Anda di halaman 1dari 36

DETASEMEN KESEHATAN WILAYAH IM 04.

01
RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01

RENCANA SPO PELAKSANAAN PELAYANAN HIV/AIDS


SESUAI DENGAN KEBIJAKAN

RUMAH SAKIT TK IV IM 07.01 LHOKSEUMAWE


TAHUN 2019
VOLUNTARY CONSELLING DAN TESTING
(VCT)

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 483/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019
dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes
Mayor CKM NRP11030001780475

Adalah suatu proses interaksi antara konselor dan konseling


yang datang dengan sukarela untuk mendapatkan bantuan dan
PENGERTIAN akses kesemua layanan kesehatan, baik informasi, edukasi,
pemecahan masalah, testing, terapi, perawatan dan dukungan
psikologi yang berhubungan dengan HIV/AIDS.

1. Mendiskusikan alasan pengembangan sistem rujukan dan


jejaring.
2. Mengembangkan sumber daya untuk memfasilitasi rujukan
TUJUAN pada tempat pelayanan VCT mereka.
3. Melakukan rujukan sebagian kewajiban klinik pada tempat
layanan VCT mereka.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Pasien datang ke ruang VCT


2. Konselor mendata dan melakukan pencatatan ke buku
kunjungan VCT
3. Konselor melakukan konseling kepada klien
4. Setelah dilakukan konseling apabila klien setuju untuk
dilakukan pemeriksaan laboratorium, klien diminta untuk
PROSEDUR mengisi formulir persetujuan untuk testing HIV
5. Pasien diarahkan ke laboratorium dengan membawa surat
pengantar pemeriksaan laboratorium
6. Sampel darah di ambil oleh petugas laboratorium
7. Pasien kembali ke klinik VCT untuk membuat janji untuk
pertemuan berikutnya
VOLUNTARY CONSELLING DAN TESTING
(VCT)

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 483/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019

UNIT TERKAIT 1. Seluruh KSM yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 484/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
pembuatan HIV dalam sel CD4.
2. Pemberian obat adalah memberikan obat sesuai dengan dosis
PENGERTIAN
dan cara pemakaian yang benar agar obat bisa memberikan
efek penyembuhan terhadap suatu penyakit atau pun keluhan
yang di rasakan oleh seseorang.

TUJUAN Sebagai pedoman penerapan langkah-langkah untuk pemberian


ARV.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Sarankan pasien untuk memeriksakan CD4, bila jumlah CD4


<350 sel/ mm3 dan tidak ada infeksi oportunistik maka
sarankan untuk memulai terapi ARV tanpa memandang
stadium klinisnya.
2. Bila ada infeksi oportunistik obati infeksinya obati IO 2 minggu
PROSEDUR terlebih dahulu (bila mendapatkan OAT tunda ARV, mulai ARV
setelah 2 minggu dan tidak lebih dari 8 minggu).
3. Periksakan HB, SGOT/SGPT untuk menentukan jenis ARV.
4. Berikan obat ARV dengan menggunakan 3 jenis obat yaitu 2
NRTI + 1 NNRTI
5. Lakukan konseling obat sebelum memulai terapi dan bantu
pasien agar patuh minum obat.
PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 484/PROGNAS.SPO/IV/ 0 2/2
LHOKSEUMAWE 2019

6. Mulai terapi Nevirapine dengan dosis awal 200 mg setiap 24


jam selama 14 hari pertamabersama AZT atau TDF + 3TC.
Bila tidak ditemukan tanda toksisitas hati, dosis dinaikkan
menjadi 200mg setiap 12 jam pada hari ke 15 dan selanjutnya,
bila NVP perlu dimulai lagi setelah pengobatan dihentikan
selama lebih dari 14 hari, maka diperlukan kembali pemberian
dosis awal yang rendah tersebut.
7. Perihal penggunaan d4T
a. Semakin lama d4T digunakan semakin besar kemungkinan
timbulnya efek samping, rekomendasi untuk mengevaluasi
penggunaan d4T setelah 2 tahun (pedoman ARV 2010),
secara bertahap mengganti penggunaan d4T dengan
Tenofovir (TDF).
PROSEDUR b. Saat sekarang penggunaan d4T dianjurkan untuk dikurangi
karena banyak efek samping dan mendatang tidak
dianjurkan digunakan kembali setelah stok nasional habis
8. Penggunaan PI untuk mengawali terapi ARV
Obat ARV golongan Protease Inhibitor (PI) tidak dianjurkan
untuk terapi lini pertama, hanya digunakan sebagai Lini kedua.
Penggunaan pada Lini Pertama bila pasien benar-benar
mengalami Intolerasi terhadap golongan NNRTI, hal ini
dimaksudkan untuk tidak menghilangkan kesempatan pilihan
untuk Lini kedua.

UNIT TERKAIT 1. Seluruh KSM yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait.
PROSEDUR PENGHENTIAN
OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)/ STOP ARV

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 485/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

PENGERTIAN ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien HIV positif
yang dapat menekan atau menghambat proses pembuatan HIV
dalam sel CD4.

TUJUAN Sebagai pedoman langkah-langkah untuk penghentian ARV

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Perhatikan apakah pasien mengalami efek samping yang


mengancam nyawa/ IRIS yang mengancam nyawa.
2. Perhatikan T ½.
3. 3 obat harus ada dengan dosis terapeutik- untuk NNRTI
hentikan dulu, lanjutkan 2 NRTI saja selama 7 hari, setelah
penghentian NVP dan EFV kemudian hentikan semua obat, hal
PROSEDUR
tersebut guna mengisi waktu paruh NNRTI yang panjangdan
menurunkan risiko resistensi NNRTI.
4. Hentikan semua ARV sekaligus jika terbukti emergency.
5. Kotrimoksasol profilaksis diberikan lagi. (bila terbukti pasien
tidak alergi kotrimoksasol).

UNIT TERKAIT 3. Instalasi Rawat Jalan


4. KSM Penyakit Dalam, Obgyn
PMTCT (PREVENTION MOTHER TO CHILD TRANSMISSION)

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 486/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475
PMTCT adalah suatu tindakan penanggulangan pencegahan AIDS
di RS dari ibu hamil dengan HIV positif kebayi yang dikandungnya.
Prosedur pelaksanaan PMTCT adalah alur pelayanan yang wajib
PENGERTIAN
dilalui oleh ibu hamil sebelum dan sesudah tes HIV dengan
VCT/PITC.
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia
TUJUAN reproduksi.
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV
positif.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV positif ke
bayi yang dikandungnya.
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada
ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Ibu hamil yang datang ke poli kebidanan dan/atau IGD dengan


membawa surat rujukan pemeriksaan HIV dan konseling
terlebih dahulu oleh konselor HIV. Bila melalui PITC, konseling
dilakukan saat pengambilan hasil.
2. Ibu hamil yang menolak untuk VCT akan diupayakan konseling
PROSEDUR ulang pada kunjungan berikutnya.
3. Hasil laboratorium akan dibuka bersama oleh konselor dan
klien. Bila hasil positif, ibu hamil akan di edukasi untuk
pencegahan penularan HIV ke janinnya, memberikan rujukan
untuk terapi ARV.

UNIT TERKAIT 1. Seluruh KSM yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait
INFEKSI OPORTUNISTIK (IO)

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 487/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

Infeksi Oportunistik (IO) adalah infeksi yang timbul karena


penurunan kekebalan tubuh, dimana pada orang normal infeksi
tersebut dapat dikendalikan oleh kekebalan tubuh, contoh infeksi
PENGERTIAN
oportunistik adalah kandidiasis (infeksi jamur kandida), infeksi Cyto
Megalovirus Tuberculosis (TBC).

TUJUAN 1. Menurunkan angka kesakitan Oportunistik pada pasien dengan


risiko tinggi HIV/AIDS melalui peningkatan mutu pelayanan
konseling dan testing HIV.
2. Memperbaiki keadaan umum pasien ODHA yang mengalami
infeksi oportunistik.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

Penanganan infeksi Oportunistik


1. Lakukan penilaian kemungkinan pasien terinfeksi HIV
2. Lakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik serta evaluasi bila
PROSEDUR ada tanda dan gejala infeksi atau infeksi oportunistik (IO)
3. Lakukan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai
4. Identifikasi kebutuhan untuk ARV (Anti Retro Viral)
5. Lakukan uji diagnostik HIV

UNIT TERKAIT 1. Seluruh KSM yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait
ALUR PELAYANAN PASIEN SUSPEK HIV/AIDS
DI UNIT GAWAT DARURAT

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 488/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

HIV (Human Immonodeficiency Virus) adalah virus penyebab AIDS.


HIV ditularkan terutama melalui darah. Virus ini merusak sistem
PENGERTIAN
kekebalan tubuh yang akan menjadi penyebab munculnya AIDS.

TUJUAN Sebagai acuan penatalaksanaan pasien atau pasien suspek HIV


selama mendapatkan pelayanan di Unit Gawat Darurat ditujukan
terhadap peningkatan mutu layanan, kemudahan akses untuk
penemuan dan pengobatan sehingga mampu memutuskan rantai
penularan HIV/AIDS.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Seorang pasien dicurigai menderita HIV/AIDS apabila


didapatkan gejala:
a. Tenggorokan sakit
PROSEDUR b. Demam
c. Muncul ruam tubuh, biasanya tidak gatal
d. Pembengkakan noda limfa
e. Penurunan berat badan
f. Diare
g. Kelelahan
h. Nyeri persendian
i. Nyeri otot
2. Pasien yang diketahui atau dicurigai menderita HIV/AIDS harus
ditempatkan terpisah dari kelompok pasien lain (Ruang Isolasi)
dan mendapatkan prioritas untuk diperiksa lebih dahulu.
3. Selama menjalani pemeriksaan petugas harus menggunakan
alat pelindung diri lengkap sampai terbukti pasien tersebut tidak
menderita HIV/AIDS.
ALUR PELAYANAN PASIEN SUSPEK HIV/AIDS
DI UNIT GAWAT DARURAT

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 488/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE

PROSEDUR 4. Apabila hasil pemeriksaan laboratorium dinyatakan negatif


HIV/AIDS pasien dilanjutkan di rawat, tetapi apabila dari hasil
pemeriksaan dinyatakan positif HIV pasien dirujuk ke rumah
sakit rujukan yang dapat melayani pasien HIV/AIDS.

UNIT TERKAIT 1. Seluruh KSM yang terkait


2. Seluruh unit pelayanan yang terkait
ALUR PELAYANAN PASIEN HIV/AIDS RAWAT JALAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

DENKESYAH IM 04.01 489/PROGNAS.SPO/IV/ 0 1/2


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit : Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
04 April 2019
OPERASIONAL)
dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes
Mayor CKM NRP11030001780475

PENGERTIAN Merupakan alur pelayanan pada pasien HIV, untuk kunjungan


rawat jalan di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memperoleh


pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

PROSEDUR 1. Setiap pasien HIV yang akan memperoleh pelayanan di Rumah


Sakit Tk IV IM 07.01 wajib melakukan pendaftaran di loket
pendaftaran rawat jalan, dengan prosedur sebagaimana
ditetapkan.
2. Setelah mendaftar pasien dipersilahkan menuju Poliklinik yang
sesuai dengan keluhan dan penyakit yang dideritanya.
3. Dilakukan prosedur penegakkan diagnosis terkait HIV termasuk
skrining TB.
4. Dilakukan prosedur pengobatan dan pencatatan/pelaporan:
a. Untuk pasien HIV yang mau berobat teratur di Rumah Sakit
Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe, maka diberikan resep ARV
(anti retroviral) program bantuan Kementrian Kesehatan.
b. Pasien membawa resep obat ke Klinik Konseling dan Tes
HIV, untuk di cap dan dicatat pada buku pengambilan obat
ARV.
c. Dilakukan konseling dan edukasi mengenai pengobatan
HIV (Konseling pra ART: manfaat, jenis, dosis, cara
menelan obat, efeks amping), dan pentingnya kepatuhan
berobat dan minum obat ARV.
d. Pasien diberi Kartu Pasien yang berisi Nomor Registrasi
Nasional dan dilakukan pencatatan di Ikhtisar Perawatan
HIV dan Terapi ART.
ALUR PELAYANAN PASIEN HIV RAWAT JALAN

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


DENKESYAH IM 04.01 489/PROGNAS.SPO/IV/ 0 2/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE

PROSEDUR e. Untuk pasien HIV yang mau pindah kerumah sakit lainnya,
(Lanjutan) akan dibuatkan surat rujukan.
5. Pasien mendapat obat dari petugas.
6. Pasien pulang dengan anjuran untuk kontrol rutin sebelum obat
habis.
7. Dilakukan prosedur pemantauan pengobatan pasien.

UNIT TERKAIT 1. Unit Rawat Jalan


2. Unit Gawat Darurat
3. Instalasi Rekam Medik
TATA LAKSANA PAJANAN DARAH PASIEN HIV/AIDS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


DENKESYAH IM 04.01 490/PROGNAS.SPO/IV/ 0 1/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit : Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP 11030001780475

PENGERTIAN Merupakan luka tusuk pada petugas, karena alat benda tajam/jarum
bekas pasien HIV/AIDS tanpa disengaja.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk mencegah resiko


penularan dari penderita ke petugas kesehatan yang berhubungan
dengan pekerjaan petugas kesehatan karena luka tusuk akibat
benda tajam/jarum bekas pasien HIV/AIDS.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

PROSEDUR 1. Persiapan
Alat : - Nacl 0,9 %
- Air bersih
- Sabun atau larutan antiseptik
2. Langkah-langkah
a. Bila terjadi luka tusuk jangan panik, atasi dengan prosedur
dalam waktu 4 jam
b. Segera cuci bagian tubuh yang tertusuk dengan air mengalir
dan sabun atau antiseptik, luka jangan di pencet-pencet
c. Percikan pada mukosa atau kulit segera dibilas dengan
guyuran air.
d. Mata di irigasi menggunakan larutan NaCl 0,9%
e. Segera laporkan kepada tim HIV/AIDS dan Tim Pengendali
Infeksi RS
f. Segera ikuti penatalaksanaan profilaksis pasca pajanan.
3. Hal – hal yang harus diperhatikan :
a. Ketenangan dalam bertindak
b. Cermat dan teliti
TATA LAKSANA PAJANAN DARAH PASIEN HIV/AIDS

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


DENKESYAH IM 04.01 490/PROGNAS.SPO/IV/ 0 2/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE

UNIT TERKAIT 1. Unit Laboratorium


2. Unit Rawat Jalan
3. Unit Rawat Inap
4. Unit Gawat Darurat
PROSEDUR PENGAMBILAN ARV UNTUK
PASIEN RAWAT JALAN DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 491/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
PENGERTIAN pembuatan HIV dalam sel CD4.
2. Pengambilan ARV adalah proses pasien untuk mendapatkan
obat ARV di Poli VCT/CST.

Sebagai pedoman pasien rawat jalan dalam mendapatkan obat


TUJUAN
ARV di Poli VCT/CST Rumah Sakit Tk IV IM 07.01

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Serahkan resep dari dokter ke petugas di Poli VCT/CST disertai


kartu pasien yang sudah terisi lengkap.
2. Untuk pasien baru dilakukan konseling ARV oleh petugas,
konseling lanjutan dilakukan apabila diperlukan.
3. Lakukan pengkajian resep oleh petugas.
4. Lakukan administrasi dan pencatatan secara lengkap
PROSEDUR
5. Obat disiapkan oleh petugas.
6. Lakukan penyerahan obat ke pasien disertai informasi obat
secukupnya oleh petugas.
7. Serah terima obat ke pasien disertai tanda tangan dan nomor
telepon;

1. Instalasi Rawat jalan


UNIT TERKAIT
2. Poli VCT/ CST
PROSEDUR PENYIMPANAN ARV DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2


0
DENKESYAH IM 04.01
492/PROGNAS.SPO/IV
RUMKIT TK IV IM 07.01
/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01

SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
pembuatan HIV dalam sel CD4.
2. Penyimpanan ARV adalah proses untuk menyimpan sediaan
PENGERTIAN
ARV di Poli VCT/CST disusun berdasarkan abjad, bentuk
sediaan dan stabilitas atau kesesuaian suhu pada
penyimpanan obat.

Sebagai panduan petugas dalam penyimpanan obat ARV di


TUJUAN
Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Lakukan pengecekan semua obat ARV yang diterima dari


Kementerian Kesehatan baik jumlah, jenis, bentuk, expired
date sesuai dengan surat pengiriman barang.
2. Lakukan Administrasi barang melalui Tim Komisi Rumah Sakit.
3. Lakukan administrasi obat di Poli VCT/CST;
4. Susun obat sesuai abjad, sediaan dan stabilitas serta
kesesuaian penyimpanan obat.
PROSEDUR 5. Simpan obat sesuai sistem FIFO maupun FEFO.
6. Lakukan administrasi disertai kartu stok obat.
7. Distribusikan obat melalui apotik rawat jalan dan rawat inap
8. Setiap akhir bulan dilakukan adminsitrasi keluar masuk barang
disertai laporan terpadu dengan petugas pencatatan dan
pelaporan VCT/CST.
PROSEDUR PENYIMPANAN ARV DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2


DENKESYAH IM 04.01
492/PROGNAS.SPO/IV 0
RUMKIT TK IV IM 07.01
/2019
LHOKSEUMAWE

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT
2. Petugas Pencatatan dan Pelaporan
PROSEDUR
ALUR BEROBAT PASIEN DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 493/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit KepalaRumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

VCT adalah singkatan dari Voluntary Counseling and Testing/


Konseling Testing Sukarela.
CST adalah singkatan dari Care Support dan Treatment/
PENGERTIAN
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan.
Alur pelayanan VCT/CST adalah proses mulai datangnya pasien
hingga selesainya proses pelayanan pasien di Poli VCT/CST.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah alur pelayanan


TUJUAN pasien di VCT/CST.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Untuk pasien baru/Lama melakukan proses pendaftaran di


loket pendaftaran.
2. Setelah mendaftar pasien dapat langsung menunggu di
klinik VCT/CST.
3. Setelah dicatat oleh petugas kemudian dapat dilakukan
pemeriksaan oleh dokter selanjutnya dilakukan konseling pre
test
4. Setelah selesai diperiksa dan konseling pre test kemudian
dilakukan test HIV di laboratorium, apabila perlu konsul antar
PROSEDUR departemen langsung dikonsultasikan antar departemen,
radiologi, apotik atau masuk rawat inap, dan atau dapat
langsung pulang.
5. Setelah itu membuka hasil dan dilakukan konseling post test,
bila hasilnya postif (REAKTIF) maka dilanjutkan untuk
tatalaksana selanjutnya.
6. Bila hasilnya negatif (NON REAKTIF) dan mempunyai faktor
risiko maka disarankan pasien untuk melakukan pemeriksaan
ulang 3 bulan kemudian (PERIODE JENDELA).
PROSEDUR
ALUR BEROBAT PASIEN DI KLINIK VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 493/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan.


2. KSM Penyakit Dalam, Obgyn, Mata, THT, Saraf, Bedah
PROSEDUR TATALAKSANA PASIEN DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1

DENKESYAH IM 04.01 495/PROGNAS.SPO/IV 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 /2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

VCT adalah singkatan dari Voluntary Counseling and Testing/


Konseling Testing Sukarela.
CST adalah singkatan dari Care Support dan Treatment/
PENGERTIAN
Perawatan, Dukungan dan Pengobatan.
Alur pelayanan VCT/CST adalah proses mulai datangnya pasien
hingga selesainya proses pelayanan pasien di Poli VCT/CST.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah alur pelayanan pasien


di VCT/CST.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

PROSEDUR 1. Lakukan anamnesa, pemeriksaan fisik lengkap, pemeriksaan


penunjang yang dibutuhkan termasuk laboratorium untuk
mengidentifikasi IO dan CD4 untuk pemberian PPK dan ART.
2. Penegakan diagnosis kerja termasuk penentuan stadium
klinis.
3. Kolaborasi dengan disiplin ilmu terkait untuk tatalaksana IO
termasuk skrining TB (dengan format skrining TB).
4. Berikan rencana pengobatan dan pemberian terapi ARV/ mulai
ARV jika ODHA sudah memenuhi syarat terapi ARV.
5. Evaluasi klinis pasien di rawat jalan.
6. Pasien dapat di rawat inap apabila ditemukan indikasi rawat
inap.

1. Rawat Jalan.
UNIT TERKAIT 2. KSM Penyakit Dalam, Obgyn, Mata, THT, Saraf, Bedah.
PROSEDUR KONSELING ARV DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01
496/PROGNAS.SPO/IV 0 1/2
RUMKIT TK IV IM 07.01
/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01

SPO 04 April 2019


(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
PENGERTIAN pembuatan HIV dalam sel CD4.
2. Konseling obat adalah suatu penyampaian tatap muka
mengenai obat ARV kepada pasien baik lisan maupun tulisan.

Sebagai panduan petugas dalam konseling obat ARV di Rumah


TUJUAN
Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Petugas konseling adalah perawat yang sudah terlatih.


2. Lakukan konseling di dalam ruang tertutup, rahasia, nyaman
dan aman.
3. Lakukan perkenalan kepada pasien yang pertama kali akan
memulai ART; Sapa dengan ramah dan senyum, perkenalkan
nama, profesi, kedudukan anda dalam penanganan obat ARV.
4. Tanyakan identitas pasien, mulai dari nama, umur, berat
badan, alamat, nomor telepon, status perkawinan (sudah
menikah apa belum), kesuburan (sedang hamil atau ada
PROSEDUR
program akan hamil), jenis obat yang sedang diminum, nama
pendamping minum obat,hubungan dengan klien, alamat dan
nomor telepon yang bisa dihubungi, catat dalam kartu
konseling.
5. Menggali pengetahuan konseling tentang HIV dan AIDS
dengan tujuan untuk mempermudah pemberian informasi
kepada klien.
6. Memberi penjelasan tentang obat :
a. Tujuan pengobatan.
PROSEDUR KONSELING ARV DI POLI VCT/CST

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2


DENKESYAH IM 04.01
496/PROGNAS.SPO/IV
RUMKIT TK IV IM 07.01
/2019
LHOKSEUMAWE

b. Jelaskan bahwa obat ARV harus diminum seumur hidup.


c. Jelaskan waktu dan cara meminum obat sesuai dengan
resep yang diberikan dokter.
d. Jelaskan pula waktu dan cara minum obat lain selain obat
ARV.
e. Berikan tehnik supaya pasien selalu minum obat dengan
tepat waktu.
f. Jelaskan apa yang harus dilakukan seandainya klien lupa
minum obat.
g. Jelaskan efek samping masing-masing obat dan bagaimana
cara menanggulanginya.
h. Jelaskan cara menyimpan obat yang benar.
i. Beri peringatan pada pasien bahwa obat ARV ini mahal dan
sekarang obat ini disubsidi oleh pemerintah.
j. Beritahukan bagaimana cara memperoleh obat ini
PROSEDUR
selanjutnya.
7. Verifikasi akhir untuk mengecek pemahaman pasien pada ARV
dengan menanyakan kembali apa yang telah dijelaskan.
8. Berikan kesempatan pasien untuk bertanya dengan
menanyakan apakah ada yang ingin ditanyakan.
9. Berikan pengetahuan tentang makanan apa saja yang
sebaiknya dikonsumsi dan apa saja yang harus dihindari.
10. Akhiri pembicaraan dengan memberikan obat ARV yang disertai
dengan tanda terima dan ingatkan pasien kapan kembali untuk
mengambil obat.
11. Lakukan pencatatan di buku catatan konseling dan kartu
pasien.
12. Lakukan monitoring dan evaluasi

UNIT TERKAIT Poli Penyakit Dalam/Poli VCT/CST


PROSEDUR PEMBERIAN
PENGOBATAN PENCEGAHAN KOTRIMOKSASOL (PPK)

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 497/PROGNAS.SPO/IV/ 0
LHOKSEUMAWE 2019
Ditetapkan Oleh :
SPO Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

Beberapa infeksi oportunistik (IO) pada ODHA dapat dicegah


dengan pemberian pengobatan profilaksis. Terdapat dua macam
pengobatan pencegahan yaitu profilaksis primer dan profilaksis
sekunder.
1. Profilaksis primer adalah pemberian pengobatan pencegahan
PENGERTIAN
untuk mencegah suatu infeksi yang belum pernah diderita.
2. Profilaksis sekunder adalah pemberian pengobatan
pencegahan yang ditujukan untuk mencegah berulangnya
suatu infeksi yang pernah diderita sebelumnya.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Pemberian


TUJUAN Pengobatan Pencegahan Kotrimoksasol (PPK) untuk pasien
dengan HIV/ AIDS.

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Ajurkan pemberian PPK pada ODHA yang bergejala (Stadium


PROSEDUR klinis 2,3, atau 4) termasuk perempuan hamil dan menyusui,
semua bayi lahir dari ibu hamil HIV positif berusia 6 minggu.
2. ODHA dengan jumlah CD4 di bawah 200 sel/mm 3anjurkan
pemberian kotrimoksasol 2 minggu sebelum ARV.
3. Hentikan penggunaan bila sel CD4 naik > 200 sel/ mm3 pada
pemeriksaan dua kali interval 6 bulan berturut-turut.
4. Untuk bayi hentikan pada usia 18 bulan dg hasil test HIV
negatif atau hasil HIV positif dan jika mendapatkan terapi
ARV.
5. Berikan kotrimoksasol untuk pencegahan sekunder setelah
terapi PCP atau Toxoplasmosis selesai dan diberikan selama
1 tahun.

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap


2. KSM Penyakit Dalam, Obgyn
ALUR PELAYANAN PASIEN HIV RAWAT INAP

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 498/PROGNAS.SPO/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 IV/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit : Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

PENGERTIAN Merupakan alur pelayanan pada pasien HIV, untuk kunjungan


rawat inap di Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe
dr. XX, M. Kes

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah untuk memperoleh


pelayanan rawat inap di Rumah Sakit TK IV IM 07.01
Lhokseumawe

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

PROSEDUR 1. Setiap pasien HIV yang akan memperoleh pelayanan di


Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 wajib melakukan pendaftaran di
loket pendaftaran rawat inap, dengan prosedur sebagaimana
ditetapkan.
2. Pasien di lakukan pemeriksaan di UGD.
3. Setelah mendaftar pasien akan diantar ke ruang rawat inap
yang sudah dipesan.
4. Dilakukan prosedur penegakkan diagnosis terkait HIV
termasuk skrining TB.
5. Dilakukan prosedur pengobatan dan pencatatan / pelaporan:
a. Untuk pasien HIV yang mau berobat teratur di Rumah
Sakit Tk IV IM 07.01, maka diberikan resep ARV (anti
retroviral) program bantuan Kementrian Kesehatan.
b. Pasien membawa resep obat ke Klinik Konseling dan Tes
HIV, untuk di cap dan dicatat pada buku pengambilan obat
ARV.
c. Dilakukan konseling dan edukasi mengenai pengobatan
HIV (Konseling pra ART: manfaat, jenis, dosis, cara
menelan obat, efek samping), dan pentingnya kepatuhan
berobat dan minum obat ARV.
d. Pasien diberi Kartu Pasien yang berisi Nomor Registrasi
Nasional dan dilakukan pencatatan di Ikhtisar Perawatan
HIV dan Terapi ART.
ALUR PELAYANAN HIV RAWAT INAP

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :

498/PROGNAS.SPO/IV/ 0 2/2
DENKESYAH IM 04.01 2019
RUMKIT TK IV IM 07.01
LHOKSEUMAWE

PROSEDUR e. Untuk pasien HIV yang mau pindah ke rumah sakit


lainnya, akan dibuatkan surat rujukan.
8. Resep obat diserahkan ke perawat di ruang rawat, perawat
mengambil obat ke petugas.
9. Obat di serahkan oleh perawat ruang rawat ke pasien.
10. Pasien pulang dengan anjuran untuk kontrol rutin sebelum
obat habis.
11. Dilakukan prosedur pemantauan pengobatan pasien.

UNIT TERKAIT 1. Unit Gawat Darurat


2. Unit Rawat Inap
3. Instalasi Rekam Medik
PROSEDUR PENGAMBILAN ARV UNTUK PASIEN RAWAT
INAP DI RUANG RAWAT

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1


DENKESYAH IM 04.01
RUMKIT TK IV IM 07.01 502/PROGNAS.SPO/IV 0
LHOKSEUMAWE /2019
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
pembuatan HIV dalam sel CD4.
PENGERTIAN
2. Pengambilan ARV adalah proses pasien untuk mendapatkan
obat ARV di ruang rawat.

Sebagai pedoman pasien rawat inap dalam mendapatkan obat ARV


TUJUAN
di Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe

KEBIJAKAN Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Serahkan resep dari dokter ke petugas Poli VCT/CST disertai


Kartu Pasien yang sudah terisi lengkap oleh petugas ruang
rawat diantaranya terisi nomor register nasional, tanggal
konfirmasi tes (+) dan lain-lain.
2. Lakukan pengkajian resep oleh petugas Poli VCT/CST .
3. Lakukan administrasi dan pencatatan secara lengkap
PROSEDUR 4. Obat disiapkan oleh petugas Poli VCT/CST .
5. Lakukan penyerahan obat secara unit dose sesuai masing-
masing tempat perawatan;
6. Serah terima obat ke pasien melalui perawat disertai tanda
terima antara petugas Poli VCT/CST dan petugas ruang
perawatan;

1. Poli VCT/CST
UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat Inap
PROSEDUR TERAPI ARV UNTUK KOINFEKSI HEP B

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1

DENKESYAH IM 04.01 501/PROGNAS.SPO/IV/ 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
SPO Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

Pengobatan HBV pada koinfeksi HIV-HBV secara objektif adalah


untuk penyembuhan dengan cara menghilangkan virus,
PENGERTIAN
menghambat progresifitas nekrosis dan fibrosis, serta
menghilangkan gejala.

Sebagai acuan penerapan langkah-langkah Penatalaksanaan


TUJUAN
terapi ARV pada pasien HIV/ AIDS dengan ko infeksi Hepatitis B.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Mulai ART pada semua individu dengan ko-infeksi HIV/ HBV


yang memerlukan terapi HBV-nya (hepatitis kronik aktif), tanpa
memandang jumlah CD4 atau stadium klinisnya.
2. Mulai terapi hepatitis B pada infeksi hepatitis B kronik aktif jika
PROSEDUR
terdapat : peningkatan SGOT/ SGPT lebih dari 2 kali selama 6
bulan dengan HbSAg positif atau HBV DNA positif
3. Gunakan ARV yang mengandung aktivitas terhadap HBV dan
HIV yaitu TDF + T3C untuk peningkatan respon VL HBV dan
penurunan perkembangan HBV yang resistensi obat.

UNIT TERKAIT KSM Penyakit Dalam


PROSEDUR PEMBERIAN OBAT ANTIRETROVIRAL (ARV)
LINI KE III

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/1

DENKESYAH IM 04.01 500/PROGNAS.SPO/I


RUMKIT TK IV IM 07.01 V/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test


HIV positif yang dapat menekan atau menghambat proses
pembuatan HIV dalam sel CD4.
PENGERTIAN 2. Kegagalan pengobatan menggunakan kegagalan klinis,
imunologis dan atau kegagalan virologist
3. Penggantian rejimen lini pertama menjadi lini kedua

TUJUAN Sebagai pedoman penerapan langkah-langkah untukpemberian


ARV lini kedua

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

PROSEDUR Penanganan kegagalan pengobatan :


1. Lakukan tes viral load
2. Evaluasi regimen yang digunakan
3. Evaluasi kemungkinan efek samping
4. Evaluasi pengertian pasien
5. Evaluasi adherence
6. Intervensi semua hal di atas
7. Switch lini kedua jika terbukti : TDF atau AZT+3TC+LPV/r

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap


2. KSM Penyakit Dalam, Obgyn
PROSEDUR DESENSITISASI KOTRIMOKSASOL

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2


0
DENKESYAH IM 04.01
504/PROGNAS.SPO/I
RUMKIT TK IV IM 07.01
V/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
SPO TanggalTerbit Kepala Rumah Sakit Tk IM 07.01
(STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL) 04 April 2019

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

PENGERTIAN Desensitiasi adalah usaha mengurangkan atau menghilangkan


alergi terhadap suatu zat dalam hal ini adalah reaksi
hipersensitifitas terhadap kotrimoksasol.

TUJUAN Sebagai acuan penerapan langkah-langkah mengurangkan atau


menghilangkan reaksi hipersensitifitas terhadap kotrimoksasol
untuk pasien dengan HIV/ AIDS.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

Desensitisasi Kotrimoksasol

Dalam keadaan terjadi hipersensitivitas terhadap


kotrimoksasol dan kemudian akan memulai lagi maka perlu
dilakukan desensitisasi obat. Angka keberhasilan desensitisasi
kotrimoksasol cukup tinggi

Desensitisasi jangan dicobakan pada ODHA dengan riwayat


mengalami alergi berat, untuk itu perlu pengawasan ketat
sebelum timbul infeksi oportunistik terkait dan pemberian ARV
untuk mencegah pasien masuk dalam fase lanjut.
1. Hari 1 berikan dengan dosis 80 mg SMX + 16 mg TMP (2ml
PROSEDUR
sirup)
2. Hari 2 berikan dengan dosis 160 mg SMX + 32 mg TMP (4ml
sirup)
3. Hari 3 berikan dengan dosis 240 mg SMX + 48 mg TMP (6ml
sirup)
4. Hari 4 berikan dengan dosis 320mg SMX + 64 mg TMP (8ml
sirup)
5. Hari 5 berikan 1 tablet SMX (400mg) + TMP (80mg)
6. Hari 6 berikan 2 tablet SMX (800mg) + TMP (160mg)
PROSEDUR DESENSITISASI KOTRIMOKSASOL

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2


DENKESYAH IM 04.01
504/PROGNAS.SPO/IV/ 0
RUMKIT TK IV IM 07.01
2019
LHOKSEUMAWE

Keterangan :
Setiap 5 ml sirup Kotrimoksasol mengandung 200 mg SMX + 40
MG TMP

Selain protokol desensitisasi seperti di atas,terdapat


Desensitisasi cepat kotrimoksasol yang dapat dilakukan dalam
waktu 5 jam (dilakukan pada pasien rawat jalan),dengan protokol
sebagai berikut :
1. 0 waktu (jam) berikan dengan dosis 0,004/0,02 mg dilusi 1 :
10.000 (5 ml)
2. 1 jam berikutnya berikan dengan dosis 0,04/0,2 mg dilusi 1:
PROSEDUR
1.000 (5 ml)
3. 2 jam berikutnya berikan dengan dosis 0,4/2 mg dilusi 1: 100
(5 ml)
4. 3 jam berikutnya berikan dengan dosis 4/20 mg dilusi 1 : 10 (5
ml)
5. 4 jam berikutnya berikan dengan dosis 40/200 mg tidak
diencerkan (5 ml)
6. 5 jam berikutnya berikan dengan dosis 160/800 mg dan
minum 1 tablet forte

1. Instalasi Rawat Jalan, Rawat Inap


UNIT TERKAIT
5. KSM Penyakit Dalam,Obgyn
PROSEDUR PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01 503/PROGNAS.SPO/IV/ 0 1/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ARV adalah merupakan obat yang digunakan pasien test HIV


positif yang dapat menekan atau menghambat proses
pembuatan HIV dalam sel CD4.
PENGERTIAN 2. Penyimpanan ARV adalah proses untuk menyimpan sediaan
ARV di Instalasi Farmasi disusun berdasarkan abjad, bentuk
sediaan dan stabilitas atau kesesuaian suhu pada
penyimpanan obat.

Sebagai panduan petugas dalam penyimpanan obat ARV di


TUJUAN
Rumah Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. Catatlah masing-masing resep ke dalam catatan masing-


masing pasien oleh penanggung jawab rawat jalan dan rawat
inap.
2. Lakukan rekap harian seluruh resep dari jumlah masing-
masing regimen, jenis regimen dan jumlah pasien.
3. Setiap akhir bulan lakukan rekapitulasi pemakaian jumlah
masing-masing regimen dan jenis regimen.
PROSEDUR 4. Lakukan rekapitulasi masing-masing pasien berdasarkan jenis
regimen.
5. Lakukan koordinasi dengan petugas VCT/CST untuk
kesesuaian laporan terpadu ke Kemkes.
6. Serahkan laporan secara rinci dan jelas ke petugas
pencatatan dan pelaporan PDP kemudian selanjutnya dibuat
laporan terpadu oleh tim.
PROSEDUR PENCATATAN DAN PELAPORAN ARV

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01
503/PROGNAS.SPO/IV 0 2/2
RUMKIT TK IV IM 07.01
/2019
LHOKSEUMAWE

1. Instalasi Rawat jalan


UNIT TERKAIT
2. Poli VCT/CST
PENANGANAN ODHA DENGAN FAKTOR RISIKO IDU

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01 494/PROGNAS.SPO/IV/ 0 1/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

1. ODHA adalah orang dengan HIV/AIDS yang ditegakkan


setelah pemeriksaan laboratorium.
2. CD4 adalah parameter terbaik untuk mengukur
imunodefesiensi digunakan bersama dengan kondisi klinis
untuk menjadi petunjuk progresivitas penyakit. Pemantauan
CD4 dapat digunakan untuk menilai pemberian ARV.
3. Stadium klinis adalah kondisi klinis ODHA yang dilihat dari
infeksioportunistik yang menyertainya dan dapat digunakan
sebagai dasar penentuan dan kemajuan terapi.
4. Rekomendasai ART
PENGERTIAN a. Dewasa dan anak >5 tahun:
- Inisiasi ART pada ODHA stadium klinis 3 dan 4 atau
jika jumlah CD4 kurang lebih atau sama dengan 350
sel/mm3
- Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan
beberapa pun jumlah CD4 pasien koinfeksi TB,
koinfeksi hepatitis B, ibu hamil, dan menyusui terinfeksi
HIV, pasangn diskordan, waria, PS, populasi umum
pada daerah dengan epidemis HIV meluas
b. Anak <5 tahun

Inisiasi ART tanpa melihat stadium klinis WHO dan berapapun


jumlah CD4.

Sebagai pedoman petugas dalam menangani ODHA di Rumah


TUJUAN
Sakit Tk IV IM 07.01 Lhokseumawe.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.
PENANGANAN ODHA DENGAN FAKTOR RISIKO IDU

No Dokumen No. Revisi Halaman


DENKESYAH IM 04.01 494/PROGNAS.SPO/IV/ 0 1/2
RUMKIT TK IV IM 07.01 2019
LHOKSEUMAWE

1. Petugas memanggil ODHA.


2. Petugas mempersiapkan alat bukti kegiatan (buku register,
formulir pra ART, informed consent).
3. Petugas mencuci tangan.
4. Petugas menjelaskan paket layanan dukungan dan
pengobatan PDP yaitu: layanan TB, layanan IMS, layanan
gizi, konseling positif prevention dan kepatuhan, diagnosis IO
untuk menentukan stadium HIV, pemenuhan dan indikasi
ARV serta profilaksis, dan pemeriksaan CD4 untuk
menentukan profilaksis kotrimoksazol dan pemenuhan
indikasi ARV.
PROSEDUR
5. Menentukan apakah klien memenuhi syarat terapi profilaksis
kotrimoksazol dan ARV.
6. Bila belum memenuhi syarat catat diregister pra ART (periksa
jumlah CD4 tiap 6 bulan, pertimbangkan PP INH.
7. Bila sudah memenuhi syarat catat di register ART dan
lakukan konseling pra ART dan informed consent.
8. Monitoring klinis dan pemeriksaan laboratorium serta
konseling secara berkala.
9. Petugas mencuci tangan.
10. Mencatat semua kegiatan di buku register dan formulir

1. Petugas Laboratorium
UNIT TERKAIT
2. Poli VCT/CST
PELAYANAN RUJUKAN PASIEN HIV KE RUMAH SAKIT LAIN

No Dokumen No. Revisi Halaman 1/2

DENKESYAH IM 04.01 1057/PROGNAS.SPO 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 /IV/2019
LHOKSEUMAWE
Ditetapkan Oleh :
Tanggal Terbit Kepala Rumah Sakit Tk IV IM 07.01
SPO
(STANDAR PROSEDUR 04 April 2019
OPERASIONAL)

dr. Arif Puguh Santoso, Sp.PD., M.Kes


Mayor CKM NRP11030001780475

PENGERTIAN Melakukan rujukan ke rumah sakit lain adalah memindahkan


pasien yang memerlukan perawatan atau pemeriksaan penunjang
ke rumah sakit lain dengan sarana dan prasarana yang lebih
lengkap.

TUJUAN Sebagai acuan langkah-langkah pemindahan pasien dari rumah


sakit awal menuju rumah sakit lain.

Surat Keputusan Karumkit Nomor: 481/PROGNAS.SK/IV/2019


KEBIJAKAN tanggal 04 April 2019 tentang Kebijakan Pelayanan HIV/AIDS
Rumah Sakit TK IV IM 07.01 Lhokseumawe.

1. DPJP memberikan informasi kepada pasien dan keluarga


mengenai kondisi pasien bahwa pasien perlu dirujuk ke rumah
sakit lain karena kondisi tertentu.
2. Petugas poli VCT/CTS atau perawat ruang rawat menjelaskan
dan meminta persetujuan kepada klien/pasien untuk di rujuk.
3. Jika pasien setuju, dokter melengkapi rekam medis pasien dan
petugas poli VCT/CTS atau perawat ruang rawat menyiapkan
berkas penunjang (surat rujukan) yang diperlukan.
PROSEDUR
4. Untuk pasien rawat jalan, pasien menuju ke rumah sakit tujuan
dengan membawa surat rujukan dan ditangani sesuai dengan
kemampuan dan prosedur rumah sakit yang berlaku.
5. Untuk pasien rawat inap, jika pasien setuju MPP/case manager
menghubungi rumah sakit yang dituju untuk menanyakan kamar
rawat inap.
6. Jika kamar belum ada MPP/case manager menanyakan ulang
sesuai dengan waktu yang telah disepakati antara MPP/case
PELAYANAN RUJUKAN PASIEN HIV KE RUMAH SAKIT LAIN

No Dokumen No. Revisi Halaman 2/2

DENKESYAH IM 04.01 1057/PROGNAS.SPO 0


RUMKIT TK IV IM 07.01 /IV/2019
LHOKSEUMAWE

manager dan rumah sakit yang dituju.


7. Jika kamar belum ada petugas mempersiapkan proses transfer
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien.
8. Jika proses mendapatkan kamar dalam waktu lama atau lebih
PROSEDUR dari satu hari, petugas menjelaskan kepada pasien dan atau
keluarga pasien tersebut.
9. Pasien ditangani sesuai dengan kemampuan dan prosedur
rumah sakit yang berlaku.

1. Instalasi Rawat Jalan


UNIT TERKAIT 2. Instalasi Rawat inap
3. Uryanmed

Anda mungkin juga menyukai