KERANGKA ACUAN
PROGRAM HIV/AIDS
PUSKESMAS HULU PALIK
Nomor :
Revisi ke :
Berlaku Tanggal :
I. PENDAHULUAN
Program penanggulangan IMS dan HIV/AIDS telah berjalan di Indonesia kurang lebih
selama 20 tahun sejak ditemukannya kasus AIDS yang pertama pada 1987. Jumlah
kasus kumulatif HIV/AIDS di Bali mencapai 13.621kasus sampai dengan februari
2016, dimana sebagian besar kasus terdapat di Denpasar sebanyak 5.333 (40 %) kasus.
Hingga kini program penanggulangan telah berkembang pesat meliputi pencegahan
hingga pengobatan, perawatan dan dukungan. Perkembangan program ini menunjukkan
pula pemahaman yang lebih baik para penyelenggara dan pelaksana program terhadap
persoalan IMS dan HIV/AIDS serta berkembangnya ragam, besaran dan percepatan
respon untuk mengatasinya.
Akan tetapi penularan virus HIV terus meningkat, estimasi yang dibuat belum bias
tercapai, ini menyatakan bahwa masih ada kasus-kasus yang belum terungkap. Kurangn
disadarinya risiko penularan IMS dan HIV/AIDS oleh kelompok beresiko serta
rendahnya kesadaran untuk mengetahui status HIVnya yang ditunjukkan dengan masih
cukup besarnya kasus AIDS yang ditemukan pada stadium lanjut di Rumah Sakit
sehingga menyebabkan tingginya tingkat kematian kasus AIDS merupakan isu strategis
yang digunakan sebagai sasaran respon pengendalian epidemi HIV dan AIDS.
Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan mengenai penyakit menular ini melalui
pendidikan dan advokasi masyarakat menjadi hal yang utama. Tujuannya untuk
mencegah penyebaran epidemi ini lebih luas lagi. Kalau tidak, maka stigma,
diskriminasi dan ketidaktahuan akan tetap menjadi kendala bagi upaya penanggulangan
lebih jauh.
Infeksi Menular Sexual (IMS) merupakan satu diantara penyebab penyakit utama di
dunia dan telah memberikan dampak luas pada masalah kesehatan, sosial ekonomi di
banyak negara. Pada tahun 1991, WHO telah mempublikasikan suatu rekomendasi
penatalaksanaan pasien IMS yang bersifat paripurna, yang secara luas berkaitan dengan;
upaya pengnggulangan, pencegahan dan program-program perawatan untuk IMS dan
infeksi HIV.
Keberadaan virus HIV dan AIDS telah menarik perhatian dunia terhadap
penanggulangan dan pemberantasan IMS. Terdapat kaitan erat antara penyebaran IMS
dan penularan HIV, baik IMS yang ulseratif maupun non ulseratif, telah terbukti
menularkan HIV melalui hubungan sekual.
Sebagian besar kasus HIV dan AIDS terjadi pada kelompok perilaku beresiko tinggi
yang merupakan kelompok yang dimarjinalkan, maka program-program pencegahan
danpengendalian HIV dan AIDS memerlukan pertimbangan keagamaan, adat-istiadat
dan norma- norma masyarakat yang berlaku disamping pertimbangan kesehatan.
Penularan dan penyebaran HIV dan AIDS sangat berhubungan dengan perilaku
beresiko, oleh karena itu pengendalian harus
memperhatikan faktor-faktor yang berpengaruh tehadap perilaku tersebut. Pekerja seks baik
langsung maupun tak langsung (seperti : kafe,spa,dll) adalah salah satu kelompok resiko tinggi
penularan virus HIV. Mengingat waktu kerja mereka lebih banyak di malam hari dan istirahat
di siang hari maka jadwal untuk memeriksakan diri mereka sangat jarang dilakukan.
Sehubungan dengan hal tersebut, maka sangat diperlukan layanan mobile klinik IMS dan VCT
untuk mengakomodir kebutuhan kelompok resiko seperti ini. Sehingga perkembangan
HIV/AIDS di Kota Denpasar akan bias ditekan. Pengungkapan kasus sedini mungkin sehingga
sesegera mungkin dapat ditanggulangi sekaligus membantu pencegahan penularan kepada
masyarakat lain.
1. Memperluas upaya pencegahan dan penanggulangan HIV dan AIDS pada ibu hamil.
4.Petugas membuat surat perintah tugas dari kepala puskesmas dan membawa daftar
lokasi.
II. PESERTA
c. Petugas Lapangan
d. Ibu hamil
III. TEMPAT