I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu apa
itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja. Dengan
melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi kekhawatiran
kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV. Salah satu penyakit
menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader kesehatan agar bisa bersama-
sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok beresiko yang suka gonta-ganti
pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin taunya tinggi. Dengan dilakukannya
kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya Remaja dapat lebih sadar lagi akan
pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat memutus penularan bahkan meniadakan
infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar .
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu apa
itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja. Dengan
melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi kekhawatiran
kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV. Salah satu penyakit
menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader kesehatan agar bisa bersama-
sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok beresiko yang suka gonta-ganti
pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin taunya tinggi. Dengan dilakukannya
kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya Remaja dapat lebih sadar lagi akan
pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat memutus penularan bahkan meniadakan
infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar .
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
I. PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan data United Nations Development Economis and Social Affairs tahun 2010, Indonesia
merupakan negara dengan persentase pernikahan usia muda tertinggi kedua di ASEAN (Kementerian
Kesehatan RI, 2015). Pada tahun 2012, tercatat ada 4,5% remaja pria dan 0,7% remaja wanita usia 15-19
tahun yang telah melakukan aktivitas seksual pra nikah (Kementerian Kesehatan, 2015). Di Indonesia,
hingga 2018, pengidap HIV pada anak dan remaja (di bawah 19 tahun) terus bertambah, mencapai 2.881
orang. Jumlah tersebut meningkat dari tahun 2010, yaitu sebanyak 1.622 anak terinfeksi HIV Secara umum,
cara penularan enam dari sembilan kasus pada kelompok usia 15-19 tahun adalah melalui aktivitas seksual
di kalangan homoseksual atau biseksual. Banyaknya kasus infeksi HIV pada kalangan remaja terjadi karena
keterbatasan akses informasi dan layanan kesehatan terkait penyakit tersebut.
Dari rangkaian kegiatan ini telah dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan reagen/rapid test
HIV. Dan sebagian besar remaja tidak tahu apa itu HIV, namun setelah dijelaskan ada beberapa remaja
yang menjadi takut dan menolak untuk melakukan pemeriksaan HIV. Sehingga masih perlunya peran
besar dari orang tua, juga kader kesehatan untuk memberikan edukasi kepada remaja.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Edukasi mengenai HIV masih sangat perlu dilakukan melihat banyak remaja yang masih tidak tahu
apa itu HIV, bagaimana pencegahannya, seperti apa penularannya masih banyak belum diketahui remaja.
Dengan melihat pergaulan bebas dan rasa ingin tahu remaja yang sangat besar diusia mereka ini, menjadi
kekhawatiran kita bersama. Untuk itu perlu dikaji dan ditingkatkan pengetahuan remaja mengenai HIV.
Salah satu penyakit menular ini bukan hanya harus diketahui remaja tapi juga orang tua dan kader
kesehatan agar bisa bersama-sama memutus penularan HIV dalam lingkup masyarakat atau kelompok
beresiko yang suka gonta-ganti pasangan, dari ibu ke anak , maupun dikalangan remaja yang rasa ingin
taunya tinggi. Dengan dilakukannya kegiatan Pemeriksaan HIV ini diharapkan masyarakat, khususnya
Remaja dapat lebih sadar lagi akan pentingnya pemeriksaan HIV sehingga kita bersama-sama dapat
memutus penularan bahkan meniadakan infeksi HIV di masyarakat terlebih khusus anak-anak remaja
yang ada di Wilayah kerja Puskesmas Molompar.
06 Maret2023
Desa Molompar Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
07 Maret 2023
Desa Molompar
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
08 Maret 2023
Desa Molompar Atas
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
09 Maret 2023
Desa Molompar Dua Selatan
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
13 Maret 2023
Desa Molompar Dua
\
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
14 Maret 2023
Desa Molompar Dua Utara
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
15 Maret 2023
Desa Mundung Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
16 Maret 2023
Desa Mundung
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
20 Maret 2023
Desa Esandom
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
21 Maret 2023
Desa Esandom Satu
DOKUMENTASI KEGIATAN
PENEMUAN AKTIF KASUS HIV
DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MOLOMPAR
BULAN MARET 2023
27 Maret 2023
Desa Esandom Dua