A. Pendahuluan
HIV/AIDS adalah suatu penyakit yang muncul bagaikan fenomena gunung es.
Hal ini terjadi karena ketidaktahuan masyarakat tentang cara penularan dan
pencegahan penyakit tersebut. Walaupun sebenarnya banyak informasi yang
telah diberikan baik melalui media cetak maupun media elektronik tentang
penyakit ini. Tapi kenyataannya banyak masyarakat yang sering mengganggap
enteng terhadap penyakit ini.
B. Latar belakang
Perkembangan epidemi HIV/AIDS di dunia telah menjadi masalah global
termasuk di Indonesia. resiko penularan infeksi menular seksual HIV/AIDS masih
kurang disadari oleh kelompok beresiko, ditambah kesadaran yang rendah untuk
memeriksakan HIV sehingga masih banyak kasus AIDS yang ditemukan pada
stadium lanjut di Rumah Sakit. dalam rangka memperkuat upaya pengendalian
HIV-AIDS di Indonesia, sangat penting untuk memadukan upaya pencegahan
dengan perawatan, karena keduanya merupakan komponen penting yang saling
melengkapi
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Untuk melakukan pencegahan dan pengendalian penyakit HIV/AIDS di wilayah
Puskesmas ................
Tujuan Khusus :
Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan informasi kepada masyarakat agar
mengetahui tentang keberadaan penyakit HIV/AIDS dan dapat melakukan
proteksi sedini mungkin sehingga dapat menekan perkembangan penyakit
HIV/AIDS
E. Sasaran
1. Populasi kunci (LSL, PSK,Waria, Penasun, Pasangan resti, Pelanggan PSK dll )
2. Sekolah SMA dan SMP di wilayah Puskesmas ................
3. Masyarakat di wilayah Puskesmas ................
4. Ibu hamil
A.Pendahuluan
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis, yang sumber penularannya melalui percik renik
dahak yang dikeluarkan oleh penderita TB ketika batuk/bersin.Tingkat
penularan pasien TB BTA positif adalah 65%, BTA negatif dengan kultur positif
26%, sedangkan pasien TB dengan hasil kultur negatif dan foto toraks positif
adalah 17%. Tanda dan gejala penyakit ini berupa batuk berdahak secara
terus menerus lebih dari 2 minggu, dapat disertai dengan badan lemah, tidak
nafsu makan, BB menurun, keluar keringat dingin pada malam hari serta
kadang disertai dengan sesak dan demam.
B.Latar belakang
Upaya pengendalian Tuberkulosis (TB) di Indonesia sudah berlangsung
sejak sebelum kemerdekaan. Perjalanan waktu membuktikan bahwa upaya
pengendalian TB telah memberikan hasil yang bermakna sampai dengan saat
ini, namun perlu diwaspadai karena masih ada beberapa tantangan utama
yang harus dihadapi salah satunya masih banyaknya kasus TB yang “hilang”
atau tidak terlaporkan ke program.Pada tahun 2012 diperkirakan ada sekitar
130.000 kasus TB yang diperkirakan ada tetapi belum terlaporkan.
Cara pelaksanaa surveilans TB :
1. Pengumpulan data dan Validasi data
Kelengkapan data yang akurat dan lengkap, sumber informasi dapat diperoleh
dari petugas BP, data simpus, form TB 04,form TB 05, dan form TB 06.
Kemudian pengelola program TB menulis data lengkap penderita ke dalam
form TB 01.
2. Pelacakan contac tracing
Kunjungan rumah dan wawancara dengan orang – orang yang kontak erat
dengan penderita serta pengambilan spesimen dahak untuk pemeriksaan SPS
guna mendeteksi penularan di sekitar penderita. Petugas membawa surat
tugas dari Kepala Puskesmas dalam melaksanakan kegiatan ini.
3. Pengolahan data dan Pembuatan laporan
Data lengkap dari form TB 01 di rekap ke dalam form TB 03, kemudian semua
data di entry ke dalam Sistem Informasi Tuberkulosis Terpadu ( SITT )
4. Pengiriman laporan
Laporan hasil rekapan dan up load data SITT dari puskesmas di kirim ke
Dinas Kesehatan setiap tiga bulan sekali ( triwulan )
. 5. Pertemuan analisis data Surveilans
Dinas Kesehatan bersama dengan Puskesmas melakukan analisa hasil
laporan.
A.Sasaran
Penderita TB paru BTA positif, TB paru klinis, TB ekstra paru, dan TB anak.
Kerangka Acuan
Acute Flacid Paralysis ( AFP )
A. Pendahuluan
Dalam Sidang Majelis Kesehatan Sedunia atau World Health Assembly
tahun 1998, Negara-negara anggota WHO, termasuk Indonesia, telah
menyepakati pencapaian Eradikasi Polio atau Pembasmian Polio. Sertifikasi
bebas polio ditentukan oleh kinerja Surveilans AFP dan surveilans virus Polio
liar. Pada tahun 2002, kineja surveilans AFP telah mencapai standar
sertifikasi bebas polio dengan AFP rate lebih besar dari 1,2 per 100.000 anak
usia dibawah 15 tahun dengan kinerja specimen adekuat 82,3%.
Dalam upaya untuk membebaskan Indonesia dari penyakit polio,
pemerintah melaksanakan program Eradikasi Polio (ERAPO) yang terdiri dari
pemberian imunisasi polio secara rutin, pemberian imunisasi massal pada
anak Balita melalui PIN (Pekan Imunisasi Nasional), dan surveilans AFP (Acute
Flaccid Paralysis).
B. Latar belakang
Surveilans AFP bertujuan untuk memantau adanya penyebaran virus
polio liar di suatu wilayah, sehingga upaya-upaya pemberantasannya menjadi
terfokus dan efisien. Sasaran utama surveilans AFP adalah kelompok yang
rentan terhadap penyakit poliomyelitis, yaitu anak berusia kurang dari 15
tahun.
Dalam surveilans AFP, pengamatan difokuskan pada kasus poliomyelitis
yang mudah diidentifikasikan, yaitu penyakit poliomyelitis
paralitik. Ditemukannya kasus poliomyelitis paralitik di suatu wilayah
menunjukkan adanya penyebaran virus polio liar di wilayah tersebut.
Untuk meningkatkan sensitifitas surveilans AFP, maka pengamatan
dilakukan pada semua kelumpuhan yang terjadi secara akut dan sifatnya
flaccid (layuh), seperti sifat kelumpuhan pada poliomyelitis. Penyakit-penyakit
ini (yang mempunyai sifat kelumpuhan seperti poliomyelitis) desebut
kasus Acute Flaccid Paralysis (AFP) dan pengamatannya disebut sebagai
Surveilans AFP (SAFP).
Puskesmas berperan sebagai koordinator surveilans AFP di masyarakat
yang bertanggung jawab untuk menemukan sedini mungkin dan melakukan
tata laksana semua kasus AFP yang berada di wilayah kerjanya, dengan tugas
utama :
1. Mengkoordinasikan kerjasama dengan unit yang potensi menemukan kasus
AFP, seperti posyandu, kader PKK, klinik swasta, pesantren, sekolah dan
sektor terkait lainnya.
2. Menyebarluaskan kepada masyarakat informasi mengenai
a. Pengertian kasus AFP secara sederhana
b. Surveilance AFP dan manfaat melaporkan kasus AFP segera/dini
c. Peran serta masyarakat dalam surveilans AFP
3. Melacak setiap kelumpuhan yang dilaporkan oleh masyarakat untuk
memastikan bahwa kelumpuhan tersebut adalah AFP. Pelacakan ini harus
dilakukan selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam setelah laporan diterima,
dan apabila memungkinkan harus disertai oleh dokter yang ada di puskesmas.
Tujuan Khusus :
1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di wilayah kerja puskesmas.
2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di wilayah kerja puskesmas.
3. Mengumpulkan dua specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14hari
setelah kelumpuhan dan dengan tenggang waktu pengumpulan specimen I
dan II ≥ 24jam
4. Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar melalui pemeriksaan
specimen tinja semua kasus AFP yang ditemukan dalam wilayah kerja
puskesmas.
8. Pembiayaan : Integrasi
KERANGKA ACUAN KEGIATAN
TENTANG IDENTIFIKASI KEBUTUHAN MASYARAKAT TERHADAP UPAYA
PERKESMAS
I. Pendahuluan
Pelayanan kesehatan yang baik merupakan kebutuhan bagi setiap
orang. Semua orang ingin dilayani dan mendapatkan kedudukan yang sama
dalam pelayanan kesehatan. Dalam Undang Undang Dasar Tahun 1945 Pasal
28 dan Pasal 34 menyatakan negara menjamin setiap warga negara
mendapatkan hidup sejahtera, tempat tinggal, kesehatan dan pelayanan
kesehatan yang ada di Indonesia. Oleh sebab itu puskesmas diharapkan
mampu menjadi garda terdepan dari pelayanan pemerintah yang ada
ditengah-tengah masyarakat.
II. Latar belakang
Semakin tingginya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan membawa konsekuensi bagi puskesmas untuk meningkatkan
sistem manajemen pelayanan puskesmas yang baik. Oleh sebab itu
puskesmas harus bisa memberikan pelayanan yang berkualitas seperti cepat
dan akurat. Selain itu harus dapat menjamin terhadap keselamatan,
keamanan dan kenyamaan pasien.
Melihat data yang ada, kunjungan masyarakat ke Puskesmas ......... dari
tahun ketahun selalu mengalami peningkatan. Pada tahun 201.., kunjungan
masyarakat ke Puskesmas ........ sebesar59.995. Angka ini meningkat
dibanding tahun 201.. sebanyak52.945. Oleh karena itu kami yakin bahwa
masyarakat akan tetap dapat memanfaatkan pelayanan yang diberikan
puskesmas.
Pukesmas sebagai penyedia pelayanan kesehatan dasar perlu
menetapkan jenis-jenis pelayanan yang disediakan bagi masyarakat sesuai
dengan kebutuhan masyarakat dan permasalahan kesehatan yang ada di
wilayah kerjanya dengan mendapatkan masukan dari masyarakat melalui
proses pemberdayaan masyarakat.
A. Tujuan umum:
Untuk mengetahui kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap kegiatan-
kegiatan upaya puskesmas
B. Tujuan khusus:
1. Meningkatnya pengetahuan, sikap dan perilaku individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat tentang kesehatan
2. Meningkatnya penemuan-penemuan dini kasus prioritas
3. Meningkatnya penanganan keperawatan kasus prioritas di Puskesmas
4. Meningkatnya penanganan kasus prioritas yang mendapatkan tindak lanjut
keperawatan di rumah
5. Meningkatnya akses keluarga miskin yang mendapatkan pelayanan
kesehatan/keperawatan kesehatan masyarakat
6. Meningkatnya pembinaan keperawatan kelompok khusus
7. Memperluas daerah binaan keperawatan di masyarakat
VI. Sasaran
Sasaran program dalam kegiatan ini adalah:
1. Masyarakat, kelompok masyarakat dan individu sebagai sasaran program.
2. Penanggungjawab lintas program dan lintas sector.
201. 201
N Kegiatan No De Ja Fe M A M Ju J Ag Se O No De
o v s n b ar pr ei n ul s p kt v s
1 Pertemuan X
dengan
masyarakat
2 Pembahasan X
hasil
identifikasi
3 Penyusunan X
kegiatan
4 Penetapan X
kegiatan upaya
puskesmas
5 Sosialisasi X
kepada
masyarakat,
kelomp.masyar
akat dan
individu
6 Sosialisasi x
lintas prog &
lintas sector
7 Pelaksanaan x
kegiatan
8 Evaluasi,pelapo x x
ran dan tindak
lanjut