Anda di halaman 1dari 11

JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU PENDERITA HIV/AIDS YANG MELAHIRKAN BAYI DI

RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

Abidah Sholihatuz Zahro1, Marihot Pasaribu2, Swandari Paramita3,


Tumpak Sinaga3, Yadi Yasir4
1
Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman
2
Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman
3
Laboratorium Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman
4
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mulawarman

Fakultas Kedokteran Universitas Mulawarman


Jalan Kerayan, Kampus Gunung Kelua Telp. (0541) 748581 Samarinda 75119
e-mail korespondensi: abidahsholihatuzzahro@gmail.com

Abstrak

Penelitian mengenai “Gambaran Karakterisitik Ibu Penderita HIV/AIDS Yang Melahirkan Bayi di RSUD
Abdul Wahab Sjahranie Samarinda”, telah dilakukan untuk periode Desember 2015 sampai dengan Maret
2016. Penelitian ini dilakukan secara deskriptif terhadap ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi.
Penelitian bertujuan mengetahui usia, asal kabupaten/kota, pekerjaan, risiko tinggi, pengobatan ARV,
terjadinya AIDS dan status bayi dari ibu penderita HIV/AIDS di RSUD Abdul Wahab Sjahranie
Samarinda. Hasil penelitian menunjukkan usia terbanyak ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi
terdapat pada rentang usia 30-34 tahun. Asal kabupaten/ kota terbanyak berasal dari Samarinda. Pekerjaan
terbanyak adalah ibu rumah tangga. Risiko tinggi terbanyak adalah pasangan risti. Penderita lebih banyak
yang sudah mendapatkan pengobatan ARV dan belum masuk ke tahap AIDS. Status bayi terbanyak
adalah belum diperiksa.

Kata Kunci : karakteristik ibu, HIV/AIDS, melahirkan

Abstract
The research about "Overview Characteristics of Mothers with HIV/AIDS who Giving Birth in Abdul
Wahab Sjahranie Samarinda hospital, had done for period from Desember 2015 to March 2016. The
study was conducted by descriptive HIV/AIDS mothers who delivered baby. This study aims to determine
the age, the origin of the district/city, job, high risk, ARV treatment, the incidence of AIDS and the status
of children of mothers with HIV/AIDS in the Abdul Wahab Sjahranie Samarinda hospital. The results
showed the highest age women with HIV/AIDS who delivered their babies in the age range 30-34 years.
Originally the district/city mostly from Samarinda. Most of their jobs are housewives. The most high-risk
is a high-risk partners. Most of patients have received antiretroviral treatment and have not entered into
the stage of AIDS. Most babies status have not checked yet.

Keywords: maternal characteristics, HIV / AIDS, childbirth

PENDAHULUAN infeksi HIV1. Penyakit AIDS dikarakteristikkan


Acquired Immunodeficiency Syndrome sebagai penyakit imunosupresif berat yang sering
(AIDS) dapat diartikan sebagai kumpulan gejala dikaitkan dengan infeksi oportunistik dan tumor
atau penyakit yang disebabkan oleh menurunnya ganas serta degenerasi susunan saraf pusat2.
kekebalan tubuh akibat infeksi oleh virus HIV Pada tahun 2013 di dunia ada 35 juta orang
(Human Immunodeficiency Virus) yang termasuk hidup dengan HIV, jumlah infeksi baru HIV pada
famili retroviridae. Acquired Immunodeficiency tahun 2013 adalah 1,9 juta dewasa dan 240.000
Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari anak dibawah usia 15 tahun dengan total

1
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

keseluruhan infeksi baru mencapai 2,1 juta. 2016 yang sudah mendapatkan terapi ARV adalah
Sebanyak 1,5 juta Orang dengan HIV / AIDS 85 orang sedangkan yang belum mendapatkan
(ODHA) meninggal, terdiri dari 1,3 juta dewasa ARV adalah 166 orang. Berdasarkan adanya
dan 190.000 anak di bawah usia 15 tahun infeksi opportunisitik tertinggi dengan diare yaitu
(Kemenkes RI, 2014). Saat ini tidak ada negara 267 orang, lalu TB paru dengan 200 orang,
3
yang terbebas dari HIV/AIDS . Kandidiasis berjumlah 131 orang, Wasting
Jumlah Kasus HIV di Indonesia sejak tahun Syndrome 104 orang dan PPE (Papular Pruritic
1987 sampai dengan tahun 2015 di seluruh Eruption) dengan jumlah 37 orang. Berdasarkan
Indonesia adalah 176.739 kasus4, berdasarkan asal daerah Samarinda menduduki peringkat
provinsi yang tertinggi pada Provinsi DKI Jakarta pertama dengan 815 kasus dan disusul dengan
dengan total 37.302 kasus, lalu disusul oleh Jawa Kutai Kartanegara 184 kasus lalu Sangatta 76
Timur dengan total 23.050 kasus dan Papua kasus5.
dengan total 19.093 kasus. Jumlah kasus HIV Penggunaan ARV kumulatif sejak tahun
Kalimantan Timur menduduki peringkat 14 Desember 2015 hingga Maret 2016 adalah
dengan jumlah total 2.938 kasus. Provinsi penderita HIV yang aktif terapi ARV berjumlah
Kalimantan Timur menduduki peringkat ke 10 341 orang, penderita yang diterapi ARV namun
dengan jumlah HIV 2.437 dalam 3.553.143 dirujuk keluar ada 118 orang dan tidak ada yang
penduduk dengan prevalensi 68,59% dan estimasi dirujuk masuk, sedangkan untuk yang belum di
di tahun 2012 adalah 22.562 serta diketahui 10,8 terapi namun di rujuk keluar berjumlah 2 dan
%. Jumlah kasus AIDS di Indonesia sampai dirujuk masuk berjumlah 1 orang dan belum
dengan Juni 2015 adalah 67.028. Jumlah kasus diterapi karena belum terindikasi berjumlah 4
tertinggi berada di provinsi Jawa Timur dengan orang. Jumlah penderita yang gagal follow up
total 12.735 kasus, lalu Papua 11.849 kasus dan lebih dari 3 bulan sebanyak 170 orang dan belum
DKI Jakarta 8.019 kasus. Provinsi Kalimantan terapi tetapi DO (Drop out) sebanyak 1 orang5.
Timur menduduki peringkat ke 17 dengan total Namun dari hasil sebuah penelitian,
4
786 kasus . didapatkan adanya penderita HIV/AIDS yang
Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) Klinik kurang patuh dalam meminum obat ARV dengan
VCT (Voluntary Counseling Test) RSUD alasan kelupaan, tertidur ketika waktu minum
A.Wahab Sjahrani Samarinda pada periode tahun obat, sedang bepergian jauh, perubahan rutinitas
2015 sampai dengan Maret 2016 kunjungan harian, terlalu sibuk untuk minum obat, merasa
pasien di klinik VCT pra testing adalah 35.556 sakit (akibat efek samping), serta perasaan depresi
kunjungan sedangkan untuk testing HIV adalah (Hecth, 1997). Oleh karena itu baik dalam
33.899 kunjungan dan post testing berjumlah kepatuhan minum obat juga hal-hal seperti usia,
33.223 kunjungan, dari kunjungan yang telah pekerjaan, asal kabupaten/kota, faktor risiko,
dilakukan didapatkan jumlah klien HIV positif terjadinya AIDS dan pengobatan ARV yang
5
1.282 orang . Sehingga kasus HIV terhitung sejak berperan dalam pengobatan ARV secara
Desember 2015 sampai dengan Maret 2015 komprehensif berpengaruh terhadap HIV/AIDS
adalah 526 orang dan kasus AIDS 756 orang. yang terjadi baik di Indonesia maupun di dunia.
Kasus ODHA meninggal sampai dengan Maret

2
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

METODOLOGI sdan memenuhi kriteri inklusi. Variabel penelitian


Penelitan ini menggunakan jenis penelitian yang akan diteliti adalah usia, asal
deskriptif. Metode penelitian deskriptif digunakan kabupaten/kota, pekerjaan, risiko tinggi,
untuk mencari gambaran karakteristik Ibu pengobatan ARV, terjadinya AIDS, dan status
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di bayi.
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda.
Cara pengambilan data dengan HASIL PENELITIAN
menggunakan data sekunder. Data sekunder Penderita HIV yang tercatat di Klinik
diperoleh dari data Klinik VCT RSUD Abdul VCT RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda
Wahab Sjahranie Samarinda periode Desember adalah 526 orang dan penderita AIDS berjumlah
2015-Maret 2016. Objek penelitian ini adalah 756 orang serta jumlah kasus transmisi perinatal
seluruh ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan adalah 81 kasus dan jumlah ibu penderita HIV
bayi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda yang sedang hamiladalah 44 orang.

Tabel 1. Distribusi frekuensi usia ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Usia
N %
20-24 10 22,72
25-29 13 29,55
30-34 15 34,09
35-39 6 13,64
Total 44 100

Tabel 2. Distribusi frekuensi asal kabupaten/kota ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Kota/Kabupaten
N %
Berau 1 2,27
Bontang 2 4,55
Kutai Barat 1 2,27
Kutai Kartanegara 5 11,36
Kutai Timur 6 13,64
Samarinda 29 65,91
Total 44 100

Tabel 3. Distribusi frekuensi pekerjaan ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Pekerjaan
N %
Swasta 11 25
IRT 33 75
Total 44 100

3
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

Tabel 4. Distribusi frekuensi risiko tinggi ibu penderita HIV yang melahirkan bayi

Total
Risiko Tinggi
N %
Pasangan RISTI 34 77,27
Penasun 1 2,27
WPS 9 20,45
Total 44 100

Tabel 5. Distribusi frekuensi pengobatan ARV ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Terapi ARV
N %
Sudah 27 61,36
Belum 17 38,64
Total 44 100

Tabel 6. Distribusi frekuensi terjadinya AIDS ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Terjadinya AIDS
N %
Sudah 9 20,45
Belum 35 79,55
Total 44 100

Tabel 7. Distribusi frekuensi usia ibu penderita HIV yang melahirkan bayi
Total
Status Bayi
N %
Positif 4 9,09
Negatif 18 40,91
Belum diperiksa 22 50,00
Total 44 100

PEMBAHASAN peneliti adalah usai termuda ibu penderita


Distribusi usia ibu penderita HIV/AIDS yang HIV/AIDS yang melahirkan bayi adalah usia 20
melahirkan bayi tahun dan usia tertua ibu penderita HIV/AIDS
Gambaran ibu penderita HIV/AIDS yang yang melahirkan bayi adalah 39 tahun.
melahirkan bayi berdasarkan usia yang terdapat di Usia dalam hasil penelitian ini merupakan
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode usia ibu saat melahirkan bayi, bukan saat
Desember 2015 - Maret 2016 terdapat pada tabel masuknya HIV ataupun saat didiagnosis HIV,
1 di atas diperoleh hasil bahwa usia ibu yang terkecuali ibu yang dididagnosis HIV saat
melahirkan bayi terbanyak adalah rentang usia skrining sebelum melahirkan di RSUD Abdul
30-34 tahun (34,09%) dan diikuti dengan rentang Wahab Sjahranie. Berdasarkan perjalanan
usia 25-29 tahun (29,55%) sedangkan rentang penyakit HIV dimulai sejak masuknya virus HIV
usia paling rendah adalah usia 35-39 tahun pada saat masa infeksi baik saat pasien tetap
(13,64%). Selain itu data yang didapatkan oleh seronegatif selama beberapa bulan namun masih

4
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

tetap bisa menularkan virus HIV atau dapat Samarinda merupakan kota terbanyak kasus
disebut sebagai masa jendela yang dapat HIV/AIDS yang kemudian disusul oleh
menimbulkan manifestasi klinis 1 sampai dengan Balikpapan dan Tarakan.
4 minggu setelah pajanan dan dilanjukan dengan Kalimantan Timur adalah salah satu provinsi
infeksi akut dimana terjadi pada tahap di Indonesia dengan jumlah penduduk 3.553.143
serokonversi dari status antibodi negatif menjadi jiwa yang mencakup daerah perkotaan sebanyak
positif hingga munculnya gejala dapat ditemukan 2.205.725 jiwa (62,08 persen) dan perdesaan
sekitar 10 tahun sejak serokonversi HIV. Sehingga sebanyak 1.347.418 jiwa (37,92 persen) dengan
dapat disimpulkan bahwa usia terbanyak ibu laju pertumbuhan penduduk 3,81% per tahun
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi dengan presentase penduduk perkotaan 62,08%
6
terjangkit virus HIV saat dekade kedua dan perdesaan 37,92% . Jika dilihat dari
kehidupannya. perbandingan penduduk dengan luas wilayah,
Distribusi asal kabupaten/kota ibu penderita wajar apabila didapatkan hasil Kota Samarinda
HIV/AIDS yang melahirkan bayi memiliki prevalensi tertinggi akibat dari
Berdasarkan hasil penelitian asal persebaran penduduk yang tidak merata karena
kabupaten/kota ibu penderita HIV/AIDS yang Samarinda sebagai ibukota Kalimantan Timur
melahirkan bayi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie menjadikan kota ini banyak di jadikan tempat
Samarinda periode 2015-Maret 2016 terdapat mencari nafkah bagi pendatang dari luar daerah.
pada tabel 2 yaitu dari 44 ibu penderita Namun presentase penduduk di perdesaan tidak
HIV/AIDS yang melahirkan bayi, kota Samarinda kalah banyaknya sedangkan luas wilayahnya lebih
menduduki peringkat pertama yaitu dengan besar dari perkotaan dan kondisi geografis dari
banyaknya 29 orang (65,91%) penderita dalam provinsi Kalimantan Timur, sehingga sedikitnya
waktu 10 tahun. kasus pada daerah jauh dari kota terdapat
Kalimantan Timur menduduki peringkat ke kemungkinan akibat kurangnya kerterjangkauan
14 di Indonesia berdasarkan jumlah kasus HIV kepada fasilitas kesehatan yang memadai maka
menurut provinsi dan peringkat ke 17 berdasarkan kasus HIV/AIDS tidak ditemukan atau
4
jumlah kasus AIDS se-Indonesia . Samarinda terlaporkan.
merupakan ibu kota Provinsi Kalimantan Timur
sekaligus menjadi kota terbanyak penderita
HIV/AIDS di Kalimantan. Berdasarkan profil
kesehatan Provinsi Kalimantan Timur (2012) kota

5
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

Tabel 8. Perhitungan Prevalensi dan Perbandingan Ibu penderita HIV/AIDS terhadap ibu hamil sehat
(Badan Pusat Statistik, 2010)
Asal Jumlah Ibu penderita Jumlah Ibu Hamil Prevalensi Perbandingan
Kabupaten/Kota HIV/AIDS yang yang sehat
melahirkan bayi
Berau 1 4853 2 1 : 4853
Bontang 2 3938 5,1 1 : 1969
Kutai Barat 1 3454 2,8 1 : 3454
Kutai Kartanegara 5 14937 3,4 1 : 2987
Kutai Timur 6 5805 11 1 : 968
Samarinda 29 18935 15 1 : 653

Distribusi pekerjaan ibu penderita HIV/AIDS terjadinya HIV/AIDS pada kelompok ini. Apabila
yang melahirkan bayi pekerjaan dinilai berdasarkan pekerjaan suami
Berdasarkan hasil penelitian bahwa maka kemungkinan terbesar pekerjaan suami ibu
pekerjaan ibu penderita HIV/AIDS yang penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di
melahirkan bayi di RSUD Abdul Wahab Sjahranie RSUD Abdul Wahab Sjahranie berdasarkan
Samarinda periode 2015 - Maret 2016 terdapat infodatin adalah wiraswasta, tenaga non
pada tabel 3 yaitu dari 44 ibu penderita profesional (karyawan), petani/peternak/nelayan
HIV/AIDS yang melahirkan bayi memiliki dan buruh kasar7. Namun oleh karena
pekerjaan terbanyak sebagai ibu rumah tangga keterbatasan penelitian dimana tidak semua
jumlah 33 orang(75%) dan pekerjaan lainnya pasien terdata jelas status suami-istri pada rekam
adalah swasta 11 orang (25%). medis di Klinik VCT akibat pasien yang tidak
Hal ini sesuai bahwa menurut jenis bersedia untuk memberitahukan bahwa dirinya
pekerjaan, penderita AIDS terbanyak dari telah positif HIV maupun suami yang tidak
7
kelompok ibu rumah tangga . Begitu pula yang bersedia diperiksa, maka pekerjaan suami tidak
terjadi di Provinsi Jawa Timur sebagian besar dapat diteliti.
ODHA perempuan berstatus sebagai ibu rumah Distribusi risiko tinggi ibu penderita
tangga dan 13,9% lainnya bekerja sebagai Pekerja HIV/AIDS yang melahirkan bayi
8
Seks Komersil . Berdasarkan hasil penelitian risiko tinggi ibu
Jika ditinjau lebih lanjut dengan penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di
membandingkan pekerjaan dengan resiko tinggi RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode
baik resiko ringgi pasangan risti maupun WPS, 2015-Maret 2016 terdapat pada tabel 4 yaitu
hanya ada 1 orang WPS yang beralih profesi pasangan risti atau dikatakan didapat dari suami
menjadi ibu rumah tangga sedangkan ibu penderita HIV/AIDS dengan jumlah 34 orang
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi (77,27%). Selain itu resiko tinggi lainnya adalah
lainnya adalah murni ibu rumah tangga sehingga WPS (Wanita Pekerja Seks) yaitu 9 orang
dapat disimpulkan bahwa penularan HIV/AIDS (20,24%). Sehingga bisa dikatakan bahwa selama
didapatkan dari suami sehingga memungkinkan ini bukan WPS yang menjadi risiko tinggi
jika pekerjaan suami yang memperngaruhi HIV/AIDS melainkan dari pasangan suami istri
(heteroseksual).

6
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

Hubungan seksual beresiko tanpa Wahab Sjahranie dilakukan saat ibu hami telah
menggunakan kondom dapat menjadi cara didiagnosis HIV maupun ODHA yang
penularan HIV/AIDS namun jika dilihat dari sebelumnya sudah mendapatkan ARV lalu hamil.
pekerjaan terbanyak ibu sebagai ibu rumah Adapun ibu hamil yang belum mendapatkan ARV
tangga, dapat disimpulkan pula jika penularan adalah ibu hamil yang terdeteksi menderita HIV
HIV/AIDS tersebut didapat dari suami si saat sudah berada di Instalasi Gawat Darurat saat
penderita yang kemungkinan besar tidak akan melahirkan atau saat rawat inap. Jika
menggunakan kondom saat berhubungan seksual ditemukan ibu hamil positif maka segera
karena merupakan pasangan sah. Sehingga yang diberikan terapi ARV tanpa memandang nilai
menjadi inti masalah HIV/AIDS dari ibu CD4+ ibu. Namun apabila ditemukan kasus di
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi adalah IGD maupun rawat inap, setelah ditangani pasien
resiko tinggi dari suami penderita, namun karena akan diperkenalkan dengan klinik VCT dan
keterbatasan penelitian dimana tidak terdata status diberikan konseling serta ditawarkan untuk
suami-istri dalam rekam medik akibat pasien yang pendampingan, tetapi banyak pasien yang setelah
tidak bersedia untuk memberitahukan bahwa ditangani langsung pulang dan tidak dapat
dirinya telah positif HIV maupun suami yang dihubungi kembali dan adapula pasien yang
tidak bersedia diperiksa sehingga resiko tinggi menyangkal bahwa telah terpajan HIV. Oleh
suami tidak dapat diteliti. Kemungkinan risiko karena itu masih ada pasien yang belum
tinggi dari suami penderita berdasarkan infodatin mendapatkan terapi ARV.
Kementerian kesehatan RI (2014) adalah Indikasi pemberian ARV adalah dengan
kelompok heteroseksual baik hubungan dengan pemeriksaan viral load dengan hasil 10.000-
wanita yang bukan pasangannya maupun wanita 30.000 kopi/mL dan CD4+ kurang dari 350-
pekerja seks, atau penggunaan narkoba injeksi 500/mm3,namun berdasarkan simposium setengah
(15,2%) dan heteroseksual (2,4%) namun adapula hari, dikatakan bahwa rekomendasi ARV
faktor resiko yang tidak diketahui sebesar profilaksis untuk PMTCT, mengacu pada
7
(17,1%) . rekomendasi WHO yaitu dengan menggunakan
Distribusi pengobatan ARV ibu penderita Highly Active Anti Retroviral Therapy
HIV/AIDS yang melahirkan bayi (HAART)9. Utamanya obat lini pertama, tapi bisa
Berdasarkan hasil penelitian ibu menggunakan triple terapi dengan NRTI untuk
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di menghindari NNRTI (misalnya pada kasus TB)
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode dengan prinsip secepat mungkin (walaupun pada
2015-Maret 2016 yang telah mendapatkan trimester 1), teruskan jika sudah ART dengan
pengobatan ARV terdapat pada tabel 5 yaitu dari menggunakaan ARV terapi atau ARV profilaksis.
44 ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi Distribusi terjadinya AIDS ibu penderita
ada telah mendapatkan pengobatan ARV HIV/AIDS yang melahirkan bayi
sebanyak 27 orang (61,36%). Sedangkan ibu Berdasarkan hasil penelitian ibu
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi yang penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di
belum mendapatkan terapi ARV adalah 17 orang RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode
(38,64%). Pemberian terapi ARV di RSUD Abdul 2015-Maret 2016 terdapat pada tabel 6 yaitu dari

7
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

44 ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi yang belum diperiksa statusnya. Penatalaksaan
yang masuk kedalam tahap AIDS adalah 9 orang bayi setelah dipulangkan dari RSUD Abdul
(20,45%) sedangkan yang belum adalah 35 orang Wahab Sjahranie tidak dilanjutkan sesuai dengan
(79,55)%. prosedur seperti yang ada pada Pengelolaan Bayi
11
Ibu dengan gejala klinis penyakit AIDS yang Baru Lahir dengan Ibu HIV . Saat bayi lahir
sangat jelas (dengan gejala berbagai penyakit diberikan profilaksis selama 6 minggu dengan
oportunistik), jumlah muatan virus di dalam tubuh Zidovudin 100mg dosis tunggal dengan dosis 4
>1000/mL, dan jumlah limfosit <200-350/mL kali berat badan yang dihitung setiap 2 minggu
dianggap menderita penyakit AIDS sangat berat sekali, setelah itu dilakukan pengecekan saat usia
dan harus mendapat pengobatan antiretrovirus, 18 bulan dengan rapid test.
hal ini juga meningkatkan resiko penularan Namun karena jangka waktu yang lama
terhadap bayi10. Dari hasil penelitian yang biasanya banyak bayi yang tidak dibawa kembali
dilakukan oleh Mardhianti, Harmani dan Corliana terlebih jika orang tuanya tidak rutin mengambil
tahun 2013 di Provinsi Jawa Timur, 96 orang ARV di klinik VCT RSUD Abdul Wahab
(49%) sudah terjadi AIDS dan 100 orang (51%) Sjahranie, sehingga banyak bayi yang hilang dari
sudah terjadi AIDS, hal ini tidak sejalan dengan pantauan rumah sakit akibat dari keinginan
penelitian yang telah dilakukan di RSUD Abdul pemeriksaan hanya diserahkan pada kesadaran ibu
8
Wahab Sjahranie Samarinda . dan keluarga untuk memeriksakan bayinya ke
Distribusi status bayi ibu penderita HIV/AIDS rumah sakit maupun pelayanan kesehatan
yang melahirkan bayi setempat. Pihak klinik VCT biasanya
Berdasarkan hasil penelitian status bayi dari menghubungi pasien via telepon namun tidak
ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di terhubung dan kemungkinan besar pasien sudah
RSUD Abdul Wahab Sjahranie Samarinda periode mengganti nomor teleponnya, bahkan ada yang
2015-Maret 2016 terdapat pada tabel 8 hasil meninggal namun tidak dilaporkan. Biasanya
terbanyak adalah belum diperiksa yaitu 22 orang pasien akan datang lagi saat sudah terjadi infeksi
(50%), lalu negatif sebanyak 18 orang(40,91%) opportunistik sehingga dirujuk oleh puskesmas
dan yang paling sedikit adalah positif yaitu 4 maupun rumah sakit lain ke klinik VCT. Saat ini
orang (9,09%). salah satu upaya untuk mengurangi kejadian-
Pengelolaan Bayi Baru Lahir dengan Ibu kejadian gagalnya follow up, sejak Januari 2016
HIV, bayi dengan umur 1,2,4,6,18 bulan telah dilakukan pendampingan dengan ijin dari
dilakukan pemeriksaan PCR DNA/RNA, ODHA yang bersangkutan. Namun diharapkan
diagnosis ditegakkan apabila hasil positif dua kali adanya peran lebih dari rumah sakit, pemerintah,
12
berturut-turut selama selang satu bulan . Untuk dinas terkait serta puskesmas untuk saling
memeriksa PCR segera setelah lahir, pada usia 1- bersinambung melakukan pemantauan home
11
2 bulan dan 3-6 bulan . visiting agar dikemudian hari tidak ada lagi kasus
Hasil penelitian di RSUD Abdul Wahab HIV/AIDS yang hilang dan tidak ter- follow up
Sjahranie tidak seluruh bayi yang lahir dari ibu dengan baik.
penderita HIV di pantau pada bulan-bulan Adapun jejaring PPIA sesuai dengan
berikutnya sehingga menyebabkan ada bayi-bayi Peraturan Menteri Kesehatan RI (2013) layanan

8
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

HIV/AIDS khususnya PPIA dibagi dalam empat berasal dari Samarinda dengan jumlah 29
tingkatan (strata) pelayanan yaitu strata I, II, III orang dibandingkan dengan asal
dan layanan berbasis masyarakat. Strata III kabupaten/kota lainnya.
biasanya dilaksanakan ditingkat Provinsi atau 3. Pekerjaan terbanyak ibu penderita
Nasional yaitu tatalaksana kasus rumit serta HIV/AIDS yang melahirkan bayi adalah ibu
layanan dan dukungan spesialistik. Strata II atau rumah tangga dengan jumlah 33 orang.
tingkat menengah biasanya dilaksanakan di 4. Risiko tinggi terbanyak pada ibu penderita
tingkat Kabupaten/Kota dengan layanan HIV/AIDS yang melahirkan bayi adalah
komprehensif, koordinasi serta pembentukan pasangan risti dengan jumlah 34 orang.
kelompok ODHA. Strata I atau layanan dasar 5. Ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan
dilaksanakan ditingkat Puskesmas Kecamatan. bayi yang telah mendapatkan pengobatan
Kelurahan dengan layanan dasar dan dukungan ARV sebanyak 27 orang.
perawatan dukungan dan pengobatan (PDP) 6. Ibu penderita HIV/AIDS yang melahirkan
maupun layanan yang berbasis masyarakat seperti bayi yang terbanyak adalah belum masuk ke
layanan berbasi rumah dan masyarakat, pengawas tahap AIDS yaitu berjumlah 35 orang.
minum obat (PMO), dan peer group (kelompok 7. Status bayi dari ibu penderita HIV/AIDS
sebaya). yang melahirkan bayi yang terbanyak adalah
Mekanisme hubungan antar strata layanan belum di periksa yaitu 22 orang.
terutama berupa rujukan yang timbal balik.
Rujukan meliputi rujuan pasien, pembinaan dan SARAN
rujukan sampel laboratorium. Dalam Berdasarkan hasil penelitian dan
pelaksanaannya perlu dipertimbangkan segi jarak, pembahasan yang telah dilakukan, terdapat
waktu, biaya dan efisiensi. Dengan demikian, beberapa saran yang ingin dikemukakan oleh
diharapkan jaringan kerjasama yang terjalin dapat peneliti sebagai berikut :
memberikan layanan yang lebih baik kepada 1. Perlu melakukan upaya penyuluhan untuk
13
ODHA . pencegahan penularan HIV/AIDS baik
kepada masyarakat secara umum maupun
KESIMPULAN ibu hamil secara khusus oleh pemerintah
Berdasarkan hasil penelitian dan dan petugas kesehatan serta intervensi
pembahasan yang telah dilakukan, dapat terhadap penularan HIV/AIDS sesuai
disimpulkan hal-hal mengenai gambaran ibu dengan faktor resiko yang ada.
penederita HIV/AIDS yang melahirkan bayi di 2. Seyogyanya pemerintah lebih
RSUD Abdul Wahab Sjahranie periode Desember memperhatikan penularan HIV/AIDS di
2015-Maret 2016, yaitu : masyarakat yaitu dengan bekerjasama
1. Usia terbanyak ibu penderita HIV/AIDS dengan puskesmas untuk pemeriksaan
yang melahirkan bayi terdapat pada rentang HIV/AIDS rutin bagi masyarakat terutama
usia 30-34 tahun. bagi masyarakat yang tinggal jauh dari
2. Asal kabupaten/ kota terbanyak ibu perkotaan dan fasilitas kesehatan yang
penderita HIV/AIDS yang melahirkan bayi memadai.

9
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

3. Pihak rumah sakit perlu melakukan meliputi koordinasi dan kemitraan dengan
pengecekan rutin terhadap bayi yang lahir semua pemangku kepentingan setiap lini,
dari ibu HIV/AIDS sesuai dengan peran aktif komunitas termasuk ODHA dan
Pengelolaan Bayi Baru Lahir maupun keluarga, layanan terintegrasi dan
Peraturan Menteri Kesehatan RI. terdeentralisasi sesuai kondisi setempat,
4. Perlu dilakukan pendataan dan pengawasan akses layanan terjamin, sistem rujukan dan
ketat terhadap penderita HIV/AIDS serta jejaring kerja, serta paket layanan HIV
home visit secara berkala untuk memeriksa komprehensif yang berkesinambungan.
penderita serta bayi yang baru dilahirkan
oleh ibu penderita HIV/AIDS oleh petugas DAFTAR PUSTAKA
kesehatan baik tingkat rumah sakit maupun 1. Djoerban, Z & Djauzi S. (2009).
HIV/AIDS di Indonesia. Dalam Sudoyo
puskesmas.
et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam.
5. Perlu dilakukan pengisian data yang lengkap Jakarta: Interna Publishing.
2. Suhaimi ,D.,Savira,M.,KrisnadiS.R.
mengenai penderita HIV/AIDS secara umum
(2009). Pencegahan dan
maupun khusus yang jelas agar dapat Penatalaksanaan Infeksi HIV pada
Kehamilan. Diunduh pada 3 Maret 2016
dijadikan sumber data dalam kepentingan
dari
penelitian, pendidikan maupun klinik. http://journal.fk.unpad.ac.id/index.php/m
kb/article/download/184/pdf_68
6. Perlu integrasi dan hubungan yang baik
3. Djoerban, Z & Djauzi S. (2009).
sesuai dengan alur layanan ODHA dalam HIV/AIDS di Indonesia. Dalam Sudoyo
et al. Buku Ajar: Ilmu Penyakit Dalam.
jejaring PPIA baik dalam RS Rujukan Strata
Jakarta: Interna Publishing.
III, RS Rujukan Strata II, Layanan Strata I 4. Kementerian Kesehatan RI (2015).
Sumber : Lap.Kemkes triv II 2015.
(Puskesmas Klinik), hingga masyarakat
5. RSUD Abdul Wahab Sjahranie. (2016).
(layanan berbasis rumah dan masyarakat, Data ODHA Klinik VCT. Samarinda.
6. Badan Pusat Statistik.(2010). Hasil
PMO, peer group)
Sensus Penduduk 2010. Diunduh pada
7. Perlu adanya pelatihan PPIA yang didukung 18 Maret 2016 dari
http://sp2010.bps.go.id/index.php/site?id
oleh IDI, IDAI, POGI, IBI, PAPDI, PPNI
=6400000000&wilayah=Kalimantan-
serta ikatan profesi lainnya serta oleh sarana Timur
7. Kementerian Kesehatan RI (2014).
kesehatan oleh Puskesmas, Rumah Sakit,
Situasi dan Analisis HIV AIDS. Diunduh
dokter atau bidan praktek swasta dan dalam pada19 Juni 2015 dari
http://www.depkes.go.id/folder/view/01/
tingkat masyarakat oleh Lembaga Swadaya
structure-publikasi-pusdatin-info-
Masyarakat (LSM) ataupun Kelompok datin.html
8. Mardianti, Harmaini, Corliana. (2013).
Dukungan Sebaya (KDS) ODHA, peran
Pencegahan penularan HIV pada
serta tokoh masyarkat dan pemangku adat perempuan usia reproduksi dan
pencegahna kehamilan yang tidak
serta melalui lembaga keagaamaan melalui
direncanakan pada perempuan dengan
ulama dan tokoh agama. HIV. Diunduh 13 Juni 2016 dari
http://lemlit.uhamka.ac.id/files/maqrav2n
8. Perlunya penguatan enam pilar Layanan
2_2013_10_retno-hal.pdf
HIV/AIDS Komprehensif dan 9. Astari, dkk. (2009). Viral Load pada
Infeksi HIV. Diunduh 13 Juni 2016 dari
berkesinambungan (LKB) sesuai Peraturan
http://journal.unair.ac.id/download-
Menteri Kesehatan RI nomor 51 tahun 2013 fullpapers-

10
JURNAL KEBIDANAN MUTIARA MAHAKAM VOLUME V, NOMOR 1, MARET 2017

Viral%20Load%20Vol%2021%20No%2 12. Indarso F et al. (2015). Pengelolaan Bayi


01.pdf Baru Lahir dari Ibu HIV. Diunduh 26
10. Setiawan,2009 halaman Distribusi Februari 2016 dari
terjadinya AIDS ibu penderita http://old.pediatrik.com/pkb/20060220-
HIV/AIDS yang melahirkan bayi r7mgli-pkb.pdf .
11. Suradi, R.(2003). Tata Laksana Bayi dari 13. Kementerian Kesehatan RI. (2013).
Ibu Pengidap HIV/AIDS. Diunduh 13 Peraturan Menteri Kesehatan RI No 51.
Juni 2016 dari Diunduh pada 10 Maret 2016.
http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/4-4-
5.pdf

11

Anda mungkin juga menyukai