Anda di halaman 1dari 33

1

MAKALAH
SISTEM INFORMASI KEPERAWATAN

HIV DAN PERKEBANGANNYA DI KAB KARAWANG

Disusun Oleh :
RIZA RONI ZATMIKO
MULYANA
DEDEN PERMANA
SUJATNIKA
AHMAD RIFAI

FALKUTAS ILMU KESEHATAN


UNIVERSITAS BOROBUDUR
2020
2

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kabupaten Karawang merupakan salah satu daerah yang sangat pesat

pembangunannya, salah satu kawasan Industri terbesar di Indonesia berada di

daerah Karawang, sehingga tidak menutup kemungkinan Karawang

merupakan daerah yang beresiko tinggi terhadap HIV dan AIDS. Sebagai

kawasan industri, kabupaten Karawang memiliki banyak penduduk usia

produktif dengan mobilitas penduduk yang tinggi sehingga mempercepat

proses transfer teknologi, budaya dan gaya hidup. Munculnya tempat tempat

hiburan malam, peredaran media pornografi dan narkotika menciptakan

kemudahan akses terhadap terjadinya transaksi beresiko, yang merupakan cara

penularan HIV dan AID terbesar. (Yudh dan Ramadani, 2017)

Human Immunodeficiency Virus atau HIV adalah Retro Virus yang termasuk

dalam Family Lenty Virus. Retro Virus mempunyai kemampuan menggunakan

RNA nya dan DNA pejamu untuk membentuk Virus DNA dan dikenali selama

periode Inkubasi yang panjang. Seperti Retro Virus yang lain, HIV

menginfeksi tubuh dengan periode Inkubasi yang panjang ( Klinik – Laten ),

dan utamanya menyebabkan munculnya tanda dan gejala AIDS. Hal tersebut
3

terjadi dengan menggunakan DNA dari CD4+ dan Limposit untuk mereplikasi
+
diri. Dalam proses itu, Virus tersebut menghancurkan CD4 dan Limposit.

(Nursalam dan Kurniawati, 2011).

Acquired Immune Deficiency Syndromeatau AIDS yaitu Sindrom kurang daya

tahan melawan penyakit atau suatu kumpulan gejala penyakit kerusakan

Sintem Kekebalan Tubuh, bukan penyakit bawaan tetapi didapat dari hasil

penularan yang disebabkan oleh HIV ( Widoyono, 2011 )

Penyakit menular ini sangat menarik perhatian dunia sehingga badan dunia UN

(United Nations) bekerjasama dengan WHO (World Health Organization)

menyatakan bahwa, penyakit menular ini dipengaruhi oleh perkembangan

kesehatan tubuh seseorang yang dimana ada beberapa faktor antara lain faktor

keturunan, faktor kesehatan, faktor lingkungan, dan faktor perilaku

(Kurniawan, 2011). Berdasarkan case report UNAIDS dan (WHO) tahun 2016

jumlah orang yang hidup dengan HIV di dunia sampai akhir tahun 2015

terdapat 34,0 juta-39,8 juta orang dan kematian akibat AIDS diperkirakan

sebanyak 1,1 juta orang di seluruh dunia.

Fenomena gunung es dalam kasus HIV dan AIDS di Indonesia menjadi

masalah yang perlu mendapat perhatian. Menurut data Kemenkes RI (2015),

pada tahun 2010-2012 Jumlah kasus baru HIV positif di Indonesia cukup stabil,

kemudian pada tahun 2013 dan 2014 kembali mengalami peningkatan secara
4

signifikan. Pada tahun 2010 jumlah kasus baru HIV positif sebesar 21.591

kasus kemudian meningkat secara signifikan pada tahun 2014 yaitu sebesar

32.711 kasus baru. Peningkatan jumlah kasus baru AIDS selalu terjadi setiap

tahunnya, hingga puncaknya pada tahun 2013 tercatat 10.163 kasus kemudian

terjadi penurunan jumlah kasus baru pada tahun 2014 yaitu sebesar 5.494 kasus

dengan jumlah kumulatif kasus AIDS sampai dengan akhir 2014 sebesar

65.790 kasus. (Kemenkes RI 2015).

Kumulatif HIV di Jawa Barat sampai tahun 2016 yaitu sebanyak 23.301 kasus.

Selama Periode < 2004 – 2016 Pola penemuan Kasus HIV Positif cenderung

meningkat, akan tetapi pada tahun 2016 tercatat sebanyak 3.673 menurun jika

disbanding tahun 2015 sebesar 4.4303, dengan lokasi terjangkit tersebar di 27

Kabupaten / Kota (Kemenkes 2016). Menurut Kemenkes 2016 Kumulatif

penderita HIV di Kabupaten Karawang < 2004 – 2016 sebanyak 83 kasus dan

Kumulatif penderita HIV tahun < 2004 – 2016 sebanyak 19 kasus. (Kemenkes

2016).

Berdasarkan hasil Studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Gempol Pasar

Selatan Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang di peroleh informasi

melalui data puskesmas di desa Gempol Pasar terdapat 8 kasus HIV/AIDS pada

tahun 2015 - 2017, dan terjadi penurunan di tahun 2018 yaitu 5 kasus penderita

HIV/AIDS yang telah terdaftar di puskesmas Desa Gempol.


5

Virus HIV tidak menyebabkan kematian secara langsung pada penderitanya,

akan tetapi adanya penurunan imunitas tubuh dapat mengakibatkan penderita

mudah terinfeksi, (Fauci & Lane, 2012; WHO, 2014). Penyakit HIV yang

semula bersifat akut dan mematikan berubah menjadi penyakit kronis yang bisa

dikelola. Namun demikian, hidup dengan penyakit kronis menyisakan

persoalan-persoalan lain yang memerlukan penyesuaian-penyesuaian baik

secara fisik, psikologis, sosial, daan spiritual (Lindayani & Maryam, 2017).

Menurut Laksana dan Lestari (2010) dalam Abrori dan Qurbaniah (2017)

Faktor – faktor penularan HIV dan AIDS sangat banyak, tetapi yang paling

utama adalah faktor perilaku seksual. Faktor lain adalah penularan secara

parenteral dan riwayat penyakit infeksi menular seksual yang pernah diderita

sebelumnya. Perilaku seksual yang berisiko merupakan faktor utama yang

berkaitan dengan penularan HIV dan AIDS. Patner seks yang banyak dan tidak

memakai kondom dalam melakukan aktivitas seksual yang berisiko merupakan

faktor utama penularan HIV dan AIDS. Padahal, pemakaian kondom

merupakan cara pencegahan penularan HIV dan AIDS yang efektif. Seks anal

juga merupakan faktor perilaku seksual yang memudahkan penularan HIV dan

AIDS. Pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) secara suntik/

injeksi atau injecting drug user (IDU) merupakan faktor utama penularan HIV

dan AIDS, termasuk di Indonesia (Laksana dan Lestari,2010).

Hasil penelitian Susilowati (2009), menemukan bahwa faktor yang

mempengaruhi proses penularan HIV/AIDS antara lain: lingkungan sosial


6

ekonomi khususnya kemiskinan, latar belakang kebudayaan/etnis, keadaan

demografi banyaknya pelabuhan yang disinggahi orang asing. Kelompok

masyarakat yang berpotensi punya risiko tinggi HIV

Berdasarkan observasi awal peneliti di Desa Gempol Pasar Kecamatan

Banyusari Kabupaten Karawang tercantum ada sekira 20 0rang yang bekerja

seebagai supir truk luar kota dan ditemukan 8 orang penderita HIV dan yang

menyebabkan responden terkena HIV/AIDS yaitu sering bergonta ganti atau

memiliki pasangan sex yang banyak, (ini terjadi pada laki – laki yang

berprofesi supir truk yang jarang pulang kerumah dan jarang bertemu dengan

istrinya), pengguna narkoba dengan jarum suntik. kurangnya pengetahuan

penderita atau masyarakat terkait cara penularan HIV.

Berdasarkan masalah tersebut, hal ini yang membuat peneliti tertarik untuk

meneliti masalah tersebut, karena sangat berpengaruh besar dalam kasus HIV,

jika masyarakat masih ada yang belum mengetahui penyebab dan proses

penularan HIV, maka kejadian HIV dan angka kematian akibat HIV akan

semakin meningkat. Dari uraian masalah diatas maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian tentang “ faktor – faktor yang mempengaruhi

penularan HIV di Desa Gempol Pasar Selatan Kecamatan Banyusari

Kabupaten Karawang ”.

B. Rumusan Masalah
7

Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan HIV/AIDS adalah pengetahuan,

sering bergonta – ganti pasangan, pemakaian jarum suntik pada pemakaian

narkoba. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka masalah yang di teliti

dalam penelitian ini adalah : apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi

penularan HIV/AIDS di Desa Gempol Pasar Selatan Kecamatan Banyusari

Kabupaten Karawang.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi penularan HIV di Desa

Gempol Pasar Selatan Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pengetahuan tentang cara

penularan HIV di Desa Gempol Pasar Selatan Kecamatan

Banyusari Kabupaten Karawang

b. Mengetahui distribusi frekuensi perilaku berganti – ganti pasangan

di Desa Gempol Pasar Selatan Kecamatan Banyusari Kabupaten

Karawang

c. Mengetahui distribusi frekuensi pemakaian jarum suntik pada

pemakai narkoba di Desa Gempol Pasar Selatan Kecamatan

Banyusari Kabupaten Karawang

d. Mengetahui hubungan antara faktor-faktor yang mempengaruhi

penularan HIV dengan angka kejadian HIV di Desa Gempol Pasar

Selatan Kecamatan Banyusari Kabupaten Karawang


8

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menambah ilmu dan

pengetahuan di bidang keperawatan dan kesehatan yaitu

mengenai faktor faktor yang mempengaruhi penularan HIV.

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai

referensi bagi peneliti serupa di kemudian hari.

c. Bagi Masyarakat

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya pengetahuan

tentang faktor – faktor yang mempengaruhi penularan HIV.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Mahasiswa

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi

mahasiswa keperawatan atau mahasiswa kesehatan lainnya agar

termotivasi dalam mempelajari, memahami, dan

memperhatikan faktor – faktor yang mempengaruhi penularan

HIV.
9

b. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan dapat di gunakan sebagai acuan

untuk penelitian selanjutnya dan dapat di kembangkan kembali

dengan penelitian yang belum sempat di teliti oleh peneliti yang

berhubungan dengan faktor – faktor yang mempengaruhi

penularan HIV.

c. Bagi Masyarakat

Setelah dilakukan penelitian ini diharapkan masyarakat dapat

merubah pola hidup menjadi lebih sehat dan angka kejadian

HIV dapat menurun di Desa Gempol Pasar Selatan


10

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar

1. Pengertian HIV dan AIDS

HIV/AIDS merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif untuk dibicarakan. Hal

ini berkaitan dengan sifat yang unik dari penyakit ini. Selain kasusnya yang

seperti fenomena gunung es, stigma dan diskriminasi juga banyak dialami oleh

penderita dan keluarganya. Tingginya stigma masyarakat terhadap penderita

HIV/AIDS menyebabkan banyak perlakuan diskriminatif baik dalam hal

pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun dalam hal lainnya.

Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV)

(Suharto, E, 2015).

Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan retrovirus yang menjangkiti

sel-sel sistem kekebalan tubuh manusia (terutama CD4 positive T-sel dan

makrofag komponen-komponen utama sistem kekebalan sel), dan

menghancurkan atau mengganggu fungsinya. Infeksi virus ini mengakibatkan

terjadinya penurunan sistem kekebalan yang terus-menerus, yang akan

mengakibatkan defisiensi kekebalan tubuh.


11

Sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS) menggambarkan

berbagai gejala dan infeksi yang terkait dengan menurunnya sistem kekebalan

tubuh. Infeksi HIV telah ditetapkan sebagai penyebab AIDS, tingkat HIV dalam

tubuh dan timbulnya berbagai infeksi tertentu merupakan indikator bahwa

infeksi HIV telah berkembang menjadi AIDS (Hoyle, 2016)

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Human

Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan isu kesehatan yang cukup sensitif

dan unik untuk dibicarakan. Kasusnya yang seperti penomena gunung es,

sehingga menyebabkan penderita dan keluarganya merasa dibeda-bedakan

didalam lingkungan, pekerjaan, perawatan, pengobatan, pendidikan maupun

dalam hal lainnya. HIV juga merupakan salah satu golongan virus yang terdiri

dari satu benang tunggal RNA yang menyerang sel-sel kekebalan tubuh

manusia, dapat menghancurkan maupun mengganggu fungsinya dan dapat

mengakibatkan penurunan system kekebalan tubuh yang terus menerus

menurun.

Sedangkan Acquired Immunodeficiency Sindrome (AIDS), adalah sekumpulan

gejala-gejala yang disebabkan oleh virus HIV. Tingkat HIV didalam tubuh dan

timbulnya infeksi tertentu merupakan indicator bahwa infeksi HIV telah

berkembang didalam tubuh menjadi AIDS.


12

2. Perjalanan HIV-AIDS

Menurut Purnamawati (2016) perjalanan HIV antara lain :

a. Fase I (masa jendela/window periode)

Infeksi dimulai dengan masuknya HIV ke dalam tubuh namun pada

pemeriksaan antibody di dalam darahnya masih belum ditemukan anti HIV.

Lama window periode antara 1-3 bulan. Selama masa ini, pasien sangat

infeksius, mudah menularkan kepada orang lain. Sekitar 30-50% orang

mengalami masa ini dengan gejala demam, pembesaran kelenjar getah

bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepada dan batuk.

b. Fase II : asimptomatik (tanpa gejala)

Hasil tes darah terhadap HIV tetapi tubuh tidak menunjukan gejala sakit.

Keadaan ini dapat berlangsung rata-rata selama 5-10 tahun, namun cairan

tubuh individu tersebut dapat menularkan HIV kepada individu lain.

c. Fase III : AIDS

Ini adalah fase terminal dari HIV yang kita sebut dengan AIDS. Pada fase

ini kekebalan tubuh telah menurun dan timbul gejala penyakit terkait HIV,

seperti :

1) Pembengkakan kelenjar getah bening yang menetap di seluruh tubuh

2) Diare kronis

3) Batuk pilek tidak sembuh-sembuh

4) Berat badan terus menurun sebesar > 10% dari berat badan awal dalam

waktu 1 bulan.
13

3. Penularan HIV AIDS

Menurut Purnamawati (2016) HIV menular melalui :

a. Cairan genital : sperma, lender vagina. Semua jenis hubungan seksual

misalnya kontak seksual genital, kontak seksual oral dan anal dapat

menularkan HIV. Lebih dari 90% kasus penularan HIV terjadi dari

hubungan seksual yang tidak aman.

b. Darah : penularan memalui darah dapat terjadi melalui tranfusi darah dan

produknya dan perilaku menyuntik yang tidak aman pada penggunaan

napza suntik dan digunakan secara bergantian.

c. Dari ibu ke bayinya : terjadi selama kehamilan, saat persalinan dan masa

menyusui.

4. Cara Pencegahan

Pencegahan HIV menurut Purnamawati (2016) dilakukan dengan menggunakan

konsep ABCDE yaitu :

a. A (abstinence), artinya Absen ataupun tidak melakukan hubungan seks bagi

yang belum menikah

b. B (Be Faithful), artinya bersikap saling setia kepada satu pasangan seks

(tidak berganti-ganti pasangan)

c. C (Condom), artinya cegah penularah HIV melalui hubungan seksual

dengan menggunakan Kondom

d. D (Drug No), artinya dilarang menggunakan narkoba


14

e. E (Equipment), artinya pakai alat-alat yang bersih, steril, sekali pakai, tidak

bergantian, diantaranya alat cukur dan sebagainya (E dapat juga pemberian

Edukasi, pemberian informasi yang benar).

5. Faktor-faktor yang mempengaruhi penularan HIV

Menurut Laksana dan Lestari (2010) dalam Abrori dan Qurbaniah (2017) Faktor

– faktor penularan HIV dan AIDS sangat banyak, tetapi yang paling utama

adalah faktor perilaku seksual. Faktor lain adalah penularan secara parenteral

dan riwayat penyakit infeksi menular seksual yang pernah diderita sebelumnya.

Perilaku seksual yang berisiko merupakan faktor utama yang berkaitan dengan

penularan HIV dan AIDS. Patner seks yang banyak dan tidak memakai kondom

dalam melakukan aktivitas seksual yang berisiko merupakan faktor utama

penularan HIV dan AIDS. Padahal, pemakaian kondom merupakan cara

pencegahan penularan HIV dan AIDS yang efektif. Seks anal juga merupakan

faktor perilaku seksual yang memudahkan penularan HIV dan AIDS.

Pemakaian narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) secara suntik/ injeksi

atau injecting drug user (IDU) merupakan faktor utama penularan HIV dan

AIDS, termasuk di Indonesia (Laksana dan Lestari, 2010).

Kerentanan perempuan terhadap HIV lebih banyak disebabkan ketimpangan

gender yang berakibat pada ketidak mampuan perempuan untuk mengontrol

perilaku seksual suami atau pasanagan tetapnya dan kurangnya pengetahuan

serta akses untuk mendapatkan informasi dan pelayanan pengobatan HIV dan
15

AID, yang lebih memprihatinkan adalah penularan Virus HIV ini lebih rentan

terhadap perempuan khususnya remaja putri.

Menurut Laksana dan Lestari (2010, dalam Abrori dan Qurbaniah 2017) Bahwa

Infeksi Menular Seksual (IMS) yang menyebabkan ulkus, misalnya herpes

simpleks dan sivilis meningkatkan risiko menularkan dan tertular HIV. Faktor

– faktor risiko penularan HIV dan AIDS sangat banyak, tetapi yang paling utama

adalah faktor perilaku seksual. Perilaku seksual yang berisiko merupakan faktor

utama yang berkaitan dengan penularah HIV dan AIDS. Anggapan masyarakat

bahwa HIV dan AIDS hanya dialami perempuan penjaja seks ternyata tidak

benar, karena saat ini perempuan yang tidak melakukan perilaku berisiko telah

ada yang terinfeksi HIV dari Pasangan tetapnya (suaminya). Sejumlah

penelitian menunjikan bahwa IMS yang menyebabkan ulkus, misalnya herpes

simpleks dan sifilis meningkatkan risiko menularkan dan tertular HIV.

B. Kerangka Teori
16

Faktor yang mempengaruhi

penularan HIV :

1. Faktor perilaku seksual

yang berisiko

2. Riwayat penyakit infeksi

menular seksual yang

pernah diderita

sebelumnya

3. Patner seks yang banyak Kejadian HIV


4. Tidak memakai kondom

dalam melakukan aktivitas

seksual yang berisiko

5. Seks anal

6. Pemakaian narkoba dan

obat – obatan terlarang

secara suntik.

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber :

Laksana dan Lestari, (2010) dalam Abrori dan Qurbaniah, (2017) dan Abrori dan

Qurbaniah, (2017).

BAB III
17

KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL DAN HIPOTESIS

A. Kerangka Konsep
Kerangka Konsep adalah abstraksi dari suatu realitas agar dapat dikomunikasikan
dan membentuk suatu teori yang menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik
variable yang diteliti maupun yang tidak diteliti). Kerangka konsep akan membantu
penelitian menghubungkan hasil penemuan dengan teori. (Nursalam, 2017).

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Variabel Independen Variabel Dependen

1. Tingkat Pengetahuan

2. Berganti-ganti pasangan
Penularan HIV
3. Pemakaian Jarum Suntik

pada pemakai Narkoba

B. Variabel Penelituan
18

Variabel adalah perilaku atau karakteristik yang memberikan nilai beda terhadap

suatu (benda, manusia, dan lain – lain) (Putri & Haryanto, 2007 dalam Nursalam,

2017). Variabel juga merupakan konsep dari berbagai level abstrak yang

didefinisikan sebagai suatu fasilitas untuk pengukuran dan atau manipulasi suatu

penelitian. Konsep yang dituju dalam suatu penelitian bersifat konkret dan secara

langsung bisa diukur, misalnya denyut jantung, hemoglobin, dan pernapasan tiap

menit. Sesuatu yang konkret tersebut bisa diartikan sebagai suatu variabel dalam

penelitian ( Nursalam, 20017).

1. Variabel Independen (bebas)

Variabel yang mempengaruhi atau nilainya menentukan variabel lain. Suatu

kegiatan stimulus yang dimanipulasi oleh peneliti menciptakan suatu dampak

pada variabel dependen. Variabel bebas biasanya dimanipulasi, diamati, dan

diukur untuk diketahui hubungannya atau pengaruhnya terhadap variabel lain.

Dalam ilmu keperawatan, variabel bebas biasanya merupakan stimulus atau

intervensi keperawatan yang diberikan kepada pasien untuk memengaruhi

tingkah laku pasien (Nursalam, 2017). Variabel independen (bebas) pada

penelitian ini adalah tingkat pengetahuan, berganti-ganti pasangan, dan

pemakaian jarum suntik pada pemakai narkoba.

2. Variabel Dependen (terikat)


19

Variabel yang dipengaruhi nilainya ditentukan oleh variabel lain. Variabel

respons akan muncul sebagai akibat dari manipulasi variabel-variabel lain.

Dalam ilmu perilaku, variabel terikat adalah aspek tingkah laku yang diamati

dari suatu organisme yang dikenal stimulus. Dengan kata lain, variabel terikat

adalah faktor yang diamati dan diukur untuk menentukan ada tidaknya

hubungan atau pengaruh dari variabel bebas (Nursalam, 2017). Variabel

dependen (terikat) pada penelitian ini adalah Penularan HIV

C. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah definisi berdasarkan karakteristik yang diamati dari

sesuatu yang didefinisikan tersebut.

Tabel 3.1
Definisi Operasional
Variabel Definisi Cara ukur Alat ukur Hasil ukur Skala ukur
operasional
Variable Independen
1. Pengetahuan Seluruh Kuosioner Pertanyaan 1= Baik jika skor Ordinal
tentang HIV pengetahuan yang terdiri ≥
atau dari 10 soal mean/median
pemahaman dan skoring 2= Kurang jika
yang dimiliki yang skor ≤
penderita digunakan mean/median
tentang HIV yaitu benar
meliputi : dan salah
pengertian
HIV,
perjalanan
HIV, cara
penularan HIV,
cara
pencegahan
HIV, dan faktor
penyebab HIV.

Beganti-ganti Perilaku Kuosioner Format ceklis 1 = Ya Nominal


pasangan responden yang yang terdiri 0 = Tidak
20

mencerminkan dari 10 soal


ketidaksetiaan dan
terhadap menggunakan
pasangan skoring Ya
atau Tidak
Pemakaian Jarum Perilaku kuosinoer Format ceklis 1 = Ya Nominal
suntik narkoba responden yang terdiri 0 = Tidak
terhadap dari 10 soal
penggunaan dan
obat-obatan menggunakan
narkotika skoring Ya
dengan cara atau tidak
injeksi

D. Hipotesis

Hipotesis merupakan proposisi keilmuan yang dilandasi oleh kerangka konseptual

penelitian dan merupakan jawaban sementara terhadap permasalahan yang dihadapi

serta diuji kebenarannya berdasarkan fakta empiris (Nursalam, 2017).

Menurut Arikunto, (2010) ada dua jenis hipotesis yang digunakan dalam penelitian

1. Hipotesis kerja, atau disebut dengan hipotesis alternatif (Ha). Hipotesis kerja

menyatakan adanya hubungan antara variabel X dan Y, atau adanya perbedaan

antara dua kelompok.

2. Hipotesis nol (H0). Hipotesis nol sering juga disebut hipotesis statistik, karena

biasanya dipakai dalam penelitian yang bersifat statistik, yaitu diuji dengan

perhitungan statistik.

Hipotesis dalam penelitian ini adalah

a. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pengetahuan

dengan risiko penularan HIV di desa gempol

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat

pengetahuan dengan risiko penularan HIV di desa gempol.


21

b. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara berganti- gantian pasangan

dengan risiko penularan HIV di desa gempol.

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara berganti-gantian pasangan

dengan risiko penularan HIV di desa gempol.

c. Ha = Terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan jarum suntik pada

pemakai narkoba dengan risiko penularan HIV di desa gempol.

H0 = Tidak terdapat hubungan yang signifikan antara penggunaan jarum suntik

pada pemakai narkoba dengan risiko penularan HIV di desa gempol.

BAB IV
22

METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan analiktik dengan desain penelitian Cross

Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara tingkat

pengetahuan tentang penularan HIV, perilaku ganti-ganti pasangan, dan penggunaan

jarum suntik pada pemakai narkoba, dengan cara pendekatan observasi, dan

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (Point time approach). Artinya, tiap

subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan terhadap

status karakter atau variabel subjek pada saat penelitian (Hidayat,2017).

B. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Gempol Wilayah Kerja Puskesmas

C. Waktu Penelitian

Waktu penelitian ini dilakukan selama bulan Desember 2018

D. Etika Penelitian

Secara umum prinsip etika dalam penelitian/pengumpulan data dapat dibedakan

menjadi tiga bagian, yaitu prinsip manfaat, prinsip menghargai hak-hak subjek, dan

prinsip keadilan (Nursalam, 2017)


23

1. Prinsip manfaat

a. Bebas dari penderitaan

Penelitian harus dilaksanakan tanpa mengakibatkan penderitaan kepada

subjek, khususnya jika menggunakan tindakan khusus.

b. Resiko (benefits ratio)

Peneliti harus hati-hati mempertimbangkan risiko dan keuntungan yang

akan berakibat kepada subjek pada setiap tindakan.

2. Prinsip menghargai hak asasi manusia (Respect Human Dignity)

a. Hak untuk ikut/tidak menjadi responden (right to self determination)

Subjek harus diperlakukan secara manusiawi. Subjek mempunyai hak

memutuskan apakah mereka bersedia menjadi subjek ataupun tidak, tanpa

adanya sangsi apapun.

b. Hak untuk mendapatkan jaminan dari perlakuan yang diberikan (right to

full diclosure)

Seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara terperinci serta

bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.

c. Informed Consent

Subjek harus mendapatkan informasi secara lengkap tentang tujuan

penelitian yang akan dilaksanakan, mempunyai hak untuk bebas

berpartisipasi atau menolak menjadi responden. Pada informed consent


24

juga perlu dicantumkan bahwa data yang diperoleh hanya akan

dipergunakan untuk pengembangan ilmu.

3. Prinsip keadilan (right to justice)

a. Hak untuk mendapatkan perlakuan yang adil

Subjek harus diperlakukan secara adil baik sebelum, selama, dan sesudah

keikutsertaanya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi apabila

ternyata mereka tidak bersedia atau dikeluarkan dari penelitian.

b. Hak dijaga kerahasiaannya (right to privacy)

Subjek mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan harus

dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama (anonimity) dan rahasia

(confidentiality).

Penelitian ini tidak memberikan manfaat secara langsung ataupun bahaya

kepada responden. Penelitian ini tidak menempatkan responden pada situasi

yang merugikan maupun resiko merugikan. Penelitian ini menjaga kerahasiaan

data yang diberikan dapat terjamin karena identitas responden tidak

dicantumkan pada format kuosioner hanya dicantumkan kode inisial. Responden

dipilih secara acak bukan berdasarkan pertimbangan personal peneliti. Seluruh

responden mendapat perlakuan yang sama terkait penelitian. Tidak ada unsur

pemaksaan di dalam penelitian ini sehingga responden memiliki hak untuk

menolak kuosioner.
25

E. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi

Menurut Sugiyono (2015) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas

obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

Populasi dalam penelitian adalah subjek (misalnya manusia; klien) yang

mempengaruhi kriteria yang ditetapkan (Nursalam, 2017). Populasi dalam

penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di Desa Gempol Pasar Selatan.

2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian subjek yang akan diteliti dan dianggap mewakili

populasi (Nursalam, 2017). Sampel dalam penelitian ini adalah penderita HIV

di Desa Gempol Pasar Selatan kelompok usia dewasa. Adapun sampel dalam

penelitian ini adalah penderita dengan kriteria sampel yaitu :

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inkulsi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari satu

populasi target yang terjangkau dan akan diteliti. Pertimbangan ilmiah

harus menjadi pedoman saat menentukan kriteria inklusi. (Nursalam,

2017)

Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah :

1) Merupakan penderita HIV

2) Bersedia menjadi responden

b. Kriteria Eksklusi
26

Kriteria eksklusi menurut (Nursalam, 2017) adalah menghilangkan atau

mengeluarkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dari studi karena

berbagai sebab, antara lain :

1) Terdapat keadaan atau penyakit yang mengganggu pengukuran

maupun interpretasi hasil.

2) Terdapat keadaan yang mengganggu kemampuan pelaksanaan,

seperti subjek yang tidak mempunyai tempat tinggal tetap sehingga

sulit ditindaklanjuti.

3) Hambatan etis

4) Subjek menolak berpartisipasi

Kriteria eksklusi dalam peneliatian ini adalah :

1) Tidak hadir saat penelitian berlangsung

2) Subjek membatalkan menjadi responden

Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan cara Purposive Sampling yaitu

suatu teknik penetapan sempel dengan cara memilih sampel di antara populasi

sesuai dengan yang dikehendaki peneliti ( Nursalam, 2017). Alasan

menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua sampel

memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti. Oleh karena itu,

penulis memilih teknik Purposive Sampling yang menetapkan pertimbangan-

pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi oleh sampel-

sampel yang digunakan dalam penelitian ini.

F. Instrumen Penelitian
27

Instrumen yang digunakan dalam pengumpulan data pada penelitian ini adalah

kuosioner. Kuosioner dalam penelitian ini berisi pertanyaan. Dalam penelitian ini

terdapat dua kuosioner yaitu kuosioner tingkat pengetahuan yang terdiri dari 10 soal,

kuosioner tentang berganti-ganti pasangan 10 soal dan kuosioner tentang pemakaian

narkoba jarum suntik 10 soal. Responden diminta menjawab dan memberi tanda silang

(X) pada suatu pertanyaan dianggap sesuai dengan responden. Hasil data yang

diperoleh akan diolah dalam bentuk angka-angka dan tabel-tabel, analisa data yang

dapat di edit, di tabulasi terlebih dahulu dilakukan uji validasi dan uji reabilitas yang

dilakukan dengan menggunakan aplikasi Excel atau SPSS.

G. Validitas dan Reliabilitas Instrumen

1. Prinsip Validitas (Kesahihan)

Prinsip validitas adalah pengukuran dan pengamatan yang berarti prinsip

keandalan instrumen dalam mengumpulkan data. Instrumen harus dapat

mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2017). Uji validitas adalah

uji tentang kemampuan suatu kuosioner sehingga benar-benar dapat mengukur

apa yang ingin diukur (Notoatmodjo, 2010). Ada 2 hal penting yang harus

dipenuhi dalam menentukan validitas pengukuran yaitu instrumen harus :

a. Relevan isi instrument

Isi instrumen harus disesuaikan degan tujuan penelitian (tujuan khusus)

agar dapat mengukur apa yang seharusnya diukur. Isi tersebut biasanya

dapat dijabarkan dalam definisi operasional.

b. Relevan sasaran subjek dan cara pengukuran


28

Instrumen yang disusun harus dapat memberikan gambaran terhadap

perbedaaan subjek penelitian.

Uji validitas pada penelitian ini menggunakan instrumen relevan isi. Validitas

isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam kuosioner mencakup semua isi

yang hendak diukur dan isi dari kuosioner tersebut juga harus relevan serta tidak

keluar dari batasan tujuan penelitian. Uji validitas pada penelitian ini dilakukan

pada lokasi yang memiliki karakteristik yang sama. Untuk menguji validitas

menggunakan Korelasi Pearson Product Moment.

Rumus Pearson Product Moment :

𝑛 (Σ𝑥𝑦) − (Σ𝑥Σ𝑦)
𝑟=
√{𝑛Σ𝑥 2 − (Σx)2 {𝑛Σ𝑦 2 − (Σ𝑦)2 }

Keterangan :

r = Koefisien validitas item yang dicari

n = Jumlah responden

X = Skor yang diperoleh subjek dalam setiap item

Y = Skor yang diperoleh objek dalam setiap item

2. Realibilitas (Keandalan)

Realibilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila fakta atau

kenyataan hidup tadi diukur atau diamati berkali-kali dalam waktu yang

berlainan. Alat dan cara mengukur atau mengamati sama-sama memegang

peranan yang penting dalam waktu yang bersamaan (Nursalam, 2017). Uji

realibilitas adalah suatu uji yang digunakan untuk melihat kekonsistenan

jawaban terhadap pernyataan (Notoatmodjo, 2010). Suatu kuosioner disebut


29

realibel atau handal jika jawaban-jawaban seseorang konsisten. Reabilitas dapat

diukur dengan jalan mengulang pertanyaan yang mirip pada nomor berikutnya.

Uji realiabilitas dapat dilihat hasilnya pada nilai Cronbach Alpha, jika nilai

Cronbach Alpha > 0,632 atau 0,6 maka semua item pernyataan sudah realibel.

Cronbrach Alpha diperoleh dengan rumus :


1
𝑘
𝑟= {∑ 𝜎𝒾 2 }
𝑘−1 2
𝜎

Keterangan :

r = Koefisien realibilitas

k = Jumlah butir pertanyaan

σi = Varience butir pertanyaan

σ = Varience skor test

∑ = Jumlah skor jawaban subjek untuk butir pertaanyaan ke-n

H. Pengumpulan Data

Menurut Nursalam, (2017) pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada

subjek dan proses pengumpulan karakteristik subjek yang diperlukan dalam suatu

penelitian. Adapun tujuan penelitian ini adalah jawaban dari rumusan masalah ataupun

hipotesis penelitian, untuk dapat menjawabnya diperlukan data atau informasi atau

data mempunyai karakteristik yang berbeda-beda sehingga membutuhkan metode

yang berbeda-beda pula


30

Metode pengumpulan data dilakukan di Desa Gempol Pasar Selatan kecamatan

Banyusari kabupaten Karawang dengan proses sebagai berikut :

1. Setelah proposal mendapat persetujuan dari pembimbing dilanjutkan dengan

peneliti mengajukan ijin ke Institusi dan tempat yang akan dilakukan penelitian.

2. Peneliti mengadakan pendekatan dan penjelasan kepada calon responden

tentang tujuan, prosedur penelitian, dan bagi masyarakat yang bersedia menjadi

responden serta memenuhi kriteria sampel dipersilahkan untuk menandatangani

lembar persetujuan (Inform consent) untuk menjadi responden.

3. Peneliti memberi penjelasan mengenai cara pengisian kuosioner

4. Memberikan waktu kepada responden untuk mengisi kuosioner, memberikan

kesempatan kepada responden untuk bertanya jika ada pertanyaan yang kurang

jelas.

5. Setelah seluruh pertanyaan dalam kuosioner dijawab, maka peneliti

mengumpulkan data dan memeriksa kembali kelengkapan data.

6. Peneliti mengungkapkan terimakasih kepada responden atas partisipasinya.

Alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan lembar kuosioner. Penyesuaian diri diukur dengan menggunakan

kuosioner penyesuaian diri yang di buat oleh peneliti.

I. Pengolahan Data

Menurut Notoatmodjo, 2010 pengolahan data hasil penelitian dilakukan melalui

tahap-tahap sebagai berikut:

1. Editing
31

Kegiatan ini dilakukan dengan cara memeriksa data hasil jawaban dari

kuosioner yang telah diberikan kepada responden dan kemudian dilakukan

koreksi apakah telah menjawab dengan lengkap atau belum. Editing dilakukan

dilapangan sehingga bila terjadi kekurangan atau tidak sesuai bisa segera

dilengkapi. Pada penelitian ini peneliti melakukan editing setelah menerima

kuosioner yang telah diisi oleh responden, diperiksa kebenarannya dan

kelengkapannya. Jika ada responden yang belum lengkap dalam mengisi

kuosioner, maka peneliti meminta responden tersebut untuk melengkapinya.

2. Coding

Kegiatan ini memberi kode angka pada kuosioner terhadap tahap-tahap dari

jawaban responden agar lebih mudah dalam pengolahan data selanjutnya.

Coding pada penelitian ini dilakukan dengan cara memberi kode angka pada

setiap jawaban untuk mempermudah dalam pengolahan dan analisa data.

3. Tabulating

Kegiatan ini dilakukan dengan cara menghitung data dari jawaban kuosioner

responden yang sudah diberi kode, kemudian dimasukan kedalam tabel.

4. Scoring

Selanjutnya menetapkan pemberian skor pada angket atau kuosioner.

J. Analisa Data

Setelah melalui tahap pengolahan data kemudian dianalisa secara univariat dan

bivariat.

1. Analisa Univariat
32

Analisa ini digunakan untuk memperoleh gambaran distribusi frekuensi dan

presentasi dari semua variabel penelitian yang meliputi faktor – faktor yang

mempengaruhi penularan HIV di Desa Gempol Pasar. Analisa univariat dapat

dihitung dengan rumus :

𝐹 𝑥 100%
𝑃=
𝑁

Keterangan :

P = Besar presentase jawaban

F = Frekuensi

N = Jumlah soal

2. Analisa Bivariat

Analisa ini digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen

dengan variabel dependen, sehingga dapat diketahui faktor – faktor yang

mempengaruhi penularan HIV. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah uji Chi Square, karena baik variabel independen maupun variabel

dependen merupakan variabel kategori.

Rumus Chi-Square

2
∑(𝑓0 − 𝑓𝑒 )2
𝑥 =
𝑓𝑒

Keterangan :

x2 = Nilai Chi kuadrat

fe = Frekuensi yang diharapkan

f0 = Frekuensi yang diperoleh/diamati


33

Batas kemaknaan yang digunakan adalah 0,05. Pengambilan keputusan statistik

dilakukan dengan membandingkan nilai p(p-value) dengan nilai α (0,05) dengan

ketentuan :

a. Bila p-value ≤ nilai α (0,05), maka ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

b. Bila p-value ≥ nilai α (0,05), maka tidak ada hubungan antara variabel

independen dengan variabel dependen.

Anda mungkin juga menyukai