Anda di halaman 1dari 22

PEDOMAN PELAYANAN HIV-AIDS

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN PASANGKAYU
TAHUN 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan
kepada kita sehingga kita dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan HIV-AIDS
di RSUD Kab. Pasangkayu. Buku ini merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan
pelayanan pada pasien yang akan menjalani tes HIV, konseling HIV, dan
pengobatan HIV-AIDS di RSUD Kab. Pasangkayu. Buku pedoman ini diharapkan
dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik VCT- CST RSUD Kab. Pasangkayu.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak dalam
menyelesaikan Buku Pedoman Pelayanan HIV-AIDS. Kami sangat menyadari
banyak terdapat kekurangan dalam buku ini. Kekurangan ini secara
berkesinambungan terus diperbaiki sesuai dengan tuntunan dalam pengembangan
RSUD Kab. Pasangkayu.

Pasangkayu, Januari 2022

Tim Penyusun
DAFTAR
ISI

BAB I. PENDAHULUAN...................................................................................... 1
.....
A. Latar Belakang..................................................................................... 1
B. Tujuan Pedoman ................................................................................. 2
C. Ruang Lingkup Pelayananan .............................................................. 2
D. Landasan Hukum................................................................................. 2
BAB II. STANDAR KETENAGAAN ..................................................................... 3
A. Sumber Daya 3
Manusia.........................................................................
B. Uraian Tugas ....................................................................................... 3
BAB III. TATA LAKSANA PELAYANAN ............................................................. 5
A. Layanan Tes HIV ............................................................................... 5
B. Informed Concent................................................................................. 5
C. Konseling PreTesting................................................................................. 5
D. Konseling Pasc Testing....................................................................... 6
E. Pelayanan Dukungan Berkelanjutan 7
BAB IV LOGISTIK.................................................................................................... 8
BAB V. …......................
KESELAMATAN ….................
PASIEN………………………………………………….. 9
BAB VI. KESELAMATAN KERJA........................................................................ 11
BAB VII. PENGENDALIAN MUTU........................................................................ 13
BAB VIII. PENUTUP............................................................................................... 15

1
KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN PASANGKAYU

NOMOR TAHUN 2022

TENTANG

PEDOMAN PELAYANAN PENANGGULANGAN HIV-AIDS


DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN PASANGKAYU

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


KABUPATEN PASANGKAYU

Menimbang : a. Bahwa dalam upaya memberikan pelayanan kesehatan kepada


pasien dengan HIV/AIDS di Rumah Sakit Umum Daerah
Kabupaten Pasangkayu, maka diperlukan adanya kebijakan
Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasangkayu
sebagai landasan bagi seluruh penyelenggara dan pelaksana
pelayanan kesehatan khususnya yang terlibat dalam pelayanan
HIV/AIDS diRumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasangkayu;
b. Bahwa untuk kepentingan tersebut di atas, perlu diterbitkan
Peraturan Direktur tentang Kebijakan Pelayanan Penanggulangan
HIV-AIDS Rumah Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasangkayu;
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf
a dan huruf b, maka ditetapkan Pedoman Pelayanan HIV/AIDS
dengan keputusan Direktur RSUD Kabupaten Pasangkayu.
Mengingat : 1. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004
tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009
tentang Rumah Sakit;
3. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
tentang Kesehatan;
4. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 tentang Tenaga
Kesehatan ;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1333/Menkes
/Per/11/1988 tentang Rumah Sakit;
6. Keputusan Menteri kesehatan Nomor 1333/ Menkes/SK/XII/1999
tentang Standar pelayanan Rumah Sakit;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1438/Menkes/SK/II/2008
tentang Standar Pelayanan Kedokteran;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV-AIDS;
9. Peraturan Pemerintah nomor 33 tahun 2012 tentang
Pemberian Air Susu Ibu Eksklusif;
10. Keputusan Menteri kesehatan nomor 1116/Menkes/SK/VIII/2003
tentang pedoman Penyelenggaraan Sistem Surveilans
Epidemiologi Kesehatan;
11. Peraturan Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat nomor
02/Per/Menko/Kesra/I/2007 tentang Kebijakan Nasional
Penanggulangan HIV-AIDS melalui pengurangan dampak buruk
penggunaan Narkotika, psikotropika, dan zat adiktif;
12. Surat Keputusan Bupati Kabupaten Pasangkayu Nomor
821.29/76/BKPPD/2018 tentang Mutasi dan Pemberian Tugas
Tambahan bagi fungsional kesehatan sebagai Direktur Rumah
Sakit Umum Daerah, Kepala Unit Pelaksana Teknis
Puskesmas dan Kepala Unit Pelaksana Teknis
Laboratorium Kesehatan Daerah lingkup Dinas Kesehatan
Kabupaten Pasangkayu.

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
KESATU : Keputusan DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
KABUPATEN PASANGKAYU TENTANG PEDOMAN PELAYANAN
PENANGGULANGAN HIV-AIDS DI RUMAH SAKIT UMUM
DAERAH KABUPATEN PASANGKAYU;
KEDUA : Memberlakukan Pedoman Pelayanan HIV-AIDS pada Rumah
Sakit Umum Daerah Kabupaten Pasangkayu, dengan rincian
sebagaimana dokumen terlampir;
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila
dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam keputusan ini,
akan diadakan pembetulan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di Pasangkayu
Pada tanggal , 10 Januari 2022

DIREKTUR,

dr. Welly Patana Salu, Sp. B


Nip. 197812012005021004

Tembusan : Kepada Yth;


1. Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu;
2. Pertinggal.
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Infeksi HIV-AIDS menjadi masalah global. Infeksi menjalar secara


cepat tanpa mengenal batas negara dan menyerang semua lapisan penduduk. Di
seluruh dunia lebih dari 20 juta orang telah meninggal, sementara 33,3 juta orang
saat ini hidup dengan HIV. Infeksi HIV-AIDS merupakan ancaman terbesar
terhadap pembangunan sosial ekonomi, stabilitas dan keamanan pada negara-
negara berkembang. HIV-AIDS telah menyebabkan kemiskinan yang semakin
parah. Dampak permasalahan infeksi HIV-AIDS telah menyebabkan infeksi HIV-
AIDS termasuk salah satu dari 8 target dalam Millenium Development Goals
(MDGs), yaitu target nomor 6, yaitu menghentikan dan mengadakan pencegahan
infeksi HIV-AIDS. Target tersebut merupakan tantangan utama dalam
pembangunan diseluruh dunia yang harus tercapai pada tahun 2015.
Dari data yang ada, tren penularan HIV di Indonesia saat ini tidak lagi
terbatas pada kelompok populasi berisiko, tetapi sudah merambah ke kelompok
yang tadinya dianggap kurang atau bahkan tidak beresiko. Trend penularan
tersebut juga mulai berlangsung di masyarakat sekitar lingkungan Kab.
Pasangkayu, dimana pasangan dan bahkan anak dari masyarakat di sekitar
lingkungan Kab. Pasangkayu pun sudah ada yang terinfeksi HIV.
Perkembangan kasus HIV-AIDS di sekitar lingkungan Kab.
Pasangkayu dari hari ke hari cenderung terus meningkat dan dikhawatirkan akan
memberikan dampak negatif yang cukup besar pada pelaksanaan tugas pokok
masyarakat dimasa yang akan datang. Untuk itu upaya-upaya penanggulangan
HIV-AIDS di sekitar lingkungan RSUD Kab. Pasangkayu pada umumnya dan
staf Rumah Sakit pada khususnya, perlu terus dilaksanakan dan dikembangkan
melalui pendekatan terpadu, terarah dan berkesinambungan dengan melibatkan
berbagai pihak terkait. Agar upaya tersebut dapat berjalan secara efektif
dan efisien. Oleh karena itu untuk mencapai satu kesatuan pola pikir yang sama
maka RSUD Kab. Pasangkayu membuat suatu pedoman organisasi TIM HIV-
AIDS.

B. TUJUAN PEDOMAN

1. Tujuan Umum
Pedoman ini diharapkan dapat memberikan gambaran yang memuat garis
besar dari setiap kegiatan dalam upaya penanggulangan infeksi HIV-AIDS di
lingkungan RSUD Kab. Pasangkayu
2. Tujuan Khusus
a. Dijadikan pedoman dalam upaya pencegahan dan penanggulangan
terpadu HIV AIDS sehingga terdapat keseragaman langkah dalam upaya
penanggulangan HIV-AIDS.
b. Meningkatkan angka penemuan HIV AIDS.
c. Meningkatkan kualitas hidup ODHA.
d. Menurunkan tingkat kesakitan dan kematian akibat HIV-AIDS di
lingkungan RSUD Kab. Pasangkayu

C. RUANG LINGKUP PELAYANAN


1. Voluntary Counseling and Testing (VCT)

1
VCT merupakan salah satu strategi kesehatan masyarakat dan sebagai
pintu masuk ke seluruh layanan kesehatan HIV-AIDS berkelanjutan.
Pelayanan

VCT berkualitas bukan hanya membuat orang mempunyai akses terhadap


pelayanan namun juga efektif dalam pencegahan terhadap HIV. Layanan
VCT dapat digunakan untuk mengubah perilaku berisiko dan memberikan
informasi tentang pencegahan HIV-AIDS.

2. Care, Support and Treatment (CST)


Layanan perawatan yang tersedia meliputi konseling dan tes HIV
untuk tujuan skrining dan diagnostik. Terapi antiretroviral (ARV) merupakan
komitmen jangka panjang dan kepatuhan terapi adalah hal yang paling
penting dalam menekan replikasi HIV d a n menghindari terjadinya resistensi.
Pasien dianjurkan untuk melakukan konseling ARV. Konseling ini yang
terpenting adalah faktor adheren atau kepatuhan untuk minum obat. Isi dari
konseling ini tentang minum obat tepat waktu, tepat dosis dan tepat
penggunaan obat.

3. Infeksi Oportunistik (IO) & Infeksi Menular Seksual (IMS)


Pelayanan IO dan IMS dilakukan oleh spesialis ataupun dokter umum.
Pasien yang membutuhkan terapi ARV akan dirujuk ke poli VCT-CST
RSUD Kab. Pasangkayu. Pasien selain mendapatkan pengobatan juga akan
mendapatkan dukungan gizi, pelayanan laboratorium dan radiologi.

4. Prevention of Mother to Child HIV Transmission (PMTCT)


Pelayanan PMTCT merupakan salah satu pelayanan tersedia untuk klien
yang berusia produktif, mempunyai istri atau suami. Pelayanan PMTCT
menjadi fokus dari Klinik Kebidanan dan Kandungan dan Klinik Anak.

5. Pelayanan pada ODHA dengan Faktor Risiko Injection Drug Use (IDU)
Pasien dengan NAPZA yang menjalani program konseling dengan
dokter umum akan diperiksa status HIV-nya.

D. LANDASAN HUKUM
1. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular
2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1285/Menkes/SK/X/2002 tentang
Pedoman Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual.
3. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
4. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1278/Menkes/SK/XII/2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV
5. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS
6. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV
7. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengobatan Antiretroviral
8. Surat edaran Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor
HK.02.02/I/1564/2018 tentang penatalaksanaan orang dengan HIV AIDS
(ODHA) untuk eliminasi HIV AIDS tahun 2030

2
3
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

A. SUMBER DAYA MANUSIA

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu komponen yang paling
penting untuk mendukung dan memberikan pelayanan HIV-AIDS yang
berkesinambungan. Pengetahuan dan sikap SDM dalam hal ini adalah petugas
kesehatan akan mempengaruhi keefektifan penyediaan pelayanan HIV-AIDS.
Pelayanan HIV-AIDS membutuhkan tenaga kesehatan yang berdedikasi dan
mempunyai ketrampilan yang memadai.
Adapun petugas pelayanan HIV-AIDS di RSUD Kab. Pasangkayu terdiri
dari:
1. Kepala Klinik VCT-CST (1 orang)
2. Dokter umum (1 orang)
3. Konselor (1 orang)
4. Perawat (1 orang)
5. Petugas Laboratorium (1 orang)
6. Farmasis (1 orang)
7. Petugas Administrasi/Pencatatan Pelaporan (1 orang)

B. URAIAN TUGAS TIM


Adapun uraian tugas anggota TIM HIV AIDS RSUD Kab. Pasangkayu,
antara lain :
1. Ketua Tim/Dokter Umum
Seseorang yang memiliki keahlian managerial dan program terkait dengan
pengembangan layanan VCT dan CST dan penanganan program perawatan,
dukungan dan pengobatan HIV dan Aids.
1. Melakukan koordinator pelayanan medis
2. Melakukan pemeriksaan medis, pengobatan, perawatan maupun
tindak lanjut terhadap klien
3. Melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang, laboratorium, dokter ahli,
konseling lanjutan)
4. Melakukan konsultasi kepada dokter ahli
5. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional
6. Mengawasi dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan.
7. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara keseluruhan
berkualitas sesuai pedoman VCT dan CST Departemen Kesehatan RI
8. Menkoordinir pertemuan berkala tim VCT/CST
9. Melakukan monitoring internal dan penilaian berkala
10. Mengembangkan standar porsedur operasional pelayanan di RS
2. Konselor VCT
Konselor VCT yang berasal dari tenaga kesehatan atau non
kesehatan yang telah mengikuti pelatihan VCT.
Tugas konselor VCT :
1. Mengisi kelengkapan pengisian formulir klien, pendokumentasian dan
pencatatan konseling klien dan menyimpannya agar terjaga
kerahasiannya.
2. Pembaruan data dan pengetahuan HIV/AIDS.
3. Membuat jejaring eksternal dengan layanan pencegahan dan dukungan di
masyarakat dan jejaring internal dengan berbagai bagian rumah sakit yang
terkait.
4. Memberikan informasi HIV/AIDS yang relevan dan akurat, sehingga
klien merasa berdaya untuk membuat pilihan untuk melaksanakan testing
atau tidak.
5. Bila klien setuju melakukan testing, konselor perlu
mendapatkan jaminan bahwa klien betul menyetujuinya.
6. Menjaga bahwa informasi yang disampaikan klien kepadanya adalah
bersifat pribadi dan rahasia
3. Perawat
1. Mengidentifikasi pasien dengan suspek HIV/AIDS.
2. Memotivasi pasien dengan suspek HIV/AIDS untuk mengikuti VCT
(voluntary counseling testing).
3. Mampu melakukan perawatan bagi ODHA.
4. Mampu mengenali keadaan gawat darurat yang dialami oleh pasien
ODHA.
5. Mampu memberikan terapi yang benar sesuai instruksi dari dokter.
6. Berkolaborasi dengan tenaga kesehatan lainnya.
4. Petugas laboratorium
Petugas laboratorium yang telah mengikuti pelatihan tentang teknik
memproses testing HIV, testing cepat dan mengikuti algoritma testing yang
diadopsi dari WHO
Tugas petugas laboratorium :
1. Mengambil darah klien dan melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai
dengan SOP yang telah ditetapkan
2. Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
3. Mengikuti perkembangan kemajuan teknologi pemeriksaan laboratorium
4. Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan dan merujuk ke
laboratorium rujukan jika memang diperluka
5. Petugas Rekam Medis
Petugas dari bagian rekam medis yang telah mengikuti pelatihan tentang
pencatatan dan pelaporan kasus-kasus HIV dan AIDS
Tugas petugas rekam medis :
1. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, melakukan pengumpulan,
pengolahan dan analisis data
2. Membuat pencatatan dan pelaporan
6. Petugas Farmasi
Petugas dari bagian farmasi rumah sakit yang bertanggung jawab terhadap
kesediaan obat ARV dan obat-obat IO yang sesuai standar di rumah sakit dan
Dinas Kesehatan.
Tugas petugas farmasi :
1. Melakukan pencatatan dan pelaporan ketersediaan obat ARV dan obat-
obatan IO yang ada di RS
2. Melayani pengambilan obat untuk pasien dengan HIV dan AIDS
3. Memberikan penjelasan tentang cara minum obat kepada pasien
HIV dan AIDS

5
BAB III

TATA LAKSANA PELAYANAN

A. LAYANAN TES HIV

Layanan tes HIV mencakup layanan tes HIV lengkap, yaitu tes atas inisiasi
petugas, jejaring dengan layanan perawatan, hasil tes yang benar, konseling,
jaminan kualitas, dll. Tes HIV dimintakan secara rutin kepada pasien dengan
gejala terkait HIV AIDS (termasuk pada anak dengan malnutrisi), semua pasien
TB, semua ibu hamil, semua pasien IMS, semua pasien hepatitis B,C, Populasi
kunci HIV (LSL, Waria, WPS, Penasun), waega binaan pemasyarakatan dan
pasangan ODHA.
Prinsip testing HIV adalah terjaga kerahasiaannya. Testing dimaksudkan
untuk menegakkan diagnosis. Penggunaan testing cepat (rapid testing)
memungkinkan klien mendapatkan hasil testing pada hari yang sama. Tujuan
testing adalah:
1. Menegakkan diagnosis
2. Pengamanan darah donor (skrining)
3. Surveilans
4. Penelitian
Petugas laboratorium harus menjaga mutu dan konfidensialitas, menghindari
terjadinya kesalahan baik teknis (technical error), manusia (human error) dan
administratif (administrative error).
Bagi pengambil sampel darah harus memperhatikan hal-hal berikut:
1. Sebelum testing dilakukan harus didahului dengan konseling dan informed
consent
2. Hasil testing diverifikasi oleh dokter patologi klinik
3. Hasil diberikan dalam amplop tertutup
4. Dalam laporan pemeriksaan ditulis kode register
5. Jangan member tanda menyolok terhadap hasil positif atau negatif
6. Meski sampel berasal dari sarana kesehatan yang berbeda tetap
dipastikan telah
7. Mendapat konseling dan informed consent (Verbal Consent)

B. INFORMED CONSENT
Sesuai dengan surat edaran Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Nomor HK.02.02/I/1564/2018 tentang penatalaksanaan orang dengan HIV AIDS
(ODHA) untuk eliminasi HIV AIDS tahun 2030, maka setiap pasien dimintakan tes
HIV dengan Verbal Consent. Apabila pasien menolak dilakukan tes, maka pasien
diberikan informasi tentang manfaat tes dan diminta untuk menandatangani surat
pernyataan menolak untuk dites.

C. KONSELING PRETESTING
1. Penerimaan Klien
a. Informasikan kepada klien tentang pelayanan tanpa nama, sehingga
nama tidak ditanyakan
b. Pastikan klien tepat waktu dan tidak menunggu
c. Buat catatan rekam medik klien dan pastikan setiap klien mempunyai
kodenya sendiri
d. Kartu periksa konseling dan testing dengan nomor kode dan ditulis
oleh konselor. Tanggung jawab klien dalam konselor:
1) Bersama konselor mendiskusikan hal-hal terkait tentang HIV AIDS,
perilaku beresiko, testing HIV dan pertimbangan yang terkait dengan
hasil negative atau positif.

6
2) Sesudah melaksanakan konseling lanjutan diharapkan dapat
melindungi diri dan keluarganya dari penyebaran infeksi
3) Untuk klien yang dengan HIV positif memberitahu pasangan atau
keluarganya akan status dirinya dan rencana kehidupan lebih
lanjut
2. Konseling Pre-Testing
a. Periksa ulang nomor kode dalam formulir
b. Perkenalan dan arahan
c. Menciptakan kepercayaan klien pada konselor, sehingga terjalin hubungan
baik dan terbina saling memahami
d. Alasan kunjungan
e. Penilaian resiko agar klien mengetahui faktor resikodan
menyiapkan diri untuk pretest
f. Memberikan pengetahuan akan implikasi terinfeksi atau tidak terinfeksi
g. Konselor membuat keseimbangan antara pemberian informasi, penilaian
resiko dan merespon kebutuhan emosi klien
h. Konselor VCT membuat penilaian sistem dukungan
i. Klien memberikan persetujuan lisan sebelum tes HIV dilakukan.

D. KONSELING PASCA TESTING


Kunci utama dalam menyampaikan hasil testing:
1. Periksa ulang seluruh hasil klien dalam rekam medis. Lakukan sebelum
bertemu klien
2. Sampaikan kepada klien secara tatap muka
3. Berhati-hati memanggil klien dari ruang tunggu
4. Seorang konselor tidak diperkenankan menyampaikan hasil tes dengan
cara verbal maupun nonverbal di ruang tunggu
5. Hasil test harus tertulis

Tahapan penatalaksanaan konseling pasca testing


1. Penerimaan klien
a. Memanggil klien dengan kode register
b. Pastikan klien hadir tepat waktu dan usahakan tidak
menunggu
c. Ingat akan semua kunci utama dalam penyampaian hasil testing
2. Pedoman penyampaian hasil negatif
a. Periksa kemungkinan terpapar dalam periode jendela
b. Gali lebih lanjut berbagai hambatan untuk seks yang aman c.
Kembali periksa reaksi emosi yang ada
d. Buat rencana tindak lanjut
3. Pedoman penyampaian hasil positif
a. Perhatikan komunikasi nonverbal saat klien memasuki ruang konseling
b. Pastikan klien siap menerima hasil c.
Tekankan kerahasiaan
d. Lakukan penyampaian secara jelas dan langsung
e. Sediakan waktu cukup untuk menyerap informasi tentang hasil f. Periksa
apa yang diketahui klien tentang hasil
g. Dengan tenang bicarakan apa arti hasil pemeriksaan h.
Ventilasikan emosi klien
4. Konfidensialitas
Penjelasan secara rinci pada saat konseling pretes dan persetujuan dituliskan
dan dicantumkan dalam catatan medik. Berbagi konfidensialitas adalah
rahasia diperluas kepada orang lain, terlebih dahulu dibicarakan kepada klien.
Orang lain yang dimaksud adalah anggota keluarga, orang yang dicintai,
orang yang merawat, teman yang dipercaya atau rujukan pelayanan lainnya

7
ke pelayanan medik dan keselamatan klien. Selain itu juga disampaikan jika
dibutuhkan untuk kepentingan hukum.
5. VCT dan etik pemberitahuan kepada pasangan
Dalam konteks HIV-AIDS, WHO mendorong pengungkapan status HIV AIDS.
Pengungkapan bersifat sukarela, menghargai otonomi dan martabat individu
yang terinfeksi, pertahankan kerahasiaan sejauh mungkin menuju kepada
hasil yang lebih menguntungkan individu, pasangan seksual dan keluarga,
membawa keterbukaan lebih besar kepada masyarakat tentang HIV-AIDS
dan memenuhi etik sehingga memaksimalkan hubungan baik antara mereka
yang terinfeksi dan tidak.
6. Isu-isu gender Gender adalah sama pentingnya dengan memusatkan
perhatian terhadap penggunaan kondom, dengan konsistensi tetap bertahan
menggunakan kondom merupakan bentuk perubahan perilaku.

E. PELAYANAN DUKUNGAN BERKELANJUTAN

1. Konseling Lanjutan
Salah satu layanan yang ditawarkankepada klien adalah konseling
lanjutan sebagai bagian layanan VCT apapun hasil testing yang diterima
klien. Namun karena persepsi klien berbeda- beda terhadap hasil testing
maka konseling lanjutan ini sebagai pilihan jika dibutuhkan klien untuk
menyesuaikan diri dengan status HIV.
2. Pelayanan Penanganan Manajemen Kasus
Tahapan dalam manajemen kasus, adalah identifikasi, penilaian
kebutuhan pengembangan rencana tidak individu, rujukan sesuai kebutuhan
dan tepat serta koordinasi tindak lanjut.
3. Perawatan dan Dukungan
Setelah diagnosis ditegakkan dengan HIV positif maka klien dirujuk
dengan pertimbangan akan kebutuhan rawatan dan dukungan. Kesempatan
ini digunakan klien dan klinisi untuk menyusun rencana dan jadwal pertemuan
konseling selanjutnya dimana membutuhkan tindakan medik lebih lanjut,
seperti terapi profilaksis dan akses ke ART.
4. Layanan Psikiatrik
Banyak pengguna zat psikoaktif saat menerima hasil positif testing HIV,
meskipun sudah dipersiapkan terlebih dahulu, klien dapat mengalami
goncangan yang berat, seperti depresi, panik, kecemasan yang hebat, agresif
bahkan bunuh diri. Bila terjadi hal demikian maka perlu dirujuk ke fasilitas
layanan psikiatrik.
5. Konseling Kepatuhan Berobat
Dibutuhkan waktu untuk memberikan edukasi dan persiapan guna
meningkatkan kepatuha sebelum dimulai terapi ARV. Sekali dimulai harus
dilakukan monitoring terus menerus yang dinilai oleh dokter, jumlah obat dan
divalidasi dengan daftar pertanyaan kepada pasien. Konseling ini membantu
klien mencari jalan keluar dari kesulitan yang mungkin timbul dari pemberian
terapi dan mempengaruhi kepatuhan.
6. Rujukan
Pelayanan VCT-CST bekerja dengan membangun hubungan antara
masyarakat dan rujukan yang sesuai dengan kebutuhannya serta
memastikan rujukan dari masyarakat ke pusat VCT-CST. Sistem rujukan
dan alur:
a. Rujukan klien dalam lingkungan sarana kesehatan.
Jika dokter mencurigai seseorang menderita HIV, maka dokter
merekomendasikan klien dirujuk ke konselor yang ada di rumah sakit.
b. Rujukan klien ke sarana kesehatan rujukan lainnya. Dapat berupa rujukan
medis klien, rujukan spesimen, rujukan tindakan medis lanjut atau
spesialistik yang tidak bias ditangani di RSUD Kab. Pasangkayu.
8
BAB IV
LOGISTIK

1. Kebutuhan anggaran kegiatan pengendalian HIV-AIDS dari anggaran

RSUD Kab. Pasangkayu

2. Kebutuhan obat-obatan, peralatan dan bahan yang dibutuhkan untuk


program pengendalian HIV-AIDS didukung sesuai dengan kemampuan
RSUD Kab. Pasangkayu dan atas bantuan Kementrian
Kesehatn RI melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Pasangkayu.

9
BAB V
KESELAMATAN PASIEN

Kewaspadaan merupakan upaya pencegahan infeksi yang mengalami


perjalanan panjang. Mulai dari infeksi nosokomial yang menjadi ancaman bagi
petugas kesehatan dan pasien. Seperangkat prosedur dan pedoman yang dirancang
untuk mencegah terjadinya infeksi pada tenaga kesehatan dan juga memutus rantai
penularan ke pasien. Terutama untuk mencegah penularan melalui darah dan cairan
tubuh, seperti: HIV, HBV, dan pathogen lainnya.
Prinsip Kewaspadaan Umum dijabarkan dalam 5 kegiatan pokok yaitu:

1. Cuci Tangan untuk Mencegah Infeksi Silang Cuci tangan dilakukan:


a. Setelah menyentuh darah, cairan tubuh, sekresi dan bahan
terkontaminasi lain.
b. Segera setelah melepas sarung tangan.
c. Di antara kontak dengan pasien
d. Tidak direkomendasikan mencuci tangan saat masih memakai sarung
tangan
e. Cuci tangan 6 langkah.
f. Prosedur terpenting untuk mencegah transmisi penyebab infeksi
g. Antiseptik dan air mengalir atau handrub
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)/ Perorangan (APP)
a. Sarung Tangan
b. Pelindung Muka
c. Masker
d. Kaca Mata/ goggle
e. Gaun/ Jubah/ Apron
f. Pelindung Kaki
3. Pengelolaan Alat Kesehatan Bekas Pakai (Dekontaminasi, Sterilisasi, Disinfeksi)
a. Dekontaminasi: suatu proses menghilangkan mikroorganisme patogen
dan kotoran dari suatu benda sehingga aman untuk pengelolaan alkes bekas
pakai
b. Pencucian: proses secara fisik untuk menghilangkan kotoran terutama
bekas darah, cairan tubuh dan benda asing lainnya seperti debu, kotoran
yang menempel di kulit atau alat kesehatan
c. Disinfeksi: suatu proses untuk menghilangan sebagian mikroorganisme
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi = DTT
1) Suatu proses untuk menghilangan mikroorganisme dari alat kesehatan
kecuali beberapa endospora bakteri
2) Alternatif penanganan alkes apabila tdk tersedia sterilisator atau tidak
mungkin dilaksanakan.
3) Dapat membunuh Mikroorganisme (HBV, HIV), namun tdk
membunuh endospora dengan sempurna seperti tetanus.
e. Sterilisasi.
Suatu proses untuk menghilangkan seluruh mikroorganisme termasuk
endospora bakteri dari alat kesehatan. Cara yang paling aman utk pengolaan
alkes yang berhubungan langsung dgn darah.
4. Pengelolaan Jarum & Alat Tajam
Pengelolaan jarum dan alat tajam ditempatkan pada wadah yang terpisah
dengan limbah lain untuk mempermudah pengelolaan.
5. Pengelolaan Limbah & Sanitasi Ruangan
Pemilihan cara pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan:
a. Limbah Cair
b. Sampah Medis
10
c. Sampah Rumah Tangga
d. Insinerasi
e. Penguburan
f. Disinfeksi permukaan
6. Penanganan Linen
a. Kereta dorong bersih & kotor dipisahkan
b. Tidak boleh keluar dan masuk pada jalan yang sama
c. Tidak boleh ada perendaman di ruang perawatan
d. Pisahkan dalam kantong berwarna kuning untuk linen yang terkontaminasi
dengan darah atau kontaminan lain.

11
BAB VI KESELAMATAN
KERJA

1. Perlindungan Diri-Profilaksis Pasca Pajanan HIV (PPP)


• Profilaksis Pasca Pajanan HIV merupakan adalah tindakan pencegahan
terhadap petugas kesehatan yang tertular HIV akibat tertusuk jarum,
tercemar darah dari penderita atau mayat penderita HIV. Pajanan dapat
berupa pajanan perlukaan kulit, pajanan pada selaput mukosa, pajanan
melalui kulit yang luka atau gigitan yang berdarah. Bahan pajanan antara lain
darah, cairan bercampur darah yang kasat mata, cairan yang potensial
terinfeksi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, c. sinovia, c. pleura, c
peritoneal, c. perickardial, c amnion dan virus yang terkonsentrasi.
2. Faktor Yang Mempengaruhi
a. Jumlah dan jenis cairan yang mengenai.
b. Kedalaman tusukan/ luka.
c. Tempat perlukaan/ paparan.
3. Penatalaksanaan Pasca Pajanan.
a. Jangan Panik!!! Tapi selesaikan dalam waktu < 4 jam.
b. Segera cuci
 Luka tusuk, bilas dg air mengalir dan sabun /antiseptik
 Jangan dihisap dengan mulut, jangan ditekan
 Disinfeksi luka dan daerah sekitar kulit dengan salah satu:
 Betadine (povidone iodine 2.5%) selama 5 mnt
 Alcohol 70% selama 3 mnt
 Pajanan mukosa mulut, ludahkan dan kumur
 Pajanan mukosa mata, irigasi dengan air matang
 Pajanan mukosa hidung,hembuskan keluar dan bersihkan dengan
air
c. Segera catat dan laporkan
Segera laporkan kepada panitia PIN, panitia K3, atasan langsung agar
secepat mungkin diberi PPP. Perlakukan sebagai keadaan darurat,
dimana Obat PPP harus diberikan sesegera mungkin bila diperlukan (dalam
1-2 jam) karena PPP setelah 72 jam tidak efektif. Tetap berikan PPP bila
pajanan risiko tinggi meski hingga satu minggu setelahnya (maks).
Pemantauan sesuai dengan protokol pengobatan ART. Hitung sel darah,
kepatuhan, dukungan.
d. Pertimbangankan pemberian PPP, berdasarkan derajat pajanan, status
infeksi dari sumber pajanan, ketersediaan obat PPP. Lakukan konseling,
tindak lanjut, serta evaluasi.
e. Konseling prates untuk petugas kesehatan yang terpajan. Lakukan
pemeriksaan awal HIV, Hepatitis B dan C. Beri konseling untuk tidak menjadi
donor darah, harus berperilaku seksual dan suntikan yang aman sampai hasil
diketahui. Konseling pasca tes dan berikan hasil tes awal secepat mungkin
kepada terpajan.
f. Catat :
 Tanggal dan jam kejadian (pajanan)
 Uraian kejadian lebih rinci
 Sumber pajanan bila diketahui
 Pengobatan PPP secara rinci bila mendapatkannya
 Tindak lanjut
 Hasil pengobatan
 Simpan semua data pajanan
g. Informasi yang perlu diberikan pada orang yang terpajan

12
 Risiko transmisi HIV setelah Pajanan Darah = 0.3% jika sumber pasien
adalah HIV positif.
 Risiko transmisi sesuai dengan jenis kecelakaan.
 PPP tergantung pada kegawatan pajanan dan status HIV dari sumber
( pasien ).
 PPP tidak 100% efektif
 Kepatuhan minum ARV, efek samping ARV
 Hindari hubungan seks yang tak terlindungi sampai konfirmasi setelah 3
bulan
 Keputusan PPP harus ditangan terpajan
 Tandatangani formulir penolakan jika petugas kesehatan menolak
PPP
4. Pemantauan.
Tes Antibodi dilakukan pada minggu ke-6, minggu ke -12 dan bulan ke
6. Dapat diperpanjang sampai bulan ke-12.
5. Aspek Manajemen.
a. Merupakan bagian medico legal.
b. Perlu dilakukan pencatatan dan evaluasi.
c. Evaluasi meliputi:
1) Kesalahan sistem.
2) Tidak ada pelatihan.
3) Tidak ada SOP tidak tersedia APD.
4) Ratio pekerja dan pasien yg tidak seimbang.
5) Kesalahan manusia.
6) Kesalahan dalam penggunaan dan pemilihan alat kerja.
7) Rekomendasi kepada manajemen rumah sakit perlu diberikan setelah
evaluasi dilakukan

13
BAB VII

PENGENDALIAN MUTU

Salah satu prinsip yang menggaris bawahi implementasi layanan VCT-CST


adalah layanan berkualitas, guna memastikan klien mendapatkan layanan tepat dan
menarik orang untuk menggunakan layanan. Tujuan pengukuran dari jaminan
kualitas adalah menilai kinerja petugas, kepuasan pelanggan atau klien, dan
menilai ketepatan protokol konseling dan testing yang kesemuanya bertujuan
tersedianya layanan yang terjamin kualitas dan mutu.
1. Konseling dalam VCT
Pelayanan konseling dimulai dengan suasana bersahabat yang dilayani oleh
konselor terlatih. Perangkat untuk menilai kualitas layanan termasuk
mengevaluasi kinerja seluruh staff VCT, penilaian kualitas konseling dengan
menghadirkan supervisor yang menyamar sebagai klien, melakukan pertemuan
berkala dengan para konselor, mengikuti perkembangan konseling dan HIV
AIDS, kotak saran, penilaian oleh petugas jasa, mengukur seberapa jauh
konselor mengikuti aturan protocol dan supervise suportif yang regular.
Perangkat jaminan mutu konseling dalam VCT-CST :
a. Perangkat rekaman saat konseling dengan klien samara atau klien
sungguhan yang telah memberikan persetujuan untuk direkam. Kegiatan ini
dapat digunakan untuk melakukan pengamatan, melakukan ikhtisar
sesudah sesi berlangsung (sesi rekam) atau pengamatan ketrampilan
konselor melalui klien samara (tak diketahui konselor) untuk
mendapatkan ketepatan pengamatan.
b. Formulir kepuasan pelanggan.
Nomor dan nama klien dicatat. Formulir dimasukkan ke kotak yang
aman dan terkunci. Semua komentar dikumpulkan dan dinilai pada
pertemuan dengan seluruh petugas. Klien yang tidak dapat menulis/
mambaca dapat dibantu relawan. Petugas yang bekerja pada institusi tidak
diperkenankan membantu pengisian.
Baca terlebih dahulu petunjuk dan isi dari formulir, kemudian baru diisi.
Klien sama sekali tidak boleh dipengaruhi pendapatnya, administrasi
memastikan apakah jawaban klien sudah lengkap dan benar sesuai
petunjuk.
c. Syarat minimal layanan VCT.
Penilaian internal atau eksternal dapat menggunakan daftar sederhana
apakah pelayanan VCT memenuhi persyaratan standar minimal yang
ditentukan Kementerian Kesehatan dan WHO.
2. Testing pada VCT
Perangkat jaminan testing mutu dalam VCT:
a. Supervisi laboratorium
Untuk melakukan supervisi atas proses pemeriksaan laboratorium, harus
dilakukan oleh teknisi laboratorium senior yang mahir dan telah dilatih
penanganan pemeriksaan laboratorium HIV:
1) Pengamatan akan proses kerja sampel, sesuaikan dengan SPO
yang telah ditetapkan.
2) Periksa dan dukung proses dan kualitas pemeriksaan sampel.
3) Periksa pencatatan dan pelaporan hasil testing HIV
4) Periksa cara penyimpanan semua peralatan dan reagen
5) Pastikan jaminan kualitas pada pusat jaminan kualitas.
6) Lakukan penilaian akan peralatan kerja dalam menjalankan fungsi
pemeriksaan cukup baik, perlu perbaikan atau rusak dan perlu
penggantian.
7) Gunakan ceklis pemeriksaan

14
8) Nilailah kemampuan para personil dan sampaikan rekomendasi pada para
manajer
9) Pastikan adanya rujukan pasca pajanan.

15
BAB VIII

PENUTUP

Klinik VCT-CST merupakan pelayanan baru di RSUD Kab. Pasangkayu sehingga


masih memerlukan dukungan dari semua pihak. Tim HIV-AIDS sudah terbentuk,
namun dalam melaksanakan kegiatannya masih mengalami banyak kendala
dikarenakan anggota Tim HIV-AIDS masih minim, masih membutuhkan anggota tim
yang telah mendapatkan pelatihan penanganan kasus HIV-AIDS. Sosialisasi
kegiatan Tim HIV- AIDS masih perlu digalakkan baik internal maupun eksternal
rumah sakit.

16

Anda mungkin juga menyukai