Anda di halaman 1dari 11

Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan

Vol 5, No.1. 2020


ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN HIV/AIDS YANG MENDAPAT


ANTIRETROVIRAL THERAPY (ART)

Andi Juhaefah1, Swandari Paramita2, Khemasili Kosala3, Carta A. Gunawan4,


Yuniati5
1
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman
2
Laboratorium Ilmu Kedokteran Komunitas, Fakultas Kedokteran, Universitas
Mulawarman
3
Laboratorium Farmakologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman 4Laboratorium Ilmu
Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman 5Laboratorium Mikrobiologi,
Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman

Email: efaandy20@gmail.com, swandariparamita@gmail.com, khemasili_k@yahoo.com

ABSTRAK

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang menyebabkan Acquired Immuno
Deficiency Syndrome (AIDS). Kondisi AIDS adalah suatu kumpulan gejala berkurangnya
kemampuan pertahanan diri yang disebabkan oleh masuknya HIV dalam tubuh seseorang.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien HIV/AIDS yang
mendapat Antiretroviral Therapy (ART) di 9 Puskesmas di Kota Samarinda. Metode yang
digunakan adalah penelitian deskriptif dengan penelusuran data bersifat retrospektif. Penelitian
ini dilakukan di 9 fasilitas layanan kesehatan yang merupakan satelit ART di Kota Samarinda yaitu
Puskesmas Temindung, Sempaja, Bengkuring, Sidomulyo, Palaran, Bantuas, Trauma Center,
Sungai Siring dan Karang Asam. Sampel adalah 333 pasien HIV/AIDS yang mendapatkan ART
dalam kurun waktu Januari 2016-Desember 2018, data diambil dari data pasien berbasis komputer.
Hasil penelitian menujukkan pasien HIV/AIDS paling banyak berusia antara 20-29 tahun (47,7%),
didominasi oleh laki-laki (70,9%), berpendidikan SMA (52,3%), pasien dengan status belum
menikah (47,1%) dan bertempat tinggal di Kota Samarinda (88,0%). Penyakit ini sebagian besar
diperoleh dari laki-laki yang berhubungan seks dengan laki- laki (LSL) sebagai faktor risiko yang
paling dominan (39,0%). Pasien sebagian besar melakukan pengobatan di Puskesmas Temindung,
dimana obat antiretroviral yang digunakan merupakan terapi lini I dengan rejimen Tenofovir +
Emtricitabine + Evafirenz (85,3%). Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat untuk program
pencegahan dan tatalaksana HIV/AIDS di masa yang akan datang.

Kata Kunci: Karakteristik Pasien, HIV/AIDS, ART

PENDAHULUAN telah terinfeksi HIV (Kementerian


Human Immunodeficiency Virus Kesehatan RI, 2015).
(HIV) adalah virus yang menyebabkan HIV dapat ditularkan melalui
Acquired Immune Deficiency hubungan seksual tanpa kondom (vaginal
Syndrome (AIDS). Kondisi AIDS atau anal), dan seks oral dengan orang
adalah suatu kumpulan gejala yang terinfeksi; transfusi darah yang
berkurangnya kemampuan terkontaminasi; dan berbagi jarum suntik
pertahanan diri yang disebabkan oleh yang terkontaminasi, alat suntik,
masuknya HIV dalam tubuh seseorang. peralatan bedah, atau instrumen tajam
Orang dengan HIV dan AIDS (ODHA) lainnya. Hal ini juga dapat ditularkan
adalah orang yang antara ibu dan bayinya selama
kehamilan,

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

persalinan, dan menyusui (World Health Menurut penelitian yang dilakukan


Organization [WHO], 2017a). Populasi di RSUP. Dr. M. Djamil Padang tahun
kunci dalam penularan HIV/AIDS 2015, dilaporkan bahwa dari 89 pasien
meliputi pengguna napza suntik HIV/AIDS, didapatkan bahwa 76,4%
(penasun); Wanita Pekerja Seks (WPS) merupakan pasien laki-laki, dengan
langsung maupun tidak langsung; persentase tertinggi pada kelompok usia
pelanggan/pasangan seks WPS; serta gay, 26-35 tahun (41,57)%. Didominasi oleh
waria, dan Laki pelanggan/pasangan Seks pasien yang menikah (58,43%) dan
dengan sesama Laki (LSL) (Kementerian berpendidikan SMA (56,18%), serta
Kesehatan RI, 2015). sebagian besar penyakit ini diperoleh
Menurut perkiraan WHO dan Joint melalui hubungan seksual (61,8)
United Nations Programme on HIV (Yuliandra, Nosa, Raveinal, & Almasdy,
and AIDS (UNAIDS), 36,7 juta 2017). Penelitian yang dilakukan di
orang, hidup dengan HIV di seluruh RSUD. Dr. Pirngadi Medan tahun 2015,
dunia pada akhir tahun 2016 (WHO, dilaporkan bahwa dari 105 kasus pasien
2017b). HIV/AIDS di Indonesia HIV/AIDS yang berobat jalan,
merupakan salah satu epidemi didapatkan proporsi pasien HIV/AIDS
pertumbuhan tercepat di Asia. Pada tahun paling banyak pada kelompok usia 30-39
2007, tingkat prevalensi HIV/AIDS di tahun (46,8%),
Indonesia berada pada peringkat ke-99 di laki-laki (34,8%), SMA (67,8%),
dunia, namun karena rendahnya menikah (46,7%), dan heteroseksual
pemahaman akan gejala penyakit dan (64,3%) (Purba, 2016).
stigma sosial yang tinggi yang
menyertainya, hanya 5-10% penderita METODE PENELITIAN
HIV/AIDS yang benar-benar didiagnosis Penelitian ini menggunakan metode
dan dirawat (UNAIDS, 2018). penelitian deskriptif retrospektif untuk
Jumlah kasus HIV di Kalimantan mengetahui gambaran karakteristik
Timur tahun 2017 sebanyak 1.202 orang, pasien HIV/AIDS di 9 Puskesmas di Kota
dengan jumlah total kumulatif kasus HIV Samarinda periode 2016-2018. Sampel
hingga tahun 2017 sebanyak 5.257 orang. yang digunakan dalam penelitian ini
Kalimantan Timur termasuk peringkat 8 adalah seluruh pasien HIV/AIDS yang
tertinggi di Indonesia dengan 439 laporan datang berobat di Puskesmas Temindung,
kasus HIV pada triwulan keempat tahun Sempaja, Bengkuring, Sidomulyo,
2017. Sementara itu, jumlah kasus AIDS Palaran, Bantuas, Trauma Center, Sungai
di Kalimantan Timur tahun 2017 Siring, dan Karang Asam periode Januari
sebanyak 358 orang, dengan jumlah total 2016-Desember 2018. Pengambilan
kumulatif kasus AIDS hingga tahun sampel dilakukan dengan total sampling.
2017 sebanyak Variabel pada penelitian ini adalah usia,
1.401 orang. Kalimantan Timur termasuk jenis kelamin, domisili, status pendidikan,
peringkat 5 tertinggi di Indonesia dengan status marital, faktor risiko, asal
230 laporan kasus AIDS pada triwulan puskesmas, dan jenis ARV. Data
keempat tahun 2017. Saat ini, di penelitian yang diambil adalah data
Kalimantan Timur terdapat 1.116 kasus
sekunder yang diambil dari data pasien
hidup AIDS dan
HIV/AIDS berbasis komputer. Analisa
285 kasus meninggal AIDS, dengan case
data dengan analisis
rate 30,9 per 100.000 penduduk
(Kementerian Kesehatan RI, 2018).

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage : http://jurnal.itkeswhs.ac.id/index.php/medika

univariat, yang ditampilkan dalam Kuntarti, 2016). Selain itu, pada rentang
bentuk diagram, tabel, dan narasi. usia 15-35 tahun, juga merupakan
kelompok usia yang rawan terpapar
HASIL DAN PEMBAHASAN penyalahgunaan narkoba (Badan
Hasil penelitian menemukan bahwa Narkotika Nasional RI, 2019).
selama periode 2016-2018, didapatkan Berbeda dengan penelitian yang
sampel sebanyak 333 pasien. Dari 333 dilakukan oleh Anwar, Nugroho, &
pasien HIV/AIDS tersebut, 78 pasien Tantri (2018) di Jakarta bahwa jumlah
memulai pengobatan pada tahun 2016, pasien HIV/AIDS paling banyak berada
119 pasien pada tahun 2017, dan pada pada kategori usia 30-39 tahun diikuti
tahun 2018 sebanyak 136 pasien. usia 20-29 tahun. Tetapi, dari hasil
penelitian tersebut, dapat disimpulkan
a. Karakteristik Usia Pasien bahwa infeksi HIV/AIDS paling banyak
HIV/AIDS terjadi pada kelompok usia produktif,
Tabel 1. Distribusi Pasien HIV/AIDS yaitu 20-49
b e rdasark a n tahun. Hal ini sesuai dengan data Ditjen
Usia (tahu n ) ( n ) (%)
Usia P2P Kementerian Kesehatan
RI (2018) bahwa persentase infeksi
≤ 19 17 5,1
20-29 159 47,7
HIV tahun 2017 tertinggi pada kelompok
30-39 106 31,8 usia 25-49 tahun dan diikuti kelompok
40-49 36 10,8 usia 20-24 tahun.

≥ 50 15 4,5 b. Karakteristik Jenis Kelamin


Total 333 100 Pasien HIV/AIDS

Tabel 1 menyatakan frekuensi usia


pasien HIV/AIDS terbanyak ditemukan
pada usia antara 20-29
tahun, yaitu sebanyak 159 pasien
(47,7%). Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian yang dilakukan oleh
Kalalo, Tjitrosantoso, & Goenawi (2012)
di Manado bahwa jumlah penderita
HIV/AIDS terbanyak pada kelompok
usia 20-29 tahun (39,43%). Penelitian
Ibrahim, H, Rahayuwati, Nurmalisa & Gambar 1. Distribusi Pasien
Fitri (2017) di Bandung juga sesuai yaitu HIV/AIDS berdasarkan Jenis Kelamin
sebagian besar (66,2%) responden
berusia 20-29 Gambar 1 menunjukkan bahwa dari
tahun. 333 pasien, sebanyak 236 pasien adalah
Infeksi HIV lebih banyak terjadi laki-laki (70,87%) dan perempuan
pada usia muda (12-35 tahun) daripada sebanyak 97 pasien (29,13%).
usia tua (36-65 tahun), ini disebabkan Berdasarkan angka tersebut, diperoleh
karena kurangnya pencegahan penularan rasio laki-laki dan perempuan adalah
HIV pada usia muda yang mungkin 2,4:1. Artinya, pasien HIV/AIDS pada
lebih banyak melakukan perilaku seks laki-laki 2,4 kali lebih banyak
tidak aman yang berisiko terhadap dibandingkan pada perempuan. Hal ini
penularan HIV (Kambu, Waluyo, & sesuai dengan penelitian Puspasari,
Wisaksana &

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
Ruslami (2015) di Bandung, didapatkan
pasien HIV didominasi oleh laki-laki
dengan perbandingan 2,2:1 untuk laki-
laki 69,2% dan perempuan 30,8%. Hasil
penelitian ini juga sejalan dengan data
yang dilaporkan oleh Ditjen P2P
Kemenkes RI (2018) bahwa penderita
HIV/AIDS terbanyak ialah laki-laki
dengan rasio antara 2:1.
Tingginya proporsi laki-laki yang
menderita HIV/AIDS diasumsikan
karena banyaknya laki-laki yang
melakukan hubungan seksual berisiko Gambar 2. Distribusi Pasien
dan menggunakan napza suntik HIV/AIDS per Kecamatan di Kota
dibandingkan perempuan yang lebih Samarinda
sering mendapatkannya dari pasangan
Gambar 2 menunjukkan bahwa
seksual mereka (Saktina & Satriyasa,
pasien HIV/AIDS di Kota Samarinda
2017).
tersebar di 10 kecamatan. Urutan
tertinggi jumlah ODHA se-Kota
c. Karakteristik Domisili Pasien
Samarinda berada di Kecamatan
HIV/AIDS
Samarindu Ulu (14,7%), Sungai Pinang
Tabel 2. Distribusi Pasien HIV/AIDS
(12,6%), Samarinda Utara dan Sungai
per Kabupaten/Kota
Kabupaten (n) (%) Kunjang masing-masing 12%, dan Loa
Janan Ilir (10,5%). Sementara itu, sebesar
Samarinda 293 88
8,4% tidak melaporkan letak kecamatan.
Kutai Kartanegara 27 8,1 Tingginya kejadian HIV/AIDS di
Balikpapan 3 0,9 Kecamatan Sungai Pinang, Samarinda
Berau 3 0,9 Utara, dan Loa Janan Ilir diduga karena
Bontang 2 0,6 adanya lokalisasi prostitusi yang berada
Kutai Barat 2 0,6 di daerah tersebut. Di Kota Samarinda,
Kutai Timur 2 0,6 terkenal beberapa tempat lokalisasi
Tidak Diketahui 1 0,3 prostitusi yang diperkirakan sebagai
tempat berisiko tinggi terjadinya proses
Total 333 100
penularan HIV/AIDS melalui hubungan
seksual, yakni lokalisasi Gunung Taraf
Hasil dari analisis data pada Tabel 2 Bayur di Kecamatan Samarinda Utara,
diketahui pasien terbanyak berasal dari lokalisasi Bandang Raya Solong di
Kota Samarinda, yaitu sebanyak 293 Kecamatan Sungai Pinang, dan lokalisasi
pasien (88%) dan dari luar Kota Suka Damai Loa Hui di Kecamatan Loa
Samarinda sebanyak 39 pasien (11,7%). Janan Ilir.
Sementara itu, 1 pasien tidak melaporkan Penutupan lokalisasi prostitusi tidak
asal domisili. menghentikan transaksi seks, bahkan
Pekerja Seks Komersial (PSK)
melakukan kegiatan secara terselubung,
termasuk adanya prostitusi online di
dunia maya sehingga tempat-tempat
prostitusi

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
semakin menyebar dan sembunyi- ditempati, mempengaruhi kasus
sembunyi (Dimas, 2019). Penutupan HIV/AIDS di Indonesia.
lokalisasi prostitusi berdampak terhadap
timbulnya transaksi d. Karakteristik Status Pendidikan
prostitusi yang dilakukan secara Pasien HIV/AIDS
sembunyi-sembunyi pada eks lokalisasi Tabel 3. Distribusi Pasien HIV/AIDS
prostitusi dan secara tidak langsung, berdasarkan Status Pendidikan
mendorong timbulnya hotspot-hotspot Status Pendidikan (n) (%)
baru dan bentuk- bentuk baru dalam cara
berinteraksi. Penutupan lokalisasi Tidak Sekolah 2 0,6
SD 46 13,8
prostitusi juga akan menghentikan
pemantauan kesehatan di eks lokalisasi SMP 50 15
prostitusi, serta adanya rasa traumatis dan SMA 174 52,3
ketakutan pada para PSK/WPS/PS yang D3 16 4,8
beroperasi di eks lokalisasi prostitusi S1 45 13,5
tersebut (Inayah et a/., 2014). Total 333 100
Tingginya kejadian HIV/AIDS di
Kecamatan Samarinda Ulu dan Tabel 3 menunjukkan bahwa pasien
Kecamatan Sungai Kunjang HIV/AIDS berdasarkan status pendidikan
menggambarkan bahwa letak lokalisasi paling banyak dengan tingkat pendidikan
prostitusi kurang berpengaruh terhadap terakhir tamat SMA, yakni sebanyak 174
tingkat kejadian HIV/AIDS disuatu pasien (52,3%). Hasil penelitian ini
daerah. Kecamatan Samarinda Ulu sejalan dengan penelitian Anwar et al.,
memiliki persentase penduduk tertinggi (2017) di Jakarta bahwa paling banyak
di Samarinda, yaitu sebesar 14,89% pada tingkat pendidikan terakhir tamat
dengan kepadatan penduduk 5.777/km2, SMA sebesar 50,81%. Penelitian
sedangkan Kecamatan Sungai Kunjang Yuliandra et al., (2017) di Padang, juga
menempati posisi ke-tiga setelah sejalan dengan hasil penelitian peneliti,
Kecamatan yaitu tingkat pendidikan SMA (56,18%).
Samarinda Utara, yaitu persentase
penduduk sebesar 13,97% dengan e. Karakteristik Status Marital
kepadatan penduduk 2.785/km2 (BPS Pasien HIV/AIDS
Kota Samarinda, 2019). Tabel 4. Distribusi Pasien HIV/AIDS
Dari hasil penelitian tersebut, dapat berdasarkan Status Marital
disimpulkan bahwa tingginya kejadian
Status Marital (n) (%)
HIV/AIDS tidak hanya dipengaruhi oleh
Belum Menikah 157 47,1
jarak lokalisasi prostitusi, tetapi juga
dipengaruhi oleh kepadatan penduduk Menikah 132 39,6
dan jumlah penduduk suatu daerah. Janda / Duda 44 13,2
Penelitian yang mendukung dilakukakn Total 333 100
oleh (Khairunisa & Sihaloho, 2019) yang
menyatakan bahwa tingkat kepadatan Tabel 4 menunjukkan bahwa pasien
penduduk yang dihitung dengan dengan status belum menikah lebih
membagi antara jumlah penduduk banyak dibanding pasien dengan status
dengan luas area yang telah menikah dan status janda/duda.
Pasien dengan status belum menikah
sebanyak 157 pasien (47,1%), status telah
menikah

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
sebanyak 132 pasien (39,6%), dan status Gambar 3 menunjukkan bahwa
janda/duda sebanyak 44 pasien (13,2%). faktor risiko penularan HIV/AIDS
Hasil ini berbeda dengan penelitian tertinggi di Samarinda adalah hubungan
Nyoko et al., (2016) di Sumba Timur, seks berisiko pada LSL
pasien dengan status marital tertinggi 130 orang (39%), berikutnya pada WPS
adalah menikah sebanyak 62,2%. Hasil 19 orang (5,7%) dan penggunaan alat
penelitian Yuliandra et al., (2017) di suntik tidak steril pada penasun (IDU)
Padang, juga menyatakan bahwa pasien sebanyak 8 orang (2,4%), serta hubungan
dengan status marital tertinggi adalah seks berisiko pada waria sebanyak 6
menikah (58,43%). orang (1,8%). Sementara itu, 170 orang
Status perkawinan diduga (51,1%) tidak melaporkan faktor risiko
memiliki peranan seksual antara penularan.
seorang laki-laki yang sudah menikah Hasil penelitian ini sejalan dengan
dan yang belum menikah. Laki-laki yang laporan perkembangan HIV- AIDS dan
sudah menikah akan PIMS di Indonesia yang menyatakan
berperilaku sehat dan bahwa persentase infeksi HIV yang
bertanggungjawab dalam melakukan dilaporkan menurut faktor risiko tahun
hubungan seksual dengan 2017 yang didapat dari layanan KTS,
pasangannya karena tidak tertinggi pada LSL dengan 11.630 orang,
menginginkan dampak negatif dari diikuti heteroseksual 10.779 orang, dan
hubungan seks tersebut. Secara Penasun (IDU) sebanyak 832 orang
teoritis, seseorang yang berstatus (Kementerian Kesehatan RI, 2018)
belum/tidak menikah mempunyai Perilaku berhubungan seks pada
tingkat perilaku seksyang lebih LSL secara anal sangat berisiko terinfeksi
berisiko, karena untuk melampiaskan HIV. Anus tidak seperti organ reproduksi
hasrat seksualnya mereka cenderung wanita atau vagina yang dapat
untuk mengakses WPS (Sugiarto, melubrikasi (melumasi) sehingga
2017). melakukan hubungan seks melalui anal
berisiko terjadinya luka atau lecet pada
jaringan anus (Firdaus & Agustin, 2013).
Virus HIV akan berada di dalam semen,
baik ekstrasel ataupun di dalam sel
f. Karakteristik Faktor Risiko inflamasi mononukleus, dan masuk ke
Pasien HIV/AIDS dalam tubuh resipien melalui laserasi atau
abrasi pada mukosa. Penularan melalui
hubungan seks juga dibantu dan ditambah
oleh adanya penyakit IMS lain, yang
menyebabkan laserasi genital (Kumar et
al., 2015).
Sementara itu, sebanyak 170 orang
(51,1%) tidak melaporkan faktor risiko
penularan. Kemungkinan,
merupakan pelanggan PS atau ibu rumah
tangga, mengingat angka kejadian infeksi
Gambar 3. Distribusi Pasien HIV/AIDS pada kelompok tersebut
HIV/AIDS berdasarkan Faktor Risiko

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
sangatlah tinggi. Berdasarkan hasil bahkan keluarga besarnya
penelitian Yuliandra et al., (2017) di mengalami stigma. Salah satu upaya
Padang bahwa faktor risiko penularan untuk menjaga kerahasian statusnya dari
terbesar adalah melalui seks dengan lingkungan tempat tinggalnya, yaitu
partner seks terbanyak adalah WPS, yaitu dengan memilih melakukan
sebesar 38,33%. Berdasarkan hasil survei pengobatan ARV di luar kota. Ini
yang dilakukan BPS, BKKBN, merupakan praktik dari teori
Kemenkes & ICF (2013, dalam ibrahim dramaturgi. Di panggung depan
et al., 2017) didapatkan bahwa seorang memaikan peran bukan sebagai
WPS yang terinfeksi HIV/AIDS ODHA, di hadapan anak-anak,
sedikitnya dapat menularkan kepada keluarga, dan anggota masyarakat di
6 pria yang melakukan hubungan seks tempat domisilinya, serta di tempat kerja.
dengannya. Di panggung belakang, saat
memeriksakan kesehatan dan
g. Karakteristik Asal Puskesmas mengambil obat ARV, barulah
Pasien HIV/AIDS mereka menampilkan jati
Tabel 5. Distribusi Pasien HIV/AIDS diri sebenarnya sebagai ODHA.
berdasarkan Asal Puskesmas Strategi kedua adalah bagi orang-orang
Asal
(n) (%) yang percaya diri, pasrah, atau memiliki
Puskesmas dukungan yang solid sehingga dapat
Temindung 147 44,1 berterus terang mengenai
Sempaja 62 18,6 keadaannya (Makmur, 2017).
Karang Asam 33 9,9
Trauma Center 30 9 h. Karakteristik Jenis Terapi ARV
Pasien HIV/AIDS
Bengkuring 22 6,6
Tabel 6. Distribusi Pasien HIV/AIDS
Sidomulyo 19 5,7
berdasarkan Jenis ARV
Palaran 11 3,3 Jenis ARV (n) (%)
Sungai Siring 6 1,8
TDF + FTC + EFV 284 85,3
Bantuas 3 0,9 TDF + 3TC + EFV 46 13,8
Total 333 100 ZDV + 3TC + NVP 2 0,6
TDF + 3TC + RPV 1 0,3
Berdasarkan Tabel 5 didapatkan
persentase terbanyak pasien Total 333 100
HIV/AIDS berdasarkan karakteristik asal
puskesmas adalah Puskesmas Temindung Tabel 6 menunjukkan bahwa jenis
sebanyak 147 orang atau sebesar 44,1%. ARV yang lebih banyak digunakan, yaitu
Dalam menghadapi stigma dan atau rejimen TDF + FTC
diskriminasi secara umum, ODHA + EFV berjumlah 284 pasien (85,3%).
melakukan dua strategi. Pertama, ODHA Keempat kategori rejimen tersebut
berusaha menutupi status HIV/AIDSnya merupakan kategori lini pertama dalam
di depan umum, oleh karena sebagian terapi antiretroviral.
masyarakat belum memiliki pemahaman Berdasarkan pedoman WHO (2013),
yang benar tentang HIV/AIDS. Ini ART lini pertama harus terdiri dari
dilakukan untuk menjaga agar jangan kombinasi dua nucleoside reverse-
sampai dirinya, keluarga, atau transcriptase inhibitors (NRTIs)
ditambah satu non nucleoside reverse-
transcriptase inhibitors
(NNRTIs).

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
Mekanisme kerja obat ARV Samarinda, yaitu sebanyak 293 pasien,
golongan NRTI adalah menghambat dengan pasien paling banyak dilaporkan
enzim reverse transcriptase sehingga berasal dari Kecamatan Samarinda Ulu
pertumbuhan rantai DNA dan replikasi sebanyak 49 pasien karena memiliki
HIV terhenti, bertindak sebagai umpan kepadatan penduduk tertinggi di Kota
dengan meniru nukleotida inang dan Samarinda.
menyebabkan penghentian rantai DNA Pada status pendidikan pasien,
HIV yang memanjang. Contoh NRTI, terdapat 174 pasien dengan tingkat
yaitu zidovudine (AZT), lamivudine pendidikan terakhir tamat SMA karena
(3TC), abacavir (ABC), stavudin (d4T), status pendidikan dengan tingkat
didanosine (ddl), emtricitabine (FTC), SMA/MA/SMK merupakan lulusan
dan tenofovir (TDF). Mekanisme kerja terbanyak di Kalimantan Timur dan
obat ARV golongan NNRTI adalah orang dengan pendidikan SMA
menghambat transkripsi RNA HIV dipandang memiliki kesadaran untuk
menjadi DNA dengan mengikat langsung melakukan pemeriksaan secara sukarela.
ke enzim reverse transcriptase HIV Pada status marital pasien, terdapat 157
dan menghambat fungsi enzim. Contoh pasien berstatus belum menikah karena
NRTI, yaitu Nevirapine (NVP), berhubungan erat dengan perilaku
Efavirenz (EFV), Rilpivirine (RPV), seksual berisiko. Faktor risiko tertinggi
Etravirine (ETR), dan Doravirine (DOR) adalah hubungan seks berisko pada LSL,
(Spach, H.D, 2018). yaitu sebanyak 130 pasien karena
TDF + 3TC (FTC) + EFV cenderung memiliki banyak
merupakan kombinasi pilihan utama pasangan seks, berganti-ganti pasangan,
untuk pengobatan HIV/AIDS, hal ini dan melakukan seks anal yang berisiko
mengakibatkan sebagian besar pasien terhadap penularan HIV/AIDS.
menggunakan rejimen obat tersebut. Berdasarkan asal puskesmas,
Sementara itu, ZDV + 3TC Puskesmas Temindung yang paling
+ NVP dan TDF + 3TC + RPV banyak, yaitu 147 pasien karena
merupakan pilihan alternatif yang dipengaruhi oleh jumlah penduduk dalam
digunakan apabila terdapat wilayah kerja puskesmas tersebut yang
kontraindikasi, efek samping, atau tidak lebih banyak dibanding puskesmas lain
tersedianya pilihan utama. dan adanya pasien dari luar wilayah kerja
KESIMPULAN Puskesmas Temindung yang melakukan
Berdasarkan hasil dan pembahasan pengobatan di puskesmas tersebut, diduga
yang telah dipaparkan bahwa dari total karena pasien menghindari stigma
333 pasien HIV/AIDS yang mendapat masyarakat di sekitar wilayah tempat
ART di 9 puskesmas di Kota Samarinda, tinggalnya. Jenis ARV yang paling
dapat disimpulkan, yakni pasien lebih banyak digunakan adalah rejimen
banyak berusia 20-29 tahun sebanyak TDF+FTC+EFV berjumlah 284 orang.
159 pasien dan pasien laki- laki lebih
banyak, yaitu 236 pasien karena DAFTAR PUSTAKA
cenderung melakukan perilaku seks yang Afifah, Y.N., Saraswati, E. (2014).
tidak aman yang berisiko terhadap Pemanfaatan Sistem Informasi
penularan HIV dan menggunakan napza Geografis (SIG) untuk Kajian
suntik. Pasien terbanyak berasal dari Kartografis Persebaran
Kota

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
Penyakit HIV di Kota Semarang Berisiko di Kota Denpasar. Public
Tahun 2012. Jurnal Bumi
Health and Preventive Medicine
Indonesia.
Archive.
Anwar, Y., Nugroho, S.A., Tantri,
N.D. (2018). Karakteristik Dimas, C. (2019, 25 Maret ). Lokalisasi
Sosiodemografi, Klinis, dan Pola Prostitusi di Kaltim Dibubarkan,
Terapi Antiretroviral Pasien Pemantauan Sulit, Semakin
HIV/AIDS di RSPI Prof. Dr. Menyebar dan Terselubung. Tribun
Sulianti Saroso Periode Januari- Juni Kaltim. Diunduh dari
2016. Pharmaceutical Journal of http://kaltim.tribunnews.com/amp
Indonesia, 15(1):72- 88. /2019/03/20/lokalisasi-prostitusi-
di-kaltim-dibubarkan-
Badan Narkotika Nasional RI. (2019). pemantauan-sulit-semakin-
Penggunaan Narkotika di Kalangan menyebar-terselubung.
Remaja Meningkat. Diunduh dari
https://bnn.go.id/penggunaan- Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan
narkotika-kalangan-remaja- Timur. (2018). Profil Kesehatan
meningkat/ Provinsi Kalimantan Timur Tahun
2017.
Badan Pusat Statistik Kota Semarang.
(2018). Indikator Perkembangan Firdaus, S., Agustin, H. (2013). Faktor
Penduduk Kota Semarang. Diunduh Risiko Kejadian HIV pada
dari https://semarangkota.bps.go.id/ Komunitas LSL (Lelaki Seks dengan
Lelaki) Mitra Yayasan Lantera
Badan Pusat Statistik Kota Samarinda. Minangkabau Sumatera Barat.
(2019). Penduduk, Laju Jurnal Kesehatan Komunitas,
Pertumbuhan Penduduk, Distribusi 2(2): 94-99
Penduduk, Kepadatan Penduduk,
Rasio Jenis Kelamin Penduduk Ibrahim, K., H, Y.K., Rahayuwati, L.,
Menurut Kecamatan di Kota Nurmalisa, B.E., & Fitri, S.U.R.
Samarinda, 2010, 2017, dan 2018. (2017). Hubungan antara Fatigue,
Diunduh dari Jumlah CD4, dan Kadar Hemoglobin
https://samarindakota.bps.go.id pada Pasien yang Terinfeksi Human
Immunodeficiency Virus (HIV).
Chawla, N., & Sarkar, S. (2019).
Jurnal Keperawatan Padjadjaran,
Defining “High-risk Sexual
Behavior” in the Context of 5(3): 274-275.
Substance Use. Journal of
Psychosexual Health, 1(1): 26– Inayah, N., Sugiyono., Biati, L.,
31 Andriani, Z.Z.D., Aminah, S.,
Syafaat, A.M., Syafa’at, A.K.
Dewi, D.M.S.K., Wulandari, L.P.L., & (2014). Kajian Dampak Penutupan
Karmaya, N.M. (2013). Kerentanan Lokalisasi di Kabupaten
Perempuan Banyuwangi.
terhadap Penularan IMS dan HIV:
Lembaga Penelitian dan Pengabdian
Gambaran Perilaku Seksual
Masyarakat Sekolah

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
Tinggi Agama Islam Darussalam di Purwokerto. Mandala of
Banyuwangi. Health, 4(2): 113-123.
Kalalo, J.G.K., Tjitrosantoso, H.M., & Makmur, R. (2017). Strategi Komunikasi
Goenawi, L.R. 2012. Studi Orang dengan HIV AIDS (ODHA)
Penatalaksanaan Terapi pada Menghadapi Stigma Masyarakat.
Penderita HIV/AIDS di Klinik LUGAS Jurnal Komunikasi, 1(1):
VCT Rumah Sakit Kota Manado. 68-83.
Jurnal Ilmiah Pharmacon
Universitas Sam Ratulangi, 1(2): Nyoko, Y.O., Hara, M.K., & Abselian,
98-103. U.P. (2016). Karakteristik Penderita
HIV/AIDS di Sumba Timur Tahun
Kambu, Y., Waluyo, A., & Kuntarti. 2010-2016. Jurnal Kesehatan
(2016). Umur Orang dengan HIV Primer, 1(1):4-15.
AIDS (ODHA) Berhubungan
dengan Tindakan Pencegahan Pemerintahan Provinsi Kalimantan
Penularan HIV. Jurnal Timur. (2016). Per 1 Juni 2016
Keperawatan Indonesia Semua Lokalisasi di Kaltim
Universitas Indonesia, 19(3): Ditutup. Diunduh dari
200-207. https://kaltimprov.go.id/berita/per- 1-
juni-2016-semua-lokalisasi-di-
Khairunisa, N. S., & Sihaloho, E. D. kaltim-ditutup
(2019). Determinan
Pembangunan Daerah dan Angka Purba, R. (2016). Karakteristik Pasien
HIV/AIDS di Indonesia. HIV/AIDS yang Berobat Jalan di
Ekonomikawan: Jurnal Ilmu RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun
Ekonomi Dan Studi 2015. Skripsi. Universitas Sumatera
Pembangunan, 19(1). Utara.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Puspasari, D., Wisaksana, R., & Ruslami,
Laporan Situasi Perkembangan HIV- R. (2018). Gambaran Efek Samping
AIDS & PMS di Indonesia Januari - dan kepatuhan Terapi Antiretroviral
Desember 2017. Direktorat Jenderal pada Pasien HIV di Rumah Sakit Dr.
Pencegahan dan Pengendalian Hasan Sadikin Bandung Tahun
Penyakit. Jakarta, Indonesia. 2015. Jurnal Sistem Kesehatan
Fakultas Kedokteran Universitas
Kumar, V., Abbas, A.K., & Aster, J.C.,
(2015). Buku Ajar Patologi Robbins. Padjadjaran, 3(4):175-181.
Singapore: Eleavier.
Saktina, P. U., & Satriyasa, B. K. (2017).
Laksana, A.S.D., Lestari, D.W.D. (2010). Karakteristik Penderita AIDS dan
Faktor-Faktor Risiko Penularan Infeksi Oportunistik di Rumah Sakit
HIV/AIDS pada Laki- Laki Umum Pusat Sanglah Denpasar
dengan Orientasi Seks Periode Juli
Heteroseksual dan Homoseksual

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com
Jurnal Medika Karya Ilmiah Kesehatan
Vol 5, No.1. 2020
ISSN : 2654-945X (Online), 2541-4615 (Print)
Journal homepage :
2013 sampai Juni 2014. E-Jurnal HIV/AIDS di RSUP. Dr. M. Djamil
Medika, 6(3). Padang: Kajian Sosiodemografi dan
Evaluasi Obat. Jurnal Sains
Spach, H.D. (2018). Antiretroviral
Medications and Initial Therapy. Farmasi & Klinis.
Dalam National HIV Curriculum.
https://www.hiv.uw.edu Yulianti, A.P. (2013). Kerentanan
Perempuan terhadap
Sugiarto. (2017). Hubungan Status Penularan HIV & AIDS: Studi pada
Pernikahan dan Kepemilikan Ibu Rumah Tangga Pengidap
Kondom dengan Penggunaan HIV/AIDS di Kabupaten Pati, Jawa
Kondom saat Melakukan Hubungan Tengah. Palastren: Jurnal Studi
Seksual pada Pasangan Tidak Tetap Gender, 6(1): 185-200
Pengguna Napza Suntik. Jurnal
Kesehatan Terpadu 1(2):44–48

UNAIDS. (2018). Overview HIV/AIDS


in Indonesia [WWW Document].
UNAIDS. Wisaksana, R.,
Alisjahbana, B., Crevel, R. van,
Kesumah, N., Sudjana, P., Sumantri,
R., 2009. Challenges in delivering
HIV-care in Indonesia: Experience
from a Referral Hospital. Acta Med.
Indones. 41, 45–51.

World Health Organization. (2013).


Consolidated Guidelines On The
Use of Antiretroviral Drugs for
Treating and Preventing HIV
Infection. (hal.30-32)

World Health Organization. (2017a).


HIV/AIDS Fact Sheet [WWW
Document].World Heal. Organ.

World Health Organization. (2017b).


HIV/AIDS Global Health
Observatory Data [WWW
Document]. World Heal. Organ.

Yuliandra, Y., Nosa, U. S., Raveinal, &


Almasdy, D. (2017). Terapi
Antiretroviral pada Pasien

*Corresponding Author :
Andi Juhaefah
Program Studi Kedokteran, Fakultas Kedokteran
Universitas Mulawarman
Email : efaandy20@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai