HIV / AIDS
No. Dokumen
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
1/2
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
SPO
Tanggal Terbit
Dr. H.Asep Rustandi
NIP 196106261989031005
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
Tentang
Kerja
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
2/3
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
1/3
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
SPO
Tanggal Terbit
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
Tentang
Sakit;
PEMBERIAN COTRIMOXAZOLE PROFILAKSIS
No. Dokumen
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
2/3
4. Prosedur
4. 1.
4.1.1.
-
Penatalaksanaan
Rejimen Obat
1 x sehari 1 tablet double strength (DS) atau 1 x 2 tablet single strenght (SS).
DS = Sulfametoxazole 800 mg + trimetoprim 160 mg
SS = Sulfametoxazole 400 mg + trimetoprim 80 mg
Pada kasus adanya reaksi obat :
-
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
3/3
4.2.2
5. Unit Terkait
Rejimen alternatif
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
1/16
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
SPO
1. Pengertian
Tanggal Terbit
Dr. H.Asep Rustandi
NIP 196106261989031005
Standar pelayanan medis ini merupakan pedoman bagi pengelolaan penderita
ODHA yang disertai dengan penyakit tuberkulosis (TB) baik secara diagnosis
dugaan maupun pasti. TB adalah penyakit penyerta dan penyebab kematian yang
paling sering mempengaruhi penderita dengan infeksi HIV. Karena kerentanan
imunologis pasien saat terinfeksi HIV, kemungkinan terjadinya oleh infeksi
M.tuberculosis meningkat sampai 20 x lipat (Ref), dan besar kemungnannya hal
tersebut akan mengancam jiwa. Sebaliknya, adanya infeksi TB pada orang dengan
ODHA mengakibatkan keadaan penyakit AIDS-nya memburuk dengan lebih
cepat.
Penyakit TB yang muncul pada penderita HIV dapat terjadi dengan gambaran
klinis yang tipikal (khas) maupun tidak. Gambaran yang tidak khas muncul lebih
sering pada penderita dengan tingkat penurunan kekebalan imunitas yang lebih
berat. Munculnya penyakit TB pada ODHA dapat terjadi di semua fase
perkembangan infeksi HIV, baik sebelum infeksi HIV bermanifestasi sebagai
penyakit maupun saat pasien menjadi AIDS. Tambahan lagi, penyakit TB dapat
2. Tujuan
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
2/16
3. Kebijakan
4. Prosedur
4. 1. Diagnosis
Pada TB paru, gejala yang sering timbul adalah :
- Batuk yang lama selama lebih dari 3 (tiga) minggu dan tidak membaik
dengan pengobatan antibiotik biasa;
- Produksi dahak yang produktif, purulen, kadang disertai dengan bercak
darah;
- Demam atau panas badan ringan atau tinggi;
- Berkeringat pada malam hari;
- Penurunan berat badan dan nafsu makan yang menurun.
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
3/16
Foto Thoraks
Gambaran
thoraks
dapat
menyerupai pneumonia bakterial,
infiltrasi unilateral, atau bilateral
dapat ditemukan pada lobus bawah.
Lesi di lobus atas atau kavitasi lebih
jarang ditemukan. Penyakit TB
Paru tak dapat disingkirkan dengan
pemeriksaan foto thoraks
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
4/16
4. 2. Pemeriksaan Penunjang
Diagnosis pasti penyakit TB hanya dapat ditentukan dengan keberhasilan
menunjukkan adanya kuman M.tb/BTA dengan pemeriksaan mikroskopik
atau dengan mebiakkan kuman M.tb [TB guideline]. Untuk upaya ini,
diusahakan agar bahan pemeriksaan diambil sesegera mungkin, sebelum
obat TB dimulai, dari bahan yang sesuai dengan penyakitnya. Bahan
pemeriksaan harus segera dikirim ke laboratorium untuk pemeriksaan.
Hasil pemeriksaan mikrobiologi yang negatif tidak dapat menyingkirkan
diagnosis tuberkulosis [Ref]. Pemeriksaan penunjang lain dapat dilakukan
seperti
pemeriksaan
thoraks
foto
PA,
pemeriksaan
histopatologis,
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
4.3.2
-
No. Revisi :
Halaman :
5/16
Adanya bukti klinis yang kuat akan adanya infeksi HIV dan
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
6/16
AFB positive d
Threat for TB
CPT d
HIV assesment f
AFB positive d
TB likely
CXR e
Sputum AFB and culture g
Cinical asessment g
TB unlikely
AFB positive d
Responsel
AFB positive d
No or patial response
Reassess for TB
Responsel
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
4.3.3
-
No. Revisi :
Halaman :
7/16
Adanya bukti klinis yang kuat akan adanya infeksi HIV dan
4.3.4
4. 4. Penatalaksanaan
4.4.1
Pengobatan TBC
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
8/16
Lokasi Penyakit
TB Paru
Hasil
Laboratorium
BTA Positif
Tipe Pasien
Baru
Lama
sesuai
Kategori yang
dianjurkan
Kat 1
Relaps
Kembali setelah
gagal
Kembali setelah
putus berobat
MDR tb atau kronik
BTA Negatif
Extrapulmonary
Kat 2
Kat 2
Kat 2
Kat 4
Kat 1 atau 3
Kat 1 atau 3
Fase intensif
2 3 bulan pertama
2RHEZ
II
III
2RHEZS 1RHEZ
2RHZ
IV
Fase intermiten
4 6 bulan kemudian
4 R3H3
4 RH
6 HE
5R3H3E3
4 R3H3
4 RH
6 HE
Chronic case, refer to specialized
center
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
9/16
positif pada akhir fase intensif. Ulangi lagi pemeriksaan foto thoraks
Waktu dan urutan pemberian obat TB dan obat HIV sangat penting untuk
diperhatikan, pemberian ARV yang terlalu cepat akan dapat memberikan
reaksi paradoksial. Bila memungkinkan sebaiknya dilakukan pemeriksaan
CD4 pada penderita yang baru di diagnosis agar dapat ditentukan waktu
pemberian ARV terbaik (tabel 4).
Secara umum di tentukan bahwa sebaiknya terapi TB diselesaikan dahulu
sebelum memulai perawatan ARV, kecuali jika ada resiko tinggi terjainya
perburukan AIDS dan kematian pada saat terapi TB. Jika pengobatan TB
perlu diberikan bersama dengan HIV bersamaan, pilihan obat lini pertama
sebaiknya terdiri dari ZDV/3TC ditambah NNRTI atau ABC. Bila digunakan
regimen berbasis NNRTI, maka EFZ adalah obat terpilih mengingat potensi
terjadinya hepatotoksisitas terapi TB akan lebih kecil dibandingkan dengan
NVP.
Kecuali untuk SQV/r, PIs tidak direkomendasikan untuk diberikan selama
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
10/16
Anjuran ARV
a.
b.
c.
d.
Timing
pemberian
ART
sehubungan dengan mulainya
terapi TB
Antara 2 sampai dengan 8
minggu sesudah terapi TB b
Sesudah 8 minggu terapi TB
Evaluasi ulang pasien setelah 8
minggu dan pada akhir terapi
TB
Antara 2 sampai dengan 8
minggu setelah terapi TB
4.4.3
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
11/16
Lini Kedua
4.4.1
Pilihan Terapi
Lanjutkan dengan 2 NRTIs atau EFV
Ganti ke EFV atau
Ganti rejimen triple NRTI
Lanjutkan dengan 2 NRTI + NVP
Lanjutkan dengan rejimen triple NRTI
Ganti atau Lanjutkan (kalau sudah mulai)
rejimenLPV/r atau rejimen dengan SQV/r.
Sesuaikan dosis dengan RTV
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
12/16
4. 1. Bahan / Peralatan
-
Obat tuberkulosis
Obat ARV
4. 2. Indikator klinis
4.2.1
Awal
TBC paru BTA (+) (baru, kambuh, kembali setelah DO, transfer)
TBC paru BTA (-), rontgen + (baru, kambuh, kembali setelah DO,
transfer), + kultur sputum untuk TBC*
Stage 1-4
Infeksi Oppotunistik
Tipe Resiko
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
4.2.2
No. Revisi :
Halaman :
13/16
Selama Pengobatan
Akhir Pengobatan
Nilai Faktor
Resiko HIV
ya
TB 01, TB 03
Tambah Data
Faktor Resiko
Tidak
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
14/16
TB 01, TB 03
VCT / PITC
Isi Data
VCT Nomor
VCT Tanggal
Testing
Tidak
Register VCT
ya
Hasil ?
No. Reg TB
Neq
TB 01
Isi Data
No. Reg HIV
Dos
Register HIV
Perawatan
HIV
Isi Data
Asal Pasien
Tanggal Terima
Baseline HIV
Isi Data
Asal Pasien
Tanggal Terima
No. Reg TB
Tgl mulai th TB
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
15/16
4.3.1
Pasien
anyelir
Nilai TB
Algoritma
Diagnostik
Tidak
suspek
Register HIV
Isi data
Suspek TB
TB 06 Melati
TB 05* ke lab
Isi data
Suspek TB
suspek
Laboratorium
Sputum BTA
Sputum kultur
Toraks foto
Algoritma TB*
Diobati TB
Baseline HIV
Isi data
Hasil Sputum
Hasil toraks
Hasil penilaian TB
Tidak
ya
TB 01
Isi data
No reg HIV
Tanggal Masuk
Isi data
No reg TB
Tgl mulai th TB
Kategori TB
5. Unit Terkait
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
16/16
SPO
No. Dokumen
Tanggal Terbit
No. Revisi :
Halaman :
1/5
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
Tentang
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
2/5
4. 1. Kriteria Diagnosa :
4.1.1. Diagnosa pada Surat Keterangan Kematian
Avian flu
SARS
HIV
Hepatitis
4.1.2. Keterangan dari penyidik
4.1.3. Jenazah tak dikenal yang mencurigakan
4. 2. Penatalaksanaan
4.2.1
Persiapan Perawatan
Setiap
orang
yang
terlibat
langsung
menangani
harus
menggunakan APP
Menggunakan sarung tangan rangkap 2 (dua)
Mencuci tangan dengan sabun tetap dilakukan sesudah melepas
sarung tangan
Keluarga tidak boleh memeluk dan mencium jenazah
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
4. Prosedur
4.2.2
No. Revisi :
Perawatan Jenazah
Halaman :
3/5
Brankar
dan
alat
lain
yang
berhubungan
dengan
Disiram
pelan-pelan
dengan
sodium
hypochlorite,
4. Prosedur
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
4/5
Disiram
pelan-pelan
dengan
sodium
hypochlorite,
Menutup/membungkus jenazah :
-
Desinfeksi
ruang
perawatan
jenazah
dengan
sodium
hypochlorite.
5. Unit Terkait
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
5/5
5. 5. Instalasi Laboratorium
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
1. Pengertian
Halaman :
1/5
ditularkan melalui penggunaan jarum suntik yang tidak steril pada pengguna
narkoba suntik, hubungan seksual kelamin sejenis maupun antar jenis
kelamin, juga dapat ditularkan kepada bayi pada masa kehamilan, ketika
melahirkan dan bila menyusui.
1. 2. Infeksi Oportunistik adalah : infeksi yang disebabkan kuman selain HIV
2. Tujuan
3. Kebijakan
yang menyertai penderita HIV/AIDS akibat daya tahan tubuh yang menurun
Mengobati ODHA dengan infeksi oportunistik
3. 1. Undang-undang No 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan ;
3. 2. Undang-undang No 44 Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit ;
3. 3. Peraturan Pemerintah No 32 tahun 1996. Tentang Tenaga Kesehatan
(lembaran negara tahun 1996 no49, tambahan lembaran negara no 3637 );
3. 4. Keputusan Menteri Kesehatan No 1277/Menkes/SK/XII/ 2001 Tentang
Organisasi Dan Tata Kerja Departemen Kesehatan;
3. 5. Keputusan Menteri Kesehatan No 438/Menkes/SK/VI/ 1996
Tentang
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
Halaman :
2/5
Sakit;
3. 11. Peraturan Bupati No 81 Tahun 2012, Tentang Struktur Organisasi Tata
Kerja Rsud Palabuhanratu Kabupaten Sukabumi
3. 12. Kumpulan Prosedur Tetap RSUP Hasan Sadikin Bandung.
4. Prosedur
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
Anamnesis
Riwayat sariawan
Halaman :
3/5
4. Prosedur
perut, dll
Alat kelamin : duh tubuh, dll
Anggota gerak : tanda bekas suntukan, bercak kemerahan,
papul dll
Kelumpuhan
Pembengkakan
Pengecilan anggota gerak dll
4. 2. Pemeriksaan Penunjang
4.2.1 Pemeriksaan Laboratorik/Mikrobiologik :
- Antibodi HIV, dengan 3 (tiga) metode berbeda
- CD4
- Pemeriksaan lain yang diperlukan sesuai
dengan
infeksi
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
Halaman :
4/5
4. Prosedur
biakan, bila diperlukan serta analisa gas darah dan aspirasi sumsum
tulang untuk biakan dan pemeriksaan apusan sumsum tulang atas
indikasi.
4.2.2
Pemeriksaan Radiologik
4.2.3
-
Pemeriksaan Patologik
Aspirasi jarum halus/biopsi jaringan (kulit, kelenjar getah bening,
jaringan tubuh lain)
4. 3. Penatalaksanaan
4.3.1
Tirah baring;
Asupan nutrisi;
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
VCT/PITC pasangan;
Halaman :
5/5
4.3.2
-
infeksi oportunistik;
- VCT/PITC untuk pasangan;
- Dukungan LSM;
- Konseling kepatuhan (adherence) sebelum ARV;
- Pemberian ARV, bila memungkinkan;
- Pemantauan efek samping ARV;
- Pemantauan kepatuhan berobat.
4. 4. Konsultasi : ke disiplin ilmu terkait, seperti kolaborasi TB-HIV konsultasi
ke sub Bagian Pulmonologi
4. 5. Perawat Rumah Sakit : lampiran protokol
4. 6. Terapi : lampiran protokol
4. 7. Izin Tindakan : lampiran protokol
4. 8. Lama Perawatan : lampiran protokol
Indikator klinis : penurunan angka kematian dan kesakitan yang
disebabkan oleh infeksi HIV/AIDS
5. Unit Terkait
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
1/4
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
SPO
Tanggal Terbit
Dr. H.Asep Rustandi
NIP 196106261989031005
1. Pengertian
2. Tujuan
3. Kebijakan
Tentang
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
2/4
4. Prosedur
4. 1. Kriteria Diagnosis
4.1.1. Anamnesis
Tidak ada anamnesis yang spesifik pada toksoplasmosis serebri. Keluhan yang
sering didapatkan adalah nyeri kepala, demam, perubahan tingkah laku.
Yang berjalan subakut sampai beberapa minggu.
4.1.2. Pemeriksaan Fisik
Kadang kadang bisa dijumpai tanda neurologi fokal (misalnya hemiparesis,
kelumpuhan saraf kranial) atau kejang, tergantung letak lesi yang ada di
dalam kepala. Dapat dijumpai papiledema dengan tanda-tanda tekanan
tinggi intrakranial yang jelas.
4. 2. Pemeriksaan penunjang
4.2.1
-
Laboratorium
Delapan puluh persen (80%) pasien dengan toksoplasmosis serebri
mempunyai CD4<100;
4.2.2
Radiologi
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
3/4
4. 3. Penatalaksanaan :
4.3.1
Medikamentosa :
4.3.2
-
Follow Up pengobatan
Karena seringkali toksoplasmosis serebri sulit debedakan dari lesi
lain di otak, pengobatan toksoplasmosis dilaksanakan secara
exjuvanibus. Respon yang baik terhadap pengobatan selama 2 (dua)
minggu + perbaikan gambaran CT scan kepala, mengkonfirmasikan
diagnosis;
4. 4. Pencegahan
4.4.1
-
BLUD
RSUD PALABUHANRATU
KABUPATEN SUKABUMI
No. Revisi :
Halaman :
4/4
4.4.3
-
Pencegahan Sekunder
Setelah pengobatan yang berhasil, dianjurkan untuk memberikan
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
1/6
Ditetapkan
Direktur RSUD Palabuhanratu
SPO
1. Pengertian
Tanggal Terbit
Dr. H.Asep Rustandi
NIP 196106261989031005
1.1 (ODHA) adalah orang yang tubuhnya telah terinfeksi virus HIV/AIDS
2. Tujuan
1.2 Sistem rujukan ODHA adalah sistem rujukan untuk pasien HIV/AIDS
sehinggaPenatalaksanaan pasien dengan HIV dapat menyeluruh dan
berkesinambungan
1. Memastikan pasien HIV yang dirujuk sampai ke UPK tujuan
2. Mengurangi angka putus obat pada ODHA yang sudah mendapat terapi
ARV
3. Meminimalkan kejadian gagal pengobatan lini pertama
4.Penatalaksanaan
pasien
dengan
HIV
dapat
menyeluruh
dan
berkesinambungan
3. Kebijakan
Tentang
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
2/6
4. prosedur
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
3/6
4. prosedur
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
4/6
4. prosedur
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
5/6
No. Dokumen
No. Revisi :
Halaman :
6/6
Apabila pasien HIV yang dirujuk berlum menerima terapi ARV dan
sudah memenuhi syarat untuk memulai terapi, maka pasien tersebut
diregistrasi sebagai pasien HIV RSUD Palabuhanratu, untuk
kemudian memulai terapi ARV.
3.
Apabila pasien HIV telah menerima ARV di UPK asal dan sudah
teregistrasi, maka RSUD Palabuhanratu tidak perlu meregistrasi
ulang pasien tersebut. Pasien dicarat sebagai pasien pindahan dan
pengobatan yang dilakukan melanjutkan pengobatan ARV dari UPK
asal.
4. Perihal rujuk masuk pasien dicatat dalam buku bantu rujukan dan
dilaporkan dalam laporan bulanan.
5. Unit Terkait