ANTARA
DINAS KESEHATAN PROVINSI LAMPUNG
DENGAN
RUMAH SAKIT DAERAH dr. A. DADI TJOKRODIPO KOTA BANDAR LAMPUNG
TENTANG
Pada hari ini Senin tanggal Dua bulan Januari tahun Dua Ribu Dua Puluh
Tiga (2-1-2023), kami yang bertanda tangan di bawah ini :
II. dr. TETI HERAWATI, MH : Plt. Direktur Rumah Sakit Daerah dr. A.
Dadi Tjokrodipo Bandar Lampung yang
berkedudukan di Jalan Basuki Rahmat
Nomor 73 Teluk Betung Bandar
Lampung, dalam hal ini bertindak dalam
jabatannya tersebut, karenanya sah
bertindak untuk dan atas nama serta
mewakili Rumah Sakit Daerah (RSD) dr.
A. Dadi Tjokrodipo Kota Bandar
Lampung, untuk selanjutnya disebut
PIHAK KEDUA.
1
Dalam Perjanjian Kerja Sama ini PIHAK PERTAMA dan PIHAK KEDUA secara
bersama-sama di sebut “PARA PIHAK”.
PARA PIHAK dengan ini menerangkan terlebih dahulu :
1. Bahwa PIHAK PERTAMA adalah Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung
selaku Sub Resipient GF ATM Komponen TB yang melaksanakan pendanaan
Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis terhadap pasien suspek dan
terdiagnosis TB-MDR berdasarkan Surat Edaran Direktur P2ML Kementerian
Kesehatan RI No. PM. 01. 06/III.1/2400/2011 tertanggal 30 November 2011 dan
Buku Petunjuk Teknis II PMDT Indonesia.
2. Bahwa PIHAK KEDUA adalah Rumah Sakit Daerah (RSD) RSD dr. A. Dadi
Tjokrodipo Kota Bandar Lampung yang menyelenggarakan pelayanan
pemeriksaan suspek dan pengobatan TB-MDR yang mendukung Program
Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
Pasal 1
DASAR HUKUM
2
9. Peraturan Pemerintah Nomor 101 tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
Jaminan Kesehatan;
10. Peraturan Pemerintah Nomor74 Tahun 2012 Tanggal 3 September 2012 tentang
Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2012 Nomor 171,Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5340);
11. Peraturan Presiden Nomor 12 Tahun 2013 tentang Jaminan Kesehatan;
12. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007 tentang Pedoman Tekhnis
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah;
13. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 364/MENKES/SK/V/2009 tentang Pedoman
Penanggulangan Tuberkulosis;
14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 565/MENKES/Per/III/2011 tentang Strategi
Nasional Pengendalian Tuberkulosis Tahun 2011-2014 (Berita Negara RI tahun
2011 nomor 169);
15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2013 tentang Pedoman
Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberkulosis resistan Obat (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 285).;
16. Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Medik RI Nomor: HK.01.01.0.3.1946
Tahun 1997 tentang Pedoman Kerjasama Rumah Sakit milik Departemen
Kesehatan dengan pihak ketiga;
Pasal 2
TUJUAN
Perjanjian Kerja Sama ini bertujuan membangun kerjasama antara PARA PIHAK
untuk meningkatkan upaya pengendalian Tuberkulosis melalui diagnosis cepat
sebagai pelaksanaan dari Program Nasional Pengendalian TB menuju Indonesia
bebas Tuberkulosis, khususnya tentang TB MDR.
Pasal 3
RUANG LINGKUP
3
dan terdiagnosis TB-MDR sesuai Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis
melalui Global Fund Komponen TB.
Pasal 4
PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN
Pasal 5
HAK DAN KEWAJIBAN PARA PIHAK
4
dibutuhkan terhadap suspek dan/atau terdiagnosis TB-MDR berdasarkan
kebijakan Program Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
3. Berkewajiban menyusun dan menetapkan Tim TB MDR yang melibatkan
para ahli dari berbagai bidang ilmu dan sebagainya sesuai kebutuhan, yang
dituangkan dalam bentuk Surat Keputusan Direktur Rumah Sakit.
4. Berkewajiban memberikan laporan/informasi kepada PIHAK PERTAMA,
mengenai suspek dan/atau terdiagnosis TB-MDR yang berhak
mendapatkan biaya pelayanan kesehatan dari PIHAK PERTAMA.
Pasal 6
PEMBIAYAAN
(1) Sumber pembiayaan dalam pelaksanaan Perjanjian Kerja Sama ini berasal
dari GF ATM Komponen TB;
(2) Jenis pelayanan yang ditanggung biayanya oleh PIHAK PERTAMA adalah:
1. Biaya rawat inap ruang isolasi selama 5 hari, selebihnya menjadi
tanggungan BPJS atau sesuai aturan yang berlaku.
2. Biaya pelayanan efek samping meliputi biaya kamar, obat-obatan, visite
dokter dan jasa keperawatan;
3. Pelayanan RawatJalan,pemeriksaan Follow Up sampai dengan evaluasi
pasca pengobatan TB MDR.
4. Penyakit yang merupakan penyakit bawaan atau yang bukan karena efek
samping TB-MDR tidak ditanggung.
(3) PIHAK KEDUA akan mengirimkan tagihan/invoice kepada PIHAK PERTAMA
atas biaya pelayanan yang ditanggung oleh PIHAK PERTAMA dengan
ketentuan sebagaimana tercantum pada lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari perjanjian kerjasama ini.
(4) Pembayaran disampaikan oleh PIHAK PERTAMA kepada PIHAK
KEDUAsetelah dilakukan verifikasi oleh PIHAK PERTAMA.
Pasal 7
JANGKA WAKTU PERJANJIAN KERJA SAMA
(1) Perjanjian Kerja Sama ini berlaku sejak tanggal 2 Januari 2023 sampai dengan
tanggal 2 Januari 2024.
(2) Perjanjian Kerja Sama ini dapat diperpanjang berdasarkan kesepakatan antara
PARA PIHAK.
5
Pasal 8
KEADAAN MEMAKSA
(1) Dalam hal salah satu pihak, karena hal-hal di luar kendalinya dan hal-hal yang
tidak dapat diduga sebelumnya, tidak dapat melaksanakan kewajibannya
sesuai Perjanjian Kerja Sama ini, maka dengan persetujuan dari Pihak yang
lain, dan atas dasar Keadaan Memaksa pihak yang bersangkutan dapat
dibebaskan dari tanggung jawab pelaksanan kewajiban tersebut, atau dapat
menunda pelaksaan kewajiban tersebut sampai waktu yang ditentukan untuk
melaksanakan kewajiban itu kembali sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang berlaku;
(2) Apabila kondisi Keadaan Memaksa berlangsung selama lebih dari 3 (tiga)
bulan, maka pihak yang tidak mengalami Keadaan Memaksa dapat mengakhiri
Perjanjian Kerja Sama ini.
Pasal 9
BERAKHIRNYA PERJANJIAN KERJA SAMA
Perjanjian Kerja Sama ini akan berakhir karena alasan-alasan di bawah ini :
1. Terjadi Keadaan Memaksa sesuai ketentuan dalam Pasal 8 Perjanjian Kerja
Sama ini yang mengakibatkan pihak yang mengajukan atas pertimbangan
pihak lain tidak dapat lagi menjalankan kewajibannya sesuai yang diatur dalam
Perjanjian Kerja Sama ini.
2. Salah satu pihak tidak melaksanakan kewajibanya.
3. Pengakhiran Perjanjian Kerja Sama ini yang dilakukan atas dasar kesepakatan
dari PARA PIHAK.
Pasal 10
PENYELESAIAN PERJANJIAN KERJA SAMA
(1) Dalam hal terjadi perselisihan apapun diantara PARA PIHAK diselesaikan
secara musyawarah untuk mencapai mufakat.
(2) Apabila cara penyelesaian sebagaimana pada ayat (1) tidak berhasil mencapai
kata sepakat, maka PARA PIHAK setuju untuk menyerahkan penyelesaiannya
kepada Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dengan mengikuti
peraturan/prosedur Badan Arbitrase Nasional Indonesia (BANI) dan setiap
keputusan akhir mempunyaikekuatanhukum yang mengikat
6
Pasal 11
AMANDEMEN
Pasal 12
PENUTUP
Perjanjian Kerja Sama ini ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari dan tanggal
tersebut diatas, rangkap 2 (dua) dan bermeterai cukup, serta mempunyai kekuatan
hukum yang sama untuk kepentingan PARA PIHAK.