Anda di halaman 1dari 16

VOLUNTARY COUNSELING AND TESTING (VCT)

(KONSELING SUKARELA DAN TESTING)

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


LANDAK 01/SPO-VCT/IV/2016
1/3

Tanggal Terbit Ditetapkan :


07 April 2016 Direktur RSUD Landak
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Pius Edwin Wiwin


NIP. 197411072006041003
 Kegiatan konseling yang bersifat sukarela dan rahasia antara
PENGERTIAN konselor dari Tim Penanggulangan HIV – AIDS RSUD Landak
dengan orang yang ingin mengetahui status HIVnya atau orang
yang berisiko tertular HIV
 Disebut telah menjalani VCT apabila sudah menjalani :
konseling pre tes, testing dan konseling pasca tes
 Konseling adalah saran, anjuran, nasehat professional yang
diberikan yang diberikan kepada seseorang yang mempunyai
masalah/problem
 Konselor adalah petugas yang memiliki keterampilan konseling
dan pemahaman akan seluk beluk HIV/AIDS
 Prosedur Pelaksanaan VCT adalah alur pelayanan yang wajib
dilalui oleh semua orang yang akan menjalani VCT di RSUD
Landak

1. Sebagai acuan bagi petugas medis dan non medis di RSUD


TUJUAN Landak dalam pelaksanaan VCT.
2. Sebagai acuan bagi orang yang akan menjalani tes HIV
3. Sebagai pedoman pelaksanaan pemeriksaan tes HIV di RSUD
Landak.

KEBIJAKAN Dasar Hukum


1. Surat Keputusan Menkes no 21 tahun 2013
2. Pedoman Nasional Penanganan HIV AIDS tahun 2011

Tempat dan waktu


1. Tempat pelaksanaan di Rumah Sakit Umum Daerah Landak
2. Waktu pelaksanaan pada jam kerja yang telah ditentukan di
masing-masing tempat
Dilaksanakan oleh :
1. Konselor dari Tim Penanggulangan HIV/AIDS
yang telah mendapatkan pelatihan HIV-AIDS dan mendapat
Surat Tugas dari Direktur RSUD Landak.
2. Biaya pelaksanaan pelayanan VCT adalah sesuai dengan
ketentuan RSUD Landak tentang biaya klinik rawat jalan
dan biaya pemeriksaan laboratorium.

1. Klien atau pasien yang akan menjalani VCT baik datang sendiri
PROSEDUR atau rujukan terlebih dahulu mendaftar di tempat pendaftaran
Klinik VCT.
2. Klien menjalani konseling pra tes
3. Apabila setuju untuk diperiksa tes HIV, klien menandatangani
informed Consent yang disediakan di Klinik VCT
4. Klien menjalani tes di laboratorium RSUD Landak
5. Untuk pembukaan hasil tes anti HIV, klien menjalani konseling
pasca tes.
6. Bagi pasien yang belum setuju untuk menjalani tes pada saat itu
dianjurkan untuk kunjungan ulang pada waktu yang disepakati.

Dari RSUD Landak : Dari Luar RSUD Landak


Rawat inap
Rawat jalan
UGD
MCU KLINIK VCT
Laboratorium

Pendaftaran

Konseling Pre Tes


(3) Ya
1. .Pendatanganan
Informed consent
Tidak Kesediaan tes 2. Formulir
permintaan test

Laboratorium

Hasil

Konseling pasca tes

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Unit Rekam Medik
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Laboratorium
6. Poliklinik CST
PROFILAKSIS PASCA PAJANAN (PPP)
DI RSUD LANDAK
No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01/SPO-PPP/IV/2016
1/3
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LANDAK

Tanggal Terbit Ditetapkan :


STANDAR PROSEDUR Direktur RSUD Landak
07 April 2016
OPERASIONAL

dr. Pius Edwin Wiwin


NIP. 197411072006041003
PENGERTIAN a. Pajanan
- Setiap perlukaan yang menembus kulit seperti tusukan
jarum, luka iris atau kontak dengan lapisan mukosa /
kulit yang tidak utuh (kulit yang luka, pecah, lecet atau
sedang terserang dermatitis)
- Kontak dengan darah / cairan tubuh lain pada kulit yang
utuh dengan kontak yang lama
- Pajanan dapat melalui :
 Parenteral berupa tusukan, luka dan lain-lain
 Percikan pada mukosa mata, hidung atau mulut
 Percikan pada kulit yang tidak utuh (pecah-pecah,
lecet atau exematosa)
b. Profilaksis Pasca Pajanan
- Selanjutnya disingkat PPP adalah tindakan / pengobatan
yang diberikan kepada petugas / keluarga atau orang
sehat lain setelah terpajan oleh cairan tubuh / darah
ODHA atau terduga ODHA.

TUJUAN Tujuan Pembuatan Protap :


Sebagai acuan tenaga medis dan konselor (tim
Penanggulangan HIV AIDS dalam menangani orang yang
terpajan
Tujuan Penanganan :
Melindungi petugas medis / non medis atau orang sehat lain
di RSUD Landak dari akibat pajanan ditempat kerja dan
mengurangi resiko penularan pada petugas kesehatan
KEBIJAKAN 1. Petugas yang menangani adalah dokter atau perawat Klinik
VCT pada hari kerja
2. Diluar jam kerja agar menghubungi Fajar
Setiawan,Anggit Lestari,Oktaviany
Saiyan,Heriyanti,Nurhasanah.
3. Petugas yang terlapor kemudian menghubungi dokter
Penyakit Dalam untuk menentukan tindakan selanjutnya
4. Profilaksis yang diberikan adalah profilaksis penularan
HIV sedang profilaksis untuk Hepatitis B ditangani di Poli
Penyakit Dalam
PROSEDUR Alur Profilaksis Pasca Pajanan ( Terlampir)

Pajanan Lapor Tim HIV AIDS

- Konseling
- Analisa
1. Sumber Pajanan (KS 1 & KS 2)
2. Kategori Pajanan (KP 1 – KP 3)

Perlu Tindak Tidak Perlu


Lanjut Tindak Lanjut

Pencatatan &
Pelaporan

Bagi Individu Yang Terpajan


 Tindakan pertama pada setiap pajanan adalah mencuci
dengan air mengalir dan sabun anti septik.
 Bila tertusuk jarum segera bilas dengan air mengalirr atau
air dalam jumlah yang banyak dengan sabun / antiseptik.
 Bila darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau
tusukan, cuci dengan sabun dan air mengalir
 Bila darah mengenai mulut ludahkan dan kumur-kumur
dengan air beberapa kali.
 Kalau terpecik pada mata cucilah mata dengan air mengalir
(irigasi) atau dengan garam fisiologis (NaCl 0,9%).
 Jika darah memercik ke hidung, hembuskan keluar dan
bersihkan dengan air.
 Jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut.
 Setiap pajanan dicatat dan dilaporkan secepatnya (kurang
dari 4 jam) kepada tim penanggulangan HIV / AIDS
RSUD Landak.
Bagi Petugas Yang Menangani
 Orang terpajan diperlukan seperti dalam keadaan darurat dan
mengisi formulir laporan pajanan Klinik VCT bagian awal
sampai V (Katagori status HIV pasien KS).
 Bila status sumber pajanan tidak diketahui, petugas
melakukan analisa sumber pajanan (bagian VI).
 Bila hasil analisa sumber pajanan tidak dapat ditentukan
maka Kode sumber pajanan adalah “KS HIV tidak tahu”
 Pemberian Prolaxis adalah sebagai berikut :
 KP1 dengan KS1 : Obat tidak dianjurkan.
 KP1 dengan KS1 : Pertimbangkan pemberian Duviral
(Lamivudin dan Zidovudin) 2x1 tab selama 28 hari.
 KP2 dengan KS1 : Dianjurkan Duviral (Lamivudin dan
Zidovudin) 2x1 tab selama 28 hari.
 KP2 dengan KS2 perlakuanya sama dengan
 KP3 dengan KS3
Dianjurkan duviral 2x1 tab + Efaviren 1x600 mg selama
28 hari
Catatan : Efavirenz tidak diberikan pada wanita hamil.
 Terpajan menjalani VCT

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Instalasi Rawat Inap
3. Unit Rekam Medik
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Laboratorium
6. Poliklinik CST
PROSEDUR TETAP
PELAYANAN PMTCT

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


01/SPO-PMTCT/XIII/2016
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LANDAK 1/3

Tanggal Terbit : Ditetapkan :


Direktur RSUD Landak
08 Agustus 2016
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Pius Edwin Wiwin
NIP. 197411072006041003
 Pencegahan penularan dari ibu HIV positif kepada bayi yang
PENGERTIAN
dikandungnya adalah kegiatan yang termasuk dalam PMTCT
(Prevention Mother-to-Child Transmission) dari Tim
Penanggulangan HIV / AIDS RSUD Landak.
 Prosedur pelaksanaan PMTCT adalah alur pelayanan yang
wajib dilalui oleh ibu hamil, sebelum dan sesudah tes HIV.
1. Mencegah terjadinya penularan HIV pada perempuan usia
TUJUAN PELAKSANAAN
reproduksi
PMTCT
2. Mencegah kehamilan yang tidak direncanakan pada ibu HIV
positif.
3. Mencegah terjadinya penularan HIV dari ibu hamil HIV
positif ke bayi yang dikandungnya.
4. Memberikan dukungan psikologis, sosial dan perawatan
kepada ibu HIV positif beserta bayi dan keluarganya
a. Ibu hamil yang datang ke poli Obgin RSUD Landak atas
PROSEDUR
kehendak sendiri atau tanpa rujukan dari dokter atau fasilitas
kesehatannya lainnya.
b. Ibu hamil yang datang atas rujukan dokter atau fasilitas
kesehatan lainnya.
c. Status HIV ibu hamil positif adalah : bila didapatkan hasil
positif pada pemeriksaan laboratorium secara serologis
dengan 3 cara pemeriksaan yang berbeda.
d. Status HIV ibu hamil negatif adalah : bila didapatkan hasil
negatif pada pemeriksaan laboratorium secara serologis
dengan 3 cara pemeriksaan yang berbeda. Pemeriksaan
diulang 3 bulan kemudian, untuk memastikan tidak dalam
kondisi window periode.
e. Ibu hamil yang belum diketahui status HIV, dilakukan VCT
atau PITC.
f. VCT (Voluntory Counseling and Testing) adalah kegiatan
konseling bersifat sukarela dan rahasia, antara konselor
professional/mahir dari Tim Penanggulangan AIDS RSUD
Landak dengan ODHA atau orang terduga HIV.
g. Ibu hamil yang menolak VCT, akan diupayakan konseling
ulang, pada kunjungan berikutnya.
h. PITC (Provider Insiated Testing and Counseling) adalah
testing dan konseling yang diinisiasi oleh petugas kesehatan
untuk kepentingan tes diagnostic dan routine affer.
i. ARV diberikan pada ibu hamil dengna HIV (+), mengacu
pada prosedur tetap ARV.
j. Antepartum : masa kehamilan mulai dari konsepsi sampai
dengan awal proses persalinan.
k. Intrapartum : masa selama proses persalinan yang ditandai
dengan kontraksi rahim yang teratur dan terjadi pembukaan
jalan lahir.
l. Postpartum : masa setelah plasenta lahir hingga 40 hari
selanjutnya.
m. Seksio sesarea : proses persalinan dengan pembedahan yang
dilakukan pada usia kehamilan 38 minggu atau sesegera
mungkin bila pasien dating dalam keadaan intrapartum (bila
memungkinkan).
n. Bayi dari lahir Ibu HIV (+) yang lahir dengan Seksio Sesaria,
ditolong oleh PPDS perinatologi dan atau konsulen yang
bersangkutan.
o. Bayi yang lahir dari ibu HIV (+), mendapat ARV pencegahan
dalam 48 jam pertama kehidupan, yang tersedia di klinik
VCT pada jam kerja dan apotek RSUD Landak di luar jam
kerja.
p. Setelah bayi pulang, kontrol selanjutnya ke poli anak atau
kepada Konsulen yang bersangkutan, untuk mendapat
pelayanan : ARV pencegahan lanjutan sampai usia 6 minggu,
pencegahan PCP (Pneumocystic carinii Pneumonia) mulai
umur 6 minggu sampai 6 bulan, pemeriksaan kesehatan,
imunisasi, pemantauan tumbuh kembang dan nutrisi.
q. Bayi secepatnya ditentukan status HIV, dengan tes
laboratorium HIV dengan cara pemeriksaan virologist (PCR)
sejak umur 6 mg (bila memungkinkan ketersediaan biaya,
alat , dll) atau serologis mulai umur 12 bulan, dari tes
laboratorium akan didapatkan status HIV bayi : positif atau
negative.
r. Status HIV positif adalah : bila ditemukan hasil positif pada
2x pemeriksaan PCR dengan jarak 1 bulan; atau hasil
pemeriksaan serologis positif pada usia > 18 bulan dengan 3
cara pemeriksaan yang berbeda.
s. Status HIV negative adalah : bila ditemukan hasil negative
2x pemeriksaan PCR dengan jarak 1 bulan; atau hasil
pemeriksaan serologis negative pada usia >18 bulan dengan
3 cara pemeriksaan yang berbeda, dan klinis negative.
t. Bayi dengan status HIV (+) dan ada indikasi untuk terapi
ARV, dirujuk ke klinik VCT RSUD Landak.
UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan
2. Instalasi Rawat Inap
3. Unit Rekam Medik
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Laboratorium
6. Poliklinik CST
PROSEDUR TETAP
PROVIDER INITIATED TESTING AND
COUNSELING (PITC)

No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH 01/SPO/PITC/IV/2016
LANDAK 1/2

Tanggal Terbit Ditetapkan :


Direktur RSUD Landak
07 April 2016
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL
dr. Pius Edwin Wiwin
NIP. 197411072006041003
 Testing dan Konseling yang diinisiasi oleh petugas
PENGERTIAN
kesehatan untuk kepentingan : Diagnostik (Diagnostik
testing) dan Tawaran rutin (Routine offer)
TUJUAN PEMBUATAN  Untuk dapat dipakai sebagai acuan bagi petugas medis
PROTAP
yang akan melaksanakan PITC
 Untuk diketahui oleh segenap petugas kesehatan tentang
pelaksanaan PITC.
TUJUAN PELAKSANAAN  Untuk memperluas cakupan VCT dilingkungan pelayanan
PMTCT
medis RSUD Landak
 Agar setiap dokter di lingkungan RSUD Landak dapat
mengawali / menginisiasi testing, untuk kemudian
dilanjutkan dengan VCT.
 Untuk dapat mendeteksi lebih dini status HIV pasien.
KEBIJAKAN  Pelaksanaan kegiatan PITC tetap mengacu kepada
Consent, Confidentiality, Counseling.
 Permintaan awal untuk pemeriksaan tes antibody HIV
dapat dilakukan oleh dokter yang merawat pasien, namun
selanjutnya pasien tetap dianjurkan untuk menjalani
konseling oleh konselor Klinik VCT.
PROSEDUR  Dokter memeriksa atau merawat pasien menawarkan
pemeriksaan tes HIV kepada pasien.
 Dokter memberikan informasi singkat tentang HIV dan
alasan menjalani tes.
 Apabila pasien setuju untuk diperiksa maka pasien
menandatangani persetujuan tes pada kartu rekam medik.
 Apabila pasien tidak setuju, dianjurkan untuk menjalani
VCT.
 Bagi pasien yang mengambil darah pasien kemudian dibawa
ke laboratorium RSUD Landak.
 Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai, dokter yang
merawat meminta konselor untuk melakukan konseling
pembukaan hasil pemeriksaan laboratorium.

Dokter Ruangan Rawat Inap


Curiga HIV - AIDS

1. Menawarkan Tes
2. Memberikan info pratest :
a. Penularan
b. Pencegahan HIV

setuju

Penandatangan Informed
Consent

Pengambilan sample darah oleh :


Dokter Ybs atau Petugas klinik VCT

Tidak Setuju

laboratorium

Konseling

Hasil dibuka oleh dokter


pengirim atau petugas
Positif Klinik VCT

Penanganan Lanjut Negatif


ALUR PROFILAKSIS PASCA PAJANAN ( TERLAMPIR)

Pajanan Lapor Tim HIV AIDS

- Konseling & Testing


- Analisa :
1. Sumber Pajanan (KS 1 & KS 2)
2. Kategori Pajanan (KP 1 – KP 3)

Perlu Tindak Tidak Perlu


Lanjut (PPP) Tindak Lanjut

1. Obat profilaksis
2. Konseling lanjutan
3. Adherence
4. Dukungan/Dampingan

Pencatatan &
Pelaporan
ALUR MENENTUKAN KATEGORI PAJANAN
( KP )

Sumber Pajanan Atau Alat Kesehatan Tidak Perlu


Yang Tercemar Sumber Pajanan Tidak PPP

Ya

Macam Pajanan

Kulit Tidak Utuh / Kulit Yang Utuh Pajanan


Selaput Mukosa Perkutaneus

Volume ? Tidak Perlu Seberapa Berat?


PPP

Sedikit Banyak Tidak Berat Berat


(satu tetes, waktu (bbrp tts, percikan (Jarum solid / goresan (Jarum bersaluran,
singkat banyak dan atau lama superficial) tusukan dalam, darah
terlihat bekas, jarum
bekas pasen

KP 1 KP 2 KP 2 KP 3
MENENTUKAN KATEGORI / STATUS HIV SUMBER PAJANAN
(KS HIV)

Status Sumber
Pajanan

HIV (-) HIV (+) Tidak Diketahui Tidak Diketahui


Sumbernya

Tidak Perlu
PPP

Pajanan Dengan Pajanan Dengan Titer Tinggi KS HIV


Titer Rendah ( AIDS Lanjut,, Infeksi HIV Tidak Tahu
(Asimptomatik, Primer, VL Yang Meningkat
CD 4 Tinggi atau Tinggi, CD 4 Rendah

Pada Umumnya
Tidak Perlu PPP,
KS HIV KS HIV
Perlu Telaah
1 2
Kasus per kasus

ALUR PPP PADA PAJANAN HIV


MENENTUKAN PENGOBATAN PROFILAKSIS PASCA PAJANAN

Kategori Kategori Rekomendasi Pengobatan


Pajanan Sumber Pajanan
(KP) (KS)
1 1 (Rendah)
Obat tidak dianjurkan
Risiko toksisitas obat > dari risiko terinfeksi HIV

1 2 (Tinggi)
Pertimbangkan AZT + 3TC + Indinavir
Pajanan memiliki risiko yang perlu dipertimbangkan

2 1 (Rendah
Dianjurkan AZT + 3TC + Indinavir
Kebanyakan pajanan masuk dalan kategori ini

2 2
Dianjurkan AZT + 3TC + indinavir atau nelfinavir
3 1 atau 2
Anjuran pengobatan selama 4 minggu dengan dosis:
AZT: 3 kali sehari @ 200 mg, atau 2 kali sehari @ 300mg
3TC: 2 kali sehari @ 150mg
Indinavir: 3x sehari @ 800mg 1 jam sebelum makan atau 2 jam setelah makan dan banyak minum,
diet rendah lemah

UNIT TERKAIT 1. Instalasi Rawat Jalan


2. Unit Rekam Medik
4. Instalasi Farmasi
5. Instalasi Laboratorium
6. Poliklinik CST
PELAYANAN PMTCT
( PREVENTION MOYHER TO CHILD
TRANSMISSION)
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
LANDAK No. Dokumen : No. Revisi : Halaman :
01/SPO-PELAYANAN
PMTCT/IV/2016 1/3

Tanggal Terbit: Ditetapkan :


07 April 2016 Direktur RSUD Landak
STANDAR PROSEDUR
OPERASIONAL

dr. Pius Edwin Wiwin


NIP. 197411072006041003
Pelayanan PMTCT atau PPIA (Pencegahan Penularan HIV dari
PENGERTIAN Ibu ke Anak) merupakan bagian dari upaya pengendalian HIV –
AIDS dan IMS serta program KIA. Layanan PPIA diintegrasikan
dengan paket layanan KIA,KB,Kesehatan Reproduksi dan
Kesehatan Remaja. Mencegah penularan HIV dari Ibu ke Anak.
Sebagai acuan penerapan langkah – langkah untuk memberikan
TUJUAN pelayanan PMTCT di RSUD Landak.
KEBIJAKAN 1. Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak
dilaksanakan oleh seluruh staf yang ada di RSUD
Landak.
2. Memaksimalkan kesempatan tes HIV dan IMS bagi
perempuan usia reproduksi (seksual aktif), ibu hamil
dan pasangannya dengan penyediaan tes diagnostic
cepat HIV dan IMS memperkuat jejaring rujukan
layanan HIV dan IMS (termasuk akses pengobatan
ARV) dan pengintegrasian kegiatan PPIA ke layanan
rawat jalan dan rawat inap kebidanan dan kandungan di
RSUD Landak .

1. Pelayanan ANC terpadu, konseling dan tes HIV wajib


PROSEDUR ditawarkan pada ibu hamil pada ANC pertama. Jika ibu
menolak untuk di tes HIV, Petugas dapat melaksanakan
konselilng pra tes HIV atau merujuk ke layanan konseling
atau testing sukarela.
2. Pemeriksaan diagnosis HIV dilakukan secara virologis
(rapid tes HIV) atau ELISA
a. Jika status HIV Positif, lakukan intervensi PPIA
komprehensif agar ibu tidak menularkan HIV kepada
bayi yang dikandungnya.
b. Jika status HIV negative, lakukan konseling tentang
cara menjaga agar tetap HIV negatife.
3. Konseling pasca tes bagi ibu hamil yang hasilnya positif
dilaksanakan bersamaan (couple counseling), pemberian
kondom diberikan sebagai alat pencegahan penularan IMS
dan HIV.
4. Pemberian Terapi Antiretroviral (ART) untuk ibu hamil
dengan HIV mengikuti Pedoman Tatalaksana Klinis dan
Terapi Antiretroviral pada orang dewasa. Pengobatan ARV
pada ibu hamil, pasien TB dan penderita Hepatitis B kronik
aktif yang terinfeksi HIV dapat dimulai pada stadium klinis
apapun atau tanpa menunggu hasil pemeriksaan CD4.
Pemeriksaan CD4 tetap diperlukan untuk pemantauan
pengobatan.
5. Pemberian terapi pada situasi klinis
a. ODHA sedang terapi ARV kemudian hamil
b. ODHA hamil dengan jumlah dalam stadium klinis 1
atau jumlah CD4>350/mm3 dan belum terapi ARV
c. ODHA hamil dengan jumlah CD4<350/mm3 stadium
klinis 2,3,4
d. ODHA hamil dengan tuberkolosis aktif
e. Ibu hamil dalam masa persalinan dan status HIV tidak
diketahui kemudian hasil tes menunjukan reaktif.
f. ODHA dating pada masa persalinan dan belum
mendapat terapi ARV
g. Profilaksis ARV untuk Bayi diberikan sesuai
rekomendasi pengobatan terapi ARV (Preosedur
pelayanan ARV)
6. Konseling pilihan persalinan, risiko penularan, manfaat
terapi ARV
a. Ibu hamil dengan ODHA dalamm perencanaan
persalinan
1. Syarat persalinan pervaginam
a). Pemberian ARV mulai pada < 14 minggu
(ART>6 bulan)
b). VL <1.000 kopi/ul
2. Syarat persalinan perabdominal
a). Ada indikasi obstetric
b). VL > 1.000 kopi/ul
c). Pembagian ARV dimulai pada usia kehamilan >
36 minggu
b. Ibu hamil dalam masa persalinan dan status HIV tidak
diketahui
1. Tawarkan VCT dalam masa persalinan atau setelah
persalinan
2. Jika hasil tes reaktif, dapat diberikan ART
3. Persalinan sesuai keadaan obstetrik.
c. Ibu hamil dengan ODHA dating pada masa persalinan
dan belum mendapat terapi ARV.
1. Berikan langsung ART
2. Persalinan sesuai keadaan obstetric
7. Kontrasepsi yang disarankan untuk perempuan yang
terinfeksi HIV :
a. Perempuan dengan HIV yang tidak ingin hamil dapat
mengunakan kontrasepsi yang sesuai dengan
kondisinya dan disertai penggunaan kondom.
b. Perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk tidak
mempunyai anak lagi disarankan untuk menggunakan
kontrasepsi mantap dan tetap menggunakan kondom.
8. Konseling pemberian makanan bagi bayi/anak sesuai pilihan
ibu dan keluarga
a. Pemberian konseling laktasi untuk pilihan ASI Ekslusif
0-6 bulan dan pendiskusian pemberian makanan
selanjutya setelah ASI untuk bayi 6-12 bulan.
b. Pemberian konseling makanan bayi yang memenuhi
persyaratan teknis untuk pilihan Pengganti ASI.
9. Pemberian profilaksis ARV dan kotrimoksazol pada
bayi/anak dimulai hari pertama setelah lahir selama 6
minggu, selanjutnya dapat diberikan kotrimoksazol
profilaksis mulai usia 6 minggu.( Dosis dan tata cara
pemberian lihat prosedur pelayanan ARV)
10. Pemeriksaan Diagnostik HIV pada bayi yang lahir dari Ibu
dengan HIV dapat dilakukan setelah usia bayi 18 bulan atau
dapat dilakukan lebih awal pada usia 9-12 bulan, dengan
catatan bila hasilnya positif, maka harus diulang setelah usia
18 bulan.

UNIT TERKAIT 1. Poliklinik Kebidanan


2. UGD
3. Ruang Bersalin/PONEK
4. Ruang Perawatan Kebidanan
5. Klinik Amero
6. Instalasi Farmasi

Anda mungkin juga menyukai