Anda di halaman 1dari 37

KEBIJAKAN DAN ANALISIS CAPAIAN TBC

PROVINSI JAWA BARAT


SERTA KONSEP DPPM

Oleh :
M. Yudi Koharudin, S.T., M.A.P
Kepala Seksi P2PM
GLOBAL TB 160,000
133,667

REPORT
140,000
120,000
100,000

2020
80,000 66,912
59,408
60,000 42,066
30,783 32,148
40,000
20,649 20,418
16,123
8,545 11,463
11,002 9,529 7,558 11,763
20,000 5,575
4,850 4,150 3,848 7,737 7,852 5,822 4,524
4,206 7,595
7,272 4,377
3,281
2,131 1,788 4,020 2,736 2,222 2,967
-

LAMPUNG
SUMUT

RIAU
KEPRI
JAMBI

SULTRA
BABEL

DIY

NTB
KALSEL

SULBAR

NTT

MALUT

PAPUA BARAT
DKI JAKARTA

KALTIM
SUMSEL

JATENG

KALTENG
JATIM

KALTARA
SULUT
ACEH

JABAR

KALBAR

GORONTALO

MALUKU
SUMBAR

BENGKULU

BALI

PAPUA
BANTEN

SULSEL
SULTENG
- Indonesia termasuk delapan negara yang menyumbang
2/3 kasus TBC di seluruh dunia, menempati posisi kedua
setelah India dengan kasus sebanyak 845.000 dengan
kematian sebanyak 98.000 atau setara dengan 11
kematian/jam
- Kasus TB terjadi di 34 provinsi di Indonesia, dengan
kasus terbesar pada 2019 terjadi di provinsi Jawa Barat,
disusul provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, DKI Jakarta,
dan Sumatera Utara, secara lengkap pada tabel di atas
PETA JALAN ELIMINASI TBC 2030
2020 2025 2030
INSIDENSI TURUN 20% INSIDENSI TURUN 50%
INSIDENSI TURUN 90%

1. TREATMENT COVERAGE : 80%


2. SUCCES RATE : 90% 1. TREATMENT COVERAGE : >= 90%
3. TPT KONTAK SERUMAH : 11% 2. SUCCES RATE >= 90%
1. TREATMENT COVERAGE: 90%
3. TPT KONTAK SERUMAH >=80%
2. SUCCES RATE : 90%
3. TPT KONTAK SERUMAH :
70%
STRATEGI PENANGGULANGAN TBC 2020 - 2024

Strategi 1: Penguatan Strategi 2: Peningkatan akses


kepemimpinan program pada layanan Tuberkulosis yang
tingkat pusat, provinsi dan bermutu dan berpihak pada
kabupaten/kota pasien

Strategi 3: Peningkatan upaya Strategi 4: Pemanfaatan hasil riset


promosi & pencegahan, pemberian
pengobatan pencegahan &
dan teknologi skrining, diagnosis
pengendalian Infeksi dan tatalaksana Tuberkulosis

Strategi 5: Peningkatan peran serta Strategi 6: Penguatan manajemen


komunitas, mitra dan multisektor program melalui penguatan
lainnya dalam eliminasi Tuberkulosis sistem kesehatan
Strategi Nasional Penanggulangan TB, beberapa inisiatif
terbaru
1. Manajemen Infeksi Laten TB: memperluas penggunaan TPT jangka
pendek pada kontak serumah
2. Penemuan kasus secara intensif pada kelompok geriatrik dan diabetic
3. Penemuan kasus secara aktif pada populasi dengan perkiraan insiden
1%, misalnya Warga Binaan Pemasyarakatan, wilayah padat penduduk,
asrama, pondok pesantren
4. Perluasan penggunaan TCM untuk diagnosis TB
5. Penggunaan paduan pengobatan jangka pendek untuk meningkatkan
kepatuhan pengobatan
6. Pemberian enabler pada semua pasien TB RO dan pemberian insentif
berbasis kinerja kepada petugas Kesehatan dan komunitas pendukung
pasien
7. Menghubungkan Sistem Informasi TB dengan sistem pengolahan data
laboratorium, logistik, dan indikator kinerja utama dengan sistem
informasi Kesehatan nasional
8. Dukungan hukum terhadap diskriminasi dan stigmatisasi pasien TB
DISTRICT PUBLIC
PRIVATE MIX (DPPM)
PENGERTIAN DPPM
District-Based Public-Private Mix
(DPPM)
Definisi :
Jejaring layanan tuberkulosis
dalam satu kabupaten/kota yang
melibatkan fasilitas kesehatan
pemerintah dan swasta yang
dikoordinasikan oleh Dinas
Kesehatan Kabupaten/Kota.

Tujuan Umum :
Penerapan DPPM bertujuan agar semua fasilitas layanan kesehatan yang menangani
TB berpartisipasi dalam jejaring sehingga semua pasien TB dapat ditemukan dan
diobati sesuai standar dan tercatat dalam sistem informasi Program TB Nasional.
Public Private Mix di Indonesia
Mengorganisasikan layanan TB
Diimplementasikan dalam Konsep PPM di Indonesia untuk memastikan layanan
rangka meningkatan akses dilaksanakan berbasis terpadu yang berpusat pada
layanan Tuberkulosis kabupaten/kota → DPPM pasien (patient‐centered care)
bermutu dan berpihak → desentralisasi pada tingkat kabupaten/kota
pada pasien dengan koordinasi yang
JEJARING EKSTERNAL substansial
Jejaring layanan TB diantara Tim DPPM
seluruh fasilitas pelayanan
kesehatan baik pemerintah
Diimpementasikan
oleh
KOPI TB Tim DPPM TB
telah terbentuk
di
106 Kab/Kota
dan swasta di sebuah
kabupaten/kota
DPPM Tujuan DPPM

JEJARING INTERNAL
Jejaring layanan TB antara
seluruh unit di sebuah fasilitas
pelayanan kesehatan Detected Treated Reported
Revisi Model Jejaring DPPM Peran
Berdasarkan Stranas TB 2020-2024 KOPI TB

1. Keterlibatan 2. Tata laksana


praktisi dalam TB sesuai
kegiatan dengan ISTC
penanggulangan dan PNPK TB
TB nasional

Asosiasi 3. Notifikasi pasien 4. Mendukung


FKTP TB dalam sistem keberhasilan
informasi Program penanggulangan
TB Nasional TB
Strategi Implementasi PPM 2020-2024
Meningkatkan keterlibatan dan menguatkan Menguatkan kolaborasi DPPM melalui
mekanisme jejaring antara seluruh fasilitas skema pembiayaan kesehatan
pelayanan kesehatan • Strategic health purchasing (SHP)

Meningkatkan kualitas layanan TBC, antara lain


dengan: Membentuk Tim TBC Rumah Sakit
• Mensosialisasikan ISTC, PNPK TBC dan isu terkait TBC • termasuk melakukan capacity building dan
lainnya kepada seluruh OP mentoring
• TBC sebagai penilaian utama dalam akreditasi

Menguatkan peran lintas program, lintas sektor Melakukan dukungan akses pasien TBC
dan komunitas dalam penerapan PPM dari layanan swasta
(Organisasi profesi, asosiasi fasyankes, BPJS, TBC sebagai • terkait pemeriksaan Tes Cepat Molekuler (TCM)
komponen utama dalam sertifikasi yg berkaitan dengan OP) dan sistem transportasi spesimen yang efisien

Menguatkan implementasi wajib notifikasi TBC Membangun jejaring antara layanan


• System reward/punishment (DAK/Klaim/Kapitasi/SKP)
• Diseminasikan wajib notifikasi TBC dan isu lainnya kepada
kesehatan swasta dengan organisasi
seluruh anggota OP masyarakat
• Sistem credentialing BPJS & konsep performance based • untuk patient support, kontak investigasi, rujukan
TB‐HIV, & upaya promosi dan preventif.
Prioritas Kegiatan PPM 2021-2023
Tingkat Kabupaten/Kota
Koordinasi Multi-sektoral Pengembangan Rencana Aksi Penanggulangan Tuberkulosis
Tingkat Kabupaten/Kota

Advokasi Pengembangan Skema Jaminan Kesehatan dan Jaminan Sosial Pasien


TB Kepada Stakeholder Terkait

Koordinasi Organisasi Profesi dan Fasilitas Pelayanan Kesehatan dalam Jejaring TB Di


Kabupaten/Kota

Supervisi Monitoring dan Evaluasi Dinkes Ke Fasyankes terkait Implementasi


PPM Termasuk Sistem Informasi Berbasis Mobile Application

Koordinasi Pembentukan Jejaring dan Penguatan Peran CSO khususnya dalam


Jejaring Layanan Swasta
Pengorganisasian

1) Menyusun panduan penerapan District-Based


PUSAT
Public-Private Mix/DPPM
Kemenkes 2) Mengidentifikasi mitra terkait (organisasi
profesi, lintas program dan sektor);
3) Melakukan koordinasi dengan seluruh
stakeholders PPM di tingkat nasional;
4) Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi
dengan Koalisi Organisasi Profesi Indonesia
dalam Penanggulangan TB (KOPI TB);
5) Melakukan pembinaan, monitoring dan
evaluasi pelaksanaan DPPM.
Pengorganisasian
1) Mengidentifikasi mitra terkait (organisasi profesi, lintas
program dan sektor);
PUSAT 2) Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi dengan
Subdit TB Koalisi Organisasi Profesi Indonesia Dalam Penanggulangan
TB (KOPI TB);
3) Memastikan jejaring layanan TB di kabupaten/kota berjalan
dengan baik;
PROVINSI
4) Melakukan koordinasi dengan seluruh stakeholders PPM di
Dinkes Provinsi tingkat provinsi maupun kabupaten/kota;
5) Membangun dan memperkuat jejaring, termasuk fasilitasi
kerjasama lintas batas wilayah;
6) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi ke
kabupaten/kota;
7) Memastikan ketersediaan anggaran dan pembiayaan
DPPM TB 15
Pengorganisasian

1) Mengidentifikasi fasilitas kesehatan di wilayah setempat;


PUSAT 2) Memfasilitasi pembentukan dan berkoordinasi dengan Koalisi
Organisasi Profesi Indonesia dalam Penanggulangan TB (KOPI
Subdit TB TB) bersama dengan Dinas Kesehatan Provinsi;
3) Membentuk tim DPPM TB;
4) Memfasilitasi pertemuan/workshop dan dukungan teknis
PROVINSI bersama tim DPPM terkait implementasi DPPM;
5) Membangun dan memperkuat jejaring termasuk melakukan
Dinkes Provinsi fasilitasi kerjasama lintas batas wilayah;
6) Melakukan pembinaan, monitoring dan evaluasi pelaksanaan
DPPM secara berkala dan berkelanjutan;
7) Memastikan fasilitas pelayanan kesehatan melakukan
KAB/KOTA tatalaksanan TB secara standar;
Dinkes Kab/Kota 8) Memastikan adanya tim DOTS/TB di rumah sakit wilayahnya;
9) Memastikan ketersediaan anggaran dan pembiayaan DPPM TB.
PERAN DAN FUNGSI

RUMAH SAKIT
1) Menjaring terduga TB;
2) Melakukan tatalaksana pasien TB sesuai standar;
3) Membentuk Tim DOTS dan memastikan adanya manajer kasus TB yang bertanggung jawab
terhadap pelaksanaan program TB;
4) Menjalankan fungsi sebagai fasyankes rujukan;
5) Membentuk kolaborasi layanan antar unit (jejaring internal) di rumah sakit untuk memastikan
layanan TB sesuai standar;
6) Melakukan pertemuan rutin dengan melibatkan semua unit (jejaring internal);
7) Menerapkan wajib lapor kasus pasien TB yang ditemukan dan diobati melalui sistem
pelaporan TB di Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota (SITT/SITB, e-TB Manager);
8) Merujuk pasien TB tanpa penyulit ke puskesmas;
9) Terlibat dalam jejaring layanan TB berbasis kabupaten/kota (DPPM TB) (jejaring eksternal)
dengan fasilitas kesehatan lainnya dan Dinas Kesehatan.
PERAN DAN FUNGSI
PUSKESMAS DAN FKTP LAIN
1) Puskesmas mengidentifikasi DPM, klinik dan fasilitas kesehatan lain di wilayah kerjanya;
2) Puskesmas melakukan pembinaan kepada FKTP di wilayah kerjanya;
3) Puskesmas melakukan penemuan secara pasif di layanan kesehatan dan secara aktif
bekerjasama dengan kader/masyarakat;
4) FKTP lain menjaring terduga TB dan mengirimnya untuk pemeriksaan mikroskopis dan
sebagainya;
5) Puskesmas dan FKTP memberikan layanan TB mulai dari penemuan kasus sampai
pengobatan secara tuntas;
6) Puskesmas memastikan pelaksanaan kegiatan terpadu program TB (TB-HIV, TB anak, TB-
DM, dan lain-lain) di tingkat puskesmas dan FKTP lain di wilayahnya;
7) Puskesmas membentuk jejaring layanan TB dengan FKTP lain (DPM, klinik dan klinik
Lapas/Rutan) di wilayah kerjanya;
PERAN DAN FUNGSI

PUSKESMAS DAN FKTP LAIN

8) Puskesmas melakukan penguatan sistem surveilans TB: memantau implementasi sistem wajib lapor
pasien TB baik di puskesmas maupun di FKTP lain (DPM, klinik dan klinik Lapas/Rutan) di wilayah
kerjanya melalui sistem informasi program TB (contohnya WIFI TB, SITT/SITB, e-TB Manager);
9) FKTP lain melaporkan kasus TB sesuai standar ke puskesmas;
10) FKTP lain mengambil logistik OAT dan non-OAT ke puskesmas wilayahnya;
11) FKTP lain berkoordinasi dengan puskesmas di wilayahnya mengenai pasien TB yang mangkir maupun
pasien TB yang dirujuk;
12) Puskesmas melakukan pelacakan kasus mangkir dan putus obat yang berdomisili di wilayahnya sesuai
laporan dari fasyankes lain berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota;
13) Puskesmas mendorong pelaksanaan promosi kesehatan dan UKBM.
PERAN DAN FUNGSI
LABORATORIUM
1) Melakukan pemeriksaan spesimen terduga TB;
2) Memastikan pelayanan terkait TB dilakukan sesuai standar;
3) Berkoordinasi dengan fasyankes dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota.

APOTEK
1) Menyediakan OAT sesuai pedoman nasional program pengendalian TB;
2) Melayani resep OAT dari fasyankes dalam program pengendalian TB;
3) Membantu memberikan penyuluhan tentang OAT pada pasien (cara minum, efek
samping dan bahaya pengobatan apabila tidak menyelesaikan dengan tuntas);
4) Monitoring pasien TB dalam pengambilan obat di apoteknya;
5) Melakukan koordinasi dan kerjasama dengan fasyankes difasilitasi oleh Dinas Kesehatan
Kabupaten/Kota;
6) Melakukan komunikasi dengan dokter yang mengirimkan resep apabila ada hal-hal yang
meragukan.
PERAN DAN FUNGSI

Komponen masyarakat dibagi menjadi organisasi kemasyarakatan dan upaya kesehatan


bersumberdaya masyarakat (UKBM).

ORGANISASI KEMASYARAKATAN
1) Berkoordinasi dengan puskesmas terkait investigasi kontak dan penemuan kasus TB
2) Mengedukasi masyarakat terkait TB;
3) Melakukan penemuan terduga TB secara aktif;
4) Melakukan pendampingan pasien TB;
5) Membantu advokasi terkait penanggulangan TB kepada pemerintah daerah;
6) Mobilisasi sumber daya.

UKBM
1) Mengedukasi masyarakat terkait TB;
2) Melakukan penemuan terduga TB.
SITUASI TBC DI PROVINSI JAWA BARAT
JANUARI – JULI TAHUN 2021
33.874
128.057 Jumlah kasus TBC yang
Perkiraan Insiden ternotifikasi di Jawa
BEKASI KARAWANG

KT BEKASI
TBC di Jawa Barat Barat pada Tahun 2021
Tahun 2021 (CDR 26%, target s.d
KT DEPOK
INDRAMAYU
bulan Juli : 52,5%)
BOGOR
KT BOGOR
PURWAKART
A
SUBANG

51% 67%
MAJALENGKA CIREBON
Keberhasilan
KT CIREBON
Missing Cases
BANDUNG BARAT
SUMEDANG
Pengobatan
KT SUKABUMI
KT CIMAHI (target 90%)
KT BANDUNG
KUNINGAN

SUKABUMI BANDUNG 646


CIANJUR

CIAMIS
495 Kasus TBC
Pasien TBC dengan Resisten Obat
KT BANJAR
GARUT
KT TASIKMALAYA
HIV positif
TASIKMALAYA
343
Pasien yang Memulai
PANGANDARAN

3.727 Pengobatan
Resisten
TBC
Obat
Kasus TBC Anak
(Enrollment 53%,
target 86%)
Data per tanggal 24 Agustus 2021
Target 2021 :
128.057

JUMLAH SEMUA
KASUS TBC
DI JAWA BARAT
PADA TAHUN
2011 – BULAN
JULI TAHUN 2021

Data Per Tanggal 24 Agustus 2021


Januari – Juli 2020 = 52.362
Januari – Juli 2021 = 33.874

PERBANDINGAN
JUMLAH
PENEMUAN KASUS
TBC DI JAWA
BARAT
JAN - JULI 2020
DAN JAN – JULI
2021

Data Per Tanggal 24 Agustus 2021


JUMLAH TERDUGA TBC PER JENIS DAN KEPEMILIKAN FASYANKES
JANUARI – JULI TAHUN 2021

Sumber Data : SITB


ANGKA

TAHUN 2020
TRIWULAN 1-2
PENGOBATAN
KEBERHASILAN

DI JAWA BARAT
(SUCCESS RATE)

0%
100%

10%
20%
30%
40%
60%
70%
90%

50%
80%

Kab. Purwakarta
96%

Kota Banjar
94%

Kab. Subang
Kab. Ciamis
Kab. Pangandaran
83% 83% 82%

Kota Bandung
Kab. Majalengka
Kota Tasikmalaya
Kab. Kuningan
81% 81% 80% 79%

Kab. Cirebon
Kota Depok
Kab. Tasikmalaya
Kab. Bandung Barat
78% 77% 76% 76%

Kota Sukabumi
75%

Kab. Indramayu
Kab. Bandung
71% 69%

Kab. Karawang
Kota Cimahi
68% 67%

JAWA BARAT
Kab. Cianjur
67%64%

Kab. Bogor
Kab. Garut
62% 61%

Kab. Bekasi
Kab. Sumedang
57% 56%

Kota Bekasi
52%

Kota Cirebon
47%

Kab. Sukabumi
35%

Kota Bogor
29%
Target 90%

Data Per Tanggal 24 Agustus 2021


PRESENTASE
PENGOBATAN
KASUS TBC
JANUARI-JUNI
TAHUN 2020

Data Per Tanggal 24 Agustus 2021


INVESTIGASI KONTAK (IK) DI JAWA BARAT
JANUARI – JUNI 2021
Presentase Indeks Kasus yang dilakukan Investigasi Kontak Januari – Juni 2021 TARGET 42,5%
57%
40%
30% 28% 27% 26%
25% 22% 21% 14% 14% 9% 8% 8% 8% 3% 3% 3% 2% 1% 1% 1% 1% 0% 0% 0% 16%

Cascade Investigasi Kontak Januari – Juni 2021 0,5% yang sakit TBC dari jumlah kontak yang diinvestigasi

6466

2124 361 185 532 239 33 5


Indeks Kasus Indeks Kasus Indeks Kasus Jumlah Kontak Jumlah Kontak Jumlah Kontak Jumlah Kontak Jumlah penerima
yang dilakukan yang dilakukan yang dilakukan yg memenuhi yg diperiksa yg sakit TBC TPT <5 tahun
IK oleh petugas IK oleh kader IK oleh lainnya syarat rujukan
faskes

Data per tanggal 31 Juli 2021


TERAPI PENCEGAHAN TUBERKULOSIS DI JAWA BARAT
Cakupan yang mendapatkan TPT Januari – Juni 2021 Jumlah yang diberikan TPT : 37 orang
Target : 151.440 orang
0.250
JAWA BARAT 0,024%
0.216

0.200

0.150 0.135

0.100
0.080
0.0680.067
0.059
0.050
0.022 0.021 0.020
0.012
0.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.0000.000
0.000

Data per tanggal 31 Juli 2021


TW 1-2 tahun 2020 = 849 pasien
TW 1-2 tahun 2021 = 645 pasien

Cakupan
Penemuan
Kasus TBC
Resisten Obat
(RO) TW 1 - 2
Tahun 2020 dan
TW 1 - 2 Tahun
2021

Data Per Tanggal 31 Juli 2021


Cakupan
Penemuan
Kasus TBC
Resisten Obat
(RO) TW 1 - 2
Tahun 2021

Data Per Tanggal 31 Juli 2021


Jumlah Kasus
TBC RO Yang
Memulai
Pegobatan
(Enrollment
rate%)

Data Per Tanggal 31 Juli 2021


ANGKA
KEBERHASILAN
PENGOBATAN
PASIEN TBC RO
DI JAWA BARAT
TAHUN 2019 s.d
TRIWULAN 2
TAHUN 2021

Data Per Tanggal 31 Juli 2021


HASIL PENGOBATAN PASIEN TBC RO TRIWULAN 1-2 TAHUN 2021

Pasien yang memulai pengobatan 356 pasien

Data per 31 Juli 2021


RATA-RATA PEMANFAATAN TCM DI PROVINSI JAWA BARAT
TRIWULAN 1-2 TAHUN 2021
Target :
80%
KELEMAHAN DAN TANTANGAN
• DPPM belum berjalan maksimal/belum semua kab/kota memiliki SK
DPPM, jejaring internal dan eksternal faskes belum berjalan optimal
• Faskes TB RO dari 16 faskes, baru 7 faskes yang sudah memulai
pengobatan TB RO
• Strategi DOTS belum diterapkan di semua fasilitas pelayanan
kesehatan, terutama di DPM, klinik dan RS swasta
• CDR TB masih rendah masih terdapat kasus TB yang diobati tidak
terlaporkan (missing cases)
• Angka keberhasilan pengobatan memiliki kecenderungan menurun
• Enrollment pasien TB RO rendah
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai