Oleh:
SHOLA SHOBRINA SUKARYA
G2U122002
KELAS A
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena telah
melimpahkan kasih sayangnya berupa kemampuan dan kecerdasan akal pikiran
sehingga makalah dengan judul “Konflik dan Negosiasi” dapat Penulis selesaikan
tepat waktu.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................2
DAFTAR ISI..........................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN......................................................................................................4
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................5
1.3 Tujuan.....................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................................6
2.1 Konflik..........................................................................................................................6
2.1.1 Definisi Konflik......................................................................................................6
2.1.2 Faktor Penyebab Konflik......................................................................................7
2.1.3 Proses Konflik........................................................................................................7
2.1.4 Jenis Konflik........................................................................................................14
2.1.5 Penyelesaian Konflik...........................................................................................14
2.2 Negosiasi......................................................................................................................16
2.2.1 Definisi Negosiasi.................................................................................................16
2.2.2 Strategi Negosiasi................................................................................................16
2.2.3 Proses Perundingan.............................................................................................18
2.2.4 Cara Negosiasi.....................................................................................................19
2.2.5 Taktik Negosiasi..................................................................................................20
BAB III PENUTUP..............................................................................................................23
3.1 Kesimpulan.............................................................................................................23
3.2 Saran.......................................................................................................................24
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................25
3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada dasarnya setiap individu memiliki karakteristik yang berbeda-beda,
perbedaan karakteristik tersebut seringkali menimbulkan gesekan dalam segala
aspek kehidupannya. Dalam sebuah organisasi yang terdiri dari berbagai jenis
orang, mungkin ada persaingan yang terjadi dalam bentuk yang adil atau tidak,
sangat sulit.Alasan apa yang disebut persaingan, meskipun disebut persaingan
yang sehat, pada dasarnya juga dapat mengarah. dan dapat menimbulkan konflik.
Persaingan yang sehat dalam suatu organisasi seharusnya memberikan pengaruh
yang positif. Para pihak menekankan bahwa mereka harus berperilaku sportif.
4
memenuhi tujuannya, kesalahpahaman muncul atau orang tidak saling memahami.
Selain itu, hal ini menjadi salah satu penyebab konflik atau konflik dalam
organisasi.
Konflik yang berulang harus ditangani dengan cepat dan tepat agar konflik
yang ada tidak berlanjut dan tidak merembet ke masalah konflik lainnya. Konflik
bertentangan dengan integrasi. Konflik dan integrasi bekerja seperti sebuah siklus
dalam masyarakat. Konflik yang terkendali mengarah pada integrasi. Sebaliknya,
integrasi yang tidak lengkap dapat menyebabkan konflik. Penyelesaian konflik
dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya adalah negosiasi. Negosiasi
biasanya dilakukan untuk mencari jalan tengah agar keadaan bisa membaik.
Negosiasi biasanya dilakukan untuk mencari jalan tengah dalam kasus tersebut,
sehingga situasi menemukan titik terang dan penyelesaian. Organisasi yang
berkonflik harus bernegosiasi untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan dari
pihak lain yang ingin memiliki dan memilikinya juga.
1.3 Tujuan
Berpijak dari rumusan masalah di atas, maka makalah ini bertujuan agar
pembaca mampu memahami tentang definisi konflik, Penyebab Konflik, Proses
Konflik, jenis konflik, penyelesaian konflik, definisi negosiasi,Strategi
Negosiasi ,proses perundingan, cara negosiasi dan taktik negosiasi.
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik
2.1.1 Definisi Konflik
Konflik merupakan perbedaan atau pertentangan antar individu
atau kelompok sosial yang terjadi karena perbedaan kepentingan, serta
adanya usaha memenuhi tujuan dengan jalan menentang pihak lawan
disertai dengan ancaman atau kekerasan (Soerjono Soekanto, 2006).
Adapun definisi konflik menurut beberapa ahli yaitu:
7
merupakan suatu keadaan dari akibat adanya pertentangan antara
kehendak, nilai atau tujuan yang ingin dicapai yang menyebabkan
suatu kondisi tidak nyaman baik didalam diri individu maupun antar
kelompok.
8
2.1.3 Proses Konflik
Menurut Robbins & Judge (2013) proses konflik dapat
dipahami sebagai sebuah proses yang terdiri atas lima tahapan yaitu,
potensi pertentangan atau ketidakselarasan, kognisi dan personalisasi,
maksud, perilaku, dan hasil.
9
Komunikasi, komunikasi dapat menjadi sumber konflik.
Komentar dari beberapa individu yang sedang berbicara
mempresentasikan dua kekuatan berlawanan yang muncul akibat
kesulitan semantik, kesalahpahaman, dan kegaduhan pada saluran
komunikasi.
10
memungkinkan satu kelompok mendapat hasil sembari merugikan
kelompok lain,daya konflik pun akan terangsang.
Tahap 3 : Maksud
11
Selain itu, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan
perilaku, sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat
maksud seseorang. muncul karena salah-satu pihak salah dalam
memahami maksud pihak lain.
12
- Kompromis, suatu situasi di mana masing-masing pihak yang
berkonflik bersedia mengalah dalam satu atau lain hal.
Tahap 4 : Perilaku
Tahap 5: Hasil
1. Hasil Fungsional
13
mengungkapkan masalah dan menurunkan ketegangan, serta
menumbuhkan suasana yang mendorong evaluasi diri dan perubahan.
Selain itu, heterogenitas antaranggota kelompok dan organisasi dapat
meningkatkan kreativitas, memperbaiki kualitas keputusan dan
memfasilitasi perubahan dengan cara meningkatkan fleksibilitas
anggota.
2. Hasil Disfungsional
14
organisasi yang sukses menciptakan konflik fungsional adalah bahwa
mereka menghargai perbedaan pendapat dan menghukum penghindar
konflik.
1) Coercion (Paksaan)
Penyelesaiannya dengan cara memaksa dan menekan pihak lain
agar menyerah. Coercion merupakan suatu cara dimana salah satu
pihak berada dalam keadaan yang lemah bila dibandingkan dengan
15
pihak lawan. Cara ini sering kurang efektif karena salah satu pihak
harus mengalah dan menyerah secara terpaksa.
2) Compromise
Suatu cara dimana pihak-pihak yang terlibat saling mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan
yang ada.
3) Arbitration
Merupakan suatu cara untuk mencapai suatu kesepakatan diantara
kedua belah pihak. Pihak ketiga mendengarkan keluhan kedua
pihak dan berfungsi sebagai “hakim” yang mencari pemecahan
mengikat.
4) Mediation (Penengahan)
Menggunakan mediator yang diundang untuk menengahi
sengketa. Mediator dapat membantu mengumpulkan fakta,
menjalin komunikasi yang terputus, menjernihkan dan
memperjelas masalah serta melapangkan jalan untuk pemecahan
masalah secara terpadu.
5) Conciliation
Merupakan suatu usaha untuk mempertemukan keinginan-
keinginan dari pihak-pihak yang berselisih demi tercapainya suatu
persetujuan bersama.
Konsep sentral dari teori konflik adalah wewenang dan posisi
yang keduanya merupakan fakta sosial. Distribusi wewenang dan
kekuasaan secara tidak merata menjadi faktor yang menentukan
konflik sosial secara sistematik, karena dalam masyarakat selalu
terdapat golongan yang saling bertentangan yaitu penguasa dan
yang dikuasai (Soetomo, 1995: 33). Teori konflik melihat apapun
16
keteraturan yang terdapat dalam masyarakat merupakan
pemaksaan terhadap anggotanya oleh mereka yang berada di atas
dan menekankan peran kekuasaan dalam mempertahankan
ketertiban dalam masyarakat (George Ritzer dan Douglas J.
Goodman, 2008: 153).
2.2 Negosiasi
2.2.1 Definisi Negosiasi
a. Negosiasi Distributif
17
negosiasidistributif ini yaitu berjalan pada kondisi jumlah nol. Artinya,
setiap hasil yang dirundingkan adalah atas hasil perundingan bersama.
a. Negosiasi Integratif
18
Gambar 2. Perbedaan Tawar Menawar Distributif dengan Integratif
2. Ketentuan aturan-aturan dasar: siapa yang akan terlibat, dimana diadakan, isu-
isu apa yang akan dibahas.
19
5. Penutupan dan implementasi: langkah terakhir dalam proses perudingan
memformalkan persetujuan yang telah dikerjakan dan melakukan
pemantauan.
1) Perkenalan
2) Peninjauan umum
i. Jelaskan keinginan serta sasaran yang akan dicapai dari kedua belah
pihak.
ii. Sebutkan setiap perbedaan yang ada atau harapan yang ada di masing-
masing kedua belah pihak/posisi masing-masing.
3) Latar Belakang
4) Penjabaran Pokok-pokokPersoalan
20
Hubungkan pokok-pokokpersoalan yang ada, jika memungkinkan
pecahkanpersoalan yang lebih mudah dahulu atau pemecahan
persoalan yang sekaligusmenjawab pokok persoalan yang lain.
5) Rundingkan Persoalan
6) Kompromi
7) Penyelesaian
21
1. Membuat Agenda.
2. Bluffing.
Taktik ini digunakan bila salah satu pihak yang berunding ingin
mempercepat penyelesaian proses perundingan dengan cara
memberikan tenggat waktu kepada lawannya untuk segera mengambil
keputusan. Contoh: Pihak pengusaha menyatakan kepada pihak
pekerja, bahwa bila paket PHK yang ditawarkan tidak diambil
sekarang, maka paket PHK yang akan diberikan berikutnya akan lebih
rendah dari yang ditawarkan saat ini.
22
berfungsi untuk menekan pihak lawan sehingga
pandanganpandangannya selalu ditentang oleh pihak lawannya,
sedangkan tokoh “baik” ini yang akan menjadi pihak yang dihormati
oleh pihak lawannya karena kebaikannya. Sehingga pendapatpendapat
yang dikemukakannya untuk menetralisir pendapat tokoh “jahat”,
sehingga dapat diterima oleh lawan berundingnya.
Taktik ini diterapkan dengan cara selalu meminta konsesi dari lawan
berunding atas setiap permintaan pihak lawan berunding yang akan
dipenuhi. Contoh: Pihak pengusaha sepakat untuk memberikan
kenaikan gaji yang diminta pihak pekerja asal pihak pekerja sepakat
untuk mendukung pihak pengusaha mengurangi jumlah pekerja.
6) Intimidasi.
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Konflik adalah suatu bentuk konflik antara dua pihak atau lebih
dimana salah satu pihak merasa dirugikan atau terpengaruh secara negatif,
sehingga menimbulkan ketidakpuasan terhadap perilaku pihak lain.
Dalam suatu organisasi, konflik dapat timbul dalam diri individu, antar
individu, dalam kelompok, antar kelompok, dan antar organisasi, baik
vertikal maupun horizontal, karena karakteristik individu, masalah
komunikasi, dan perbedaan struktur organisasi. Keterampilan seorang
manajer dalam manajemen konflik diperlukan agar semua konflik dapat
dioptimalkan untuk bekerja. Kegagalan untuk mengelola hasil konflik
dalam efektivitas organisasi yang dikompromikan. Ada tiga perspektif
tentang konflik, yaitu perspektif tradisional, perspektif interpersonal, dan
perspektif interaksional. Proses konflik terdiri dari lima fase yaitu potensi
konflik atau ketidakharmonisan, kognisi dan personalisasi, niat, perilaku
dan konsekuensi.
Negosiasi adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari untuk
bertahan dalam bisnis atau bidang lainnya. Dalam proses negosiasi, tidak
jarang muncul konflik yang mengangkat masalah yang melekat dari
tingkat yang sederhana ke tingkat yang kompleks dan dengan demikian
mengganggu jalannya negosiasi. Agar negosiasi berjalan dengan baik,
negosiasi harus memiliki lima tahapan, yaitu persiapan dan perencanaan,
definisi dan aturan main, penjelasan dan penalaran, negosiasi dan
pemecahan masalah, keputusan dan implementasi. Ada dua strategi
negosiasi, yaitu negosiasi perpecahan dan negosiasi terpadu. Ada
24
perbedaan individu dalam negosiasi, termasuk peran temperamen dan
sifat kepribadian, perbedaan gender dalam negosiasi, dan dampak
perbedaan budaya pada gaya negosiasi. Ketika negosiasi menemui jalan
buntu, terkadang pihak ketiga sengaja terlibat dalam proses negosiasi
sejak awal. Pihak ketiga memiliki tiga peran dasar, yaitu arbiter
(koordinator), arbiter (hakim) dan arbiter (mediator).
3.2 Saran
Konflik selalu muncul ketika pendapat satu pihak berbeda dengan
pihak lain. Untuk memanfaatkan konflik secara optimal dalam negosiasi
dan mengurangi dampak negatifnya, konflik dapat dikelola dengan
menghindari dan menangani konflik sehingga tujuan dan sasaran
negosiasi dapat tercapai. Setiap konflik harus dikelola dengan baik agar
konflik yang dihadapinya dapat memberikan dampak positif bagi
organisasi.
25
DAFTAR PUSTAKA
26