Anda di halaman 1dari 21

Pelatihan POKJA PROGNAS

(Pelatihan HIV-AIDS)

dr.Abdul Razak Kelana Ibrahim , SpPD


RS. GRAHA BUNDA
PROGNAS

Standar 1 : Penurunan angka kematian ibu dan


bayi serta peningkatan kesehatan ibu
dan bayi
Standar 2 : Penurunan angka kesakitan HIV/AIDS
Standar 3 : Penurunan angka kesakitan
Tuberkulosis
Standar 4 : Penyelenggaraan pengendalian
resistensi antimikroba ( PPRA )
Standar 5 : Pelayanan geriatri

SNARS EDISI 1 KARS


Elemen Penilaian Standar 2
1. Adanya regulasi Rumah Sakit dan dukungan penuh
manajemen dalam pelayanan penanggulangan HIV/AIDS (R)
2. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menyusun rencana
pelayanan penanggulangan HIV/AIDS (D,W)
3. Pimpinan RS berpartisipasi dalam menetapkan
keseluruhan proses/mekanisme dalam pelayanan
penanggulangan HIV/AIDS termasuk pelaporannya. (D,W)
4. Terbentuk dan berfungsinya Tim HIV/AIDS Rumah Sakit (
D,W )
5. Terlaksananya pelatihan untuk meningkatkan kemampuan
teknis Tim HIV/AIDS sesuai standar.(D,W)
6. Terlaksananya fungsi rujukan HIV/AIDS pada rumah sakit
sesuai dengan kebijakan yang berlaku (D)
7. Terlaksananya pelayanan VCT, ART, PMTCT, IO, ODHA dgn
faktor risiko IDU, penunjang sesuai dengan kebijakan ( D )

SNARS EDISI 1 KARS


PENDAHULUAN
• HIV adalah masalah infeksi utama di negara berkembang karena :
• Penyebarannya cepat & luas
• Terutama Mengenai usia muda, wanita dan anaknya
• Berdampak besar pada sosial, ekonomi, psikologis
• Masih mendapat stigmata dan diskriminasi luas
• Morbiditas dan mortalitas tinggi
• Banyak masalah diagnosis dan penatalaksanaan HIV di negara
berkembang dengan sumber
Diagnosis HIV/AIDS di negara berkembang
Diagnosis sering terlambat karena :
• Diagnosis klinis dini sulit karena periode asimptomatik yang lama.
• Pasien enggan / takut periksa ke dokter
• Sering pasien berobat pada stadium AIDS dengan infeksi
oportunistik yang sulit didiagnosis karena :
kurang dikenal
manifestasi klinis atipikal
sarana diagnostik kurang
DIAGNOSIS klinis
• Curiga AIDS secara klinis :
• Penyakit kulit :
 dermatitis seborroik kambuhan,
 psoriasis
 prurigo noduler,
 dermatitis generalisata
• Limfadenopati generalisata
• Infeksi jamur kambuhan ( kandidiasis vagina / keputihan ) pada alat kelamin wanita
• Pneumonia berat berulang
• Pasien TBC terutama :
 TB ekstrapulmonal : limfadenitis TB, efusi pleura TB, TB intestinal, TB peritoneal, TB kulit
 TB paru + kandida oral
 TB –MDR , TB-XDR
DIAGNOSIS
• Riwayat perilaku seksual
• Riwayat penggunaan narkoba
• Riwayat pekerjaan : pelaut, sopir truk, dll
• Riwayat bekerja di daerah endemis dengan perilaku risiko tinggi
• Riwayat transfusi
• Perhatikan ciri khas / tanda kelompok risiko misal : tato , perilaku
tertentu
• Sekarang HIV sudah berkembang pada bukan kelompok risti misal
ibu rumah tangga
DIAGNOSIS Laboratorium HIV
Diagnosis Laboratorium :
• Serologis / deteksi antibodi : rapid tes, ELISA, Western Blot ( untuk
konfirmasi )
• Deteksi virus : RT-PCR, antigen p24
• Indikasi :
Pasien secara klinis curiga AIDS
Orang dengan risiko tinggi Pasien infeksi menular seksual
Ibu hamil di antenatal care ( PMTCT )
Pasangan seks atau anak dari pasien positip HIV
DIAGNOSIS laboratorium
• Perhatikan negatif palsu karena periode jendela
Pada risiko tinggi , tes perlu diulang 3 bulan kemudian, dan
seterusnya tiap 3 bulan.
• Hati-hati positif palsu terutama pada pasien yang asimptomatik.
Pemeriksaan serologi harus dikonfirmasi dengan western blot, atau
setidaknya harus dengan strategi 3 test dengan metode berbeda
yang melibatkan ELISA.
DIAGNOSIS
• Sebelum tes harus dikonseling dulu dan harus menandatangani
surat persetujuan (inform consent)
Konseling dapat dilakukan di :
Klinik Voluntary Conseling and testing (VCT ) oleh konselor
terlatih
Tempat praktek, puskesmas oleh petugas kesehatan terlatih
secara provider initiative testing and conseling( PITC ).
• Jaga kerahasiaan status pasien
Penatalaksanaan di negara berkembang
• Pengobatan suportif :
 Sebagian besar pasien malnutrisi : perlu dukungan nutrisi
 Multivitamin : B-complex, C, E, selenium
Fawzi et al. N Engl J Med 2004 ;351(1): 23-32

• Pengobatan simptomatik
• Dukungan psikososial : depresi, ansietas
• Pengobatan Infeksi Oportunistik ( IO )
• Pencegahan IO : kotrimoksasol
• Pengobatan antiretroviral ( ARV
Perawatan pasien HIV
• Hindari stigmata & diskriminasi pasien
• Jaga kerahasiaan status pasien
• Jangan takut merawat pasien,risiko tertular pada petugas kesehatan
sangat rendah
• Rawat pasien dengan empati, jangan mendakwa/menghakimi
perilaku pasien
• Deteksi adanya depresi dan ansietas
• Putus asa sering membunuh pasien lebih cepat dari penyakitnya
sendiri
Diagnosis & penatalaksanaan infeksi
oportunistik
• Infeksi oportunistik ( IO ) tersering di Indonesia :
Infeksi saluran napas :
Tuberkulosis paru & ekstraparu t.u. limfadenitis TB
Pneumosistis pneumonia ( PCP )
Pneumonia bakteri berat
• Infeksi mulut & saluran cerna :
 Kandidiasis mulut ( tersering ) & esofagus
 Diare kronis : TB-intestinal, berbagai parasit
• Susunan saraf pusat ( neuro-AIDS )
Toksoplasma ensefalitis
Kriptokokkus meningitis
• Mata : sitomegalovirus retinitis
Memulai ARV
• Paling penting : Pasien harus sudah siap ; hambatan terhadap
kepatuhan berobat seumur hidup harus sudah dapat diatasi
• Sebelum mulai ARV perlu dilakukan :
Konseling tentang ARV dan kepatuhan berobat
Menilai ada tidaknya hambatan terhadap kepatuhan
Risiko toksisitas jangka pendek dan panjang
Penilaian awal laboratorium :
 CD4 dan viral load ( bila memungkinkan )
 Darah lengkap, profil lipid, gula darah, fungsi hepar/ginjal
Jangan memulai ARV jika:
• Pasien tidak memiliki motivasi
• Pengobatan tidak dapat terus menerus seumur hidup
• Tidak dapat memonitor
• Gangguan fungsi ginjal / hati berat
• Penyakit oportunistik / infeksi oportunistik terminal / tak dapat
disembuhkan, misal : limfoma maligna
INDIKASI MULAI ARV

Permenkes No.87, 2014


Pedoman Terapi ARV
• Jangangunakanobattunggalatau2 obat
• Selalu gunakan minimal kombinasi 3 ARV disebut:
“ HAART “ (Highly Active Anti Retroviral Therapy)
• Kombinasi ARV lini pertama pasien naïve ( belum pernah pakai ARV
sebelumnya) yang dianjurkan:
2 NRTI + 1 NNRTI
• Di Indonesia :
- Lini pertama: AZT + 3TC + EFV atauNVP
- Alternatif : d4T + 3TC + EFV atauNVP
AZT ataud4T + 3TC + 1 PI (LPV/r)
• Terapi seumur hidup, mutlak perlu kepatuhan ok risiko cepat terjadi
resistensi bila sering lupa minum obat.
Permenkes No.87, 2014
Rekomendasi tes laboratorium setelah terapi ARV

Permenkes No.87, 2014


TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai