Anda di halaman 1dari 12

HIV / AIDS

No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :


1 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

HIV / AIDS merupakan suatu sindrom defisiensi imun yang


PENGERTIAN
ditandai oleh adanya infeksi oportunistik dan atau keganasan yang
tidak disebabkan oleh defisiensi imun primer atau sekunder atau
infeksi kongenital.
1. Mencari data riwayat orangtua terinfeksi HIV
ANAMNESIS
2. riwayat morbiditas yang khas maupun yang sering ditemukan
pada penderita HIV
3. riwayat kelahiran
4. riwayat pemberian ASI
5. pengobatan ibu dan kondisi neonatal.
Morbiditas yang khas pada penderita infeksi HIV adalah:
- diare kronik,
- gagal tumbuh,
- pneumonia berat,
- pneumonia P. Carinii,
- demam berkepanjangan,
- TB paru,
- dan kandidosis orofaring.
Morbiditas yang mungkin ditemukan pada penderita HIV tetapi
juga ditemukan pada anak yang tidak terinfeksi HIV adalah
- infeksi berulang,
- otitis media berulang,
- kandidosis oral berulang,
- parotitis kronik,
- limfadenopati generalisata,
- hepatomegali tanpa diketahui penyebabnya,
- demam persisten atau berulang,
- dermatitis HIV,
- kelainan neurologis,
- Herpes zoster,
- dan gizi buruk.
Stadium klinis 1
PEMERIKSAAN FISIK
- Asimtomatik
- Limfadenopati generalisata yang persisten
Stadium klinis II
- Hepatosplenomegali persisten yang tidak jelas sebabnya
- Erupsi pruritik papuler
- Infeksi virus warts yang luas
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
2 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

- Angilar cheilitis
- Moluscum kotangiosum luas
- Ulkuserasi oral berulang
- Pembesaran kelenjar parotis persisten yang tidak
dapat dijelaskan
- Eritema gingiva lineal
- Herpes zoster, infeksi jamur pada kuku
- Infeksi traktur respiratorius atas yang berulang/kronik
(otitis media, ottorhea, sinusitis, tonsilitis)

Stadium klinis 3
- Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan (yang tidak
berespon dengan penanganan standar diare persisten tidak
dapat dijelaskan (14 hari atau lebih)
- Demam persisten yang tidak dapat dijelaskan ( intermitten
atau terus-menerus, lebih dari 1 bulan)
- Kandidiasis oral persisten
- Oral hairy leucoplakia
- Periodontitis/ gingivitis ulseratif nekrotikans akut
- TB paru, TB kelenjar
- Pneumonia bakteri berat dan berulang
- Pneumonitis interstitial limfoid simtomatik
- Anemia yang tidak dapat dijelaskan (<8 g/dl) dan atau
netropenia (<500/mm3) dan atau trombositopenia
(<50000/mm3) lebih dari 1 bulan
- Penyakit paru yang ada kaitannya dengan infeksi HIV
kronik termasuk bronkiektasis
- Kardiomiopati berkaitan dengan HIV atau nefropati
berkaitan dengan HIV

Stadium klinis 4
- Malnutrisi, wasting dan stunting berat yang tidak dapat
dijelaskan dan tidak berespon dengan terapi standar
- Pneumocystis carinii pneumonia
- Infeksi bakteri berat yang berulang (empyema, pyomiositis,
infeksi tulang dan persendian, meningitis dan pneumonia)
- Infeksi herpes simplek kronik (orolabial atau kutaneus > 1
bulan atau viseralis di lokasi manapun) Sarkoma kaposi,
- TB ekstrapulmonal
- Kandidiasis esofagus (trakea, bronkus atau paru)
- Toxoplamosis CNS
- Ensefalopati HIV
- Infeksi CMV (retinitis atau infeksi CMV pada organ lain
yang onsetnya di atas umur 1 bulan). Cryptococcosis
ekstrapulmonal termasuk meningitis
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
3 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

- Disseminated endemic mycosis (histoplasmosis


ekstrapulmonal)
- Disseminated non-tuberculous mycobacteria
- Progresive multifocal leucoencephalopathy (PML)
- Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan
HIV simtomatik
- Linfoma sel B non Hodgkin atau linfoma serebral

KRITERIA DIAGNOSIS Sesuai stadium klinis

PEMERIKSAAN Bila merupakan kasus indeks dalam keluarga (kasus pertama yang
PENUNJANG
akan didiagnosis), untuk setiap anak dapat dilakukan pemeriksaan
antibodi anti HIV, sebaiknya dengan ELISA dan menggunakan 3
reagens yang berbeda.
Bila anak >18 bulan cukup dengan pemeriksaan antibodi HIV saja.
Persiapan ARV :
- Tentukan status imunosupresi dengan pemeriksaan hitung
CD4++,
- darah tepi lengkap,
- SGOT/SGPT,
- dan pemeriksaan lain sesuai indikasi.
- Pencitraan sesuai kondisi infeksi oportunistik.

DIAGNOSIS KERJA
HIV / AIDS (ICD X : B20 – B24)

 Severe combined immunodeficiency disease (SCID)


DIAGNOSIS BANDING
 Hipo-gamaglobulinemia
 Keganasan
TERAPI Diberikan profilaksis dan atau terapi spesifik untuk infeksi
oportunistik yang ada
Pneumonia Pneumocystis carinii
- Profilaksis : kotrimoksazol, 4-6 mg (TMP)/kg/x
Tuberkulosis
- Profilaksis : isonazid (INH)
- Terapi :2RHZE atau 2RHZS lanjut 10 RH
Rekomendasi WHO untuk memulai pemberian ARV pada bayi dan
anak yang diagnosis infeksi HIV sudah tegak adalah:
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
4 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

1.Dibawah umur 2 tahun ( tanpa memperhatikan nila CD4+ )


2.Diatas > 2 tahun .
- stadium 3 dan 4.
- Stadium 1 dan 2 , dengan CD 4 < 25 %
Anti retroviral yang digunakan mencakup golongan NRTI dan
NNRTI (Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor dan Non-
Nucleoside Reverse Transcriptase Inhibitor), protease inhibitor.
(Tabel terlampir)
- konseling pada orangtua kondisi infeksi HIV dan risiko
infeksi oportunistik,
- pemberian nutrisi yang cukup,
- pengawasan tumbuh kembang,
- status imunisasi, bila setelah 6 bulan mendapat terapi ARV
dan klinis baik, tingkat imunosupresi membaik, program
imunisasi dilanjutkan (table rekomendasi terlampir).
o Setelah pemberian ARV, pasien diharapkan kontrol
EDUKASI berkala. Dapat lebih cepat kontrol bila dijumpai
kondisi yang mengindikasikan untuk dilakukan
pemeriksaan
- penunjang.
Pemeriksaan laboratorium yang diulang tiap 3-6 bulan :
o darah tepi,
o SGOT/SGPT,
o CD4+ setiap 3 bulan,
Ad vitam = dubia ad bonam
PROGNOSIS Ad sanationam = dubia ad malam
Ad fungsionam = dubia ad bonam
Diagnosis : I / II/ III/ IV (referensi no 1)
TINGKAT EVIDENS
Terapi : I / II/ III/ IV (referensi no 1)
 Bebas demam 2x 24 jam
 Nafsu makan baik
INDIKATOR MEDIS
 Hemodinamik stabil
 Infeksi opportunistik sudah perbaikan.
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
5 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

1. WHO. Consolidate guidelines on the use of antiretroviral drugs


for treating and preventing HIV infection recommendation for a
public health approach , 2013.
2. The Working Group on Antiretroviral and Medical Management
of HIV-infected Children. The National Resources and Services
Administration, The National Institute of Health. Guidelines for
the use of antiretroviral agents in pediatric HIV infection.
November 2005. Diunduh dari http://www.aidsinfo.org
3. Akib AAP. Infeksi HIV pada bayi dan anak. Pertemuan ilmiah
tahunan Ikatan Dokter Anak Indonesia. Batam. Juni 2004.
4. Chintu C, Bhat GJ, Walker AS, Mulenga V, Sinyinza F,
Lishimpi K, dkk. Cotrimoxazole as prophylaxis against
opportunistic infections in HIV-infected Zambian children
(CHAP): A double-blind randomised placebo-controlled trial.
KEPUSTAKAAN
Lancet. 2004;364:1865-71.
5. Djauzi S, Djoerban Z. Penatalaksanaan infeksi HIV di
pelayanan kesehatan dasar. Edisi ke-2. Jakarta: Balai Penerbit
FKUI. 2003. h. 67.
6. Chalermchokcharoenkit A, Asavapiriyanont S, Teeraratkul A,
Vanprapa N, Chotpitayasunondh T, Chaowanachan T, dkk.
Combination short-course zidovudine plus 2-dose nevirapine for
prevention of mother-to-child transmission: safety, tolerance,
transmission, and resistance results. 11th retrovirus and
opportunistic infection conference. San Francisco, Februari
2004. [Abstract]
7. World Health Organization. Anti retroviral therapy of HIV
infection in infant and children in resource-limited settings:
toward universal access. Geneva; WHO pub. Juli 2006.
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
6 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
7 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
8 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
9 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
10 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
11 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005
HIV / AIDS
No. Dokumen: No. Revisi : Halaman :
12 dari 13
Tanggal Terbit: Ditetapkan
Direktur,
RSUD Sultan Imanuddin
Pangkalan Bun

PANDUAN PRAKTIK KLINIK dr.FACHRUDDIN


NIP. 19711121 200212 1 005

Anda mungkin juga menyukai