(Pelatihan HIV-AIDS)
• Pengobatan simptomatik
• Dukungan psikososial : depresi, ansietas
• Pengobatan Infeksi Oportunistik ( IO )
• Pencegahan IO : kotrimoksasol
• Pengobatan antiretroviral ( ARV
Perawatan pasien HIV
• Hindari stigmata & diskriminasi pasien
• Jaga kerahasiaan status pasien
• Jangan takut merawat pasien,risiko tertular pada petugas kesehatan
sangat rendah
• Rawat pasien dengan empati, jangan mendakwa/menghakimi
perilaku pasien
• Deteksi adanya depresi dan ansietas
• Putus asa sering membunuh pasien lebih cepat dari penyakitnya
sendiri
Diagnosis & penatalaksanaan infeksi
oportunistik
• Infeksi oportunistik ( IO ) tersering di Indonesia :
Infeksi saluran napas :
Tuberkulosis paru & ekstraparu t.u. limfadenitis TB
Pneumosistis pneumonia ( PCP )
Pneumonia bakteri berat
• Infeksi mulut & saluran cerna :
Kandidiasis mulut ( tersering ) & esofagus
Diare kronis : TB-intestinal, berbagai parasit
• Susunan saraf pusat ( neuro-AIDS )
Toksoplasma ensefalitis
Kriptokokkus meningitis
• Mata : sitomegalovirus retinitis
Memulai ARV
• Paling penting : Pasien harus sudah siap ; hambatan terhadap
kepatuhan berobat seumur hidup harus sudah dapat diatasi
• Sebelum mulai ARV perlu dilakukan :
Konseling tentang ARV dan kepatuhan berobat
Menilai ada tidaknya hambatan terhadap kepatuhan
Risiko toksisitas jangka pendek dan panjang
Penilaian awal laboratorium :
CD4 dan viral load ( bila memungkinkan )
Darah lengkap, profil lipid, gula darah, fungsi hepar/ginjal
Jangan memulai ARV jika:
• Pasien tidak memiliki motivasi
• Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup
• Tidak dapat memonitor
• Gangguan fungsi ginjal / hati berat
• Penyakit oportunistik / infeksi oportunistik terminal / tak dapat
disembuhkan, misal : limfoma maligna
INDIKASI MULAI ARV