Anda di halaman 1dari 7

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA

PUSKESMAS HULU PALIK


JL.LINTAS ARGA MAKMUR LUBUK DURIAN DESA BATO ROTO 28374

KERANGKA ACUAN
PROGRAM HIV/AIDS
PUSKESMAS HULU PALIK

Nomor :

Revisi ke :

Berlaku Tanggal :

PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA


DINAS KESEHATAN KABUPATEN BENGKULU UTARA
PUSKESMAS HULU PALIK
2023
KERANGKA ACUAN (KAK)
PROGRAM HIV/AIDS
PUSKESMAS HULU PALIK

I. PENDAHULUAN

Perkembangan epidemi HIV-AIDS dan IMS di dunia telah menyebabkan HIV-AIDS


menjadi masalah global dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat di
Indonesia. Dalam rangka mempercepat akselerasi upaya penanggulangan HIV dan
AIDS di Indonesia, sangatlah penting untuk memadukan upaya pencegahan dengan
upaya perawatan, dukungan serta pengobatan dimana keduanya merupakan komponen
penting dan saling melengkapi.
Berdasarkan laporan UNAIDS 2006 menunjukkan bahwa orang dengan HIV/AIDS
yang hidup 39,4 juta orang, dewasa 37,2 juta penderita,anak-anak dibawah usia 15
tahun berjumlah 2,3 juta penderita.Sedangkan di kawasan Asia Pasifik terjadi
peningkatan yang cukup tajam, termasuk di Indonesia. (Pedoman pengembangan
jejaring layanan dukungan, perawatan dan pengobatan HIV/AIDS Dep-Kes RI Ditjen
P2PL 2007)
Berdasarkan laporan situasi perkembangan HIV dan AIDS di Indonesia sampai dengan
30 Juni 2010, secara komulatif jumlah kasus AIDS yang dilaporkan adalah 21.770
kasus yang berasal dari 32 provinsi dan 300 kabupaten/kota. Cara penularan kasus
AIDS komulatif dilaporkan melalui hubungan seks heteroseksual (49,3%), Injecting
Drug User atau IDU (40,4%), hubungan seks sesama lelaki (3,3%), dan perinatal
(2,7%). (Rencana operasional promkes dalam pengendalian HIV-AIDS,Kemenkes RI
2011 ).
Kecenderungan menunjukkan bahwa Indonesia dalam waktu dekat akan beresiko
mengalami epidemi yang lebih besar. Peningkatan kasus penularan HIV di kalangan
kelompok beresiko di beberapa daerah di Indonesia menjadi salah satu indikator potensi
kenaikan yang cukup mengkhawatirkan. Dan ditambah ketidaktahuan akan perilaku
beresiko tinggi penularan HIV dan IMS serta tidak pedulinya memeriksakan diri karena
belum ada keluhan menyebabkan penularan IMS dan HIV akan semakin meningkat dan
membongkar kasus-kasus HIV yg ada di bawah akan sulit dilakukan.

II. LATAR BELAKANG

Program penanggulangan IMS dan HIV/AIDS telah berjalan di Indonesia kurang lebih
selama 20 tahun sejak ditemukannya kasus AIDS yang pertama pada 1987. Jumlah
kasus kumulatif HIV/AIDS di Bali mencapai 13.621kasus sampai dengan februari
2016, dimana sebagian besar kasus terdapat di Denpasar sebanyak 5.333 (40 %) kasus.
Hingga kini program penanggulangan telah berkembang pesat meliputi pencegahan
hingga pengobatan, perawatan dan dukungan. Perkembangan program ini menunjukkan
pula pemahaman yang lebih baik para penyelenggara dan pelaksana program terhadap
persoalan IMS dan HIV/AIDS serta berkembangnya ragam, besaran dan percepatan
respon untuk mengatasinya.
Akan tetapi penularan virus HIV terus meningkat, estimasi yang dibuat belum bias
tercapai, ini menyatakan bahwa masih ada kasus-kasus yang belum terungkap. Kurangn
disadarinya risiko penularan IMS dan HIV/AIDS oleh kelompok beresiko serta
rendahnya kesadaran untuk mengetahui status HIVnya yang ditunjukkan dengan masih
cukup besarnya kasus AIDS yang ditemukan pada stadium lanjut di Rumah Sakit
sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian kasus AIDS merupakan isu strategis
yang digunakan sebagai sasaran respon pengendalian epidemi HIV dan AIDS.
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai penyakit menular ini melalui
pendidikan dan advokasi masyarakat menjadi hal yang utama. Tujuannya untuk
mencegah penyebaran epidemi ini lebih luas lagi. Kalau tidak, maka stigma,
diskriminasi dan ketidaktahuan akan tetap menjadi kendala bagi upaya penanggulangan
lebih jauh.
Infeksi Menular Sexual (IMS) merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di
dunia dan telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial ekonomi di
banyak negara. Pada tahun 1991, WHO telah mempublikasikan suatu rekomendasi
penatalaksanaan pasien IMS yang bersifat paripurna, yang secara luas berkaitan dengan;
upaya pengnggulangan, pencegahan dan program-program perawatan untuk IMS dan
infeksi HIV.
Keberadaan virus HIV dan AIDS telah menarik perhatian dunia terhadap
penanggulangan dan pemberantasan IMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran IMS
dan penularan HIV, baik IMS yang ulseratif maupun non ulseratif, telah terbukti
menularkan HIV melalui hubungan sekual.
Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok perilaku beresiko tinggi
yang merupakan kelompok yang dimarjinalkan, maka program-program pencegahan
danpengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat
dan norma- norma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku
beresiko, oleh karena itu pengendalian harus
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh tehadap perilaku tersebut. Pekerja seks baik
langsung maupun tak langsung (seperti : kafe,spa,dll) adalah salah satu kelompok resiko tinggi
penularan virus HIV. Mengingat waktu kerja mereka lebih banyak di malam hari dan istirahat
di siang hari maka jadwal untuk memeriksakan diri mereka sangat jarang dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat diperlukan layanan mobile klinik IMS dan VCT
untuk mengakomodir kebutuhan kelompok resiko seperti ini. Sehingga perkembangan
HIV/AIDS di Kota Denpasar akan bias ditekan. Pengungkapan kasus sedini mungkin sehingga
sesegera mungkin dapat ditanggulangi sekaligus membantu pencegahan penularan kepada
masyarakat lain.

III. TUJUAN KEGIATAN

1. Memperluas upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS pada ibu hamil.

2. Mempermudah masyarakat untuk mendapatkan akses ke semua layanan baik


informasi, edukasi, terapi atau dukungan psikososial
3. Meningkatkan penemuan kasus sedini mungkin

4. Meningkatkan upaya pemberian terapi sesegera mungkin

5. Meningkatkan kualitas layanan VCT dan IMS di Puskesmas

IV. KEGIATAN POKOK


1. Melaksanakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium pada penderita
suspek malaria dan pengobatan pada semua penderita malaria.
2. Melaksanakan pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium pada kehamilan
trimester pertama.
3. Melaksanakan screening pada ibu hamil
4. Memberantas vector malaria dengan melakukan penyemprotan Rumah ( IRS )
5. Mengadakan penyuluhan tentang penyakit malaria pada masyarakat.
V.CARA KEGIATAN

1.Petugas klinik VCT/IMS puskesmas merencanakan kegiatan untuk melakukan


pemeriksaan populasi kunci diluar gedung .
2.Petugas klinik VCT menginformasikan kepada petugas laboratorum untuk
melaksanakan pemeriksaan diluar gedung dan diluar jam kerja.
3.Petugas laborat dan Petugas VCT/IMS melaporkan ke kepala puskesmas.

4.Petugas membuat surat perintah tugas dari kepala puskesmas dan membawa daftar
lokasi.

5.Petugas laboratorium menyiapkan alat dan reagen pemeriksaan.

7.Petugas VCT melakukan konselor dan meminta persetujuan pasien untuk


melakukan pemeriksaan laboratorium.
8.Petugas laborat mengambil spesimen pasien setelah pasien menandatangani inform
consed.

9.Petugas melakukan pemeriksaan sesuaidenganprosedur parameter


pemeriksaan laboratorium yang diminta.
10.Petugas laboratorium membawa limbah sisa pemeriksaan ke puskesmas untuk
dilakukan pemisahan dan pengolahan limbh

11.Petugas laboratorium menulis hasil pemeriksaan di form hasil pemeriksan dan

di register pasien VCT/IMS.


12.Petugas mengirim hasil ke petugas klinik VCT/IMS yang meminta pemeriksa.

II. PESERTA

a. Tokoh kunci tempat yang akan di mobile

b. Petugas/ Tim dari Puskesmas Hulu Palik

c. Petugas Lapangan

d. Ibu hamil
III. TEMPAT

Posyandu Puskesmas Hulu Palik


IV. WAKTU
Kegiatan ini dilakukan setiap bulan dari bulan januari sampai dengan bulan desember 2023.
Mengetahui,
Kepala Puskesmas Hulu Palik Pelaksana

dr. Diah Firmanti MP Tria Yunisma Handyani,A.Md.AK


NIP. 197208212006042009
VII. JADWAL PELAKSANAAN KEGIATAN

Anda mungkin juga menyukai