Anda di halaman 1dari 2

PANDUAN PRAKTEK KLINIK

DIABETES MELITUS (ICD E 11 Non-Insulin-Dependent Diabetes mellitus)


KSM PENYAKIT DALAM
RS AIRLANGGA JOMBANG

Nomer Dokumen: Nomer Revisi: Halaman :


RS AIRLANGGA JOMBANG 001/PPK/KSM/RSA/IV/2022 01 1/2

Tanggal Terbit : Ditetapkan


21 Mei 2022 Direktur Utama RS Airlangga

(dr. Jaufan Fata A, M.H, M.Kes)


Pengertian Diabetes Melitus (DM) tipe 2, menurut American Diabetes Association (ADA) adalah kumulan
gejala yang ditandai oleh hiperglikemia akibat defek pada kerja insulin (resistensi insulin)
dan sekresi insulin atau kedua-duanya.
Tujuan Sebagai acuan petugas sebagai tatalaksana pasien DM tipe 2
Wewanti 1. Penyusun tidak bertanggung jawab terhadap hasil apapun akibat penggunaan PPK.
2. Penyusun tidak menjamin akurasi informasi yang ada dalam PPK.
3. PPK bukan merupakan hal terbaik untuk semua pasien.
Kebijakan Berdasarkan keputusan Direktur Rumah Sakit Airlangga Jombang tentang kebijakan
pelayanan medis.
Anamnesis
Polifagia, Poliuri, Polidipsi, Penurunan berat badan yang tidak jelas sebabnya
Keluhan tidak khas: Lemah, Kesemutan (rasa baal di ujung-ujung ekstremitas), Gatal,
Mata kabur, Disfungsi ereksi pada pria, Pruritus vulvae pada wanita, Luka yang sulit
sembuh factor resikonya : obesitas, riwayat penyakit DM keluarga, hipertensi,
Pemeriksaan Fisik Penilaian berat badan, Mata (Penurunan visus, lensa mata buram), Extremitas (Uji
sensibilitas kulit dengan mikrofilamen
Pemeriksaan Penunjang Gula Darah Puasa, Gula Darah 2 jam Post Prandial, Urinalisis.
Kriteria Diagnostik a. Gejala klasik DM (poliuria, polidipsia, polifagi) + glukosa plasma sewaktu ≥ 200
mg/dL (11,1 mmol/L). Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan
sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir ATAU
b. Gejala Klasik DM+ Kadar glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa diartikan
pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam ATAU
c. Kadar glukosa plasma 2 jam pada tes toleransi glukosa oral (TTGO)> 200
mg/Dl (11,1 mmol/L) TTGO dilakukan dengan standard
Diagnosis Banding Hiperglikemia reaktif, prediabetes, toleransi glukosa terganggu, glukosa darah puasa
terganggu
Prognosis Prognosis umumnya adalah dubia. Karena penyakit ini adalah penyakit kronis, quo ad
vitam umumnya adalah dubia ad bonam, namun quo ad fungsionam dan
sanationamnya adalah dubia ad malam.
Terapi 1. Terapi Gizi
2. Olahraga : 4 kali seminggu, 30 – 60 menit sehari, ( jenis olahraga : jalan
cepat,jogging, berenang, bersepeda)
3. Metformin 500 – 2500 mg
4. Glibenclamid 2,5 – 10 mg atau, glipizid 1 x 80 mg atau, glimepiride 1-4 mg atau,
atau glikuidan 15 – 90 mg,
5. Pyoglitazon 15 – 90 mg atau
6. Acarbose 50 – 300 mg
7. Linagliptin 5 – 10 mg atau vidagliptin 50 – 100 saxagliptin 50 – 100 mg
8. Pemberian OHO dapat dikombinasi 2- 3 jenis OHO,bila GD tidak mencapai target
GDN 90 – 110 dan GD2jPP 120 – 160.
9. Insulin ,diberikan berikan jikaGD tidak terkontrol dengan 2 atau lebih OHO, atau
bila HBA1C > 11 %,
Pada pasien yang dirawat dilakukan cek GDS sebelum makan dan jam 24/sliding
scale tiap jam dengan pemberian novorapid :
GDS Novorapid
< 200 -
200 – 250 4 unit
250 – 300 8
301 - 350 12
> 350 16

11. Sliding scale dapat diberikan bersamaan dengan lantus/levemir pada jam 22.00
Edukasi a. Penyakit DM tipe 2 tidak dapat sembuh tetapi dapat dikontrol
b. Gaya hidup sehat harus diterapkan pada penderita misalnya olahraga,
menghindari rokok, dan menjaga pola makan.
c. Pemberian obat jangka panjang dengan kontrol teratur setiap 2 minggu
Lama Perawatan 5-6 hari
Kriteria Pemulangan Keadaan pasien membaik, GDS ≤ 200 mg/dl, Intake adekuat
Daftar Pustaka a. Sudoyo, A.W. Setiyohadi, B. Alwi, I. Simadibrata, M. Setiati, S.Eds. Buku
ajar ilmu penyakit dalam. Ed 4. Vol. III. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen
Ilmu Penyakit Dalam FKUI; 2006.
b. Perkumpulan Endokrinologi Indonesia. Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan
Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. 2011. (Perkumpulan Endokrinologi
Indonesia, 2006)
c. Departemen Ilmu Kedokteran Komunitas FKUI dan Persadia. Penatalaksanaan
Diabetes Mellitus pada Layanan Primer, ed.2, 2012. (Departemen Ilmu
Kedokteran Komunitas Indonesia FKUI, 2012)
Unit Terkait 1. IGD
2. Instalasi Rawat Inap
3. Instalasi Laboratorium
4. Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai