Anda di halaman 1dari 10

PROGRAM KERJA

TIM HIV AIDS


RUMAH SAKIT PURI HUSADA
I. PENDAHULUAN

Pelayanan yang berkualitas merupakan cerminan dari sebuah proses yang


berkesinambungan dengan berorientasi pada hasil yang memuaskan. Dalam
perkembangan masyarakat yang semakin kritis, mutu pelayanan rumah sakit tidak hanya
disorot dari aspek klinis/ medisnya saja namun juga dari aspek keselamatan pasien dan
aspek pemberian pelayanannya, karena muara dari pelayanan rumah sakit adalah
pelayanan jasa.
Peningkatan mutu adalah program yang disusun secara objektif dan sistematik
untuk memantau dan menilai mutu serta kewajaran asuhan terhadap pasien, menggunakan
peluang untuk meningkatkan asuhan pasien dan memecahkan masalah-masalah yang
terungkap (Jacobalis S, 1989).
Pada saat ini, upaya meningkatkan mutu pelayanan dan meningkatkan upaya
keselamatan pasien di rumah sakit, termasuk diantaranya pelayanan pasien HIV AIDS
yang termasuk dalam Program Nasional, sudah merupakan sebuah gerakan universal.
Berbagai negara maju bahkan telah menggeser paradigma ”quality” kearah paradigma
baru ”quality – safety”. Ini berarti bukan hanya mutu pelayanan yang harus ditingkatkan
tetapi yang lebih penting lagi adalah menjaga keselamatan pasien secara konsisten dan
terus menerus.
Keselamatan (safety) telah menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit.
Ada lima isu penting yang terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu :
keselamatan pasien (patient safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan,
keselamatan bangunan dan peralatan di rumah sakit yang bisa berdampak terhadap
keselamatan pasien dan petugas, keselamatan lingkungan (green productivity) yang
berdampak terhadap pencemaran lingkungan dan keselamatan ”bisnis” rumah sakit yang
terkait dengan kelangsungan hidup rumah sakit.

II. LATAR BELAKANG

Masalah mengenai HIV/AIDS di Indonesia merupakan salah satu masalah


kesehatan nasional yang memerlukan penanganan bersama secara komprehensif. Sejak 10
tahun terakhir, jumlah kasus AIDS di Indonesia mengalami lonjakan yang bermakna. Hal
ini menuntut perhatian semua pihak, terutama para tenaga kesehatan yang memberikan
layanan kesehatan bagi pasien HIV/AIDS.
Salah satu bentuk layanan tersebut adalah konseling dan tes HIV yang bertujuan
tidak hanya untuk menegakkan diagnosis namun juga memberikan konseling untuk
mendapatkan terapi dan menangani berbagai masalah yang dihadapi oleh pasien.
Sedangkan jumlah cakupan layanan VCT dan PICT masih tergolong rendah untuk
menjangkau populasi berisiko dan mengetahui status HIV mereka.
Peran tenaga kesehatan (dokter, perawat dan bidan) dalam melakukan deteksi HIV
menjadi semakin penting karena banyak ODHA yang membutuhkan layanan medis dan
belum diketahui status HIV-nya. Layanan PITC (Provider Initiated Testing and
Counselling) memudahkan dan mempercepat diagnosis, penatalaksanaan, dan telah
berkembang luas di sejumlah negara dengan tingkat epidemi HIV yang tinggi.
Penularan terutama terjadi akibat penggunaan jarum suntik bersama pada
pengguna narkotika suntik dan hubungan seks. Cara penularan kasus AIDS kumulatif
yang dilaporkan adalah sebagai berikut : melalui heteroseksual (49,3%), IDU (40,4%),
Lelaki Seks Lelaki (3,3%), perinatal (2,7%).
Sedangkan untuk proporsi kasus AIDS tertinggi berdasarkan golongan umur:

Kelompok umur Prosentase


20-29 tahun 48,1%
30-39 tahun 30,9%
40-49 tahun 9,1%

Dari jumlah kasus HIV yang sudah dilaporkan, yang kasus AIDS tercatat
mencapai 19% dengan kejadian infeksi oportunistik yang terbanyak dilaporkan adalah
sebagai berikut :

Infeksi oportunistik Jumlah kasus


TBC 10.648
Diare kronis 6392
Kandidiasis oro faringeal 6412
Dermatitis generalisata 1623
Limfadenopati generalisata persisten 770
Meluasnya HIV AIDS akan menimbulkan dampak buruk bagi pembangunan
nasional secara keseluruhan. Apalagi penyakit ini banyak terjadi di kelompok usia
produktif. Oleh karena itu upaya pencegahan dan penanggulangan HIV AIDS perlu terus
dilakukan.
Untuk mengatasi beban permasalahan kesehatan ini, diperlukan pendekatan
komprehensif dan terpadu. Visi pemerintah agar tidak ada lagi penyebaran (zero new
infections), tidak adanya kematian akibat HIV AIDS (zero AIDS-related deaths) dan
stigma (zero discrimination) akibat HIV AIDS.
Bila HIV AIDS bisa terdeteksi maka upaya pengobatan akan dapat diinisiasi dan
dilanjutkan dengan kepatuhan yang baik. Rumah Sakit merupakan instansi kesehatan
yang berperan penting dalam melawan penyebaran HIV AIDS.
Dalam upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan pasien HIV AIDS di rumah
sakit, perlu disusun Program Tim HIV AIDS RS Puri Husada sebagai langkah-langkah
yang digunakan untuk mencapai target kualitas pelayanan pasien HIV AIDS di RS Puri
Husada.

III. TUJUAN
a. Tujuan Umum :
Terlaksananya kegiatan pelayanan kepada pasien HIV AIDS yang memenuhi standar
pelayanan dan keselamatan pasien dan staf.

b. Tujuan Khusus:
 Memastikan bahwa pelayanan diberikan sesuai dengan standar pelayanan dan
standar prosedur operasional yang berlaku, mengutamakan keselamatan pasien dan
dilaksanakan secara terpadu sesuai dengan kebutuhan pasien.
 Mengupayakan peningkatan mutu pelayanan melalui peningkatan kemampuan
pemberian pelayanan kesehatan.
 Mengupayakan keselamatan staf dengan peningkatan pengetahuan staf dan
menjamin kepatuhan terhadap pelaksanaan standar prosedur operasional yang
berlaku.
 Mengupayakan peningkatan pengetahuan kepada masyarakat sekitar yang selaras
dengan visi pemerintah.
IV. KEGIATAN POKOK DAN RINCIAN KEGIATAN

A. Prioritas Program
1. Pembentukan Tim HIV AIDS RS Puri Husada.
2. Pembuatan buku pedoman pelayanan dan SPO HIV AIDS RS Puri Husada.
3. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan/ keilmuan tentang HIV AIDS bagi para
staf, baik eksternal maupun internal.
4. Pemberian pelayanan yang optimal bagi pasien suspek HIV AIDS maupun HIV
AIDS yang meliputi promotif, preventif dengan pengendalian faktor resiko,
kuratif maupun rehabilitatif.
5. Peningkatan pengetahuan/ keilmuan tentang HIV AIDS kepada masyarakat sekitar
dengan visi yang sesuai dengan visi pemerintah, yaitu tidak ada lagi penyebaran
(zero new infections), tidak adanya kematian akibat HIV AIDS (zero AIDS-related
deaths) dan stigma (zero discrimination) akibat HIV AIDS.
6. Bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, antara lain Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, Puskesmas Ngaglik II sebagai Pembina KIA, Badan
Narkotika Nasional (BNN), fasilitas kesehatan yang menyediakan fasilitas
konseling dan pemberian ARV, dan lain-lain.
7. Pencatatan dan pelaporan yang optimal.

B. Program Mutu
1. Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan SPO terkait Pelayanan HIV AIDS.
2. Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene.
3. Pemantauan Kepatuhan Pemakaian APD staf pada pelayanan pasien HIV AIDS.
V. CARA PELAKSANAAN KEGIATAN

Penanggulangan HIV AIDS adalah segala upaya yang meliputi pelayanan


promotif, preventif, diagnosis, kuratif dan rehabilitatif yang ditujukan untuk menurunkan
angka kesakitan, angka kematian, membatasi penularan serta penyebaran penyakit agar
wabah tidak meluas ke daerah lain serta mengurangi dampak negatif yang
ditimbulkannya.

Dalam pelaksanaan peningkatan pelayanan pasien HIV AIDS, Rumah Sakit Puri
Husada melakukan monitoring dan evaluasi secara berkala menggunakan metode siklus
mutu PDCA (Plan, Do, Check and Action). PDCA singkatan bahasa Inggris dari “Plan,
Do, Check and Action”, (Rencanakan, Kerjakan, Cek, Tindak Lanjuti) adalah suatu proses
pemecahan masalah dengan empat langkah alternatif yang umum digunakan dalam
pengendalian kualitas.

Metode ini dipopulerkan oleh W. Edwards Deming yang sering dianggap sebagai
bapak pengendalian kualitas modern sehingga sering juga disebut dengan Siklus Deming.
Deming sendiri selalu merujuk metode ini sebagai siklus Shewhart, dari nama Walter A.
Shewhart yang sering dianggap sebagai bapak pengendalian kualitas statistik.
Belakangan, Deming memodifikasi PDCA menjadi PDSA (Plan, Do, Study, Act) untuk
lebih menggambarkan rekomendasinya.

A. Prioritas Program
1. Pembentukan Tim HIV AIDS RS Puri Husada.
a. Menyelenggarakan rapat koordinasi Tim HIV AIDS.
b. Menyusun struktur organisasi Tim HIV AIDS.
c. Menyusun uraian tugas sesuai struktur organisasi Tim HIV AIDS.
d. Membuat program kerja Tim HIV AIDS.
2. Pembuatan buku pedoman pelayanan dan SPO HIV AIDS RS Puri Husada.
a. Menyelenggarakan rapat koordinasi Tim HIV AIDS untuk pembuatan buku
pedoman dan SPO.
b. Mengajukan pengesahan kepada Direktur RS Puri Husada untuk
pemberlakuan Pedoman Pelayanan HIV AIDS dan SPO yang terkait.
c. Melakukan monitoring dan evaluasi pelaksanaan pedoman pelayanan dan SPO
yang telah dibuat.
3. Sosialisasi dan peningkatan pengetahuan/ keilmuan tentang HIV AIDS bagi para
staf, baik eksternal maupun internal.
a. Koordinasi dengan bagian diklat untuk peningkatan ilmu (pelatihan) tim HIV
AIDS.
b. Koordinasi dengan bagian diklat untuk pelatihan internal bagi staf rumah sakit
mengenai HIV AIDS.
c. Pembaruan keilmuan HIV AIDS sesuai perkembangan ilmu, dengan diskusi
Tim HIV AIDS dan staf lain maupun pihak luar.
4. Pemberian pelayanan yang optimal bagi pasien suspek HIV AIDS maupun HIV
AIDS yang meliputi promotif, preventif dengan pengendalian faktor resiko,
kuratif maupun rehabilitatif.
5. Peningkatan pengetahuan/ keilmuan tentang HIV AIDS kepada masyarakat sekitar
dengan visi yang sesuai dengan visi pemerintah, yaitu tidak ada lagi penyebaran
(zero new infections), tidak adanya kematian akibat HIV AIDS (zero AIDS-related
deaths) dan stigma (zero discrimination) akibat HIV AIDS.
a. Koordinasi dengan masyarakat sekitar terkait waktu pelaksanaan penyuluhan
(senam Sunday morning, seminar awam, penyuluhan di sekolah dan kegiatan
masyarakat, dan lain-lain).
b. Pembentukan kader di masyarakat (bekerjasama dengan pihak puskesmas
pengampu daerah tersebut).
c. Memberdayakan masyarakat dalam deteksi dini kasus HIV AIDS yang akan
berdampak pada pengendalian kasus, baik jumlah kesakitan, pengendalian
faktor resiko, jumlah kematian maupun meminimalkan stigma.
6. Bekerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, antara lain Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, Puskesmas Ngaglik II sebagai Pembina KIA, Badan
Narkotika Nasional (BNN), fasilitas kesehatan yang menyediakan fasilitas
konseling dan pemberian ARV, dan lain-lain.
a. Melakukan koordinasi dengan pihak terkait terutama tentang program tim HIV
AIDS RS Puri Husada, pelayanan pasien HIV AIDS (termasuk pula konseling
dan pemberian ARV), pengendalian faktor infeksi, pengelolaan transmisi
penyakit, peningkatan wawasan keilmuan, dan lain-lain.
b. Melakukan kolaborasi acara bagi masyarakat sekitar yang terkait dengan 3
zero visi pemerintah.
7. Pencatatan dan pelaporan yang optimal.
a. Pencatatan seluruh pasien HIV AIDS yang mendapatkan pelayanan.
b. Pelaporan kepada Direktur RS dan seluruh pihak terkait (Dinas Kesehatan
Kabupaten Sleman, Puskesmas binaan, dan lain-lain).
c. Menerima masukan dan saran dari berbagai pihak.
d. Melakukan analisa dan penyusunan rencana tindak lanjut perbaikan program.

B. Program Mutu
1. Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan SPO terkait Pelayanan HIV AIDS.
a. Meninjau SPO yang ada.
b. Membuat SPO baru yang diperlukan atau melakukan revisi SPO sesuai
kebutuhan.
c. Sosialisasi SPO yang baru/ revisi.
2. Pemantauan Kepatuhan Pelaksanaan Hand Hygiene.
a. Monitoring kepatuhan hand hygiene.
b. Monitoring ketersediaan sarana hand hygiene.
c. Koordinasi dengan tim PPI terkait upaya peningkatan kepatuhan hand
hygiene.
3. Pemantauan Kepatuhan Pemakaian APD staf pada pelayanan pasien HIV AIDS.
a. Monitoring kedisiplinan pemakaian APD dan ketersediaan APD.
b. Monitoring ketersediaan APD di unit pelayanan.
c. Koordinasi dengan tim PPI terkait upaya peningkatan kepatuhan pemakaian
APD staf pada pelayanan pasien HIV AIDS.

VI. SASARAN

A. Prioritas Program
Pencapaian program : minimal 80% program dapat terlaksana.

B. Program Mutu
- Kesesuaian pelayanan dan SPO ≥ 85%
- Angka Kepatuhan Kebersihan Tangan tercapai ≥ 85%
- Angka Kepatuhan Penggunaan APD staf tercapai ≥ 80%.
VII. JADWAL KEGIATAN

TAHUN 2018 - 2019


No. KEGIATAN Biaya PJ
10 11 12 1 2 3 4 5 6 7 8 9

1. PROGRAM PELAYANAN
Pembentukan Tim HIV AIDS √ Ketua
Tim
Penyelenggaraan Rapat Tim HIV √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
HIV
AIDS
AIDS
Pembuatan program kerja, buku √
pedoman pelayanan dan SPO HIV
AIDS
Sosialisasi dan peningkatan √ √
pengetahuan/ keilmuan tentang HIV
AIDS bagi para staf:
a. Tim HIV AIDS
b. Staf Rumah Sakit
Pemberian pelayanan yang optimal √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
bagi pasien
Penyuluhan Warga Sekitar √ √

Kerjasama/ Koordinasi Pihak √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √


Terkait
Pencatatan dan Pelaporan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
2. PROGRAM MUTU
Evaluasi SPO
- Meninjau SPO yang ada √ √ Tim
- Membuat SPO baru yang √ √ HIV
diperlukan atau melakukan revisi AIDS
SPO sesuai kebutuhan

- Sosialisasi SPO yang baru/ revisi √ √

Hand Hygiene √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ IPCN


Alat Pelindung Diri √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
VIII. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORANNYA
a. Evaluasi dilakukan oleh Ketua Tim HIV AIDS pada setiap pelaksanaan kegiatan.
b. Setiap bulan Ketua Tim HIV AIDS melakukan evaluasi pelaksanaan seluruh
kegiatan untuk mengukur pencapaian sasaran.
c. Setiap akhir tahun Ketua Tim HIV AIDS melakukan evaluasi dan tindak lanjut
dari pelaksanaan program.

IX. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


a. Setiap bulan Sekretaris Tim HIV AIDS mencatat dan melaporkan seluruh kegiatan
kepada Ketua Tim HIV AIDS.
b. Setiap akhir tahun Ketua Tim HIV AIDS melakukan pengumpulan data,
mengevaluasi dan melakukan tindak lanjut hasil evaluasi pelaksanaan kegiatan dan
melaporkan kepada Direktur RS untuk selanjutnya dilaporkan kepada PT. Husada
Eduka Holistika.

X. PENUTUP

Demikian telah disusun program kerja Tim HIV AIDS RS Puri Husada. Diharapkan
dengan program kerja ini dapat dipakai sebagai pedoman kerja dalam meningkatkan mutu
pelayanan.

Sleman, 29 Oktober 2018


Menyetujui,
Direktur RS Puri Husada Tim HIV AIDS RS Puri Husada

dr. JB. Soebroto, SpPA(K) dr. Deasy Francisca Suhanto

Anda mungkin juga menyukai