A. PENDAHULUAN
B. LATAR BELAKANG
Masa remaja sangat erat kaitannya dengan perkembangan psikis pada
periode pubertas dan diiringi dengan perkembangan seksual. Remaja adalah
penduduk dalam rentang usia 10-18 tahun dan belum menikah. Remaja
merupakan generasi harapan bangsa dan di era ini. Pada masa remaja terjadi
perubahan fisik dan seksual terhadap lawan jenis cukup besar, ada rasa ingin
tahu yang besar dan ingin mencoba hal-hal yang baru seperti melakukan
hubungan seksual pranikah, kehamilan yang tidak diinginkan, penyakit
menular seksual, dan terkena penyakit Human Immunodeficiency Virus/
Acquired Immuno Deficiency Syndrome (Endarto dan Purnomo, 2013).
United Nations International Children’s Emergency Fund (UNICEF)
menyebutkan sekitar 1,8 juta remaja berusia 10-19 tahun hidup dengan HIV
pada tahun 2015, total 28% lebih tinggi dari perkiraan dari perkiraan yang
sebanding 1,4 juta pada tahun 2005. Dari data tersebut ancaman HIV bagi
remaja sangat besar. Edukasi pada remaja sangat penting dilakukan untuk
meningkatkan pengetahuan remaja akan bahaya HIV/AIDS, dengan edukasi
yang tepat HIV dapat dicegah sehingga kematian akibat HIV dapat ditekan
(UNICEF, 2016)
Jumlah infeksi HIV di Indonesia yang dilaporkan sampai tahun 2018
mencapai 327.282 kasus. Jumlah HIV/AIDS yang dilaporkan pada tahun 2018
yaitu sebanyak 46.659 jumlah kasus HIV dan 10.190 jumlah kasus AIDS.
Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan menurut kelompok umur dari tahun 2010-
2018 di Indonesia yaitu tertinggi pada umur 15-49 tahun yaitu berjumlah
32.847 (70,4%) jumlah kasus. Persentase Infeksi HIV yang dilaporkan
menurut jenis kelamin tahun 2008-2018 yaitu proporsi pengidap HIV dengan
jenis kelamin laki-laki 29.787 (63,8%) kasus dan proporsi pengidap HIV untuk
jenis kelamin perempuan sebanyak 16.872 (36,2%) (Kemenkes RI, 2018)
Hasil (SDKI, 2017) mengenai Kesehatan Reproduksi Remaja
menunjukkan bahwa pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi
belum memadai yaitu 26% remaja perempuan dan 47% remaja laki-laki usia
15-24 tahun tidak mengetahui bahwa pencegahan HIV dapat dilakukan
dengan membatasi hubungan seksual dan memakai kondom saat
berhubungan seksual. Begitu juga dengan gejala PMS kurang diketahui oleh
remaja. Informasi tentang HIV relatif lebih banyak diterima oleh remaja,
meskipun hanya 9,9% remaja perempuan dan 10,6% laki-laki memiliki
pengetahuan komprehensif mengenai HIV/AIDS (Kemenkes RI, 2017).
Pada tahun 2018, sebanyak 58,8% penduduk usia 10-19 tahun di Indonesia
pernah menikah dan pernah mengalami kehamilan.4 Hasil Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2018 diketahui bahwa perilaku berisiko di
kalangan pelajar SMP dan SMA laki sekitar 8,06% dan perempuan 4,17%.4
Prevalensi perilaku merokok, minum minuman beralkohol, dan seks pranikah pada
remaja cenderung meningkat, khususnya di kalangan pelajar SMP atau remaja tahap
awal (early adolescent).
Hasil survei juga menunjukkan bahwa persetujuan seorang pria dalam
melakukan hubungan seksual sebelum menikah lebih besar dibandingkan dengan
wanita. Sebanyak 1% remaja perempuan setuju, bahwa pria boleh melakukan
hubungan seksual sebelum menikah bila dibandingkan dengan 5% pernyataan
remaja pria. Sebanyak enam di antara sepuluh remaja menyatakan pernah pacaran
dan median umur punya pacar pertama kali adalah 16 tahun. Sebesar 39%
responden mengaku mulai berpacaran pada usia 15-17 tahun. Aktivitas pacaran
yang paling sering dilakukan adalah berpegangan tangan dan berpelukan. Sebesar
77% remaja perempuan dan 85% remaja pria berpegangan tangan saat berpacaran,
sementara 32% remaja perempuan dan 47% remaja pria berpelukan. Sebesar 3%
remaja perempuan melakukan hubungan seks pra nikah, sedangkan pada remaja pria
sebanyak 8%. 5 Perilaku pacaran ini juga berhubungan dengan perilaku berisiko
remaja seperti perilaku premarital seks.
Semua keadaan yang disebutkan diatas menunjukkan besarnya masalah
kesehatan pada remaja saat ini dan mengisyaratkan perlunya penanganan dengan
segera secara lebih bersungguh sungguh. Untuk itu diperlukan penyuluhan HIV
AIDS pada siswa sekolah menengah (remaja) agar penyebaran penyakit ini dapat di
tekan.
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
:
Menurunkan penyebaran dan jumlah kasus HIV-AIDS
2. Tujuan Khusus :
Meningkatkan pengetahuan siswa setingkat SLTP dan SLTA tentang HIV-AIDS
meliputi definisi penyakit, penyebab penyakit, cara penularan dan cara
pencegahannya.
D. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN
Penyuluhan dilaksanakan dengan cara Ceramah Tanya Jawab materi penyuluhan
HIV/AIDS yang meliputi definisi penyakit, penyebab penyakit, cara penularan
dan cara pencegahannya.
E. CARA MELAKUKAN KEGIATAN DAN RINCIAN KEGIATAN
1. Pertemuan persiapan dengan pihak sekolah
2. Kegiatan penyuluah bersama sama dengan program Promkes dan program UKS
dr.TUNSIAH
NIP.19840620 201001 2 018
MATERI
1. HIV/AIDS penularan dan pencegahannya
2. Napza sebagai salah satu pintu masuk penularan HIV-AIDS
METODE
Proses kegiatan sebagai berikut :
1. Input :
a. Peserta
b. Materi
c. Perangkat presentasi
2. Proses :
a. Presentasi dan diskusi
b. Pengisian kuisoner Aku Bangga Aku Tahu (ABAT)
3. Output :
a. Tersampaikannya materi HIV/AIDS penularan dan pencegahannya
b. Tersampaikannya materi Napza sebagai salah satu pintu masuk
penularan HIV-AIDS
PESERTA
Peserta penyuluhan berasal dari siswa sekolah menengah di wilayah kerja Puskesmas
Kedundung
PENUTUP
Demikian kerangka acuan pertemuan kiranya dapat dipakai sebagai pedoman dan apabila
ada hal-hal teknis yang belum termuat akan dilengkapi pada saat kegiatan