Oleh:
1. dr. Bob Arvianto
2. dr. Erick Imbab
3. dr. Heidy Lusiana Listianto
4. dr. Lusye Diana Jacob
5. dr. Vifin Rotuahdo Saragih
6. dr. Yahya Irianto Butar Butar
1
Bab I
Pendahuluan
2
homoseksual, 16% adalah populasi tanpa adanya resiko, 14% adalah pengguna jarum suntik
non steril, 4% adalah pekerja seks komersil, dan 2% sisanya merupakan populasi transgender.
Berdasarkan data UNAIDS pada tahun 2018 di Asia Pasifik, dari 5,2 juta jiwa jumlah
penderita HIV-AIDS, diestimasikan hanya 74% populasi yang mengetahui status HIV-AIDS
mereka, hal ini jauh dibawah target UNAIDS sebesar 90%. Selain itu, hanya 53% populasi
yang mendapatkan akses dan pengobatan dengan menggunakan ARV, hal ini juga masih
dibawah target UNAIDS di angka 90%. Data lain juga mengatakan bahwa hanya 45%
populasi yang memiliki viral load yang tersupresi dalam batas pemeriksaan.5
Berdasarkan data yang diambil dari Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS pada
tahun 2012, Kemenkes memperkirakan di Indonesia ada 591.823 orang yang hidup dengan
HIV-AIDS (ODHA). Jumlah ODHA tertinggi ada di Provinsi DKI Jakarta, provinsi-provinsi
di Pulau Jawa dan di Tanah Papua. Jumlah infeksi HIV yang dilaporkan kepada Kementerian
Kesehatan pada tahun 2012 mencapai 21.511 orang dewasa. Sedangkan pada tahun 2013,
jumlah infeksi baru HIV yang dilaporkan kepada Kementerian Kesehatan mencapai 29.037
orang. Peningkatan angka ini merupakan akibat adanya penambahan jumlah layanan tes HIV
yang cukup banyak, pada tahun 2013 dibandingkan tahun-tahun sebelumnya. Perkiraan
prevalensi HIV pada populasi umum di seluruh Indonesia adalah 0,4% pada tahun 2012,
sementara di Tanah Papua 2,3%. Secara umum HIV terkonsentrasi pada populasi kunci
kecuali di Tanah Papua sudah memasuki populasi umum. Semua ini menunjukkan tanda
tanda stabilisasi epidemi. Kecenderungan pertumbuhan prevalensi HIV di masa yang akan
datang relatif lebih kecil dibandingkan proyeksi pertumbuhan epidemi yang dilakukan 5
tahun yang lalu. Namun demikian, pemodelan secara matematika menunjukkan bahwa
epidemi HIV masih akan terus meningkat, jika tidak dilakukan upaya yang lebih intensif
untuk menekan laju pertumbuhan ini.7
Berdasarkan hasil STBP tahun 2013 di Tanah Papua dengan populasi umum usia 15-
49 tahun, 2,3% populasi terinfeksi HIV dimana 2,3% pada laki-laki dan 2,2% pada
perempuan. Hasil survei juga menunjukkan hubungan yang signifikan antara sirkumsisi pada
laki-laki dengan infeksi HIV, dimana infeksi HIV terjadi pada 2,4% lakilaki yang tidak
disirkumsisi dan 0,1% pada laki-laki yang disirkumsisi. Pada perempuan, asosiasi yang
signifikan terjadinya infeksi HIV adalah pada orang yang melakukan hubungan seks dengan
imbalan pada satu tahun terakhir sebesar 3,5%, sedangkan 2,2% perempuan terinfeksi HIV
tidak melakukannya. Secara statistik tidak ada perbedaan signifikan antara prevalensi HIV
pada STBP tahun 2006 (2,4%) dan 2013 (2,3%) di Tanah Papua. Hasil STBP juga
menunjukkan perilaku seksual berisiko masih terus terjadi di Tanah Papua, seperti melakukan
3
hubungan seks dengan pasangan tidak tetap pada satuvtahun terakhir, termasuk dengan
pasangan seks yang diberikan imbalan pada laki-laki sebesar 12,7% dan perempuan 3,6%.
Penggunaan kondom pada hubungan sekskomersial terakhir pada laki-laki mengalami
kenaikan signifikan dari 14,1% (STBP 2006) menjadi 40,3% (STBP 2013). Hal ini
mengindikasikan adanya kenaikan yang positif pada perilaku seks yang aman. Pemodelan
epidemi HIV menggunakan AEM menunjukkan bahwa masih akan terjadi peningkatan
jumlah infeksi baru bila tidak ada penambahan dan peningkatan intervensi.7
Laporan dunia menunjukkan bahwa epidemi HIV di dunia mulai menunjukkan
penurunan. Hal ini menunjukkan keberhasilan pencapaian tujuan ke-6 MDGs. Tujuan
penanggulangan AIDS dunia yang dicanangkan UNAIDS untuk mengakhiri epidemi dengan
3 Zero (Zero infeksi baru, Zero kematian terkait AIDS, Zero stigma dan diskriminasi) telah
dipandang sebagai tujuan yang aspirasional. Ke depan MDGs akan digantikan dengan Tujuan
Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).7
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Diketahuinya permasalahan dan penyelesaian masalah program penapisan HIV-
AIDS dan permasalahan yang terdapat di dalamnya di wilayah kerja Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus
2019.
4
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya cakupan pelayanan dan pelaksanaan program penapisan HIV-
AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan,
periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
2. Diketahuinya pelaksanaan kegiatan pemantauan wilayah setempat (PWS) dan
program penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak,
Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
3. Diketahuinya hasil pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program
penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
5
1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat akan pentingnya kegiatan program
penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan.
2. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan.
3. Menurunkan angka prevalensi HIV-AIDS yang diakibatkan oleh berbagai cara
penularan HIV.
1.5 Sasaran
Seluruh penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura
Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019.
6
Bab II
Materi dan Metode
2.1 Materi
Materi yang dievaluasi dalam program ini didapatkan dari catatan bulanan hasil kegiatan
program Penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik
Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019 yang terdiri dari:
a. Cakupan pelayanan program Penapisan HIV-AIDS di Puskesmas.
b. Kegiatan promosi Penapisan HIV-AIDS.
c. Data pemantauan wilayah setempat (PWS)
d. Pencatatan dan pelaporan dalam manajemen program penapisan HIV-AIDS.
2.2 Metode
Metode evaluasi program imunisasi dasar ini menggunakan pendekatan sistem dengan
pengumpulan data, analisis data, dan pengolahan data sehingga dapat digunakan untuk
menyelesaikan masalah program penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja Puskesmas Elly Uyo
Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019 terhadap
tolok ukur yang ditetapkan terutama pada variabel keluaran. Hasil evaluasi disajikan dalam
bentuk tekstular dan tabular.
7
Bab III
Kerangka Teoritis
3.1 Sistem
Lingkungan
Umpan Balik
Sistem adalah suatu rangkaian komponen yang berhubungan satu sama lain dan
mempunyai suatu tujuan yang jelas. Menurut Ryans, sistem adalah gabungan dari elemen-
elemen yang saling dihubungkan oleh suatu proses atau struktur dan berfungsi sebagai salah
satu kesatuan organisasi dalam upaya menghasilkan sesuatu yang telah ditetapkan.
Pendekatan sistem adalah prinsip pokok atau cara kerja sistem yang diterapkan pada
waktu menyelenggarakan pekerjaan administrasi. Dibentuknya suatu sistem pada dasarnya
untuk mencapai suatu tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Ada 6 unsur yang saling
berhubungan dan mempengaruhi pada sistem, yaitu :
1. Masukan (input)
Masukan adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan
yang diperlukan untuk dapat berfungsinya sistem tersebut. Terdiri dari sumber daya
atau masukan yang dikonsumsikan oleh suatu sistem, misalnya: Man (staf), Money
(dana operasional), Material (logistic, obat, vaksin, alat medis), Method
(ketrampilan/cara, prosedur kerja, peraturan, kebijaksanaan).
2. Proses (process)
8
Proses adalah kumpulan bagian atau elemen yang terdapat dalam sistem dan yang
berfungsi untuk mengubah masukan menjadi keluaran yang direncanakan. Mulai
dari perencanaan (planning), organisasi (organization), pelaksanaan (actuating) dan
pengawasan (controlling).
3. Keluaran (output)
Keluaran adalah kumpulan bagian atau elemen yang dihasilkan dari berlangsungnya
proses dalam sistem.
4. Lingkungan (environment)
Lingkungan adalah dunia di luar sistem yang tidak dikelola oleh sistem tetapi
mempunyai pengaruh besar terhadap sistem.
5. Umpan balik (feedback)
Umpan balik adalah kumpulan bagian atau elemen yang merupakan keluaran dari
sistem dan sekaligus sebagai masukan bagi sistem tersebut.
6. Dampak (impact)
Dampak adalah akibat yang dihasilkan oleh keluaran suatu sistem.
9
Bab IV
Penyajian Data
Sumber data dalam evaluasi ini diambil dari data sekunder yang berasal dari:
a. Data umum, data wilayah, data penduduk dan data sumber daya Puskesmas Elly
Uyo Polimak, Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019
b. Data cakupan pelayanan penapisan HIV-AIDS di Puskesmas Elly Uyo Polimak,
Distrik Jayapura Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019
c. Data cakupan desa/kelurahan di Puskesmas Elly Uyo Polimak, Distrik Jayapura
Selatan, periode Agustus 2018 sampai Agustus 2019
4.2 Data Umum
4.2.1 Data Geografi
Batas Wilayah :
Sebelah Utara berbatasan dengan kelurahan Numbay
Sebelah Selatan berbatasab dengan kelurahan Entrop
Sebelah Timur berbatasan dengan kelurahan Argapura
Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Jayapura Utara
Luas Wilayah :
Kelurahan Ardipura terdiri dari 11 RW dengan luas wilayah 12,20 km2. Air
menggunakan air dari berbagai sumber antara lain PDAM, Sumur Gali, PAH, PMA
Jumlah KK : 4075 KK
10
4.2.3 Data Fasilitas Kesehatan
Sarana Kesehatan
- Posbindu : 5 buah
terdiri dari :
1. Dokter : 2 orang
2. Paramedis : 9 orang
3. Bidan : 4 orang
7. Analis : 4 orang
4.3.1.2 Dana
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) : Tersedia dan cukup untuk
program imunisasi dasar.
11
Bantuan Operasional Kesehatan (BOK) : Tersedia dan cukup untuk program
imunisasi dasar.
4.3.1.3 Sarana
a) Medis
Peralatan suntik
Spuit 3 cc : Ada
Alkohol 70 % : Ada
Kapas alkohol : Ada
Atikoagulan EDTA : Ada
Kit Rapid Test HIV : Ada
Centrifuge : Ada
Tabung vacuntainer : Ada
Jarum vacuntainer : Ada
Mikropipet : Ada
Reagen Kit Anti HIV : Ada
b) Sarana Non Medis
Gedung Puskesmas
Ruang pendaftaran : 1 ruang
Ruang tunggu : 1 ruang
Ruang periksa : 1 ruang
Kamar obat : 1 ruang
Ruang P2M : 1 ruang
Laboratorium : 1 ruang
Alat bantu lainnya
Laptop : 1 buah
Proyektor : Tidak ada
Buku pencatatan pelayanan PITC : 1 buah
12
Buku pencatatan stok reagen HIV : 1 buah
Buku Pedoman Penanggulangan HIV/AIDS di FKTP : Ada
Lembar persetujuan pemeriksaan PITC : Ada
Buku KIA : Ada
Pamflet edukasi HIV/AIDS : Tidak Ada
Poster edukasi HIV/AIDS : Ada
Spanduk edukasi HIV/AIDS : Ada
4.3.1.4 Metode
Menurut Permenkes nomor 21 tahun 2013 tentang Penanggulangan HIV dan
AIDS, daerah dengan tingkat epidemi meluas tes HIV ditawarkan pada semua pasien
yang berkunjung ke fasilitas kesehatan sebagai bagian dari standar pelayanan. Pada
daerah dengan tingkat epidemi terkonsentrasi, tes HIV ditawarkan pada semua ibu
hamil, penderita TB, penderita hepatitis, penderita IMS, pasangan ODHA dan
populasi kunci.
4.3.1.4.1 Pemberian Informasi tentang HIV dan AIDS sebelum Tes
Pemberian Informasi ini terdiri atas beberapa sasaran sebagai berikut:
1. Sesi informasi pra-tes secara kelompok
Semua pasien atau klien yang datang ke layanan kesehatan terutama di
layanan TB, IMS, PTRM, LASS, KIA, KB, layanan untuk populasi kunci/orang
yang berperilaku risiko tinggi (penasun, pekerja seks, pelanggan atau pasangan seks
dari pekerja seks, waria, LSL dan warga binaan pemasyarakatan) dan pada
kelompok pekerja yang berisiko ataupun klien yang datang ke layanan KTS untuk
mencari layanan Tes HIV secara sukarela, dapat diberikan KIE secara kelompok di
ruang tunggu sebelumbertatap muka dengan petugas yang bersangkutan sambil
menunggu gilirannya dilayani.
KIE tersebut hendaklah diselenggarakan secara rutin dan berkala sesuai
kondisi tempat layanan dengan topik kesehatan secara umum dan masalah yang
berkaitan dengan HIV dan AIDS. Metode penyampaiannya dapat berupa edukasi
dengan alat Audio-Visual (AVA) seperti TV, video atau bahan KIE lain seperti
poster maupun brosur atau lembar balik oleh petugas yang ditunjuk sesuai dengan
kondisi setempat.
13
Informasi kelompok hendaknya meliputi komponen penting yang dibutuhkan
pasien atau klien seperti:
a) Informasi dasar HIV dan AIDS,
b) Upaya pencegahan yang efektif, termasuk penggunaan kondom secara
konsisten, mengurangi jumlah pasangan seksual, penggunaan alat suntik
steril dan lainnya.
c) Keuntungan dan pentingnya tes HIV sedini mungkin.
d) Informasi tentang proses pemeriksaan laboratorium HIV
e) Membahas konfidensialitas, dan konfidensialitas bersama
f) Membahas pilihan untuk tidak menjalani tes HIV
g) Tawaran untuk menjalani tes pada masa mendatang bila klien belum siap
h) Pentingnya pemeriksaan gejala dan tanda penyakit TB selama konseling
pra dan pasca-tes
i) Rujukan ke layanan yang terkait dengan HIV, seperti misalnya konsultasi
gizi, pemeriksaan dan pengobatan TB, pemeriksaan IMS, pemeriksaan
CD4, tatalaksana infeksi oportunistik dan stadium klinis.
Persetujuan untuk menjalani tes HIV (informed consent) harus selalu
diberikan secara individual dengan kesaksian petugas kesehatan. Pasal 45 Undang-
Undang Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran, secara jelas memuat
mengenai Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi. Dalam pasal
tersebut dijelaskan bahwa Persetujuan Tindakan Kedokteran atau Kedokteran Gigi
diberikan setelah pasien mendapatkan penjelasan secara lengkap.
17
Pengendalian HIV dan AIDS Nasional menggunakan strategi III dengan tiga
jenis reagen yang berbeda sensitifitas dan spesifitas-nya, dengan urutan yang
direkomendasikan sebagai berikut:
• Reagen pertama memiliki sensitifitas minimal 99%.
• Reagen kedua memiliki spesifisitas minimal 98%.
• Reagen ketiga memiliki spesifisitas minimal 99%.
Setiap jenis tes harus mendapatkan rekomendasi Laboratorium rujukan
Nasional dan sebaiknya. Kombinasi tes HIV tersebut perlu dievaluasi sebelum
digunakan secara luas, untuk menghindari diskordans<5 persen dari kombinasi 3
reagensia.
Tes HIV harus disertai dengan sistem jaminan mutu dan program
perbaikannya untuk meminimalkan hasil positif palsu dan negatif palsu. Jika tidak
maka, pasien akan menerima hasil yang tidak benar dengan akibat serius yang
panjang.
Tes virologi HIV DNA kualitatif dianjurkan untuk diagnosis bayi dan anak
umur kurang dari 18 bulan dan perempuan HIV positif yang merencanakan kehamilan
dan persalinan. Tes HIV untuk anak umur kurang dari 18 bulan dari ibu HIV-positif
tidak dianjurkan dengan tes antibodi, karena akan memberikan hasil positif palsu.
19
Standard Diagnostc HIV1/2 3.0 merupakan alat tes derajat
pertama yang digunakan untuk melakukan penapisan HIV-AIDS.
Reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent adalah reagen yang
digunakan dengan mencampur serum darah pasien dengan
larutan tersebut untuk fungsi diagnostik dan dalam 1 botol 3 mL
larutan dapat digunakan untuk 10 pasien. Jumlah yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
4) Menghitung kebutuhan bahan tes rapid Fokus Diagnostic HIV1/2 3L dan
reagen HIV sample diluent.
Fokus Diagnostic HIV1/2 3L merupakan alat tes derajat kedua
yang digunakan untuk melakukan penapisan HIV-AIDS. Reagen
IV sample diluent. adalah reagen yang digunakan dengan
mencampur serum darah pasien dengan larutan tersebut untuk
fungsi diagnostik dan dalam 1 botol 3 mL larutan dapat
digunakan untuk 10 pasien. Jumlah yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
5) Menghitung kebutuhan bahan tes rapid VIKIA HIV1/2 dan reagen
VIKIA HIV R2 3 mL sample diluent.
VIKIA HIV1/2 merupakan alat tes derajat ketiga yang digunakan
untuk melakukan penapisan HIV-AIDS. VIKIA HIV R2 3 mL.
adalah reagen yang digunakan dengan mencampur serum darah
pasien dengan larutan tersebut untuk fungsi diagnostik dan dalam
1 botol 3 mL larutan dapat digunakan untuk 10 pasien. Jumlah
yang diperlukan
Rapid test: sasaran x target cakupan penapisan HIV-AIDS
Reagen Assay Diluent: (sasaran x target cakupan penapisan)/10
c. Pendistribusian dan Pengelolaan alat dan bahan penapisan HIV-AIDS
Pendistribusian merupakan tanggung jawab pemerintah daerah secara
berjenjang dengan mekanisme diantar oleh level yang lebih atas atau
diambil oleh level yang lebih bawah, tergantung masing – masing
kebijakan daerah. Seluruh distribusi alat dan bahan dari pusat sampai ke
20
tingkat pelayanan, harus mempertahankan kualitas alat dan bahan agar
mampu memberikan tes yang akurat dan optimal kepada sasaran. Cara
yang dapat dilakukan untuk mengelola alat dan bahan peralatan
penapisan HIV-AIDS adalah:
- Permintaan alat dan bahan dilakukan setiap 1 bulan dengan stok yang
disimpan di puskesmas adalah stok 1 bulan + 1 minggu cadangan.
- Semua reagen dan alat disimpan pada lemari es dengan suhu 10C-300C
- Memperhatikan reagen terhadap panas dan masa kadaluarsa alat dan
bahan.
- Monitoring vaksin dan logistik.
Untuk menjaga kualitas vaksin tetap tinggi sejak diterima sampai
didistribusikan ke tingkat berikutnya atau digunakan, alat tes rapid dan
reagen harus disimpan pada suhu yang telah ditetapkan, yaitu +1˚C s/d
+30˚C untuk semua alat Rapid test dan reagen. Tata cara penyimpanan
vaksin di Puskesmas:
Semua vaksin disimpan pada suhu +1˚C s/d +30˚C
Letakkan satu buah termometer Muller dibagian tengah lemari es
Rapid test dan reagen selalu disimpan di dalam kotak kemasan agar
tidak terkena sinar ultra violet.
4.3.1.4.8 Promosi mengenai penapisan HIV-AIDS
a. Perorangan
Dengan memberikan penyuluhan langsung kepada semua pasien rawat
jalan di puskesmas Elly Uyo Polimak. Pelaksana penyuluhan harus
memberikan informasi lengkap tentang penapisan HIV-AIDS meliputi
alat dan bahan , tata cara pemakaian, manfaat, dan konseling.
b. Kelompok
Dilakukan terhadap kelompok orang atau masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Elly Uyo Polimak melalui ceramah dan diskusi. Penyuluhan
dan promosi dapat diberikan terutama kepada tokoh masyarakat, pemuka
agama, dan ketua adat setempat. Penyuluhan dan promosi penapisan
HIV-AIDS juga dapat menggunakan media massa dan/atau media
informasi kepada masyarakat.
21
4.3.1.4.9 Pencatatan dan Pelaporan
Pencatatan meliputi:
a. Sasaran penapisan HIV-AIDS (mencatat identitas pasien rawat jalan
umum dan status KIA di buku pencatatan puskesmas dan di buku KIA)
b. Hasil cakupan penapisan HIV-AIDS (rekapitulasi data puskesmas,
posyandu, balai pengobatan swasta)
c. Pencatatan logistik alat dan bahan. (keluar-masuk nya alat dan bahan,
nomor batch, tanggal kadaluarsa, sisa stock)
d. Pencatatan suhu lemari es. (2 kali sehari: pagi waktu datang dan sore
sebelum pulang)
Pelaporan dilakukan secara berjenjang ke tingkat atasnya sesuai waktu yang
telah ditetapkan.
4.3.2. Proses
4.3.2.1 Perencanaan
4.3.2.1.1 Pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
a. Menentukan besarnya sasaran dan target cakupan penapisan HIV-AIDS
dengan PITC
Besar sasaran: 18.521 orang
Target cakupan: 100%
b. Merencanakan logistik penapisan HIV-AIDS PITC untuk 1 tahun
A. Kebutuhan reagen dan alat tes cepat
Standard Diagnostic HIV1/2 3.0 = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
Reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%/10
= 1852 buah
Fokus Diagnostic HIV1/2 3L = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
reagen HIV sample diluent = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%/10
22
= 1852 buah
VIKIA HIV1/2 = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 18.521 buah
reagen VIKIA HIV R2 3 mL = Sasaran x target cakupan(%)
= 18.521 x 100%
= 1852 buah
B. Kebutuhan alat suntik = Jumlah sasaran x target cakupan
Alat suntik 3mL untuk pengambilan sampel darah=
18.521 x 100% = 18.521 buah
Tabung darah untuk pengambilan sampel darah=
18.521 x 100% = 18.521 buah
I. Mengelola reagen dan tes cepat
- Permintaan reagen dan tes cepat dilakukan setiap 1 bulan dengan stock
yang disimpan di puskesmas adalah stock 1 bulan + 1 minggu cadangan.
- Semua alat dan bahan disimpan pada suhu 10C-300C pada lemari es.
- Memperhatikan keterpaparan reagen dan tes cepat terhadap panas, masa
kadaluarsa, waktu penerimaan, dan sisa stok pemakaian.
- Monitoring reagen dan tes cepat dan logistik.
c. Tenaga pengelola
Jenis dan jumlah ketenagaan minimal yang harus tersedia di tingkat
puskesmas adalah:
1 orang koordinator promosi kesehatan
1 orang atau lebih analis laboratorium
1 orang pengelola alat dan bahan penapisan
1 orang atau lebih dokter umum
1 orang atau lebih paramedis
1 orang atau lebih bidan
Kegiatan penapisan hanya dapat dilaksanakan oleh petugas medis yang
mempunyai pendidikan latar belakang pendidikan medis atau
keperawatan atau petugas kesehatan lain yang kompeten dan telah
memperoleh pelatihan.
23
4.3.2.1.2 Promosi Penapisan HIV-AIDS
a) Perorangan
Dengan memberikan penyuluhan langsung kepada semua pasien rawat
jalan di puskesmas Elly Uyo Polimak. Pelaksana penyuluhan harus
memberikan informasi lengkap tentang penapisan HIV-AIDS meliputi
alat dan bahan , tata cara pemakaian, manfaat, dan konseling.
b) Kelompok
Dilakukan terhadap kelompok orang atau masyarakat di wilayah kerja
Puskesmas Elly Uyo Polimak melalui ceramah dan diskusi. Penyuluhan
dan promosi dapat diberikan terutama kepada tokoh masyarakat, pemuka
agama, dan ketua adat setempat. Penyuluhan dan promosi penapisan
HIV-AIDS juga dapat menggunakan media massa dan/atau media
informasi kepada masyarakat.
4.3.2.2 Pengorganisasian
Terdapat struktur tertulis dan pembagian tugas yang teratur dalam
melaksanakan tugasnya:
24
O
Y
s
M
G
N
A
M
K
S
Y
E
R
A
T
I
N
p
e
K
.
S
,
L
O
U
U
P
J
W
H
D
B
W
T
H
P
B
&
25
26
Pengorganisasian dalam program penapisan HIV-AIDS dibagi berdasarkan jabatan:
a. Kepala Puskesmas (Rodinda Sihombing, SKM, M.Kes):
Sebagai penanggung jawab program.
Monitoring pelaksanaan program penapisan HIV-AIDS tingkat
kecamatan.
Melakukan evaluasi data hasil pelaksanaan kegiatan program
penapisan HIV-AIDS di wilayah kerja.
b. Koordinator Promosi Kesehatan (Yunita Renyaan, SKM, S.Kep, Ns)
Sebagai koordinator dan pelaksana program.
Monitoring pelaksanaan program penapisan HIV-AIDS
Melakukan perencanaan kegiatan program penapisan HIV-AIDS.
Bertanggung jawab untuk melaporkan hasil kegiatan program kepada
kepala puskesmas.
c. Petugas Tim Analis Laboratorium puskesmas.
Sebagai pelaksana dan pengelola alat dan bahan
Melakukan pencatatan di buku laboratorium mengenai kegiatan
penapisan HIV-AIDS, dan melaporkannya kepada koordinator
program penapisan HIV-AIDS.
4.3.2.3 Pelaksanaan
Pelaksanaan sesuai dengan rencana dan metode yang telah ditetapkan,
dilaksanakan secara berkala:
4.3.2.3.1 Sasaran dan Target Cakupan Penapisan HIV-AIDS PITC
a. Besar sasaran: 18.521 orang
27
Tabel 10. Data Jumlah Penapisan HIV-AIDS PITC perbulan
Periode Agustus 2018 – Agustus 2019 di Wilayah Kerja Puskesmas Elly Uyo
Bulan Jumlah
Agustus 46
September 0
Oktober 11
November 25
Desember 34
Januari 29
Februari 68
Maret 44
April 60
Mei 159
Juni 40
Juli 55
Agustus 56
September 46
TOTAL 627
Sumber: Data cakupan Penapisan HIV-AIDS bulanan Periode Agustus 2018 – Agustus 2019 di
Wilayah Kerja Puskesmas Elly Uyo
Logistik penapisan HIV-AIDS PITC
Kebutuhan Reagen dan alat tes rapid
Standard Diagnostic HIV1/2 3.0(Jumlah sasaran x target cakupan) =
18.521buah
Reagen HIV 1/2 3.0 Assay Diluent(Jumlah sasaran x target cakupan) =
18.521buah
Fokus Diagnostic HIV1/2 3L (Jumlah sasaran x target cakupan) =
18.521buah
reagen HIV sample diluent(Jumlah sasaran x target cakupan) =
18.521buah
reagen VIKIA HIV R2 3 mL (Jumlah sasaran x target cakupan) =
18.521buah
VIKIA HIV1/2 (Jumlah sasaran x target cakupan) = 18.521buah
Kebutuhan alat suntik (Jumlah sasaran x target cakupan)
- Alat suntik 3 mL untuk pengambilan sampel darah = 18.521buah
Kebutuhan tabung darah (Jumlah sasaran x target cakupan)
- Tabung darah untuk pengambilan sampel darah = 18.521buah
28
Pengelolaan reagen dan tes cepat
- Permintaan reagen dan tes cepat dilakukan setiap 1 bulan dengan stock
yang disimpan di puskesmas adalah stock 1 bulan + 1 minggu cadangan
- Semua vaksin disimpan pada suhu 10C-300C pada lemari es.
- Pengelola memperhatikan keterpaparan reagen dan tes cepat terhadap
panas, masa kadaluarsa, waktu penerimaan, dan sisa stok pemakaian
Pengelola melakukan monitoring reagen dan tes cepat dan logistik.
b. Tenaga pengelola
1 orang kepala puskesmas
1 orang koordinator promosi kesehatan
2 orang dokter umum
9 orang paramedis
4 orang bidan
4 orang analis laboratorium
4.3.2.3.2 Promosi Penapisan HIV-AIDS PITC
Memberikan penyuluhan dan edukasi mengenai penapisan HIV-AIDS
PITC
a. Perorangan
Penyuluhan diberikan langsung kepada pasien untuk penapisan secara
perseorangan tidak ditawarkan kepada semua pasien, melainkan
hanya diberikan kepada pasien dengan indikasi medis.
b. Kelompok
Penyuluhan kelompok tidak dilaksanakan. Pemasangan poster di
puskesmas juga tidak dilakukan. Pertemuan pemuka agama, ketua
adat, dan tokoh masyarakat kurang membahas tentang penapisan
HIV-AIDS.
29
- Pencatatan hasil cakupan penapisan HIV-AIDS belum lengkap karena
tidak terdapat pencatatan dan pelaporan fasilitas pelayanan kesehatan
swasta.
- Pencatatan alat dan bahan, suhu lemari es, dan logistik tidak lengkap.
-
4.3.2.3.4 Pengawasan
- Pencatatan dan pelaporan
Pencatatan dan pelaporan dilakukan setiap satu bulan sekali.
4.3.3. Keluaran
4.3.3.1 Pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
a. Cakupan pelayanan Penapisan HIV-AIDS PITC
Tabel 12. Cakupan Program Penapisan HIV-AIDS PITC Periode Agustus 2018 –
Agustus 2019 Puskesmas Elly Uyo.
30
a. Lokasi : Terjangkau oleh masyarakat
b. Transportasi : Tidak menjadi faktor penghambat.
4.3.4.2.Lingkungan Non Fisik
a. Pendidikan : Tidak ada Data
b. Sosial ekonomi : Tidak menjadi faktor penghambat
c. Agama dan kepercayaan : Menjadi faktor penghambat
4.3.5. Dampak
a. Langsung : Menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat penyakit
HIV –AIDS dan komplikasi dari penyakit tersebut
b. Tidak Langsung :
Meningkatkan derajat kesehatan dan kualitas hidup masyarakat di
wilayah kerja.
Mengurangi insidensi HIV-AIDS di Tanah Papua
4.3.6 Umpan Balik
Adanya rapat kerja bulanan bersama kepala puskesmas dan lintas program untuk
mengevaluasi program yang telah dijalankan setiap bulannya.
31
DAFTAR PUSTAKA
1. Centers for Disease Control and Prevention: First 100.000 cases of acquired
immunodeficiency syndrome. United States:MMWR;1989.h. 561-3.
2. Johnson RA, Dover JS. Cutaneous manifestation of human immunodeficiency virus
diseases. In : Freedberg IM, Eisen AZ, Wolf K. Fitzpatrick’s Dermatology in general
medicine. 6th ed. New York: Mc Graw-Hill; 2003.p.2514-35.
3. Djoerban Z, Djauzi S, Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S,
Editors. Buku ajar ilmu penyakit dalam. Ed.5. Jakarta:Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit
Dalam FKUI; 2009.h.2861-9.
4. World Health Organization. Data and Statictics on HIV-AIDS. Cited: 2019. Dikutip pada:
Oktober 2019. https://www.who.int/hiv/data/en/.
5. UNAIDS. UNAIDS Data Conference of 2018. Swiss: UNAIDS Publication;
2019.h.18,127-130.
6. UNAIDS. Data and Statistics on HIV-AIDS. Cited: 2019. Dikutip pada: Oktober 2019.
https://aidsinfo.unaids.org/.
7. Komisi Penanggulangan HIV dan AIDS Nasional. Strategi dan Aksi Nasional 2015-2019.
Jakarta: Komisi Penanggulangan AIDS; 2015.h.10-6.
32