. Pelayanan kesehatan tingkat tiga ini
ditujukan kepada masyarakat yang membutuhkan pelayanan jalan maupun
pelayanan rawat inap (rehabilitasi) pada kelompok atau masyarakat. Adapun
kategori pasien yang membutuhkan pelayanan kesehatan tersier ini adalah
mereka yang tidak dapatditangani pada pelayanan kesehatan sekunder.
Fasiltias kesehatan yang dapat memberikan pelayanan kesehatan tersier atau
tingkat ketiga ini adalah rumah sakit tipe A, rumah sakit tipe B seperti
RSUD, RSUP ataupun rumah sakit swasta.
III. Pendekatan Praktis mempelajari management Kesehatan
Dalam mempelajari manajemen kesehatan, kita dapat menggunakan lima
pendekatan guna mengkaji fungsi dan unsur manajemen, antara lain (Maulana,
2004):
1. Management by objective oleh Peter Drucker (Manajemen dilaksanakan
untuk mencapai tujuan organisasi).
Management by objective dapat juga disebut sebagai manajemen
berdasarkan sasaran, manajemen berdasarkan hasil (management by
result), goals management, work planning and review dan lain sebagainya
yang pada intinya sama. Management by objective menekankan pada
pentingnya peranan tujuan dalam perencanaan yang efektif, dengan
menetapkan prosedur pencapaian baik yang formal maupun informal,
pertama dengan menetapkan tujuan yang akan dicapai dilanjutkan dengan
kegiatan yang akan dilaksanakan sampai selesai baru diadakan peninjauan
kembali atas pekerjaan yang telah dilakukan (Maulana, 2004).
Manajemen berdasarkan sasaran adalah aktifitas memadukan
sumber-sumber organisasi menjadi satu kesatuan. Manajemen adalah
suatu proses perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan, dan

10
pengendalian upaya dari anggota organisasi serta penggunaan semua
sumber daya yang ada pada organisasi untuk mencapai tujuan organisasi
yang telah ditetapkan sebelumnya. Sasaran harusnya mempunyai
persyaratan dengan menggambarkan 5 karakter yaitu dengan singkatan
SMART yaitu (Maulana, 2004):
a. Spesific, yaitu dimana sasaran harus jelas.
b. Measurable, yaitu sasaran itu harus biasa diukur.
c. Attainable, yaitu sasaran harus realistic dan bisa dijalankan oleh
organisasi.
d. Relevant, yaitu sarana harus menyambung dan mendukun visi dan
misi besar organisasi.
e. Time-Bound, yaitu sasaran harus punya batasan waktu.
Kegiatan MBO singkatan dari management by objective yaitu
proses partisipasi yang melibatkan bawahan dan para manajer dalam
setiap tingkatan organisasi yang dirumuskan dengan bentuk misi atau
sasaran, yang dapat diukur dimana penggunaan ukuran ini sebagai
pedoman bagi pengoperasian satuan kerja. Untuk melaksanakan kegiatan
manajemen berdasarkan sasaran terdapat langkah kegiatan yaitu
(Maulana, 2004):
a. Meninjau sasaran organisasi.
b. Merumuskan sasaran kerja individu.
c. Memantau perkembangan.
d. Evaluasi kinerja karyawan.
Penerapan manajemen by objective pada organisasi puskesmas.
Salah satu tugas pokok kepala puskesmas adalah mengatur pekerjaan staf
yang diperbantukan kepadanya. Kepala puskesmas harus mengerti visi
dan misi puskesmas yang dipimpinnya dan mampu mengajak staf
puskesmas menerjemahkan visi dan misi organisasi dalam rencana
strategis puskesmas dan rencana operasional masing-masing program.
Seorang pimpinan puskesmas harus menjabarkan secara operasional visi

11
dan misi puskesmas kedalam kegiatan yang akan dilaksanakan oleh staf
puskesmas untuk mencapai tujuan pelayanan puskesmas. Disinilah
pentingnya keterampilan seorang pimpinan merumuskan strategi dan
kebijakan pengembangan program sesuai dengan masalah kesehatan
masyarakat yang potensial berkembang di wilayah kerjanya. Staf
puskesmas harus paham dan terampil merumuskan masalah program
yang dihadapi oleh unit kerjanya dan masalah kesehatan masyarakat
yang berkembang sesuai dengan bidang dan wilayah binaannya.
2. Management is how to work with others (manajemen adalah kerja
sama untuk mencapai tujuan bersama).
Dengan pendekatan ini, fungsi manajemen akan dapat dipelajari
dari proses kerja sama yang berkembang antara pimpinan dengan
stafnya dalam mencapai tujuan organisasi. Sumber daya lain yang penting
adalah dana dan material. Manajemen harus mampu mengelola sumber
daya tersebut untuk mencapai tujuan organisasi. Aplikasi pendekatan ini
dibidang kesehatan misalnya : Seorang bidan puskesmas akan mampu
memberikan pertolongan persalinan untuk ibu-ibu hamil di wilayah
kerjanya jika ibu hamil memilih fasilitas kesehatannya dan dia memiliki
staf pembantu bidan yang akan menjaga ibu–ibu selama perawatan masa
nifas. Bidan dan staf pembantu bidan adalah SDM penting dalam
melaksankan program KIA. Pengembangan tugas Bidan Puskesmas
mempunyai arti penting dalam manajemen puskesmas.
3. Manajemen ditinjau dari aspek perilaku manusia.
Manusia sebagai sumber daya utama manajemen selalu akan
responsive pada saat berinteraksi dengan orang lain. Manajemen dapat
dipelajari melalui perilaku organisasi tersebut. Perilaku organisasi
ditentukan oleh upaya kepemimpinan yang mampu membangkitkan
motivasi staf. Perilaku organisasi kesehatan memiliki ciri khas sendiri
yang berbeda dengan organisasi lain (Darma, 2009).

12
4. Manajemen sebagai suatu proses.
Manajemen sebagai proses dapat dipelajari melalui fungsi–fungsi
manajemen. Fungsi manajemen meliputi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan dan penilaian. Dalam manajemen kesehatan,
seorang kepala puskesmas harus mampu melaksanakan fungsi –fungsi
manajemen dalam melaksanakan program-program kesehatan masyarakat
di puskesmas (Darma, 2009).
5. Manajemen sebagai ilmu terapan.
Kepala puskesmas harus memiliki wawasan yang cukup luas dan
terus mengembangkan diri dengan mempelajari berbagai ilmu yang terkait
dengan tugas-tugasnya. Seorang SKM yang menjadi pimpinan organisasi
kesehatan harus mampu menghitung persediaan dana, memahami
kebijakan anggaran pemerintah dan menghitung pengeluaran biaya
kesehatan untuk memelihara kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya
(Darma, 2009).
IV. Ruang Lingkup Manajemen Kesehatan
Ruang Lingkup Manajemen terdiri dari sebagai berikut (Purhadi, 2003):
1. Lingkungan Luar (Eksternal) terdiri dari:
b. Lingkungan Umum, meliputi ekonomi, politik, hukum, sosio kultural
(budaya), teknologi, dimensi internasional (seperti globalisasi dan
paham ekonomi), dan kondisi lingkungan alam.
c. Lingkungan Khusus (Tugas), meliputi pemilik (stockholder),
customer, klien, pemasok (suplier), pesaing, suplai tenaga kerja,
badan pemerintah, lembaga keuangan, media, dan serikat pekerja.
2. Lingkungan dalam (internal) terdiri dari :
a. Manajemen personalia (mengurusi SDM)
Manajemen personalia atau sumber daya manusia adalah bagian dari
ilmu manajemen yang memfokuskan perhatiannya pada pengaturan
peranan sumber daya manusia dalam kegiatan organisasi yang dikarenakan

13
untuk mencapai tujuannya organisasi memerlukan sumber daya manusia
sebagai pengelola sistemnya (Badriyah,2017).
b. Manajemen keuangan
Manajemen keuangan dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas yang
berhubungan dengan bagaimana mengelola keuangan dengan tujuan
menyediakan informasi akuntansi dan keuangan yang membantu
manajemen puncak dalam mencapai tujuan organisasi.
Menurut Nowicki (Nowicki,2018) ada enam tujuan utama
manajemen keuangan dalam layanan Kesehatan yaitu:
1. Generate Income
Tujuan manajemen keuangan layanan kesehatan adalah untuk
memberikan informasi akuntansi dan keuangan yang membantu
mencapai tujuan organisasi. Organisasi di industri lain mungkin
merujuk pada tujuan ini sebagai memaksimalkan kekayaan pemilik,
namun organisasi layanan kesehatan biasanya menyebutnya sebagai
mempertahankan layanan masyarakat.
2. Respons to regulations
Pemerintah mengatur layanan kesehatan pada tingkat yang
signifikan karena organisasi ini berada pada posisi yang terkait
dengan keselamatan pasien; peraturan melindungi individu yang
tidak dapat melindungi diri mereka sendiri. Tujuan kedua dari
manajemen keuangan perawatan kesehatan adalah untuk
menanggapi segudang peraturan secara tepat waktu dan hemat
biaya.
3. Facilitate relationships with third-party payers
Tujuan ketiga dari manajemen keuangan layanan kesehatan
adalah untuk memfasilitasi hubungan organisasi dengan setiap
pembayar pihak ketiga, seperti perusahaan asuransi, yang akan
membayar semua atau sebagian dari tagihan. Manajemen keuangan

14
harus responsif terhadap pembayar pihak ketiga dan dalam banyak
hal harus memperlakukan pembayar pihak ketiga ini sebagai
pelanggan (karena pihak ketiga membayar tagihan).
4. Influence the method and amount of payment
Tujuan keempat dari manajemen keuangan layanan kesehatan
adalah untuk mempengaruhi metode dan jumlah pembayaran yang
dipilih oleh pembayar pihak ketiga.
5. Monitor physicians
Tujuan kelima dari manajemen keuangan perawatan
kesehatan adalah untuk memantau dokter dan potensi
pertanggungjawaban keuangan mereka kepada organisasi. Dokter
mempengaruhi banyak pengeluaran perawatan kesehatan yang
tidak secara langsung dikaitkan dengan mereka. Manajemen
keuangan harus memastikan bahwa pola pemesanan dokter
konsisten dengan apa yang dibutuhkan pasien. Selain itu juga
harus memastikan melalui proses kredensial dan proses
manajemen risiko bahwa dokter telah menggunakan lebih banyak
layanan kesehatan untuk meminimalkan paparannya terhadap
tanggung jawab hukum atas kemungkinan tindakan yang lalai.
6. Protect tax status
Tujuan utama keenam dari manajemen keuangan layanan
kesehatan adalah untuk melindungi status pajak organisasi.
Organisasi layanan kesehatan for-profit mencari cara untuk
mengurangi kewajiban pajak mereka, dan organisasi layanan
kesehatan non-profit berusaha melindungi status bebas pajak
mereka. Melindungi status bebas pajak menjadi lebih sulit karena
setiap pemerintahan biasanya mencari sumber pendapatan baru.
c. Manajemen logistik (mengurusi logistik-obat dan peralatan)
Istilah manajemen logistik rumah sakit didefinisikan oleh

15
Aditama (2003) yaitu ilmu dan proses perencanaan dan
pengambilan keputusan pengadaan, penyimpanan, distribusi,
kebutuhan pemeliharaan, dan penghapusan bahan dan alat.
Pemahaman Bowersox (2004) tentang manajemen logistik
adalah manajemen strategis transportasi dan penyimpanan barang,
suku cadang dan produk jadi dari pemasok di bawah fasilitas
pabrik dan untuk para pelanggan.
Sejalan dengan pengertian manajemen logistik menurut
Aditama (2003) maka tujuan manajemen logistik mempunyai tiga
tujuan, yaitu :
1. Tujuan operasional, agar tersedianya barang serta bahan
dalam jumlah yang tepat dan mutu yang memadai.
2. Tujuan keuangan meliputi pengertian bahawa upaya
tujuan operasional dapat terlaksana dengan biaya yang
serendah-rendahnya.
3. Tujuan pengamanan bermaksud agar persediaan tidak
terganggu oleh kerusakan, pemborosan, penggunaan
tanpa hak, pencurian, dan penyusutan yang tidakwajar
lainnya.
d. Manajemen pelayanan kesehatan dan sistem informasi manaj
emen (mengurusi pelayanan kesehatan).
Menurut Hartono (2002) Sistem Informasi Kesehatan atau
yang disebut juga dengan Sistem Informasi Manajemen Kesehatan
adalah suatu sistem yang menyediakan dukungan informasi bagi
proses pengambilan keputusan di setiap jenjang administrasi
kesehatan, baik di tingkat unit pelaksanaan upaya kesehatan, di
tingkat kabupaten/kota, di tingkat propinsi, maupun di tingkat
pusat. Sistem Informasi kesehatan pada pelaksanaanya meliputi
tiga rangkaian kegiatan pokok, yaitu pengumpulan dan pengolahan

16
informasi, analisa, penyajian dan ppelaporan informasi kesehatan,
dan pemanfaatan/penggunaan informasi kesehatan.
V. Unsur-Unsur Manajemen Pelayanan Kesehatan
George R. Terry, unsur-unsur manajemen yang disebut yaitu, “ the six M in
management” yakni :

1. Manusia (Man)
Sumber daya manusia merupakan salah satu faktor yang sangat
menentukan terlaksananya manajemen dalam pembangunan organisasi
kesehatan. Tanpa manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya
manusia adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yangbekerja sama untuk mencapai tujuan.
2. Uang (Money)

Uang atau anggaran sangat diperlukan sebagai biaya yang harus


dimiliki organisasi untuk melakukan pelayanan kesehatan, mulai
dari perizinan, pembangunan gedung, peralatan, pembayaran
tenaga kerja dan lain sebagainya.
3. Bahan baku (Materials)

Material adalah obat-obatan yang digunakan organisasi kesehatan


untuk melakukan kegiatan pelayanan kesehatan secara efisien.
4. Mesin (Machine)

Mesin adalah peralatan yang digunakan dalam pelayanan kesehatan


seperti peralatan untuk perawatan gigi, peralatan untuk persalinan,
peralatan radiologidan sebagainya.
5. Metode (Methods)

Metode adalah cara yang ditempuh untuk melaksanakan sesuatu yang


telah dirancang dengan baik sehingga tujuan akan dapat dicapai dengan
tepat sesuaidengan perencanaan semula. Metode yang digunakan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan dengan berpedoman pada
SOP

17
(Standar Operational Procedure)
6. Pasar (Market)

Unsur pasar dalam pelayanan kesehatan adalah perencanaan,


pengorganisasian, pengendalian, penerapan program, kebijakan,
strategi, dan teknik pemasaran untuk menciptakan permintaan akan
penawaran produk ataujasa pelayanan kesehatan.

VI. Prinsip-Prinsip Manajemen Kesehatan


Dalam Perpres RI No.72 tentang Sistem Kesehatan Nasional (2012),
dikatakan bahwa manajemen kesehatan adalah tatanan yang menghimpun
berbagai upaya administrasi kesehatan yang ditopang oleh pengelolaan data dan
informasi, pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dan teknologi,
serta pengaturan hukum kesehatan secara terpadu dan saling mendukung
guna menjamin tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
Perencanaan diperlukan karena pembangunan lebih besar dari pada sumber daya
yang tersedia. Melalui perencanaan ingin dirumuskan kegiatan pembangunan
yang secara efesien dan efektif dapat memberi hasil yang optimal dalam
memanfaatkan sumber daya yang tersedia dan mengembangkan potensi yang ada.
Proyek-proyek pembangunan harus memuat dengan jelas tujuannya (objective),
sasaran yang akan dicapai (target), cara mengukur keberhasilannya (performance
evaluation), jangka waktu pelaksanaannya, tempat pelaksanaan, cara
melaksanakan, kebijaksanaan untuk menjamin proyek itu dapat dilaksanakan,
biaya serta tenaga yang diperlukan dan badan yang akan melaksanakannya.
VII. Fungsi manajemen
Sebagai suatu proses, manajemen dapat dilihat dari fungsi-fungsi manajemen

yang dilakukan oleh seorang manajer. Banyak ahli manajemen yang


menyampaikan tentang fungsi manajemen ini, namun pada dasarnya tidak ada
perbedaan, bahkan pendapat satu dengan lainnya saling melengkapi. Para ahli
manajemen, antara lain ; George Terry, L. Gullick, H. Fayol dan Koonzt

18
O’Donnel mengemukakan tentang fungsi manajemen sebagai berikut (Rendra, 2003)

Namun terdapat 4 fungsi manajemen yang penting, yaitu Planning,


Organizing, Actuating, dan Controling (Rusmitasari, 2020) :
1. P lanning ( perencanaan) adalah sebuah proses yang
dimulai dengan merumuskan tujuan organisasi sampai dengan
menetapkan alternative kegiatan untuk pencapaiannya.
2. Organizing (pengorganisasian) adalah rangkaian kegiatan menajemen
untuk menghimpun semua sumber daya (potensi) yang dimiliki oleh
organisasi dan memanfaatkannya secara efisien untuk mencapai tujuan
organisasi.
3. Actuating (directing, commanding, motivating, staffing, coordinating)
atau fungsi penggerakan pelaksanaan adalah proses bimbingan kepada
staff agar mereka mampu bekerja secara optimal menjalankan tugas-
tugas pokoknya sesuai dengan ketrampilan yang telah dimiliki, dan
dukungan sumber daya yang tersedia.
4. Controlling (monitoring) atau pengawasan dan pengendalian (wasdal)
adalah proses untuk mengamati secara terus menerus pelaksanaan
kegiatan sesuai dengan rencana kerja yang sudah disusun dan
mengadakan koreksi jika terjadi penyimpangan.
VIII. Jenis-Jenis Manajemen Kesehatan
Manajemen adalah upaya pengelolaan suatu sistem atau entitas dan sumber
dayanya dalam rangka mencapai suatu tujuan tertentu. Inti dari upaya ini adalah
pengambilan keputusan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa manajemen
pada hakikatnya adalah rangkaian dari proses pengambilan keputusan-keputusan.

19
Dalam bidang kesehatan dikenal adanya paling sedikit dua jenis manajemen,
yaitu:
1. Manajemen Pasien/Klien, yaitu rangkaian proses pengambilan
keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah kesehatan (penyakit
dan lain-lain) yang diderita oleh seseorang, sekelompok orang, atau
masyarakat. Tujuannya adalah agar pasien/klien tersebut dapat
terhindar atau terbebas dari masalah kesehatan, dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada. Dalam hal ini manajer atau pengambil
keputusannya adalah setiap petugas kesehatan yang melayani pasien/
klien (disebut petugas fungsional–dokter, perawat, bidan, sanitarian,
dan lain-lain), baik yang bertugas di puskesmas dan jaringannya
maupun yang bertugas di rumah sakit dan sarana-sarana kesehatan
lain.
2. Manajemen Unit/Organisasi Kesehatan, yaitu rangkaian proses
pengambilan keputusan-keputusan dalam menghadapi masalah yang
menghambat atau potensial menghambat kinerja unit/organisasi
kesehatan. Misalnya masalah tingginya absensi karyawan, masalah
kurangnya dana/anggaran, masalah tidak terawatnya peralatan,
masalah tingginya kebocoran pendapatan, dan lain-lain. Tujuannya
adalah agar unit/organisasi terhindar atau terbebas dari masalah,
dengan memanfaatkan sumber daya yang ada. Dalam hal ini manajer
atau pengambil keputusannya adalah para pimpinan unit/organisasi
kesehatan-Menteri Kesehatan dan pejabat terasnya, Kepala Dinas
Kesehatan dan staf intinya, Direksi Rumah Sakit, Kepala Puskesmas,
dan lain-lain (Yannasari, 2021).
IX. Penerapan Manajemen Kesehatan Di Indonesia
Manajemen adalah ilmu terapan yang dapat dimanfaatkan dalam
berbagai jenis organisasi untuk membantu manajer dalam memecahkan
masalah organisasi. Atas dasar pemikiran tersebut, manajemen dapat

20
diterapkan di bidang kesehatan untuk membantu manajer organisasi kesehatan
memecahkan masalah kesehatan masyarakat. Tujuan umum sistem kesehatan
adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, atau mencapai suatu
keadaan sehat bagi individu atau kelompok masyarakat. Administrasi
kesehatan tidak dapat disamakan dengan administrasi niaga yang lebih banyak
berorientasi pada upaya untuk mencari keuntungan finansial. Administrasi
kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam administrasi umum oleh karena
organisasi kesehatan lebih mementingkan pencapaian kesejahteraan
masyarakat umum.
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap–tiap organisasi
kesehatan di Indonesia seperti kantor Depkes, Dinas kesehatan di daerah,
rumah sakit, dan puskesmas dan jajarannnya. Untuk memahami penerapan
manajemen pelayanan kesehatan di rumah sakit, dinas kesehatan dan di
puskesmas memerlukan kajian proses penyusunan rencana tahunan
Departemen kesehatan. Khusus untuk tingkat puskesmas penerapan
manajemen dapat melalui perencanaan yang disusun setiap lima tahun. Ruang
lingkup manajemen pelayanan kesehatan meliputi manajemen kegiatan dan
sumber daya yang dikelolanya diantaranya manajemen personalia, manajemen
keuangan, manajemen logistik, manajemen pelayanan kesehatan dan sistem
informasi manajemen. Untuk masing–masing bidang tersebut dikembangkan
manajemen spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokoknya.
Penerapan manajemen pada unit pelaksana teknis seperti puskesmas dan rumah
sakit merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang
dimiliki masing–masing unit pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan
organisasi secara efektif, efesien dan rasional.
X. Penerapan Manajemen Dalam Pelayanan Kesehatan
Manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat berjalan sendiri, namun
harus berjalan dan didukung oleh berbagai komponen yang lain
(interrelationships). Secara garis besar sifat interrelationships ini dapat

21
dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu organ manajemen dan fungsi
manajemen.
1. Organ manajemen pelayanan kesehatan di antaranya terdiri dari
para pimpinan (manajer), manajer lini bawah, sarana manajemen
(dana, material, permesinan dan peralatan laboratorium, tenaga
paramedis, tenaga administrasi, tenaga pendukung dan tenaga
riset dan pengembangan, pemerintah dan tenaga pendukung yang
lain.
2. Fungsi manajemen pelayanan kesehatan tidak melepaskan
fungsi- fungsi manajemen secara umum yang meliputi
perencanaan, pengorganisasian, penempatan dan pembinaan staf
yang sesuai, sistem penganggaran, sistem pelaksanaan,
pengendalian, monitoring dan evaluasi (Suyadi, 2011).
Manajemen dapat diterapkan dibidang kesehatan untuk membantu
manajer organisasi kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat
dengan tujuan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Sesuai dengan tujuan tersebut, manajemen kesehatan tidak dapat
disamakan dengan manajemen niaga yang lebih banyak berorientasi pada
upaya untuk mencari keuntungan finansial (profit oriented). Manajemen
kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam administrasi umum/publik
(public administration), oleh karena organisasi kesehatan lebih
mementingkan pencapaian kesejahteraan masyarakat umum. Penerapan
manajemen pada unit pelaksana teknis organisasi kesehatan (Rumah sakit,
Puskesmas) merupakan upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber
daya yang dimiliki masing- masing unit pelayanan kesehatan untuk mencapai
tujuan organisasi secara efektif, efesiendan rasional (Yannasari, 2021).
Menurut Syafrudin (2015), agar pelayanan kesehatan dapat mencapai
tujuan yang diinginkan, maka syarat pokok pelayanan kesehatan yang baik
yaitu :

22
1. Tersedia dan berkesinambungan
Syarat pokok pertama yaitu harus tersedia di masyarakat
(available) dan besifat berkesinambungan (continuous). Artinya
semua jenis pelayanan kesehatan yang dibutuhkan oleh masyarakat
tidak sulit ditemukan, sehingga pada saat dibutuhkan mereka dengan
mudah.
2. Dapat diterima dan wajar
Syarat pokok kedua yaitu dapat diterima dan wajar. Artinya
pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan
dan kepercayaan adat istiadat, kebudayaan, kepercayaan masyarakat,
serta bersifat wajar.
3. Mudah dicapai
Syarat pokok ketiga yaitu yang mudah dicapai (accessible) oleh
masyarakat. Ketercapaian yang dimaksudkan di sini terutama dari
sudut lokasi, dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan
kesehatan yang baik, maka pengaturan distribusi sarana kesehatan
menjadi sangat penting. Pelayanan kesehatan yang terlalu
terkontaminasi sering di daerah perkotaan saja dan sementara itu
tidak ditemukan di daerah pedesaan, ini bukanlah pelayanan
kesehatan yang baik.
4. Mudah dijangkau
Syarat pokok keempat yaitu mudah dijangkau (affordable) oleh
masyarakat. Keterjangkauan disini terutama dari sudut biaya, untuk
dapat mewujudkan keadaan yang seperti ini harus dapat diupayakan
biaya pelayanan kesehatantersebut sesuai dengan kemampuan
ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal mungkin hanya
dinikmati oleh sebagian kecil masyarakat saja.
5. Bermutu
Syarat pokok kelima yaitu bermutu (quality). Mutu yang
dimaksudkan di sini adalah menunjuk pada tingkat kesempurnaan

23
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan, yang disatu pihak dapat
memuaskan para pemakai jasa pelayanan dan dipihak lain tata cara
penyelenggaraannya sesuai dengan kode etik serta standar yang
telah ditetapkan
XI. Kebutuhan Pada Manajemen Kesehatan Yang Bermutu
Perbaikan mutu pelayanan diutamakan pada peningkatan
profesionalisme tenaga kesehatan disamping kinerja dan keadaan fisik institusi.
Berbagai teknologi yang digunakan perlu dipilih sehingga memberi manfaat
yang optimal sesuai dengan pola pemerintahan masyarakat akan pelayanan
kesehatan, situasi setempat, dan daya dukung daerah. Berkaitan hal itu,
pengobatan tradisional dan penggunaan obat tradisonal harus dikembangkan.
Dalam upaya pemerataan pelayanan, penekanan diberikan pada pemenuhan
tenaga kesehatan yang paling dibutuhkan masyarakat disamping penyediaan
berbagai sasaran kesehatan lain yang diperlukan. Secara khusus, pemenuhan
tenaga dan sarana kesehatan ini diarahkan untuk meningkatkan potensi desa
tertinggal. Selain itu, peningkatan mutu pelayanan yang didukung kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran juga diarahkan
secara bertahap untuk menjadikan pelayanan medis di Indonesia sebagai salah
satu pusat rujukan global, baik dalam hal pengobatan modern maupun
pengobatan (Yannasari, 2021).
XII. Karakteristik Manajemen Pelayanan Kesehatan

Manajemen dapat diterapkan di bidang kesehatan untuk membantu


manajer organisasi kesehatan memecahkan masalah kesehatan masyarakat
dengan tujuan peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Sesuai dengan tujuan tersebut, manajemen kesehatan tidak dapat
disamakan dengan manajemen niaga yang lebih banyak berorientasi pada
upaya untuk mencari keuntungan finansial (profit oriented). Manajemen
kesehatan lebih tepat digolongkan ke dalam administrasi umum/publik (public
administration), oleh karena organisasi kesehatan lebih mementingkan
pencapaian kesejahteraan masyarakat umum. Penerapan manajemen pada unit
pelaksana teknis organisasi kesehatan (Rumah sakit, Puskesmas) merupakan
24
upaya untuk memanfaatkan dan mengatur sumber daya yang dimiliki masing-
masing unit pelayanan kesehatan untuk mencapai tujuan organisasi secara
efektif, efesien dan rasional (Yannasari, 2021).
Secara umum karakteristik dasar manajemen adalah:
1. Manajemen adalah proses yang berorientasi pada tujuan
Suatu organisasi memiliki serangkaian tujuan dasar yang
merupakan alasan dasar keberadaannya. Manajemen menyatukan upaya
individu yang berbeda dalam organisasi untuk mencapai tujuan ini.
2. Manajemen bersifat luas
Kegiatan yang terlibat dalam mengelola suatu perusahaan adalah
hal yang umum bagi semua organisasi baik ekonomi, sosial atau
politik.
Manajemen bersifat multidimensi: Manajemen adalah aktivitas kompleks
yang memiliki berbagai dimensi seperti:
 Manajemen pekerjaan: Semua organisasi ada untuk kinerja
beberapa pekerjaan. Manajemen menerjemahkan karya ini dalam hal
tujuan yang ingin dicapai dan menetapkan cara untuk mencapainya.
 Manajemen orang: Sumber daya manusia atau manusia
adalah aset terbesar organisasi. Mengelola orang memiliki dua dimensi
yaitu menyiratkan berurusan dengan karyawan sebagai individu dengan
beragam kebutuhan dan perilaku dan juga berarti berurusan dengan
individu sebagai sekelompok orang untuk mencapai tujuan organisasi,
dengan membuat kekuatan mereka efektif dan kelemahan mereka tidak
relevan.
 Manajemen operasi: Ini membutuhkan proses produksi
yang memerlukan aliran bahan input dan teknologi untuk mengubah input
ini menjadi output yang diinginkan untuk konsumsi
3. Manajemen adalah proses yang berkelanjutan
Proses manajemen adalah serangkaian fungsi yang berkelanjutan,
komposit, tetapi terpisah (perencanaan, pengorganisasian, pengarahan,
penempatan staf, dan pengendalian). Fungsi-fungsi ini secara
bersamaan dilakukan oleh semua manajer sepanjang waktu.
4. Manajemen adalah kegiatan kelompok
Organisasi adalah kumpulan individu yang beragam dengan kebutuhan
25
yang berbeda. Manajemen harus memungkinkan semua anggotanya
untuk tumbuh dan berkembang ketika kebutuhan dan peluang berubah
harus mengubah dirinya dan tujuannya sesuai dengan kebutuhan
lingkungan.
5. Manajemen adalah kekuatan yang tidak berwujud
Manajemen adalah kekuatan yang tidak berwujud yang tidak dapat
dilihat tetapi kehadirannya dapat dirasakan dalam cara fungsi
organisasi (Ayunda, 2020)
Pelayanan publik adalah segala kegiatan pelayanan yang
dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan publik dan pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan. Ada beberapa jenis pelayanan publik yang
diselenggarakan untuk masyarakat. Berdasarkan Undang-undang Nomor 25
Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik dan keputusan MENPAN
No.63/KEP/MENPAN/7/2003 salah satu jenis pelayanan publik adalah
pelayanan kemasyarakatan, pelayanan ini berhubungan dengan sifat dan
kepentingan yang lebih ditekankan kepada kegiatan-kegiatan sosial
kemasyarakatan seperti pelayanan kesehatan.
Oleh karenanya, berbagai aktivitas pelayanan pada dasarnya memiliki
karakteristik tertentu dan terbagi ke dalam beberapa jenis pelayanan.
Karakteristik pelayanan publik menurut Lembaga Administrasi Negara
adalah sebagai berikut:
1. memiliki dasar hukum yang jelas dalam penyelenggaraannya;
2. memiliki kelompok kepentingan yang luas, termasuk kelompok sasaran
yang ingin dicapai;
3. memiliki tujuan sosial;
4. dituntut untuk akuntabel kepada publik
5. memiliki konfigurasi indikator kinerja yang perlu kelugasan; dan
6. seringkali menjadi sasaran isu politik (Fatimah, 2019) .
Sedangkan menurut Putra (2019), karakteristik pelayanan publik, yaitu:
Tanpa Wujud atau Service Intangibility: Pelayanan publik tidak dapat
dilihat, diraba, didengar, atau dicium sebelum jasa tersebut dibeli.
Keterikatan pelayanan jasa dan penyedia jasa dimisalkan sebagai produk
fisik yang diproduksi, disimpan, dijual, dan akhirnya dikonsumsi. Jasa dijual
26
terlebih dahulu baru kemudian diproduksi dan dikonsumsi pada saat yang
sama.
Keterikatan Jasa Pelayanan dan Penyedia Jasa Tidak Dipisahkan atau
Service Inseparability
Jasa pelayanan tidak dapat dipisahkan dari penyedia jasa pelayanan itu
sendiri. Penyedia jasa bisa berupa mesin atau orang.
Variabilitas Pelayanan atau Service Variability: Kualitas jasa pelayanan
bergantung pada siapa yang menyediakan atau menghasilkan jasa tersebut,
kapan di mana, dan bagaimana jasa pelayanan itu diberikan.
Pelayanan Langsung Digunakan dan Habis atau Service Perishability:
Jasa pelayanan tidak bisa disimpan untuk kemudian dijual atau digunakan
Kembali (Putra, 2019).

XIII. Tantangan dan Masalah Kebijakan Manajemen Kesehatan


Manajemen organisasi pelayanan kesehatan dihadapkan pada berbagai
tantangan dalam mengelola organisasi yang dipimpinnya. Menerapkan
program yang hemat biaya, mempertahankan operasi dan layanan yang efisien,
serta memiliki staf dan karyawan terlatih, merupakan bagian dari tantangan
yang ada. Karena itu, keberlanjutan organisasi pelayanan kesehatan di masa
mendatang, membutuhkan manjemen yang terampil dalam mengatasi setiap
masalah (Raymond,2018).

Globalisasi merupakan tantangan, masalah, dan sekaligus potensi untuk


pembangunan nasional berwawasan kesehatan di masa mendatang. Pengaruh
globalisasi, liberalisasi perdagangan, dan pelayanan melalui berbagai
kesepakatan internasional akan memengaruhi berbagai aspek penyelenggaraan
upaya kesehatan dan memerlukan kesiapan pemerintah beserta masyarakat.
Pemerintah seharusnya melakukan upaya terpadu dalam pembangunan
kesehatan supaya masyarakat mendapatkan haknya untuk memperoleh
pelayanan kesehatan (Yannasari, 2021).25
Menurut Raymond 2018, manajemen kesehatan akan menghadapi
banyak tantangan dalam lima hingga sepuluh tahun ke depan, termasuk
perubahan peraturan dan kebijakan, kemajuan medis dan teknologi, pendanaan,
pendidikan, dan masalah etika. Manajemen harus menyadari bahwa
27
kombinasi dari tantangan ini membuat penelitian medis, pemeliharaan fasilitas,
perbaikan peralatan dan pelatihan operasional memakan waktu dan mahal
(Raymond,2018).

28
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dalam kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat memerlukan
pengaturan yang baik, agar tujuan tiap kegiatan atau program itu tercapai dengan
baik. Proses pengaturan kegiatan ilmiah atau ilmu seni tentang bagaimana
menggunakan sumber daya secara efisien dan efektif serta rasional untuk
mencapai tujuan ini disebut manajemen , sedangkan untuk mengatur kegiatan-
kegiatan atau pelayanan kesehatan masyarakat disebut “ Manajemen Pelayanan
Kesehatan Masyarakat “ .
Manajemen pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan atau suatu seni
untuk mengatur para petugas kesehatan dan nonpetugas kesehatan guna
meningkatkan kesehatan masyarakat melalui program kesehatan. Dengan kata lain
manajemen kesehatan masyarakat adalah penerapan manajemen umum dalam
sistem pelayanan kesehatan masyarakat sehingga yang menjadi objek dan sasaran
manajemen adalah sistem pelayanan kesehatan masyarakat.
Manajemen kesehatan harus dikembangkan di tiap–tiap organisasi
kesehatan di Indonesia seperti kantor Depkes, Dinas kesehatan di daerah, rumah
sakit, dan puskesmas dan jajarannnya. Untuk memahami penerapan manajemen
pelayanan kesehatan di rumah sakit, dinas kesehatan dan di puskesmas
memerlukan kajian proses penyusunan rencana tahunan Departemen kesehatan.
Khusus untuk tingkat puskesmas penerapan manajemen dapat melalui
perencanaan yang disusun setiap lima tahun. Ruang lingkup manajemen
pelayanan kesehatan meliputi manajemen kegiatan dan sumber daya yang
dikelolanya diantaranya manajemen personalia, manajem
e n keuangan, manajemen logistik, manajemen pelayanan kesehatan dan sistem
informasi manajemen. Untuk masing–masing bidang tersebut dikembangkan
manajemen spesifik sesuai dengan ruang lingkup dan tugas pokoknya.

29
B. Saran
Manajemen pelayanan kesehatan tidak dapat berjalan sendiri, namun harus
berjalan dan didukung oleh berbagai komponen yang lain (interrelationships).
Perubahan yang mendasar perlu dilakukan dalam manajemen pelayanan
kesehatan, baik di rumah sakit maupun di puskesmas. Perubahan tersebut
mencakup perubahan visi, misi dan strategi, mengembangkan struktur organisasi
sesuai kebutuhan, melakukan manajemen strategis, mengembangkan SDM
(manajemen SDM) dan melakukan upaya-upaya yanmmendorong kemandirian.
Perbaikan terhadap mutu pelayanan kesehatan baik dari layanan administrasi
maupun medis. Fasilitas kesehatan yang ada di Indonesia baik milik pemerintah
maupun swasta, diharapkan mampu memberikan pelayanan yang lebih baik dari
sebelumnya. Semua upaya perubahan tersebut diarahkan untuk meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan dan pemerataan jangkauan pelayanan kesehatan.
Dengan demikian masyarakat benar- benar memperoleh pelayanan kesehatan
yang cepat dan tepat.

30
DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2003). Manajemen Administrasi Rumah Sakit. Jakarta: UI Press


Arifin, M. (2021) Manajemen Pelayanan Kesehatan, http://www.indonesian-
publichealth.com diakses 30 September 2022.
Ayunda. (2020, April 15). Konsep Manajemen : Pengertian dan Karateristiknya
dalam Bisnis. From Accurate: https://accurate.id
Azhar, A. (1996) Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan. Jakarta: Pustaka Sinar
Harapan.
Badriyah, Mila. (2017). Manajemen Sumber Daya Manusia. Bandung : CV
Pustaka Setia
Bowersox, Donal J.(2004). Manajemen logistik: Integrasi sistem-sistem
manajemen distribusi fisik dan manajemen material. Jakarta: Bumi
Aksara
Darma S. (2009) Manajemen kinerja. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Fatimah, N. (2019, juli 13). Pelayanan Publik: Pengertian, Karakteristik,
Hingga Tujuannya. From pelayanan publik id:
https://pelayananpublik.id/
George R. Terry, Ph. D, (1960). The Principles of Management. Illnois: Irwin,
Inc
Daft, Richard L. (2003). Manajemen, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga.
Hartono. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia (Edisi 2). Jakarta: PT.
Prehallindo.
Hasibuan. (2005). Dasar-dasar manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Herwati, I. et al. (2021) Manajemen Pelayanan Kesehatan. Pertama. Malang:
Literasi Nusantara.
Kemenkes RI .(2009). UU No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Indonesia.
Louis A. Alen. (2009). Profesi Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Maulana, A. (2004) Sistem Manajemen Jilid I Edisi 6. Jakarta: Bina Rupa
Aksara.
Millet, John D.(1954). Management in the Public Service, New York: Mc Graw
Hill Book Company Inc
Mubarak, W, I & Chayatin, N. (2009). Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar
dan Teori. Jakarta: Salemba Medika
Notoatmodjo, Soekidjo.(2007). Kesehatan masyarakat ilmu dan seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta.
Nowicki, Michael. (2018). Introduction to the Financial Management of
Healthcare Organizations seventh edition. Washington DC: Health
administration press

31
Notoadmojo, S. (2005) Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasinya. Jakarta:
Rineka Cipta.
Oxford, Learner’s Pocket Dictionary. (2005). Newyork, Oxford University
Press.
Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem
Kesehatan Nasional
Plunket, dkk. (2005). Management: Meeting and Exceding Customer
Expectations. USA: Thomson South – Western.
Purhadi G.(2003). Perkembangan ilmu manajemen. Jakarta: Binaputra.

Putra, T. M. (2019). Pelayanan Publik dan Ketahanan Nasional. Jakarta:


Gramedia Widiasarana Indonesia.
Raymond, Tubagus.(2018). Tantangan yang dihadapi Manajemen Pelayanan
Kesehatan,https://mvpjogja.com/tantangan-yang-dihadapi-
manajemen-pelayanan-kesehatan. Diakses pada 3 Oktober 2022
Rusmitasari, H. (2020) Organisasi dan Manajemen Kesehatan. Pertama.
Semarang: FKM Universitas Muhammadiyah Semarang.
Rendra. (2003) Pelatihan Keterampilan Manajerial SPMK Manajemen
Pelayanan Kesehatan, http://www.kmpk.ugm.ac.id. diakses 30 September
Sebastian, I. (2021) Jenis-Jenis Pelayanan Kesehatan yang Ada di Indonesia,F
https://mhomecare.co.id. diakses 30 September 2022
Siswanto, HB.Dr.2007. Pengantar manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.
Trisnantoro, Laksono.2009. Memahami penggunaan ilmu ekonomi dalam
manajemen Rumah Sakit. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Suyadi (2011) ‘Seminar Nasional “Pergesearan Paradigma Manajemen: Tinjauan dari
Berbagai Disiplin Ilmu’, in. PROGRAM PASCASARJANA
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI INDONESIA MALANG.
Syafrudin (2015) Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media.
Yannasari, A. (2021) Manajemen Kesehatan, www.academia.edu. diakses 30
September 2022

32

Anda mungkin juga menyukai