Anda di halaman 1dari 23

KERANGKA ACUAN

PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


PENYAKIT HIV/AIDS

A.    Pendahuluan
HIV/AIDS adalah suatu penyakit yang muncul bagaikan fenomena gunung es.
Hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara penularan dan
pencegahan penyakit tersebut. Walaupun sebenarnya banyak informasi yang
telah diberikan baik melalui media cetak maupun media elektronik tentang
penyakit ini. Tapi kenyataannya banyak masyarakat yang sering mengganggap
enteng terhadap penyakit ini.
B.    Latar belakang
Perkembangan epidemi HIV/AIDS di dunia telah menjadi masalah global
termasuk di Indonesia. resiko penularan infeksi menular seksual HIV/AIDS masih
kurang disadari oleh kelompok beresiko, ditambah kesadaran yang rendah untuk
memeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada
stadium lanjut di Rumah Sakit. dalam rangka memperkuat upaya pengendalian
HIV-AIDS di Indonesia, sangat penting untuk memadukan upaya pencegahan
dengan perawatan, karena keduanya merupakan komponen penting yang saling
melengkapi

C.    Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS di wilayah
Puskesmas ................
Tujuan Khusus :
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar
mengetahui tentang keberadaan penyakit HIV/AIDS dan dapat melakukan
proteksi sedini mungkin sehingga dapat menekan perkembangan penyakit
HIV/AIDS

D.  Cara melaksanakan kegiatan


1. Penyuluhan kepada masyarakat dan populasi kunci tentang penyakit
HIV/AIDS
2. Merujuk penderita suspek HIV/AIDS ke klinik VCT

E.    Sasaran
1. Populasi kunci (LSL, PSK,Waria, Penasun, Pasangan resti, Pelanggan PSK dll )
2. Sekolah SMA dan SMP di wilayah Puskesmas ................
3. Masyarakat di wilayah Puskesmas ................
4. Ibu hamil

F.    Jadwal pelaksanaan kegiatan

N Jenis Lokasi Sasaran Tgl. Keteranga


o Kegiatan Pelaksanaa n
n
1 a. Puskesmas............ Pasien yang Setiap hari
Pemeriksaa .... berobat di kerja
n pasien Puskesmas............
rawat jalan ....
b. Rujukan
suspek HIV
c. Rujukan
penderita
HIV
2. Penyuluha Puskesmas............ Masyarakat di Sesuai
n .... wilayah kerja jadwal ......
Puskesmas............ ......
....
3. Penyuluha Aula Masyarakat di Sesuai
n Puskesmas............ wilayah kerja jadwal ......
.... Puskesmas............ ......
....
4. Penyuluha Aula Masyarakat di Sesuai
n Puskesmas............ wilayah kerja jadwal ......
.... Puskesmas............ ......
....

5. Pelaporan Puskesmas............ Kasus penemuan Tiap bulan


.... HIV /AIDS saat
pelaksanaa
n Minlok
Puskesmas

G.    Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan kegiatan penyuluhan penyaki HIV/AIDS. Dari hasil evaluasi
tersebut bisa dijadikan sebagai bahan pembelajaran guna melakukan perbaikan
dan pengembanganpenyuluhan berikutnya
Evaluasi oleh pelaksana ( pemegang program P2P ) dilakukan pada setiap
selesai penyuluhan ataupun mobile IMS
Penemuan kasus HIV/AIDS dikoordinasikan dengan Klinik VCT atau dengan
dinas Kesehatan Kota bagian P2PL

H.    Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan dilaksanakan di dalam buku bantu pemegang program HIV/AIDS dan
koordinator P2P dan disampaikan pada acara Minlok tiap bulan.
Kerangka Acuan 
Surveilans Tuberkulosis ( TB )

A.Pendahuluan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang sumber penularannya melalui percik renik
dahak yang dikeluarkan oleh penderita TB ketika batuk/bersin.Tingkat
penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, BTA negatif dengan kultur positif
26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%. Tanda dan gejala penyakit ini berupa batuk berdahak secara
terus menerus lebih dari 2 minggu, dapat disertai dengan badan lemah, tidak
nafsu makan, BB menurun, keluar keringat dingin pada malam hari serta
kadang disertai dengan sesak dan demam.

Tuberkulosis sampai saat ini masih merupakan permasalahan kesehatan


di masyarakat, bukan hanya karena TB adalah penyakit menular, namun ada
hubungan TB dengan penyakit tidak menular lainnya seperti pada Diabetes
Melitus,Penyakit akibat rokok,alkohol,pengguna narkoba dan malnutrisi. TB
sebagian besar menyerang pada usia produktif dan masyarakat dengan sosial
ekonomi yang kurang. TB menjadi penyebab tersering untuk kesakitan dan
kematian pada ODHA, TB sering dihubungkan dengan kemiskinan,
lingkungan yang kumuh,padat dan terbatasnya akses untuk perilaku hidup
bersih dan sehat. Wanita dan anak – anak juga rentan tertular TB.

Sebanyak 1/3 kasus TB masih belum terakses atau dilaporkan. Bahkan


sebagian besar kasus TB terlambat ditemukan sehingga saat diagnosa
ditegakkan mereka sudah dalam tahap lanjut bahkan kuman telah resisten
obat sehingga penyembuhan menjadi sulit. Keterlambatan pengobatan ini
bermakna karena menunjukkan lebih banyak lagi penduduk yang sudah
terpapar TB. Kesadaran masyarakat untuk mencari pengobatan secara dini
sangatlah penting.

B.Latar belakang
Upaya pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung
sejak sebelum kemerdekaan. Perjalanan waktu membuktikan bahwa upaya
pengendalian TB telah memberikan hasil yang bermakna sampai dengan saat
ini, namun perlu diwaspadai karena masih ada beberapa tantangan utama
yang harus dihadapi salah satunya masih banyaknya kasus TB yang “hilang”
atau tidak terlaporkan ke program.Pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar
130.000 kasus TB yang diperkirakan ada tetapi belum terlaporkan.

Penyebab utama meningkatnya beban masalah TB antara lain adalah :


1.Kemiskinan pada berbagai kelompok masyarakat,seperti pada negara-negara
yang sedang berkembang
2.Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dengan disparitas yang terlalu
lebar,sehingga masyarakat masih mengalami masalah dengan kondisi sanitasi,
papan,sandang dan pangan yang buruk
3.Beban determinan sosial yang masih berat seperti angka pengangguran,
tingkat pendidikan yang pendapatan perkapitanya masih rendah yang
berakibat pada kerentanan masyarakat terhadap TB
4.Kegagalan program TB, yang diakibatkan oleh :
> Tidak memadainya komitmen politik dan pendanaan
> Tidak memadainya organisasi pelayanan Tb
> Tidak memadainya tatalaksana kasus
> Salah persepsi terhadap manfaat dan efektifitas BCG
> Infrastruktur kesehatan yang buruk pada negara-negara yang mengalami
krisis ekonomi
> Belum adanya sistem jaminan kesehatan yang bisa mencakup masyarakat
luas secara merata.
5.Besarnya masalah kesehatan lain yang bisa mempengaruhi tetap tingginya
beban TB seperti gizi buruk,merokok, diabetes.
6.Pandemi HIV/AIDS di dunia akan menambah permasalahan TB, koinfeksi
dengan HIV akan meningkatkan resiko kejadian TB secara signifikan
7.Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB
( multidrug resistance/MDR) semakin menjadi masalah akibat kasus yang
tidak berhasil disembuhkan.keadaan tersebut pada akhirnya akan
menyebabkan terjadinya epidemi TB yang sulit ditangani.

WHO telah merekomendasikan strategi DOTS sebagai strategi dalam


pengendalian TB sejak tahun 1995 yang dinilai secara ekonomis sangat efektif
(cost-effective), integrasi ke dalam pelayanan kesehatan dasar sangat
dianjurkan demi efisiensi dan efektifitasnya. Strategi DOTS terdiri dari 5
komponen kunci,yaitu :
1,Komitmen Politis,dengan peningkatan dan kesinambungan pendanaan
2.Penemuan kasus melalui pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin
mutunya
3.Pengobatan yang berstandar,dengan supervisi dan dukungan bagi pasien
4.Sistem pengelolaan dan ketersediaan OAT yang efektif
5.Sistem monitoring,pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan
penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program.
Dengan semakin berkembangnya tantangan yang dihadapi,pada tahun
2005 strategi DOTS diperluas menjadi “Strategi Stop TB” , yaitu :
1.Mencapai,mengoptimalkan dan mempertahankan mutu DOTS
2.Merespon masalah TB-HIV,MDR-TB dan tantangan lainnya
3.Berkontribusi dalam pengitan sistem kesehatan
4.Melibatkan semua pemberi pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun
swasta
5.Memberdayakan pasien dan masyarakat
6.Melaksanakan dan mengembangkan penelitian.
Pada sidang WHA ke 67 tahun 2014 ditetapkan resolusi mengenai strategi
pengendalian TB global pasca 2015 yang bertujuan untuk menghentikan
epidemi global TB pada tahun 2035 yang ditandai dengan:
1.Penurunan angka kematian akibat TB sebesar 95% dari angka tahun 2015
            2.Penurunan angka insidensi TB sebesar 90% (menjadi 10/100.000
penduduk)
Strategi tersebut dituangkan dalam 3 pilar utama,yaitu
1. Integrasi layanan TB berpusat pada pasien dan upaya pencegahan  TB
                2. Kebijakan dan sistem pendukung yang berani dan jelas
                 3. Intensifikasi riset dan inovasi
Program Pencegahan dan Pengendalian Penyakit akan sangat efektif bila
dapat dukungan oleh sistem surveilans yang efektif, karena fungsi sistem
surveilans yang utama adalah menyediakan informasi epidemiologi yang peka
terhadap perubahan yang terjadi dalam pelaksanaan program pencegahan dan
pengendalian penyakit. Selanjutnya hasil surveilans dapat digunakan dalam
menentukan prioritas,kebijakan,perencanaan,serta prediksi dan deteksi dini
kejadian luar biasa. Surveilans juga digunakan untuk monitoring,evaluasi dan
peningkatan program.
Surveilans TB merupakan suatu kegiatan pengamatan terus menerus dan
sistematis dalam mengumpulkan, mengolah,memganalisis, dan
menginterpretasikan data program TB untuk mengetahui capaian penemuan
kasus baru penderita TB BTA positif dan hasil pengobatan penderita TB.

C.Tujuan umum dan tujuan khusus


Tujuan Umum :
Menurunkan angka kesakitan, kematian dan penularan TB dengan memutus
rantai penularan sehingga penyakit TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan
masyarakat.
Tujuan Khusus :
a.Meningkatkan penemuan kasus TB BTA positif yang ada di wilayah kerja
b.Menyembuhkan minimal 85% penderita baru TB BTA positif yang ditemukan
c. Tercapainya cakupan penemuan penderita hingga 70% dari semua
penderita TB
d. Menjamin ketersediaan data yang valid dan up to date
e. Mencegah timbulnya resistensi obat TB di masyarakat
e. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam upaya penemuan kasus TB
yang ada     di masyarakat.

D.Cara melaksanakan kegiatan


Kegiatan surveilans TB di Puskesmas meliputi :
a.Pengumpulan dan validasi data
b.Pelacakan contac tracing
c.Pengolahan data dan Pembuatan laporan
d.Pengiriman laporan
e.Pertemuan analisis data surveilans
f.Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program,lintas sektor
dan pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
g.Peningkatan peran serta masyarakat  dalam upaya penemuan kasus TB di
masyarakat

Cara pelaksanaa surveilans TB :
1.      Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh
dari petugas BP, data simpus, form TB 04,form TB 05, dan form TB 06.
Kemudian pengelola program TB menulis data lengkap penderita ke dalam
form TB 01.
2.      Pelacakan contac tracing
Kunjungan rumah dan wawancara dengan orang – orang yang kontak erat
dengan penderita serta pengambilan spesimen dahak untuk pemeriksaan SPS
guna mendeteksi penularan di sekitar penderita. Petugas membawa surat
tugas dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan ini.
3.      Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Data lengkap dari form TB 01 di rekap ke dalam form TB 03, kemudian semua
data di entry ke dalam Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITT )
4.      Pengiriman laporan
Laporan hasil rekapan dan up load data SITT dari puskesmas di kirim ke
Dinas Kesehatan setiap tiga bulan sekali ( triwulan )
.                  5.   Pertemuan analisis data Surveilans
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil
laporan.

A.Sasaran
Penderita TB paru BTA positif, TB paru klinis, TB ekstra paru, dan TB anak.

B.Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan


        
N Kegiatan Waktu Penanggung Ket
o jawab
1 Pengumpulan data dan Setiap kali Pengelola
validasi data ada Prog.P2TB
penemuan Puskesmas
kasus
2 Pelacakan contac tracing Setiap kali Pengelola
ada Prog.P2TB
penemuan Puskesmas
kasus
3 Pengolahan data dan Setiap kali Pengelola
Pembuatan laporan ada Prog.P2TB
penemuan Puskesmas
kasus
4 Pengiriman laporan Jan, April, Pengelola
Juli,Okt Prog.P2TB
Puskesmas
5 Pertemuan analisis data Jan - Des Sie. P2TB DKK
surveilans
C.Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan
Evaluasi dilakukan untuk melihat keluaran dan dampak baik positif maupun
negatif pelaksanaan program berdasarkan indikator cakupan.Melalui kegiatan
surveilans, dilakukan analisis secara sistematis dan terus menerus secara
efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan
penyebaran informasi epidemiologi kepada masyarakat, lintas program, lintas
sektor terkait, dan pemangku wilayah untuk dilakukan intervensi dalam
rangka pencegahan dan pengendalian penyakit TB.

D.Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Pencatatan dan pelaporan data penderita dan pengobatan serta kesembuhan
dilakukan secara manual
dan juga menggunakanSistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITT) oleh
Petugaspengelola program P2TB Puskesmas.Hasil pencatatan ini dianalisis
untuk digunakan dalam evaluasi capaian progam, sekaligus melaporkan ke
instansi terkait secara berjenjang.

Kerangka Acuan 
Acute Flacid Paralysis ( AFP )

A.    Pendahuluan
Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly
tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah
menyepakati pencapaian Eradikasi Polio atau Pembasmian Polio. Sertifikasi
bebas polio ditentukan oleh kinerja Surveilans AFP dan surveilans virus Polio
liar. Pada tahun 2002, kineja surveilans AFP telah mencapai standar
sertifikasi bebas polio dengan AFP rate lebih besar dari 1,2 per 100.000 anak
usia dibawah 15 tahun dengan kinerja specimen adekuat 82,3%.
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio,
pemerintah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada
anak Balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional), dan surveilans AFP (Acute
Flaccid Paralysis).

B.    Latar belakang
Surveilans AFP bertujuan untuk  memantau adanya penyebaran virus
polio liar di suatu wilayah, sehingga upaya-upaya pemberantasannya menjadi
terfokus dan efisien. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok yang
rentan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu anak berusia kurang dari 15
tahun.
Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomyelitis
yang mudah diidentifikasikan, yaitu penyakit poliomyelitis
paralitik.  Ditemukannya kasus poliomyelitis paralitik di suatu wilayah
menunjukkan adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut.
Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka pengamatan
dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya
flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis.  Penyakit-penyakit
ini (yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis) desebut
kasus Acute Flaccid Paralysis  (AFP) dan pengamatannya disebut sebagai
Surveilans AFP (SAFP).
Puskesmas  berperan sebagai koordinator surveilans AFP di masyarakat
yang bertanggung jawab untuk menemukan sedini mungkin dan melakukan
tata laksana  semua kasus AFP yang berada di wilayah kerjanya, dengan tugas
utama :
1.   Mengkoordinasikan kerjasama dengan unit yang potensi menemukan kasus
AFP, seperti posyandu, kader PKK, klinik swasta, pesantren, sekolah dan
sektor terkait lainnya.
2.   Menyebarluaskan kepada masyarakat informasi mengenai
a.    Pengertian kasus AFP secara sederhana
b.   Surveilance AFP dan manfaat melaporkan kasus AFP segera/dini
c.    Peran serta masyarakat dalam surveilans AFP
3.   Melacak setiap kelumpuhan yang dilaporkan oleh masyarakat untuk
memastikan bahwa kelumpuhan tersebut adalah AFP. Pelacakan ini harus
dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah laporan diterima,
dan apabila memungkinkan harus disertai oleh dokter yang ada di puskesmas.

4.   Melaporkan setiap kasus AFP ke Dinas Kesehatan Kota selambat-lambatnya


dalam waktu 24 jam setelah ditemukan. Kasus AFP yang dilaporkan ini bisa
berasal dari masyarakat atau penderita AFP yang berobat/dirawat di
puskesmas.
5.   Membantu tim pelacak melakukan pelacakan dilapangan
6.   Setiap minggu melaporkan laporan “nol” memakai formulir W-2 ke Dinas
Kesehatan Kota.

C.    Tujuan umum dan tujuan khusus


Tujuan Umum :
1.   Mengidentifikasikan daerah resiko tinggi.
2.   Memantau kemajuan program eradikasi polio.
3.   Membuktikan Indonesia bebas polio.

Tujuan Khusus :
1.   Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja puskesmas.
2.   Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas.
3.   Mengumpulkan dua specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14hari
setelah kelumpuhan dan dengan tenggang waktu pengumpulan specimen I
dan II ≥ 24jam
4.   Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar melalui pemeriksaan
specimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan dalam wilayah kerja
puskesmas.

D.  Cara melaksanakan kegiatan


Kegiatan surveilans AFP di Puskesmas meliputi :
a.    Pengumpulan dan validasi data.
b.   Penyelidikan Epidemiologi dan pengambilan specimen.
c.    Pengolahan data dan Pembuatan laporan.
d.   Pengiriman laporan.
e.    Pertemuan analisis data surveilans.
f.     Peningkatan jejaring kerja dengan melibatkan lintas program,lintas sektor dan
pemangku kepentingan (stakeholders) terkait
g.    Peningkatan peran serta masyarakat  dalam upaya penemuan kasus AFP di
masyarakat.

Cara pelaksanaa surveilans AFP :


1.      Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh
dari petugas BP, data simpus, laporan dari kader/Toma/Masyarakat,
Kemudian pengelola program P2PM menulis data lengkap penderita ke dalam
buku penemuan kasus di wilayah.
2.      Penyelidikan Epidemiologi
Tujuan dari penyelidikan Epidemiologi yaitu
- Memastikan apakah kasus yang dilaporkan benar-benar kasus AFP
- Mengumpulkan specimen tinja sedini mungkin dari penderita AFP
- Mencari kasus tambahan
- Memastikan keadaan paralisis residual pada kunjungan ulang 60hr.
Petugas membawa surat tugas dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan
kegiatan ini.
3.      Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Petugas mencatat data lengkap ke dalam form laporan W2, walau tidak ada
kasus petugas harus tetap melaporkan dalam laporan mingguan. Satu kasus
AFP ditemukan di wilayah sudah masuk dalam kategori KLB sehingga selain di
dicatat dalam form laporan W2, data lengkap juga dicatat dalam form laporan
W1.
4.      Pengiriman laporan
Laporan W2 dikirim ke Dinas Kesehatan setiap minggunya, laporan W1
dikirim ke Dinas Kesehatan setiap ditemukan kasus dalam waktu max 24 jam
dari ditemukannya kasus di wilayah.

.                  5.   Pertemuan analisis data Surveilans


Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil
laporan.
E.    Sasaran
Semua anak usia kurang dari 15 tahun dengan kelumpuhan yang sifatnya
flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak), bukan disebabkan oleh ruda
paksa.

F.    Skedul (Jadwal) pelaksanaan kegiatan


        
N Kegiatan Waktu Penanggung Ket
o jawab

1 Pengumpulan data Setiap kali Pengelola


dan validasi data ada Prog.P2PM
penemuan Puskesmas
kasus

2 Penyelidikan Setiap kali Pengelola


Epidemiologi ada Prog.P2PM
penemuan Puskesmas
kasus

3 Pengolahan data dan Mingguan Pengelola


Pembuatan laporan Prog.P2PM
Puskesmas

4 Pengiriman laporan Setiap hari Pengelola


senin Prog.P2PM
Puskesmas
5 Pertemuan analisis Jan - Des Sie. P2PM
data surveilans DKK

G.    Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


      Evaluasi terhadap surveilans AFP dilakukan untuk melihat keberhasilan
surveilans AFP dalam mencapai tujuannya.  Indikator yang digunakan untuk
memantau keberhasilan surveilans AFP adalah indikator kinerja surveilans dan
sejauh mana surveilans AFP dapat mencapai tujuan yang telah
ditentukan. Evaluasi pertama dilakukan minimal setelah surveilans berjalan 6
bulan dan dilanjutkan secara berkala sesuai dengan situasi dan kemajuan dari
surveilans AFP.

H.    Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


      Dalam surveilans AFP berlaku pelaporan nihil (zero reporting), yaitu laporan harus
dikirimkan pada saat yang telah ditetapkan walaupun tidak dijumpai kasus AFP
selama periode waktu tersebut dengan menuliskan jumlah kasus “0” (nol), “tidak ada
kasus”, atau “kasus nihil”.
      Laporan nol “Zero Report”, yaitu Laporan atau pernyataan tertulis dari
puskesmas bahwa di wilayah kerjanya telah dilakukan pemantauan kasus AFP
secara ketat setiap minggu.  Ada tidak ada kasus AFP di wilayah kerjanya pada
minggu melalui system pelaporan W-2.
Pelaporan segera, pelaporan KLB.  Puskesmas melaporkan adanya kasus
AFP ke Dinas Kesehatan Kota dalam waktu 24 jam setelah kasus tersebut
dikonfirmasikan secara klinis.  Laporan dapat disampaikan melalui formulir
W1 atau telepon.
KERANGKA ACUAN

MEMPEROLEH UMPAN BALIK PELAKSANAAN KEGIATAN

Pendahuluan   : Untuk meningkatkan mutu pelayanan dan pelaksanaan


upaya / program perlu dilakukan program yang
berkesinambungan, sistematis, obyektif dan terpadu
dalam menentukan masalah dan penyebab masalah
pelayanan berdasarkan standar yang ditetapkan serta
penetapan penyelesaian masalah tersebut. Pelaksanaan
pengembangan upaya/program disesuaikan dengan
kemampuan puskesmas. Permasalahan ataupun
inovasiserta saran dari masyarakat dalam pelaksanaan
program Puskesmas dapat berguna untuk evaluasi
keberhasilan program maupun pengembangan program
Puskesmas sesuai perubahan kebutuhan dan
harapanmayarakat/sasaran.

  2. Latar Belakang : Untuk meningkatkan pelayanan kepada


masyarakat dan sasaran kegiatan diperlukan
umpan balik dari masyarakat dan sasaran
kegiatan untuk melakukan penyesuaian  dan
perbaikan-perbaikan dalam pelaksanaan
kegiatan UKM Puskesmas. Umpan balik dapat
diperoleh melalui pembahasan atau pertemuan
konsultatif dengan tokoh masyarakat ,
kelompok masyarakat,atau individu yang
merupakan sasaran program.
Tujuan              : Tujuan umum :
Mengetahui tanggapan masyarakat tentang mutu
pelayanan kesehatan yang diberikan.
Tujuan Khusus :
Mengidentifikasi tanggapan masyarakat dan menganalisis
umpan balik masyarakat tentang kegiatan yang
dilaksanakan di masyarakat.

Kegiatan           : a.   Memperoleh umpan balik pelaksanaan program. Petugas


Pokok dan Rincian memberikan blanko umpan balik kepada masyarakat/
Kegiatan sasaran. Masyarakat/sasaran juga dapat menyampaikan
langsung kepada pelaksana program ataupun melalui
kotak saran
b.   Memberikan tanggapan atas umpan balik yang diberikan
masyarakat /sasaran . Tanggapan bisa dilaksanakan
secara langung pada masyarakat /sasaran ataupun
disampaikan pada pertemuan –lintas sektor selanjutnya.

5. Cara                 :              melaksaa.   Petugas memberikan blanko umpan balik kepada


nakan Kegiatan masyarakat/ sasaran  untuk diisi
b.   Umpan balik juga diperoleh secara langsung maupun
melalui kotak saran
c.    Merekap  dan menganalisa umpan balik masyarakat /
sasaran
d.   Menyusun rencana tindak lanjut perbaikan
e.    Menginformasikan rencana tindak lanjut umpan balik
pada masyarakatmelaui  papan pengumumam, langsung
kepada masyarakat/ sasaran ataupun  maupun lewat
pertemuan lintas sektor
    Melaksanakan upaya dan perbaikan upaya sesuai
perubahan harapan dan kebutuhan masyarakat

Sasaran           : Masyarakat / sasaran program desa di wilayah


Puskesmas .....

7. Jadwal            :         Setiap tiga bulan

8. Pembiayaan    : Integrasi

9. Evaluasi          :   Pelaksanaan Evaluasi kegiatan  umpan balik pelaksanaan


Kegiatan   dan pelaporan program dilakukan oleh pelaksana program
     terhadap jadwal yang sudah direncanakan
setiap tiga bulan untuk mengetahui kekurangan
yang ada sehingga dengan segera dapat
dilakukan perbaikan. Hasil Evaluasi
disampaikan kepada pennaggungjawab UKM.

10.        Pencatatan    : Dokumentasi hasill umpan balik  dan analisis umpan


Pelaporan balik masyarakat  meliputi rekapan umpan balik dan
dan Evaluasi Kegiatan analisanya. Pelaporan dilakukan oleh penanggungjawab
UKM kepada kepala Puskesmas setiap tiga bulan sekali.

Bentuk Laporan Umpan Balik :

NO Isi Informasi Hasil Analisis Tindak lanjut


Harapan
/Masyarakat

          
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
TENTANG IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MASYARAKAT TERHADAP UPAYA
PERKESMAS

  I.            Pendahuluan
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap
orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama
dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal
28 dan Pasal 34  menyatakan  negara menjamin setiap warga negara
mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu puskesmas diharapkan
mampu menjadi garda terdepan dari pelayanan pemerintah yang ada
ditengah-tengah masyarakat.

II.          Latar belakang
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan membawa konsekuensi bagi puskesmas untuk meningkatkan
sistem manajemen pelayanan puskesmas yang baik. Oleh sebab itu
puskesmas harus bisa memberikan pelayanan yang berkualitas seperti cepat
dan akurat. Selain itu harus dapat menjamin terhadap keselamatan,
keamanan dan kenyamaan pasien.
Melihat data yang ada, kunjungan masyarakat ke Puskesmas ......... dari
tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 201.., kunjungan 
masyarakat ke Puskesmas ........ sebesar59.995. Angka ini meningkat
dibanding tahun 201.. sebanyak52.945. Oleh karena itu kami yakin bahwa
masyarakat akan tetap dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan
puskesmas.
Pukesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan dasar perlu
menetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang ada di
wilayah kerjanya dengan mendapatkan masukan dari masyarakat melalui
proses pemberdayaan masyarakat.

III.        Tujuan umum dan tujuan khusus


 

A.           Tujuan umum:
Untuk mengetahui kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap kegiatan-
kegiatan upaya puskesmas

B.       Tujuan khusus:
1.           Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang kesehatan
2.           Meningkatnya penemuan-penemuan dini kasus prioritas
3.           Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di Puskesmas
4.           Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan tindak lanjut
keperawatan di rumah
5.           Meningkatnya akses keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan
kesehatan/keperawatan kesehatan masyarakat
6.           Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus
7.           Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat

IV.          Kegiatan pokok dan rincian kegiatan


Kegiatan pokok: mengidentifikasi kebutuhan masyarakat tentang kegiatan
upaya puskesmas.
Rincian kegiatan:
A.       Melaksanakan pertemuan dengan masyarakat atau sasaran program dalam
rangka identifikasi kebutuhan dan harapan pengguna. Identifikasi dapat juga
diperoleh dengan melalui survey mawas diri, atau kotak saran.
B.       Hasil identifikasi dicatat dan dianalisa sebagai masukan untuk penyusunan
kegiatan. 
C.       Penetapan kegiatan-kegiatan upaya puskesmas oleh Kepala Puskesmas
bersama dengan penanggungjawab upaya puskesmas.
D.      Sosialisasi kegiatan-kegiatan upaya puskesmas kepada masyarakat, kelompok
masyarakat,maupun individu.
E.       Sosialisasi kepada lintas program dan lintas sector sesuai dengan pedoman
pelaksanaan program.
F.       Pelaksanaan kegiatan.
G.      Evaluasi, pelaporan dan tindak lanjut.

V.              Cara melaksanakan kegiatan


Penilaian kebutuhan masyarakat dilakukan dengan melakukan
pertemuan dengan tokoh-tokoh  masyarakat dan sektor terkait dan kegiatan
survei mawas diri, serta memperhatikan data surveilans untuk kemudian
dilakukan analisis kesehatan komunitas (community health analysis) yang menjadi
bahan untuk penyusunan rencana Perkesmas.

VI.                Sasaran
Sasaran program dalam kegiatan ini adalah:
1. Masyarakat, kelompok masyarakat dan individu sebagai sasaran program.
2. Penanggungjawab lintas program dan lintas sector.

VII.          Jadual pelaksanaan kegiatan


Kegiatan dilaksanakan dengan matrik kegiatan sebagai berikut:

201. 201
N Kegiatan No De Ja Fe M A M Ju J Ag Se O No De
o v s n b ar pr ei n ul s p kt v s

1 Pertemuan X
dengan
masyarakat
2 Pembahasan X
hasil
identifikasi
3 Penyusunan X
kegiatan
4 Penetapan X
kegiatan upaya
puskesmas
5 Sosialisasi X
kepada
masyarakat,
kelomp.masyar
akat dan
individu
6 Sosialisasi x
lintas prog &
lintas sector
7 Pelaksanaan x
kegiatan
8 Evaluasi,pelapo x x
ran dan tindak
lanjut

 Evaluasi pelaksanaan kegiatan dan pelaporan


Setiap kegiatan yang tercantum dalam jadwal pelaksanaan dievaluasi.
Evaluasi terhadap jadwal kegiatan dilakukan olehpenanggungjawab upaya
Perkesmas.

IX.        Pencatatan, Pelaporan dan evaluasi kegiatan


Dokumentasi yang diperlukan dalam kegiatan ini adalah:
A.                 Kerangka acuan kegiatan
B.                 Bukti pelaksanaan kegiatan
C.                 Hasil identifikasi
D.                SPO tentang mengidentifikasi harapan pengguna.
Pelaporan kegiatan ini dilakukan ketika telah selesai melakukan kegiatan.
Laporan dibuat oleh penanggungjawab upaya kemudian dilaporkan kepada
kepala puskesmas.

Anda mungkin juga menyukai