Anda di halaman 1dari 16

PROGRAM KERJA

KELUARGA BERENCANA RUMAH SAKIT (PKB)

RUMAH SAKIT IBU DAN ANAK


KUSUMA PRADJA
2022
Jalan.Bugangan Raya No. 3-5 Semarang
Telp.(024)3546355 Fax.(024)3553895
E-mail: kusumawarendra@yahoo.com Website: kusuma.co.id
BAB I
PENDAHULAN
A. Pendahuluan
Sejalan dengan semangat ICPD 1994 di Cairo, pendekatan pelayanan kontrasepsi di
Indonesia memegang teguh prinsip-prinsip hak asasi manusia. Prinsip-prinsip ini
diterjemahkan dengan memberikan kebebasan yang bertanggung jawab bagi pasangan
untuk menentukan jumlah, penjarangan dan pembatasan kehamilan serta informasi dan
cara untuk memenuhi hak-hak reproduksinya teebut. Teedianya berbagai pilihan alat dan
obat kontrasepsi di titik- titik layanan dengan informasi yang lengkap adalah wajib untuk
dipenuhi dan merupakan tantangan Pemerintah saat ini. Melalui pertemuan tingkat tinggi
tentang keluarga berencana yang dilaksanakan di London pada tanggal 11 Juli 2012,
komunitas internasional melalui Family Planning 2020 (FP 2020) sepakat untuk
merevitalisasi komitmen global untuk Keluarga Berencana dan perluasan akses pelayanan
kontrasepsi; memperbaiki akses dan distribusi alat dan obat kontrasepsi serta
mengatasi/mengurangi hambatan yang ditemui. Selain itu melalui pertemuan FP 2020
diharapkan dapat meningkatkan komitmen dari berbagai negara, development partne,
organisasi internasional, civil society organizations, serta sektor swasta untuk
berkontribusi dalam pendanaan program KB secara global dan pengembangan kebijakan
dan strategi di masing- masing negara untuk mengurangi hambatan terhadap pelayanan
KB.
Berdasarkan data yang didapatkan oleh Dinas Kesehatan Propinsi Jawa Tengah
pada tahun 2019 terdapat 6.652.451 pasang pasangan usia subur (PUS). Dari seluruh PUS
yang ada sebesar 73.5 % adalah peserta KB aktif. Selain itu didapatkan dari data BKKBN
Propinsi Jawa Tengah bahwa angka un meet need di propinsi Jawa Tengah terus
meningkat dari 10.4 pada tahun 2012 menjadi 10.8 pada tahun 2017 dan pada tahun 2019
menjadi 11.9 dimana seharusnya target unmeet need tahun 2019 adalah sebesar 7.367.
Cakupan KB pasca salin di Jawa Tengah hanya sebesar 26.8 % dengan cakupan di Kota
Semarang 23.8 %. Penggunaan alat kontrasepsi pasca salin selama tahun 2019 yang
tercatat 5.5% menggunakan suntik; 1.6% menggunakan implant , 4.6 % menggunakan pil;
17.34% menggunakan AKDR dan 5.9 % menggunakan kontrasepsi MOW.
Pelayanan KB dirumah sakit terutama pasca pealinan dan pasca keguguran
diharapkan akan mencegah kehamilan dengan jarak terlalu dekat maupun kehamilan yang
tidak diinginkan sehingga dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu
Dalam rangka penguatan dan pencapaian tujuan pelayanan KB, maka dukungan
manajemen pelayanan KB menjadi sangat penting, mulai dari Perencanaan, Pelaksanaan,
2
sampai dengan Pemantauan dan Evaluasi. Dalam program KB ini, terdapat dua
kementerian/lembaga yang memegang peranan penting yaitu Kementerian Kesehatan
dan BKKBN. Koordinasi yang baik dan berkesinambungan antara BKKBN dan
Kementerian Kesehatan beserta jajaran di tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota
dalam manajemen pelayanan KB menjadi hal yang sangat penting. Dengan manajemen
pelayanan yang baik, diharapkan dapat meningkatkan keteediaan (availability),
keterjangkauan (accessibility), penerimaaan (acceptability) dan kualitas pelayanan
(quality).
Salah satu tantangan dalam pelayanan KB adalah belum optimalnya keteediaan,
keterjangkauan dan kualitas pelayanan KB. Oleh karena itu dibutuhkan Pedoman sebagai
acuan dalam memberikan pelayanan KB yang berkualitas.
B. Tujuan Pedoman
1. Umum
Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam hal manajemen
pelayanan KB sebagai upaya mendukung percepatan penurunan Angka Kematian Ibu
dan Angka Kematian Bayi.
2. Khusus
a. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB dalam
pengorganisasian pelayanan KB.
b. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB
dalam perencanaan pelayanan KB.
c. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB
dalam pelaksanaan pelayanan KB.
d. Meningkatkan kemampuan pengelola program KIA/KB
dalam pemantauan dan evaluasi pelayanan KB.
C. Manfaat dan Sasaran
Pedoman Manajemen Pelayanan KB menjadi acuan untuk meningkatkan kemampuan
manajemen pengelola program KIA/KB bagi :
a. Pengelola Program KB di setiap tingkat administrasi (Pusat, Provinsi, Kabupaten
/Kota)
b. Petugas kesehatan di Puskesmas beserta jaringan dan jejaringnya
c. Mitra kerja lainnya

D. Ruang Lingkup Pelayanan

3
Ruang lingkup penyusunan Pedoman Manajemen Pelayanan KB meliputi:
Pengorganisasian, Perencanaan, Pelaksanaan, Pemantauan dan Evaluasi Pelayanan KB.
E. Batasan Operasional
a. Contraceptive Prevalence Rate (CPR) : Peentase cakupan peserta KB aktif
dibandingkan dengan jumlah PUS di suatu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu.
b. Efek Samping Kontrasepsi: efek yang tidak diinginkan yang dapat terjadi akibat
penggunaan alat kontrasepsi
c. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah suatu tempat yang digunakan untuk
menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif
maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau
masyarakat.
d. Informed consent: Peetujuan tidak dan atau tertulis tentang tindakan medis yang
diberikan kepada klien atau keluarganya atas dasar informasi dan penjelasan
mengenai tindakan medis yang akan dilakukan terhadap klien teebut.
e. KB Pasca Pealinan: penggunaan suatu metode kontrasepsi sesudah melahirkan
sampai 6 minggu/42 hari melahirkan.
f. Kegagalan KB: Kasus terjadinya kehamilan pada akseptor KB aktif, yang pada saat
teebut menggunakan metode kontrasepsi.
g. Komplikasi Kontrasepsi: Gangguan kesehatan ringan sampai berat bagi klien yang
terjadi akibat penggunaan metode kontrasepsi.
h. Pasangan Usia Subur (PUS): pasangan yang istrinya berumur antara 15-49 tahun.
i. Peserta KB Aktif (Current User):Akseptor yang pada saat ini sedang memakai alat
dan obat kontrasepsi (alokon) untuk menjarangkan kehamilan atau yang mengakhiri
kesuburan, dan masih terlindungi oleh kontrasepsi.
j. Peserta KB Baru: peserta yang baru pertama kali menggunakan metode kontrasepsi
termasuk mereka yang pasca keguguran dan sesudah melahirkan,
k. Perkiraan Permintaan Masyarakat (PPM): jumlah perkiraan alokon yang
dibutuhkan masyarakat yang harus dicapai dalam periode waktu tertentu
l. Unsafe abortion: prosedur penghentian kehamilan oleh tenaga kurang terampil
(tenaga medis/non medis), alat tidak memadai, lingkungan tidak memenuhi syarat
kesehatan (WHO, 1998).
m. Total Fertility Rate/TFR (Angka Kelahiran Total): Rata-rata banyaknya anak yang
dilahirkan hidup oleh seorang wanita selama masa reproduksinya.
n. Unmet Need:Pasangan usia subur yang tidak ingin punya anak lagi atau yang ingin

4
menjarangkan kelahiran, tetapi tidak menggunakan kontrasepsi.
F. Landasan Hukum
a. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
HK.01.07/MENKES/1128/2022 Tentang Standar Akreditasi Rumah Sakit
b. Peraturan menteri kesehatan nomor 21 tahun 2021 tentang penyelenggaraan
pelayanan kesehatan masa sebelum hamil, pealinan dan masa sesudah melahirkan,
pelayanan kesehatan seksual
c. Undang-undang RepubIik Indonesia Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional
d. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025.
e. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.
f. Undang-undang Republik IndonesiaNomor 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit
g. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan
Kependudukan dan Pembangunan Keluarga
h. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial
i. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah.
j. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian
Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota
k. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 51 Tahun 2009 tentang
Pekerjaan Kefarmasian.
l. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 tahun 2014 tentang Sistim
Infomasi Kesehatan
m. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2014 tentang
Kesehatan Reproduksi
n. Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional.
o. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan Nasional.
p. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan
q. Peraturan Presiden Nomor 111 tahun 2013 tentang perubahan Atas peraturan Presiden
Nomor 12 tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan.

5
r. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 290 Tahun 2008 tentang Peetujuan Tindakan
Kedokteran
s. Peraturan Menteri Kesehatan 1464/PER/X/ 2010 tentang Ijin dan Penyelenggaraan
Praktik Bidan
t. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 6 Tahun 2013 tentang Kriteria Fasilitas
Pelayanan Kesehatan Terpencil, Sangat Terpencil dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan
yang Tidak Diminati
u. Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 71 tahun 2013 tentang pelayanan kesehatan
pada Jaminan Kesehatan Nasional
v. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 19 tahun 2014 tentang Penggunaan Dana
Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan
Dukungan Biaya Operasional Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik
Pemerintah Daerah.
w. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 27 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Sistem
Indonesian Case Base Groups (INA CBGs)
x. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 28 tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Nasional
y. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan .
z. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 59 tahun 2014 tentang Standar Tarif Pelayanan
Kesehatan dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan
aa. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan
Masyarakat.
bb. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor HK. 03.01/160/I/2010
tentang Rencana Strategis Tahun 2010-2014
cc. Peraturan Kepala BKKBN 143/HK-010/B5/2009 tentang Pedoman Jaminan dan
Pelayanan Keluarga Berencana.
dd. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 249/PER/E1/2011 tentang Kebijakan Penyediaan
Alat dan Obat Kontrasepsi dalam Program Kependudukan dan Keluarga Berencana
ee. Peraturan Kepala BKKBN Nomor 281 /PER/B4/2011 tentang Petunjuk Teknis
Monitoring Evaluasi Penerapan dan Pencapaian Standar Pelayanan Minimal (SPM)
Bidang Keluarga Berencana dan Keluarga Sejahtera di Kab/ Kota
ff. Peraturan Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Nomor
120/PER/G4/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pencatatan dan Pelaporan Program
Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga.

6
BAB II
STANDAR KETENAGAAN

Tim PKBRS terdiri dari :


1. 5 dokter spesialis kebidanan
2. 6 Dokter umum
3. 7 bidan pelaksana

7
BAB III
STANDAR FASILITAS

A. Batasan
Fasilitas pelayanan keluarga berencana paripurna ialah fasilitas yang mampu dan
berwenang memberikan semua jenis pelayanan kontrasepsi ditambah dengan pelayanan
rekanalisasi dan penanggulangan infertilitas.
B. Fungsi
1. Memberikan pelayanan KIE medis baik sebelum maupun sesudah pelayanan.
2. Memberikan pelayanan kontrasepsi sederhana, pil, suntik KB, AKDR dan
implant serta kontrasepsi mantap pria dan wanita.
3. Memberikan pelayanan penanggulangan efek samping dan komplikasi.
4. Memberikan pelayanan rujukan.
5. Memberikan pelayanan rekanalisasi.
6. Memberikan pelayanan penanggulangan infertilitas.
7. Melakukan pencatatan dan pelaporan.
8. Melaksanakan pelatihan medis teknis dan konseling.
9. Melakukan penelitian teknologi kontrasepsi dan biomedis.

C. Tenaga

1. Dokter spesialis obstetric dan ginekologi yang telah mendapat pelatihan


penanggulangan infertilitas dan rekanalisasi.
2. Dokter spesialis anestesi.
3. Dokter umum yang telah mendapat pelatihan.
4. Tenaga konseling yang telah mendapat pelatihan.
5. Bidan dan perawat yang telah mendapat pelatihan.
6. Tenaga administrasi yang telah mendapat pelatihan.
D. Prasarana dan Sarana
1. Ruang tunggu, pendaftaran serta KIE medis-dengan ukuran minimal 3x4 m2 dan
perlengkapan minimal :
a. Satu meja tulis dan kursi untuk pendaftaran.
b. Satu lemari tempat penyimpanan kartu status, registrasi dan formulir laporan.
c. Tempat duduk untuk menunggu.
d. Bahan-bahan KIE medis keluarga berencana.
e. Satu set alat peraga.
8
2. Ruang konsultasi/konseling-dengan ukuran minimal 3x3 m2 dan perlengkapan
minimal :
a. Satu meja dan kursi untuk konseling.
b. Satu meja tempat obat dan alat kontrasepsi.
c. Satu lemari untuk menyimpan obat dan alat kontrasepsi.
d. Konseling kit.
3. Ruang periksa dan pelayanan kontrasepsi dengan ukuran 3x3 m2 dan
perlengkapan minimal :
a. Peralatan nonmedis :
1) Satu tempat tidur periksa berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk,
dan karet laken.
2) Satu bangku kecil untuk memudahkan klien naik ke tempat tidur.
3) Alat sterilisator.
4) Lima wadah DTT/steril masing-masing untuk menyimpan sarung tangan
karet steril, kasa steril, kapas DTT/steril, duk beih dan AKDR.
5) Satu tempat untuk mencuci alat (wastafel).
6) Satu cawan/mangkuk ginjal.
7) Tempat sampah medis/nonmedis.
8) Bahan/obat-obatan habis pakai, seperti cairan antiseptik, kapas dan
kasa steril.

b. Peralatan medis :
1) Meja ginekologik.
2) Satu tensimeter, satu stetoskop, satu timbangan berat badan dan Hb-
meter.
3) Korentang dan tempatnya.
4) Tiga set AKDR kit.
5) Tiga set implan kit.
c. Ruang cuci tangan
1) Satu bak cuci tangan lengkap dengan kran air yang mengalir dengan
baik.
2) Sabun, sikat tangan dan alat pembeih lainnya.
3) Duk.

9
d. Ruang operasi
1) Meja operasi berikut lampu operasi.
2) Meja alat.
3) Bedah mikro set.
4) Perlengkapan untuk pelayanan kontrasepsi mantap wanita, rekanalisasi,
serta penanggulangan infertilitas.
e. Ruang pascabedah
1) Beberapa tempat tidur berikut kasur, bantal, sprei, sarung bantal, duk dan
karet laken.
2) Satu tensimeter.
3) Satu stetoskop.
4) Satu timbangan berat badan.
5) Satu set emergensi kit.
f. Ruang laboratorium lengkap (dapat sebagai bagian dari laboratorium umum)
dengan kemampuan untuk :
1) Pemeriksaan darah lengkap.
2) Pemeriksaan sperma.
g. Kamar kecil/wc
1) Bak air dan gayungnya.
2) Sabun dan alat-alat pembersih lainnya.
h. Ruang pelatihan medis teknis dan konseling-berikut perlengkapannya.
i. Ruang penelitian-dapat menyatu dengan bagian yang bisa, berikut
perlengkapannya.
4. Perlengkapan dan obat-obatan, dipergunakan untuk :
a. Pelayanan metode kontrasepsi sederhana.
b. Pelayanan metode pil KB.
c. Pelayanan metode suntik KB.
d. Pelayanan metode AKDR.
e. Pelayanan metode implant.
f. Pelayanan metode mantap wanita.
g. Pelayanan infertilitas dan rekanalisasi.

5. Papan nama fasilitas pelayanan

Ukuran 60x20 cm2, berisi hari dan jam kerja fasilitas pelayanan.
10
BAB IV
TATA LAKSANA PELAYANAN

A. Mekanisme alur pasien di PKB:

B. Pelayanan
1. Calon akseptor KB datang ke IGD atau Poli Kebidanan/KB mendaftar ke petugas
2. Dokter atau Bidan Poli Kebidanan/ KB atau Rawat Inap memberikan konseling
kepada klien untuk memilih pelayanan KB sesuai kelaikan medis
3. Selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik dan penunjang untuk menghindarkan
kontraindikasi tindakan sebelum klien menyepakati informed consent yang telah
dipahami.
4. Setelah klien menyetujui untuk menggunakan salah satu metode kontrasepsi khusus
untuk pelayanan suntik, IUD, implan dan tubektomi, perlu persetujuan secara
tertulis dengan menandatangani formulir informed consent, apabila klien tidak
setuju perlu diberikan konseling ulang
5. Setelah pelayanan KB, dokter atau bidan memantau hasil pelayanan KB dan
memberikan nasehat pasca pelayanan kepada klien KB sebelum klien pulang dan
kontrol kembali.

11
BAB V
LOGISTIK

A. Penyediaan obat – obat KB berada dikelola oleh bagian farmasi.


B. Pelayanan laboratorium dipusatkan di laboratorium RSIA Kusuma Pradja
C. Pelayanan radiologi dipusatkan di instalasi radiologi / rontgen

12
BAB VI
KESELAMATAN PASIEN
A. Definisi
Keselamatan pasien (patient safety) rumah sakit adalah suatu system dimana RS membuat
asuhan pasien lebih aman.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit.
2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat.
3. Menurunnya kejadian tidak diharapakan (KTD) di rumah sakit.
4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi
pengulangan kejadian tidak diharapkan.

C. Standar Patient Safety


Standar keselamatan pasien (patient safety) untuk pelayanan KB :
1. Ketepatan Identitas
Target 100%. Label identitas tidak tepat apabila: tidak terpasang,salah pasang, salah
penulisan nama, salah penulisan gelar (Tn/Ny/An), salah jenis kelamin, salah alamat.
2. Terpasang gelang identitas pasien rawat inap
Target 100% pasien yang masuk ke rawat inap terpasang gelang identitas pasien.
3. Ketepatan penyampaian hasil pemeriksaan penunjang
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah ketik hasil, mengetik terbalik
dengan hasil lain, hasil tidak terketik, salah identitas.
4. Ketepatan pemberian obat
Target 100%. Yang dimaksud tidak tepat apabila: salah obat, salah jumlah, salah jenis,
kurang/kelebihan dosis, salah rute pemberian, salah identitas pada etiket, salah pasien.

13
BAB VII
KESELAMATAN KERJA
A. Pengertian
Keselamatan kerja merupakan suatu sistem dimana rumah sakit membuat kerja / aktifitas
karyawan lebih aman. Sistem teebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan pribadi ataupun rumah sakit.
B. Tujuan
1. Terciptanya budaya keselamatan kerja di RSIA Kusuma Pradja
2. Mencegah dan mengurangi kecelakaan.
3. Memperoleh keserasian antara tenaga kerja, alat kerja, lingkungan, cara dan proses
kerjanya.
4. Menyesuaikan dan menyempurnakan pengamanan pada pekerjaan yang bahaya
kecelakaannya menjadi bertambah tinggi.
C. Tata Laksana Keselamatan Karyawan
1. Setiap petugas medis maupun non medis menjalankan prinsip pencegahan infeksi,
yaitu :
a) Menganggap bahwa pasien maupun dirinya sendiri dapat menularkan infeksi.
b) Menggunakan alat pelindung (sarung tangan, kacamata, sepatuboot/alas kaki
tertutup, celemek, masker dll) terutama bila terdapat kontak dengan spesimen
pasien yaitu: urin, darah, muntah, sekret, dll.
c) Melakukan perasat yang aman bagi petugas maupun pasien, sesuai prosedur yang
ada, misal : menyuntik, menjahit luka, memasang infus, dll.
d) Mencuci tangan dengan sabun antiseptik sebelum dan sesudah menangani pasien.
2. Terdapat tempat sampah infeksius dan non infeksius
3. Mengelola alat dengan mengindahkan prinsip sterilitas yaitu:
a) Dekontaminasi dengan larutan klorin
b) Pengeringan
c) Menggunakan baju kerja yang bersih

14
BAB VIII
PENGENDALIAN MUTU
Pengendalian mutu PKBRS dilihat dari ketersediaan alkon yang lengkap dari beberapa
metode, petugas yang kompeten serta dilakukan konseling berkelanjutan.

15
BAB IX
PENUTUP

Pedoman ini dibuat untuk memberikan arahan tindakan di unit pelayanan KB di RSIA
Kusuma Pradja. Dengan demikian pedoman ini harus dilaksanakan dengan disertai
tekad dan kemauan yang kuat guna meningkatkan mutu pelayanan KB di RSIA Kusuma
Pradja.

Mengetahui,
Direktur Ketua Tim PKBRS

dr. Wahyu Hendarto,Sp.An dr. Rabiah Adawiyah, Sp.OG

16

Anda mungkin juga menyukai