PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian akibat penyakit tidak menular yang berhubungan
dengan rokok diperkirakan terus meningkat. Sedikitnya 5 juta orang
meninggal di seluruh dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh tembakau
setiap tahunnya. Jumlah ini dikhawatirkan akan mencapai 10 juta pertahun
pada tahun 2030 dimana 70% kematian terjadi di negara-negara
berkembang (WHO, 2012). Data tersebut juga menyebutkan bahwa
penyakit yang terkait merokok membunuh paling sedikit 200.000 orang
setiap tahun di Indonesia. Setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia
meninggal akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan
tembakau (WHO.2020)
Rokok dimasukkan sebagai salah satu target Indikator Keluarga
Sehat pada Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga yang
tertunag dalam PMK no.39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program
ini dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, tak terkecuali UPT.
Puskesmas Tanjung Selor.
UPT. Puskesmas Tanjung Selor merupakan puskesmas yang terletak
Kabupaten Bulungan, Ibukota Provinsi Kalimantan Utara. Dari hasil Data
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang
dimulai sejak tahun 2017, didapatkan data IKS UPT.Puskesmas Tanjung
Selor untuk Indikator Tidak Ada Anggota Keluarga yang Merokok sebesar
30,2% pada awal tahun 2018, yang merupakan Indikator terendah kedua pada
hasil kunjungan PIS-PK setelah Indikator JKN. Dari hasil kunjungan tersebut
juga petugas puskesmas termasuk penulis sendiri memperoleh informasi
bahwa beberapa warga yang merokok sebenarnya memiliki niat untuk
berhenti merokok hanya saja tidak tau bagaimana caranya karena selalu
mengalami kecanduan. Keluhan dari keluarga terdekat pun selalu muncul
yang sangat berharap anggota keluarga yang merokok dapat berhenti dari
perilaku merokok karena selain membahayakan bagi kesehatan perokok dan
1
orang sekitar, tentunya berdampak pada ekonomi keluarga karena tiap hari
harus mengeluarkan uang untuk membeli rokok. Hal tersebut mendasari
pemikiran penulis sebagai seorang perawat yang berperan memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan, bahwa selain edukasi tentang bahaya
rokok tentunya perlu suatu implementasi teknik yang benar-benar dapat
membantu seorang perokok untuk berusaha berhenti dari perilaku
merokoknya melalui pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual, sehingga lahirlah
Inovasi “I-KONSEFT Basmi Asap Rokok” (Implementasi Konseling dan
Terapi SEFT dalam memberikan Asuhan Keperawatan demi Keluarga Sehat
Tanpa Asap Rokok).
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan IKS PIS-PK UPT.Puskesmas Tanjung Selor khususnya
Indikator Tidak Ada Anggota Keluarga yang Merokok
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menurunkan angka perilaku merokok di Wilayah Kerja
UPT.Puskesmas Tanjung Selor
2. Perokok aktif mampu berhenti merokok dan meningkatkan derajat
kesehatannya
3. Meningkatkan ekonomi keluarga dengan mengurangi pengeluaran biaya
merokok
4. Meningkatkan peran aktif semua stakeholder (masyarakat,pihak
eksternal puskesmas) dalam program berhenti merokok.
2
BAB II
PERMASALAHAN DAN KARYA INOVASI
Gambar 1
3
2.2 KARYA INOVASI: I-KonSEFT Basmi Asap Rokok
Judul inovasi yang penulis ambil adalah I-KonSEFT BASMI ASAP
ROKOK merupakan singkatan dari Implementasi Konseling dan Terapi SEFT
Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan demi Keluarga Sehat Tanpa Asap
Rokok.
Terapi SEFT merupakan terapi yang memadukan kekuatan spiritual dan
psikologi dari pasien sendiri. Teknik Seft punya prinsip yang kurang lebih
sama dengan akupuntur dan akupresur. Ada beberapa Keunggulan SEFT
yaitu:
1. Mudah: Seft dilakukan dengan ketukan ringan (tapping) di 9 dan 18
titik kunci yang berada di 12 jalur energi meridian tubuh. Dalam
penelitian Zakiyyah dkk tentang SEFT yang dimuat dalam jurnal Sain
Med Kopertis Vol 5 No 2 Desember 2013 disebutkan, Seft merupakan
terapi yang sangat mudah dilakukan karena tak perlu obat dan tak
memerlukan prosedur diagnosis yang rumit.
2. Murah: Tidak mengeluarkan biaya karena sudah menjadi bagian dari
Implementasi Asuhan Keperawatan yang dilakukan oleh perawat
sebagai tenaga kesehatan
3.
4
Adapun hasil dari Terapi SEFT di Unit Berhenti Merokok dapat
dilihat pada Grafik berikut ini.
Grafik 1. KUNJUNGAN PASIEN UNIT BERHENTI
MEROKOK
25 26
23 Pasien Datang
20 20 Pasien Sembuh
17
15
10
5 6
0
2017 2018 2019
Jumlah Perokok yang berhenti merokok juga berdampak pada IKS perilaku
merokok data tersebut dapat dilihat pada grafik berikut ini.
50
40 41.46
36.91
30
20
10 5
0
2017 2018 2019
2.5.2 I-KONSEFT MOBILE BASMI ASAP ROKOK
Selain mengimplementasikan Terapi SEFT di dalam gedung
puskesmas, terapi juga dilakukan di luar gedung puskesmas melalui
kunjungan PIS-PK. Salah satu yang sudah berjalan adalah I-
KONSEFT MOBILE BASMI ASAP ROKOK di Desa Tengkapak.
Desa Tengkapak memiliki 240 Kepala Keluarga dari 6 RT yang ada di
wilayah tersebut. IKS untuk perilaku merokok sebesar 30.2% pada
tahun 2018. Pada akhir tahun 2018 dan awal tahun 2019 I-KONSEFT
MOBILE mulai rutin dilakukan dengan mengidentifikasi anggota
keluarga yang merokok untuk kemudian dilakukan pendekatan
bersama dengan petugas pustu setempat.
Dalam prosesnya, petugas banyak menemukan hambatan dan
berpikir hambatan tersebut dapat dijadikan tantangan dan peluang
dalam mensukseskan program. Peluang yang ada salah satunya adalah
adanya CSR yang aktif dalam program kesehatan di Desa Tengkapak
yaitu PT.Pesona Khatulistiwa Nusantara (PT.PKN). Setelah
melakukan beberapa koordinasi untuk mensinergikan tujuan bersama
sehingga dibuat rencana tindak lanjut dalam meningkatkan cakupan
IKS khususnya perilaku merokok diantaranya:
1) Identifikasi awal /Mapping sebaran perokok
2) Menentukan sasaran
3) Melakukan I-KONSEFT MOBILE BASMI ASAP ROKOK
sebagai bentuk intervensi PIS-PK
4) Memberikan reward kepada perokok yang memiliki niat untuk
berhenti dan melakukan terapi berhenti merokok hingga benar-
benar berhenti
6
Gambar 3. Mapping Sebaran Perokok Desa Tengkapak
7
Jumlah Perokok yang sudah diterapi dan berproses hingga berhasil
berhenti merokok sampai dengan awal tahun 2020 sebanyak 3 orang.
Sehingga untuk mempercepat peningkatan cakupan maka setelah
berkoordinasi dengan pihak CSR PT.Pesona Khatulistiwa Nusantara,
dilakukan pemberian Reward berupa Bebek/Itik untuk peningkatan
ekonomi keluarga bagi perokok yang berproses dan sudah berhenti
merokok. Reward ini sudah berjalan di awal tahun 2020 dan mendapatkan
antusiasme yang tinggi tidak hanya dari perokok tapi juga dari keluarga
terdekat. Sehingga hal ini membuat keluarga terdekat juga ikut memotivasi
dan menjadi kader yang mengevaluasi keberhasilan berhenti merokok bagi
perokok. Selain itu, warga yang berhasil berhasil berhenti merokok juga
berkeinginan untuk mengajak dan memotivasi warga lain yang merokok
untuk berhenti merokok.
8
Berikut ini adalah dokumentasi pemberian reward berupa bebek
dan penempelan stiker di rumah warga.
9
Program ini terus berproses dan dievaluasi dengan harapan
cakupan IKS Desa Tengkapak akan terus meningkat.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
3.1.1 Kegiatan I-KONSEFT BASMI ASAP ROKOK merupakan bagian dari
strategi dalam peningkatan cakupan IKS PIS-PK khususnya pada
indikator no.9 yaitu Tidak Ada Keluarga yang Merokok (IKS
meningkat menjadi 62.46% di tahun 2019) dengan harapan nantinya
dapat berpengaruh pada penurunan kasus penyakit yang diakibatkan
oleh perilaku merokok
10
3.1.2 Disamping sebagai program kesehatan, Kegiatan I-KONSEFT BASMI
ASAP ROKOK juga dapat membantu peningkatan ekonomi keluarga
dengan melakukan kemitraan dengan pihak CSR di wilayah kerja
Puskesmas
3.2. Saran
3.2.1 Mengubah perilaku merupakan hal yang tidak mudah sehingga perlu
dukungan dan komitmen dari semua pihak (masyarakat, pemerintah dan
pihak ketiga/CSR)
3.2.2 Kampanye hidup sehat perlu digalakkan di semua sektor dengan
harapan dapat berdampak secara optimal pada masyarakat sebagai
sasaran puskesmas
BAB IV
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Data Sekunder UPT. Puskesmas Tanjung Selor tahun 2017, 2018 dan
2019
12
13