Anda di halaman 1dari 31

PEDOMAN PENGORGANISASIAN

TIM HIV-AIDS

RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN BANJARBARU


2017
SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR
RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN BANJARBARU
NOMOR:
TENTANG
PEMBERLAKUAN PEDOMAN PENGORGANISASIAN TIM HIV-AIDS

DIREKTUR RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN BANJARBARU

Menimbang : 1. Bahwa dalam upaya untuk melindungi karyawan, keluarga dan masyarakat
serta adanya kebutuhan untuk memaksimalkan cakupan dan kualitas
program dan layanan HIV-AIDS yang komprehensif maka program
Penanggulangan HIV-AIDS menjadi perhatian utama jajaran pimpinan
Rumah Sakit;
2. Bahwa deteksi dini infeksi HIV sangat penting menentukan prognosis
perjalanan infeksi HIV dan mengurangi risiko penularan;
3. Bahwa untuk maksud sebagaimana angka 1 dan 2 diatas, maka perlu
disusun Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS yang memudahkan
petugas kesehatan menjalankan tugas organisasi.

Mengingat : 1. Undang-undang No. 4 tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular;


2. Keputusan Menteri Kesehatan No. 1285/Menkes/SK/X/2002 tentang
Pedoman Penanggulangan HIV-AIDS dan Penyakit Menular Seksual;
3. Undang-undang No. 29 tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran;
4. Undang-undang No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit;
5. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 241/Menkes/SK/IV/X/2006 tentang
standar pelayanan Laboratorium kesehatan pemeriksaan HIV dan Infeksi
Oportunistik;
6. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 832/Menkes/SK/X/2006 tentang
penetapan Rumah Sakit Rujukan bagi orang dengan HIV-AIDS (ODHA)
dan standar pelayanan Rumah Sakit Rujukan ODHA dan satelitnya;
7. Keputusan Menteri Kesehatan RI No. 1278/Menkes/SK/XII/2009 tentang
Pedoman Pelaksanaan Kolaborasi Pengendalian Penyakit TB dan HIV;
8. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 21 tahun 2013 tentang
Penanggulangan HIV dan AIDS;
9. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 74 tahun 2014 tentang Pedoman
Pelaksanaan Konseling dan Tes HIV;
10. Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 87 tahun 2014 tentang Pedoman
Pengobatan Antiretroviral;
MEMUTUSKAN

Menetapkan:

KESATU : Pemberlakuan Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS RSD Idaman


Banjarbaru
KEDUA : Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS RSD Idaman Banjarbaru secara
terinci sebagaimana tercantum dalam keputusan ini.
KETIGA : Surat keputusan ini berlaku selama 3 tahun dan akan dilakukan evaluasi
minimal 1 tahun sekali
KEEMPAT : Apabila hasil evaluasi mensyaratkan adanya perubahan, maka akan dilakukan
perubahan dan perbaikan sebagaimana mestinya.

Ditetapkan di: Sokaraja


Tanggal:
Direktur RSD Idaman Banjarbaru

dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH.Kes


NIP. 19641030 199603 2 003

Tembusan Yth:
1. Tim HIV-AIDS
2. Manajer Pelayanan Medis
3. Manajer Penunjang Medis
4. Manajer Pelayanan Umum
5. Ketua Komite Mutu dan Keselamatan Pasien
6. Kepala Instalasi di RSD Idaman Banjarbaru
7. Arsip
Lampiran Peraturan Direktur Rumah Sakit Idaman Banjarbaru
Nomor :
Tentang : Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT, atas segala rahmat yang telah di karuniakan kepada kita
sehingga kita dapat menyelesaikan Buku Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS di RSD
Idaman Banjarbaru. Buku ini merupakan acuan dalam pelaksanaan kegiatan organisasi Tim HIV-
AIDS. Buku pedoman ini diharapkan dapat meningkatkan mutu pelayanan di Klinik VCT.
Penyusun menyampaikan terima kasih atas bantuan semua pihak dalam menyelesaikan Buku
Pedoman Pengorganisasian Tim HIV-AIDS. Kami sangat menyadari banyak terdapat kekurangan
dalam buku ini. Kekurangan ini secara berkesinambungan terus diperbaiki sesuai dengan
tuntunan dalam pengembangan RSD Idaman Banjarbaru.

Banjarbaru,

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I. PENDAHULUAN .............................................................................................. 1


BAB II. GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT ......................................................... 2
BAB III. VISI, MISI, FALSAFAH, NILAI, DAN TUJUAN RUMAH SAKIT .......... 5
BAB IV. STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT .............................................. 7
BAB V. STRUKTUR ORGANISASI UNIT KERJA ................................................... 8
BAB VI. URAIAN JABATAN ......................................................................................... 9
BAB VII. TATA HUBUNGAN KERJA ........................................................................... 12
BAB VIII. POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL ......................... 14
BAB IX. KEGIATAN ORIENTASI ................................................................................ 15
BAB X. PERTEMUAN/ RAPAT ................................................................................... 16
BAB XI. PELAPORAN .................................................................................................... 17
BAB I
PENDAHULUAN

Sejak kasus HIV-AIDS dilaporkan pertama kali pada tahun 1981, HIV/AIDS semakin
menjadi ancaman global di berbagai negara. Diperkirakan pada tahun 2007, berkisar antara
30 hingga 36 juta orang di dunia menderita HIV. Kasus pertama AIDS di Indonesia
dilaporkan pada tahun 1987, hingga sekarang kasus HIV-AIDS terus mengalami
peningkatan. Berdasarkan data Departemen Kesehatan, jumlah kasus kumulatif hingga
tahun 2009 dilaporkan sebanyak 6668 kasus infeksi HIV, 16.964 kasus AIDS, dan 3492
orang di antaranya meninggal. Diperkirakan terdapat 7 hingga 8 orang tiap 100.000
penduduk Indonesia menderita AIDS.
Status epidemi HIV dan AIDS di Indonesia sudah dinyatakan pada tingkat concentrated
epidemic level oleh karena angka prevalensi kasus HIV dan AIDS di kalangan subpopulasi
tertentu di atas 5%. Hasil Surveilans Terpadu HIV dan Perilaku (STHP) tahun 2009
menunjukan angka estimasi orang dengan HIV-AIDS (ODHA) di kalangan wanita penjaja
seks (WPS) langsung 6%, WPS tidak langsung 2%, waria 6%, pelanggan WPS 22%,
pasangan pelanggan 7%, lelaki seks lelaki (LSL) 10%, warga binaan 5%, pengguna napza
suntik 37%, dan pasangan seks penasun 5%.
Saat ini perkembangan epidemi HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia.
Indonesia berada pada level epidemi HIV terkonsentrasi (concentrated epidemic) kecuali
Papua yang termasuk epidemi HIV yang meluas. Sebagian besar infeksi baru diperkirakan
terjadi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi yaitu pengguna napza suntik, hetero dan
homoseksual (WPS, waria). Sejak tahun 2000, prevalensi HIV mulai konstan di atas 5%
pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi tertentu. Di Papua (Provinsi Papua dan Papua
Barat), prevalensi HIV menunjukkan tingkat epidemi yang meluas (generalized epidemic)
yaitu lebih besar dari 1% pada masyarakat umum. Hasil estimasi jumlah ODHA di
Indonesia tahun 2009 berkisar 142.187 ODHA (97.652–187.029). Penggunaan jarum suntik
merupakan cara transmisi HIV yang terbanyak (53%) diikuti dengan transmisi heteroseksual
(42%). Di Indonesia menurut data Kementerian Kesehatan RI hingga Desember 2014,
secara kumulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan berjumlah 65.390.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku beresiko,
oleh karena itu penanggulangan harus memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh
terhadap perilaku tersebut. Bahwa kasus HIV dan AIDS diidap sebagian besar oleh
kelompok perilaku resiko tinggi yang merupakan kelompok yang dimarginalkan, maka
program-program pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS memerlukan
pertimbangan keagamaan, adat-istiadat dan norma-norma masyarakat yang berlaku
disamping pertimbangan kesehatan. Perlu adanya program-program pencegahan HIV dan
AIDS yang efektif dan memiliki jangkauan layanan yang semakin luas dan program-
program pengobatan, perawatan dan dukungan yang komprehensif bagi ODHA maupun
OHIDA untuk meningkatkan kualitas hidupnya.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan adanya Pedoman Pengorganisasian Pelayanan
HIV/AIDS Rumah Sakit, sehingga dapat diimplementasikan, berkontribusi meningkatkan
kinerja pelayanan kasus HIV/AIDS yang akhirnya dapat menjamin pasien dan masyarakat
menerima pelayanan berkualitas dan aman.
BAB II
GAMBARAN UMUM RUMAH SAKIT

A. SEJARAH RUMAH SAKIT


Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru pada awalnya yaitu tahun 1961
adalah sebuah Usaha Kesehatan Ibu dan Anak (UKIDA) milik Pemerintah Provinsi
Kalimantan Selatan dimana saat itu pembentukannya ditujukan agar para ibu dan anak
terhindar dari berbagai penyakit menular yang sedang mewabah. Pada tahun 1965 UKIDA
tersebut ditingkatkan menjadi Balai Kesehatan Ibu dan Anak (BKIA) dengan fasilitas yang
minim dan hanya terdiri dari beberapa ruang pemeriksaan dan luas tanah sekitar 0,8
hektar, kemudian secara bertahap terjadi perkembangan yang menggembirakan karena
BKIA tersebut diminati oleh masyarakat dan oleh pemerintah ditingkatkan pula tenaga dan
fasilitas pelayanannya, selanjutnya seiring perkembangan dan pemahaman masyarakat
akan pentingnya kesehatan serta karena kebutuhan masyarakat sekitar maka BKIA
tersebut pada tahun 1971 oleh Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Selatan dan
Departemen Kesehatan RI ditetapkan menjadi sebuah rumah sakit dengan status RSUD
Kelas “D” milik Pemerintah Provinsi Kalimantan Selatan dengan kapasitas 40 tempat
tidur.

Kemudian RSUD Kota Banjarbaru Kelas “D” berdasarkan Kepmenkes


104/Menkes/SK/1995 tanggal 30 Januari 1995 tentang Peningkatan Kelas RSUD Kota
Banjarbaru milik Pemda Tk. I Provinsi Kalimantan Selatan ditingkatkan statusnya menjadi
Kelas “C” dengan kapasitas 75 tempat tidur.

Selanjutnya dengan semangat otonomi daerah khususnya adanya kewenangan


wajib bagi kabupaten / kota maka pada tanggal 14 Agustus 2003 dilakukan serah terima
pengelolaan kewenangan RSUD Kota Banjarbaru beserta P3D (Pembiayaan, Personil,
Peralatan/Asset dan Dokumen dari Gubernur Kalimantan Selatan ( Bapak H. Muhammad
Syachriel Darham) kepada Walikota Banjarbaru ( Bapak H. Rudy Resnawan ). Dengan
demikian Pemerintah Daerah Kota Banjarbaru adalah pemilik dan penanggungjawab
pengelolaan RSUD Kota Banjarbaru.

Berdasarkan keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 366 Tahun 2011 tanggal 30


Desember 2011, Rumah Sakit Daerah Kota Banjarbaru telah ditetapkan menjadi Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD), dengan menerapkan fleksibilitas pengelolaan keuangan
sesuai dengan yang telah diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
Nomor 23 Tahun 2005 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2007.

Pada tahun 2016 terjadi perubahan nomenklatur rumah sakit yang disahkan melalui
Keputusan Walikota Banjarbaru Nomor 188.45/509/KUM/2016 yang mengesahkan
nomenklatur rumah sakit yang baru adalah Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
yang beralamatkan di Jl. Trikora No. 15 Guntung Manggis Banjarbaru Provinsi
Kalimantan Selatan.

Mulai tahun 1971 s/d 2016 tercatat 14 pimpinan rumah sakit yang berjasa dalam
membangun dan membesarkan RSD Idaman Kota Banjarbaru yaitu:
NAMA – NAMA DIREKTUR RSD IDAMAN KOTA BANJARBARU

No Tahun Direktur Wakil direktur Lama jabatan

1 1971 dr. Ari Dodo - 1971 – 1972

2 1972 dr. M. Farid Aziz dr. Mimin 1972 - 1975

3 1975 dr. Iskandar dr. Hartono 1975 – 1979

4 1979 dr. Susanto dr. Masripin 1979 – 1982


Kadir

5 1982 dr. EE Rungun dr. Ana 1982 – 1985

6 1985 dr. Suwandi Yapari dr. Farida Djafar 1985 – 1987

7 1987 dr. Farida Djafar - 1987 – 1991

8 1991 dr. Suwandi Yapari, MARS - 1991 - 2002

9 2002 dr. L. Tarigan - 2002 - 2004

10 2004 dr. Hj. Nurlenny Saleh - 2004 - 2006

11 2006 drg. Agus Widjaja, MHA - 2006 - 2010

12 2010 dr. Hj. Nurlenny Saleh - 2010 – 2011

13 2011 dr. Muhammad Asnal, Sp.B - 2011- 2012

14 2012 dr. Hj. Endah Labati Silapurna, MH. - 2012 -


Kes Sekarang
B. ASPEK LEGAL
Dasar hukum penyusunan Rencana Strategis Bisnis SKPD-RSD Idaman Kota
Banjarbaru tahun 2016 – 2021 ini adalah :
1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421);
2. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578);
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Panjang (RPJP) Nasional Tahun 2005-2025 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4700);
4. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4438);
5. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82,
Tambahan Lebaran Negara Republik Indonesia Nomor 3747);
6. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4741);
7. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan,
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4817);
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara
Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah
(Berita Negara Tahun 2010 Nomor 517);
9. Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 17 Tahun 2009 tentang
Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan selatan Tahun
2005-2025 (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Tahun 2009 Nomor 17,
Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Selatan Nomor 16);
10. Peraturan Daerah Walikota Banjarbaru Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Satuan Polisi Pamong Praja
Kota Banjarbaru (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor Seri D
Nomor 6) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Banjarbaru
Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Banjarbaru
Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pembentukan, Organisasi dan Tata Kerja Lembaga
Teknis Daerah dan Satuan Polisi Pamong Praja (Lembaran Daerah Kota Banjarbaru
Tahun 2011 Nomor 21);
11. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru Nomor 6 Tahun 2013 tentang Pembentukan
Organisasi dan Tata Kerja Lembaga Teknis Daerah Kota Banjarbaru (Lembaran
Daerah Kota Banjarbaru Tahun 2013 Nomor 6, Tambahan Lembaran Daerah Kota
Banjarbaru Nomor 6).
12. Peraturan Daerah Kota Banjarbaru No.7 Tahun 2016 tentang Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Banjarbaru tahun 2016-2021.
BAB III
VISI, MISI, NILAI DASAR, FALSAFAH DAN TUJUAN RUMAH SAKIT

A. VISI
Sesuai dengan kemajuan pembangunan terutama dalam bidang kesehatan dan
perkembangan tuntutan dari masyarakat yang semakin kompleks serta dalam rangka
memberikan dukungan dalam perkembangan / ikut serta dalam mendukung dari
RPJMD, maka RSD Idaman Kota Banjarbaru perlu menetapkan visi sebagai motivasi
bagi seluruh karyawan RSD Idaman Kota Banjarbaru untuk berperan aktif dalam
penyelenggaraan tugas pemerintahan pelaksanaan pembangunan dan pelayanan kepada
masyarakat terutama pelayanan dalam bidang kesehatan, visi RSD Idaman Kota
Banjarbaru adalah :

“RUMAH SAKIT UNGGUL DALAM PELAYANAN DAN BERKARAKTER”

Kondisi yang mendukung pencapaian visi tersebut diantaranya :


1. Saat ini RSD Idaman Kota Banjarbaru merupakan Rumah Sakit kelas C.
2. RSD Idaman Kota Banjarbaru sebagai BLUD.
3. Terakreditasi 12 pokja dan akreditasi versi baru tahun 2012 masih dalam proses.
4. Komposisi/kualifikasi dokter spesialistik cukup banyak (memenuhi standart
kecukupan jumlah dan jenis spesialis pada rumah sakit kelas C).
5. Ada beberapa dokter spesialistik yang memiliki tambahan kompetensi keahlian
khusus pada bidangnya.
6. Rumah sakit sebagai salah satu SKPD yang menjadi pendukung visi Kota
Banjarbaru untuk memiliki produk jasa layanan yang berdaya saing.
7. Adanya peralatan canggih unggulan pada beberapa jenis layanan medik
spesialistik.
8. Adanya dukungan kebijakan dan pendanaan oleh pemerintah daerah dalam
mewujudkan visi tersebut.
B. MISI
Dalam rangka mewujudkan harapan / tujuan di masa yang akan datang perlu
dilakukan upaya – upaya (misi). Misi merupakan rumusan umum mengenai upaya–
upaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Misi adalah sesuatu yang harus
diemban atau dilaksanakan oleh instansi pemerintah sebagai penjabaran visi yang telah
ditetapkan, dengan pernyataan misi diharapkan seluruh anggota organisasi dan pihak
yang berkepentingan (stakeholders) dapat mengetahui dan mengenal keberadaan dan
peran instansi pemerintah dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Misi suatu instansi harus jelas dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi. Misi
juga terkait dengan kewenangan yang dimiliki oleh instansi pemerintah, sedangkan
menurut undang – undang nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan
Pembangunan Nasional, misi adalah rumusan umum mengenai upaya –upaya yang
akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. Pernyataan misi sesuai dengan RPJMD
Kota Banjarbaru, misi RSD Idaman Kota Banjarbaru adalah :
1. Mengembangkan kompetensi sumber daya manusia di seluruh unit pelayanan
rumah sakit dalam hal pengembangan skill, knowledge dan attitude (
keterampilan, keilmuan dan perilaku yang baik) di semua lini pelayanan
2. Mengembangkan bangunan rumah sakit yang menarik
3. Menyediakan peralatan medis yang canggih dan mutakhir sesuai Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran
4. Mengembangkan perangkat manajemen yang inovatif dan responsif yang mampu
menjawab tantangan rumah sakit di masa yang akan datang
5. Memberikan pelayanan yang berkualitas standar dan dikemas dengan sikap yang
santun
6. Berperan aktif dalam menurunkan kematian ibu dan bayi di rumah sakit sebagai
daya dukung dalam penurunan kematian ibu dan bayi di Kota Banjarbaru dan
sebagai penyelenggara dalam upaya penurunan penyakit menular TB Paru
(DOTs).
C. NILAI DASAR

Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru adalah sebuah “rumah SIHAT
BANUA” yang mempunyai arti bahwa Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru
adalah sebagai rumah sehat dengan pelayanan keramahan, kekeluargaan secara bersama
antara pemerintah, masyarakat, petugas dan pasien. Di dalam “rumah SIHAT BANUA”
dimana para petugasnya memiliki budaya ramah, hormat dan saling mencintai penuh
rasa persaudaraan.

Di dalam “rumah SIHAT BANUA” mengandung nilai-nilai yang merupakan


suatu kalimat yang telah disepakati bersama dan diyakini oleh segenap
stakeholder/karyawan Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru, karena nilai dasar
tersebut adalah sesuatu yang harus dipegang teguh sehingga arah organisasi tidak
dikacaukan oleh perilaku anggota organisasi yang berbeda nilai.Diharapkan dari nilai
yang telah menjadi kesepakatan tersebut dapat membentuk kebersamaan dan komitmen
terhadap organisasi yang pada akhirnya akan membentuk budaya organisasi yang
mendukung pencapaian tujuan bersama, nilai–nilai dasar tersebut adalah sebagai
berikut :

1) Pembelajar :
Sikap dan perilaku yang selalu belajar dari fakta-fakta kegagalan atau kesuksesan,
berani menerima kritikan dan kekurangan diri sendiri dan selalu berupaya terus-
menerus untuk melakukan perbaikan.

2) Inovatif :
Sikap dan perilaku yang kreatif dan berani mengambil risiko untuk mencoba hal
yang baru.

3) Profesional :
Sikap dan perilaku kerja yang menjunjung tinggi norma etika dan standar profesi.

4) Kasih sayang :
Sikap dan perilaku yang senantiasa bersedia memberi bantuan dan bersedia
melayani dengan ramah, hangat dan bersahabat serta kekeluargaan.

5) Ikhlas :
Sikap dan perilaku yang tulus, dapat menerima kelebihan dan kekurangan,
keberhasilan maupun kegagalan serta menghargai/ melindungi hak orang lain.
6) Semangat :
Sikap dan perilaku yang dilaksanakan dengan sungguh–sungguh, disiplin disertai
perasaan senang dan gembira.

7) Kerjasama :
Sikap perilaku yang sanggup bekerjasama dalam sebuah tim, menghargai
perbedaan dan keragaman serta rasa memiliki yang tinggi.

8) Integritas :
Sikap perilaku yang jujur dan terbuka, utuh dan satu antar pikiran, ucapan dan
perbuatan serta menjaga kepercayaan pelanggan.

9) Spiritual :
Sikap dan perilaku yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan serta
menumbuhkan dan menjaga kepercayaan pelanggan.

D. FALSAFAH

Falsafah Rumah Sakit Daerah Idaman Kota Banjarbaru adalah :

“ Menjunjung Tinggi Harkat dan Martabat Manusia Dalam Pelayanan Kesehatan


Sedangkan Motto RSD Idaman Kota Banjarbaru adalah :

“ Kesehatan dan Keselamatan Anda Prioritas Kami “


Value :

“Memberikan Pelayanan Berdasarkan Sentuhan Nurani “

E. TUJUAN
Tujuan merupakan hasil akhir yang akan dicapai dalam kurun waktu 5 (lima)
tahun ke depan dalam upaya merealisasikan pelaksanaan misi RSD Idaman Kota
Banjarbaru.
Sasaran (objective) adalah penjabaran dari tujuan, yaitu merupakan suatu kondisi
yang akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu satu sampai 5 (lima) tahun ke
depan. Sasaran diformulasikan secara terukur, spesifik, dapat dicapai dan rasional.
Sasaran ditetapkan dengan maksud agar perjalanan atau proses kegiatan dalam
mencapai tujuan dapat berlangsung secara fokus, efektif dan efisien.

Berikut ini akan dijabarkan mengenai tujuan dan sasaran yang mendukung pencapaian
misi RSD Idaman Kota Banjarbaru 5 (lima) tahun ke depan :

Misi 1 :
Mengembangkan kompetensi Sumber Daya Manusia di seluruh unit pelayanan rumah
sakit dalam hal pengembangan skill, knowledge dan attitude (keterampilan, keilmuan
dan perilaku yang baik) di semua lini pelayanan.

Tujuan :
 Tersedianya Sumber Daya Manusia yang memiliki kompetensi sesuai dengan
standar.

Misi 2 :
Mengembangkan rumah sakit yang berwawasan lingkungan.
Tujuan :
 Tersedianya bangunan rumah sakit yang atraktif, menarik bagi masyarakat dan
berwawasan lingkungan.

Misi 3 :
Menyediakan peralatan medis yang canggih dan mutakhir sesuai Ilmu Pengetahuan dan
Teknologi Kedokteran
Tujuan :
 Tersedianya peralatan medis dan non medis yang mutakhir dan canggih sesuai
dengan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran secara
berkesinambungan.
Misi 4 :
Mengembangkan perangkat manajemen yang inovatif dan responsif yang mampu
menjawab tantangan rumah sakit di masa yang akan datang berbasis IT.
Tujuan :
 Tersedianya perangkat manajemen yang inovatif, responsif dan memadai
untuk terselenggaranya pelayanan yang efektif dan efisien.
Misi 5 :
Memberikan pelayanan yang berkualitas standar dan dikemas dengan sikap yang
santun.
Tujuan :
 Terselenggaranya pelayanan berkualitas yang sesuai standar dan dikemas
dengan sikap yang santun yang mampu menciptakan branding image rumah
sakit.
Misi 6 :
Berperan aktif dalam menurunkan kematian ibu dan bayi di rumah sakit sebagai daya
dukung dalam penurunan kematian ibu dan bayi di Kota Banjarbaru dan sebagai
penyelenggara dalam upaya penurunan penyakit menular TB Paru (DOTs).

Tujuan :
 Terselenggaranya pelayanan yang mendukung program Pemerintah sesuai
dengan amanat RPJMD.

Sasaran yang ingin dicapai oleh RSD Idaman Kota Banjarbaru, sebagai berikut :
- Meningkatkan mutu pelayanan rumah sakit
- Meningkatkan kualitas SDM tenaga medis dan non medis
- Meningkatkan sarana dan prasarana kesehatan
BAB IV
STRUKTUR ORGANISASI RUMAH SAKIT

DIREKTUR

BAGIAN TATA USAHA


KELOMPOK
JABATAN
FUNGSIONAL

SUB BAGIAN SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN


PERENCANAAN DAN
DAN PERLENGKAPAN KEPEGAWAIAN
KEUANGAN

BIDANG PELAYANAN BIDANG KEPERAWATAN BIDANG PENUNJANG

SEKSI
SEKSI SEKSI
ASUHAN KEPERAWATAN
PELAYANAN MEDIK SARANA DAN
PRASARANA MEDIK

SEKSI SEKSI
SEKSI
BINA MUTU DIKLAT DAN
PELAYANAN PENYULUHAN REKAM MEDIK

KOMITE INSTALASI RAWAT JALAN


KOMITE PELAYANAN
MEDIK KEPERAWATAN ADMINISTR INSTALASI RAWAT INAP
ASI
INSTALASI RAWAT DARURAT
TERPADU
(PAT) INSTALASI BEDAH SENTRAL

INSTALASI RADIODIAGNOSTIK

INSTALASI FARMASI

INSTALASI GIZI

INSTALASI PATHOLOGI KLINIK

INSTALASI PEMELIHARAAN
SARANA

INSTALASI PERAWATAN
INTENSIF

INSTALASI REHABILITASI
MEDIK

INSTALASI KAMAR JENAZAH


BAB V
STRUKTUR ORGANISASI TIM HIV

DIREKTUR RSD IDAMAN

KETUA TIM HIV-AIDS

WAKIL KETUA TIM HIV-AIDS

SEKRETARIS

DOKTER UMUM/
DOKTER SPESIALIS ADMINISTRASI

KONSELOR

INSTALASI
LABORATORIUM

INSTALASI
FARMASI
BAB VI
URAIAN JABATAN

Uraian tugas Tim HIV-AIDS Rumah Sakit Idaman Banjarbaru adalah sebagai berikut:
a. Ketua dan Wakil Ketua
Tugas:
1. Menyusun perencanaan kebutuhan operasional (sarana dan prasarana klinik)
2. Melakukan koordinasi secara internal maupun eksternal rumah sakit terkait dengan
operasional klinik
3. Membuat program kerja Klinik VCT
4. Membuat prosedur kerja serta uraian tugas Tim HIV-AIDS
5. Mengawasi pelaksanaan kegiatan Pelayanan
6. Melakukan evaluasi kegiatan pelayanan
7. Bertanggung jawab untuk memastikan bahwa layanan secara keseluruhan berkualitas
sesuai Pedoman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
8. Mengkoordinir pertemuan berkala dengan seluruh staf konseling dan testing minimal
tiap bulan sekali
9. Melakukan jejaring kerja dengan rumah sakit, lembaga-lembaga yang bergerak dalam
bidang VCT untuk memfasilitasi pengobatan, perawatan dan dukungan
10. Berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten Banyumas
11. Melakukan monitoring internal dan penilaian berkala kinerja seluruh petugas Tim
HIV-AIDS
12. Memantapkan system atau mekanisme monitoring dan evaluasi layanan yang tepat
13. Menyusun dan melaporkan laporan bulanan dan laporan tahunan kepada Dinas
Kesehatan Kabupaten Banyumas
14. Memastikan logistik terkait KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi) dan bahan lain
yang dibutuhkan untuk pelayanan konseling dan testing.
15. Memantapkan pengembangan diri melalui pelatihan peningkatan ketrampilan dan
pengetahuan HIV-AIDS.
b. Sekretaris
Tugas:
1. Bertanggung jawab terhadap Ketua Tim HIV-AIDS
2. Bertanggung jawab terhadap pengurusan perijinan Klinik VCT dan registrasi konselor
VCT
3. Melakukan surat menyurat dan administrasi terkait
4. Melakukan tata laksana dokumen, pengarsipan, melakukan pengumpulan, pengolahan
dan analisa data
5. Membuat pencatatan dan pelaporan.

c. Dokter/ Dokter Spesialis


Tugas:
1. Melakukan koordinasi pelaksanaan pelayanan medis
2. Melakukan pemeriksaan medis, pengobatan, perawatan maupun tindak lanjut terhadap
klien
3. Melakukan rujukan (pemeriksaan penunjang, laboratorium, dokter ahli dan konseling
lanjutan)
4. Melaksanakan konsultasi kepada dokter ahli
5. Membuat laporan kasus
d. Konselor
Tugas:
1. Membangun hubungan baik dan meningkatkan kepercayaan kepada klien
2. Berfikir positif / pemahaman positif terhadap tata nilai klien
3. Menyiapkan psikologis klien melalui pretest dan pasca test
4. Memfasilitasi klien untuk mengikuti test HIV-AIDS
5. Membuka dan menyampaikan hasil test bersama klien secara tepat, singkat dan benar
6. Menjaga kerahasiaan klien
7. Mendata semua kegiatan konsultasi
8. Membuat lapotran kegiatan konsultasi kepada Tim untuk dilaporkan lebih lanjut
9. Berkonsultasi dengan dokter spesialis atas klien yang ditangani jika dibutuhkan
10. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Ketua Klinik
11. Sebagai konselor bagi pasien, keluarga dan komunitas dalam menghadapi perubahan
kesehatan, ketidakmampuan dan kematian
12. Sebagai komunikator dan pendengar yang baik dalam memberikan dukungan dan
motivasi
13. Membantu pasien sebagai individu agar kemampuan mereka meningkat sehingga
tercipta kenyamanan untuk meningkatkan kualitas hidup
14. Bekerja sama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk
kerjasama yang sinergis.
e. Petugas Instalasi Laboratorium
Tugas:
1. Mengambil sampel darah klien sesuai dengan SPO
2. Melakukan pemeriksaan laboratorium sesuai prosedur dan standar laboratorium yang
telah ditetapkan.
3. Menerapkan kewaspadaan baku dan transmisi
4. Melakukan pencegahan pasca pajanan okupasional
5. Mengikuti perkembangan kemajuan dan teknologi pemeriksaan laboratorium
6. Mencatat hasil testing HIV dan sesuaikan dengan nomor identifikasl klien
7. Menjaga kerahasiaan hasil testing HIV
8. Melakukan pencatatan, menjaga kerahasiaan dan merujuk ke laboratorium rujukan.
f. Petugas Instalasi Farmasi
Tugas:
1. Mengelola obat infeksi oportunistik (IO)
2. Menyediakan dan memberikan obat IO yang berasal dari resep dokter spesialis
3. Mencatat pemasukan dan pengeluaran obat IO secara teratur
4. Mempersiapkan obat IO bagi ODHA
5. Menjaga kondisi IO supaya tetap baik
6. Menjaga kerahasiaan ODHA
7. Bekerjasama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk
kerjasama yang sinergis
g. Administrasi
Tugas:
1. Melakukan pendaftaran klien
2. Menyiapkan CM dan formulir Rekam Medis Pasien VCT
3. Menghubungi petugas laboratorium pada saat ada pelayanan darah
4. Mengatur jadwal tugas konselor
5. Mengusulkan kebutuhan administrasi klinik VCT
6. Membuat laporan bulanan klinik VCT
7. Turut menjaga kerahasiaan klien yang berkunjung ke klinik VCT
8. Bekerjasama dengan divisi-divisi yang ada di Tim HIV-AIDS agar terbentuk
kerjasama yang sinergis
9. Bertanggungjawab dalam system pencatatan dan pelaporan klinik VCT secara penuh.
BAB VII
TATA HUBUNGAN KERJA

Dalam melaksanakan tugasnya, Tim HIV-AIDS wajib menerapkan prinsip koordinasi,


integrasi dan sinkronisasi baik secara internal maupun eksternal dengan unit-unit kerja lain
(Komite Medik, Komite PPIRS, Komite K3RS, Komite PMKP, Komite Keperawatan,
Komite Kesehatan Lain, dan unit kerja lainnya) sesuai dengan tugasnya masing-masing.
1. Koordinasi, Integrasi dan Sinkronasi Secara Eksternal
a. Komite Medis
Koordinasi dalam pelayanan pasien geriatri dengan Kelompok Staf Medis (KSM)
diluar KSM Penyakit Dalam. Komite Medis memberikan kewenangan pelayanan
pasien geriatri kepada staf medis yang telah dilakukan kredensial. Komite Medis juga
mengawasi mutu profesi serta etik dan disiplin staf medis dalam pelayanan pasien
geriatri.
b. Komite PPIRS
Koordinasi dalam identifikasi dan penurunan risiko infeksi yang dapat ditularkan serta
pengendalian lingkungan rumah sakit untuk menciptakan lingkungan rumah sakit
yang aman dan risiko infeksin
c. Komite K3RS
Koordinasi, integrasi, dan sinkronasi dalam upaya pengendalian berbagai faktor
lingkungan fisik, kimia, dan biologis di rumah sakit yang berpotensi menimbulkan
dampak atau gangguan kesehatan terhadap petugas, pasien, dann pengunjung.
d. Komite PMKP
Koordinasi dalam program peningkatan mutu dan keselamatan pasien rumah sakit.
e. Komite Keperawatan
Koordinasi dan integrasi keperawatan geriatri.
f. Komite Kesehatan Lain
Koordinasi dalam pelayanan pasien geriatri terkait dengan manajemen gizi,
pemeliharaan sarana rumah sakit, pemeriksaan penunjang, farmasi, kerohanian, dan
penanganan limbah.
g. Unit Kerja Lain
Koordinasi dengan Instalasi Rekam Medis, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Rawat
Inap, Instalasi Bedah Sentral, Instalasi Perawatan Intensif dan Recovery Room, Case
Manager, Bidang Keperawatan, dan Palayanan Umum untuk menjamin asuhan pasien
yang terintergasi dan kontinuitas pelayanan.

2. Koordinasi, Integrasi dan Sinkronasi Secara Internal


a. Kegiatan Tim HIV-AIDS secara internal dilakukan melalui koordinasi, integrase, dan
sinkronasi di antara coordinator dan sekretaris. Alur pelaksanaan tugas dilakukan
secara berjenjang dari coordinator sampai pada Ketua Tim HIV-AIDS.
b. Tim HIV-AIDS mengawasi bawahan dan apabila terjadi penyimpangan wajib
mengambil langkah-langkah yang diperlukan sesuai dengan ketentuan dan peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Tim HIV-AIDS bertanggung jawab memimpin dan mengkoordinasikan bawahannya
dan memberikan bimbingan serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.
d. Tim HIV-AIDS wajib mengikuti dan mematuhi petunjuk dan bertanggung jawab
kepada atasan serta menyampaikan laporan berkala pada waktunya.
Tata Hubungan Kerja Tim HIV-AIDS

DIREKTUR RSD
KOMITE MEDIS IDAMAN

KOMITE
KEPERAWATAN PENUNJANG
MEDIS
KOMITE PPIRS
TIM HIV-AIDS
KOMITE PMKP
PELAYANAN
KOMITE K3RS UMUM

KOMITE
KESEHATAN
LAIN

Keterangan: ▬, garis komando


--, garis koordinasi
BAB VIII
POLA KETENAGAAN DAN KUALIFIKASI PERSONIL

Pola ketanagaan dan kualifikasi personil Tim HIV-AIDS dideskripsikan sebagai berikut:

JABATAN SPESIFIKASI PENDIDIKAN JUMLAH


Ketua Tim 1. Dokter Spesialis Penyakit Dalam 1
2. Telah mendapatkan pelatihan HIV-
AIDS
Wakil Ketua 1. Dokter Spesialis Saraf 1
2. Telah mendapat pelatihan HIV –
AIDS
Sekretaris 1. Dokter Umum 1
2. Telah mendapatkan pelatihan HIV-
AIDS
Administrasi 1. Minimal DIII 1
2. Telah mendapatkan pelatihan HIV-
AIDS
Konselor 1. Minimal DIII keperawatan atau S1 4
Kedokteran.
2. Telah mendapatkan pelatihan HIV-
AIDS
BAB IX
KEGIATAN ORIENTASI

Untuk karyawan baru mengikuti orientasi umum dan orientasi khusus, sedangkan
karyawan lama hanya mengikuti orientasi khusus:

No. Materi Kegiatan Lama Pembimbing


Orientasi
1. Materi Umum
2. Orientasi Khusus a. Pengenalan SOTK 3 hari Ketua Tim
meliputi: Tim HIV-AIDS, HIV-AIDS
a. Pedoman organisasi Peran dan tugas Tim
Tim HIV-AIDS HIV-AIDS (uraian
b. Pedoman Pelayanan tugas)
TIM HIV-AIDS b. Pengenalan
c. SPO dan alur Pelayanan VCT
kegiatan pelayanan c. Sosialisasi SPO dan
VCT alur pelayanan VCT
d. Pencatatan & d. Pencatatan &
Pelaporan Pelaporan
e. Orientasi lingkungan e. Pengenalan
RSD Idaman lingkungan RSD
Banjarbaru Idaman Banjarbaru
BAB X
PERTEMUAN/RAPAT

1. Pertemuan rutin bulanan yang diselenggarakan satu bulan sekali, guna membahas
evaluasi kerja bulan berjalan, pembahasan masalah atau kendala-kendala, serta sosialisasi
kebijakan terbaru di RSD Idaman Banjarbaru
2. Rapat Koordinasi yang diselenggarakan dengan mengundang unit terkait yang
berhubungan dengan kegiatan pelayanan Klinik HIV-AIDS
3. Pertemuan insidentil dilaksanakan sewaktu waktu jika diperlukan sifatnya mendesak dan
tidak terjadwal
BAB XI
PELAPORAN

1. Pelaporan Harian
Menerima dan membaca laporan kegiatan dari masing-masing anggota selama seminggu
berjalan
2. Pelaporan Bulanan
Menganalisa laporan hasil kerja bulanan yang disampaikan oleh koordinator
3. Pelaporan Tahunan
a. Menyusun laporan tahunan mengenai pelaksanaan tugas di Klinik VCT
b. Menyusun rencana tahunan untuk Klinik VCT

Anda mungkin juga menyukai