PENANGGULANGAN
HIV/AIDS
i
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami pannjtakan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan
Anugerah yang telah diberikan, penyusun dapat menyelesaiakn Buku Panduan
Pelayanan HIV/AIDS di Rumah Sakit Dian Pertiwi Karanganyar. Di dalam
Panduan Pelayanan HIV/AIDS ini meliputi Panduan Pelayanan VCT, PMTCT,
ART, IO, ODHA dan Pelayanan penunjang.
Penyusun
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun oleh:
Tim HIV/AIDS
Disahkan Oleh:
Direktur,
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Laporan Epidemi Human Immunodeficiency Virus (HIV) menurut The
Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) Global 2012
menunjukkan bahwa jumlah penderita HIV di dunia mencapai 34 juta orang.
Sekitar 50% di antaranya adalah perempuan dan 2,1 juta anak berusia
kurang dari 15 tahun. Di wilayah Asia Selatan dan Tenggara terdapat sekitar
4 juta orang dengan HIV dan AIDS. Menurut Laporan Kemajuan Program
HIV dan AIDS WHO South East Asia Region (SEARO) 2011, di wilayah
Asia Tenggara terdapat sekitar 1,3 juta orang (37%) perempuan terinfeksi
HIV.
Sampai dengan tahun 2013, kasus HIV dan AIDS di Indonesia telah
tersebar di 368 dari 497 kabupaten atau kota (72%) di seluruh Propinsi.
Hingga saat ini, HIV masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama di Indonesia. Sejak pertama kali ditemukan tahun 1987
sampai sekarang, kasus HIV teridentifikasi tersebar di seluruh pelosok
Indonesia. Berdasarkan data terbaru, kejadian penularan infeksi HIV
terbanyak adalah melalui hubungan seksual dengan orang terinfeksi tanpa
menggunakan kondom. Diikuti oleh penggunaan alat suntik yang tercemar
darah yang mengandung HIV (karena penggunaan alat suntik secara
bersamaan diantara pengguna napza suntik) dan ditularkan melalui ibu
pengidap HIV kepada anaknya, baik selama kehamilan, persalinan atau
selama menyusui. Cara penularan lain adalah melalui transfusi darah yang
tercemar, alat tusuk, peralatan lainnya seperti tattoo dan adanya infeksi
menular seperti Infeksi Menular Seksual (IMS).
HIV dan AIDS termasuk penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS) yang
mengancam jiwa manusia karena merupakan masalah kesehatan global
saat ini. Masalah yang berkembang sehubungan dengan penyakit infeksi
HIV dan AIDS adalah angka kejadian dan angka kematian yang tinggi.
Menurut data WHO pada tahun 2009, terdapat 38 juta orang meninggal
akibat AIDS, sebanyak 60 juta jiwa terinfeksi HIV kasus baru dan sebanyak
4
50,3 juta jiwa sebagai orang yang hidup dengan HIV dan AIDS atau ODHA
(Nasronuddin, 2012).
Salah satu program prioritas pembangunan pemerintahan Indonesia
adalah upaya peningkatan derajad kesehatan masyarakat sebagai unsur
dari Sustainable Development Goals (SDGs). Berbagai upaya kesehatanpun
diarahkan untuk mendukung program ini, tidak terkecuali perang melawan
penyakit infeksi seperti HIV/AIDS dan penyakit menular lainnya seperti yang
tercantum dalam SDGs. Demi menyukseskan program prioritas
pembangunan pemerintahan Indonesia yaitu SDGs tersebut, Rumah Sakit
Ibu dan Anak (RSIA) Dian Pertiwi Karanganyarmembentuk suatu Tim
Pelayanan HIV/AIDS di lingkungan Rumah Sakit Ibu dan Anak Dian Pertiwi
Karanganyar.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Sebagai acuan bagi petugas kesehatan Rumah Sakit Ibu dan
Anak Dian Pertiwi Karanganyar dalam melaksanakan kegiatan
penanggulangan HIV/AIDS
2. Tujuan Khusus
a. Sebagai acuan memberikan pelayanan Voluntary Counseling
and Testing (VCT)
b. Sebagai acuan memberikan pelayanan Prevention
Mother Mother to Child Transmission (PMTCT)
c. Sebagai acuan memberikan pelayanan Antri Retroviral
Therapy (ART)
d. Sebagai acuan memberikan pelayanan Infeksi
Opportunistik (IO)
e. Sebagai acuan memberikan pelayanan pada ODHA
dengan faktor risiko Injection Drug Use (IDU) dan fungsi
pelayanan penunjang (Gizi, Laboratorium, Radiologi,
Catatan dan Pelaporan)
5
C. Dasar Hukum
1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 209 tentang
Kesehatan
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 tahun 2009 tentang
Rumah Sakit
3. Keputusan Menteri Koordinatoor Kesejahteraan Rakyat Nomor
9/KEP/1994 tentang Strategi Nasional Penanggualangan AIDS di
Indonesia
4. Keputusan Menetri Kesehatan Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005
tentang Pedoman Pelayanan Konseling dan Testing (VCT) HIV/AIDS
5. Keputusan Menetri Kesehatan Nomor 1285/Menkes/SK/X/2002
tentang Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS dan PMS
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneisa Nomor 21 tahun
2013 tentang Penanggulangan HIV/AIDS
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneisa Nomor 87 tahun
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indoneisa Nomor 51 tahun
2013 tentang Pedoman Pencegahan Penularan HIV Ibu ke Bayi
6
BAB II
PELAYANAN HIV/AIDS
1. Definisi
2. Ruang Lingkup
7
3. Standar Fasilitas dan Logistik
a. Materi KIE
3) Formulir rujukan
4. Tata Laksana
8
b. Informed Concent
c. Testing HIV
9
d. Konseling Pasca Testing
4) Jaga konfidensialitas
a) Bersifat sukarela
10
2) Kelompok dukungan VCT
5) Layanan psikiatrik
7) Rujukan
Pasien
1. Sukarela 1. Poliklinik
2. Rujukan 2. IGD
Laboratorium
Rujuk Ke Periksa
RSUD ulang 3
Karanganyar / bulan
RS Moewardi
Pasien
pulang
11
tim HIV-AIDS untuk melakukan pra test dan post test sehingga
pasien merasa nyaman selama dalam perawatan, penanganan
kasusnya dapat di tangani bersamaan dengan kasus penyakit penyerta
lainya.
3. Tata Laksana
12
a. Ibu hamil yang datang dengan hasil positif apaila pada hasil
pemeriksaan 2 cara pemeriksaan yang berbeda. Pada
pemeriksaan laboratorium dan secara serologi
b. Status ibu atau pasien negatif HIV adalah bila hasil tes HIV pasien
negative secara serologis dengan 3 cara yang berbeda
c. Ibu hamil yang belum diketahui status HIV, dilakukan VCT dan
PITC
f. Bayi baru lahir dengan ibu HIV positif lahir dengan Secio
Caesaria, ditolong oleh PPDS perinatologi dan atau konseulen
yang bersangkutan
g. Bayi baru lahir dari ibu HIV positif lahir, mendapat ARV dalam 48
jam pertama kehidupan yang tersedia di klinik VCT
13
k. Status HIV negative adalah bila hasil negative 2x pemeriksaan
PCR dengan jarak 1 bulan, atau hasil pemeriksaan serologi
negative pada usia >18 bulan dengan 3 cara pemeriksaan yang
berbeda
l. Bayi dengan status HIV positif dan ada indikasi untuk terapi ARV,
dirujuk ke kliniuk VCT.
C. AntiretroviralTherapy (ART)
1. Definisi
2. Ruang Lingkup
3. Tatalaksana
14
a) Mulai terapi ARV pada semua pasien dengan
jumlah CD4 <350 sel/mm3 tanpa memandang
stadium klinisnya
15
Prinsip dalam pemberian ARV adalah :
1) Panduan ARV harus menggunakan 3 jenis obat yang
terserap dan berada dalam dosis terapeputik
2) Membantu pasien agar patuh minum obat
3) Menjaga kesinambungan, ketersediaan obat ARV dengan
menerapkan manajemen logistik yang baik
16
respons imun spesifik pathogen pada ODHA yang berespon
baik terhadap ARV.
Pada saat ini dikenal dua jenis SPI yang sering tumpang
tindih, yaitu sindrom pulih imun unmasking dan sindrom pulih
imun paradoksikal. Jenis unmasking terjadi pada pasien yang
tidak terdiagnosis dan tidak mendapat terapi untuk infeksi
opportunistiknya dan langsung mendapatkan terapi ARV-nya.
Pada jenis paradoksial, pasien telah mendapatkan
pengobatan untuk infeksi opportunistiknya.
2. Ruang Lingkup
17
b. Perjalanan Infeksi HIV
1. Definisi
ODHA atau Orang Dengan HIV-AIDS adalah orang yang telah tertular
virus HIV atau menederita AIDS.
2. Ruang Lingkup
18
e. Pelayanan penunjang, yang meliputi: pelayanan gizi,
laboratorium, dan radiologi, pencatatan dan pelaporan.
3. Tata Laksana
19
BAB III
STANDAR KETENAGAAN
1. Konselor
2. Dokter Spesialis
3. Dokter Umum
5. Petugas Laboratorium
6. Farmasis
7. Petugas Administrasi
B. Distribusi Ketenagaan
4. Perawat: 3 orang
5. Bidan 1 orang
20
7. Farmasi: 1 orang
21
BAB IV
KESELAMATAN KERJA
A. Perlindungan Diri
Perlindungan Diri dengan Profilaksis Ppasca Pajanan HIV (PPP).
Profilaksis Pasca Pajanan HIV merupakan adalah tindakan
pencegahan terhadap petugas kesehatan yang tertular HIV akibat
tertusuk jarum, tercemar darah dari penderita atau mayat penderita
HIV. Paparan cairan infeksius tidak saja membawa virus HIV
tetapi juga virus hepatitis (HBV atau HCV). Perlukaan perkutaneus
merupakan kecelakaan kerja tersering dan biasanya disebabkan oleh
jarum yang berlubang (hollow-bor-needle).
1. Tertusuk atau superfisial yang merusak kulit oleh jarum solid yang
terpapar sumber dengan HIV positif asimtomtik. Membran mukosa
terpapar oleh darah terinfeksi HIV dalam jumlah banyak jumlah
banyak, dari sumber HIV (+) asimptomatik (tergantung dari
banyak tidaknyavolume dan tetesan)
22
5. Luka tusukan jarum yang telah digunakan untuk mengambil
darah arteri atau vena pasien
6. Luka tusuk dari jenis jarum apapun yang telah digunakan pada
sumber dengan HIV (+)yang simptomatik
23
2. EC 2 : seperti EC-1, tetapi jumlah bahan paparan lebih
banyak dan waktu paparan lebihlama
2. Penanganan luka
F. Disinfeksi
Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu antara
Betadine (povidone iodine 2,5%) selama 5 menit ataupun dengan
Alkohol 70% selama 3 menit.
24
Catatan:
G. Pemantauan
Tes Antibodi dilakukan pada minggu ke-6, minggu ke -12 dan bulan
ke 6. Dapatdiperpanjang sampai bulan ke-12.
H. Aspek Manajemen
25
BAB V
KESELAMATAN PASIEN
26
a. Suatu proses untuk menghilangkan mikroorganismes dari
alat kesehatan kecuali beberapa endospora bakteri
5. Sterilisasi
F. Penanganan Linen
27
BAB VI
PENGENDALIAN MUTU
A. VCT
28
2. Syarat minimal
1. Supervisi Laboratorium
29
BAB VII
PENUTUP
30
31