Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Angka kematian akibat penyakit tidak menular yang berhubungan
dengan rokok diperkirakan terus meningkat. Sedikitnya 5 juta orang
meninggal di seluruh dunia akibat penyakit yang disebabkan oleh tembakau
setiap tahunnya. Jumlah ini dikhawatirkan akan mencapai 10 juta pertahun
pada tahun 2030 dimana 70% kematian terjadi di negara-negara
berkembang (WHO, 2012). Data tersebut juga menyebutkan bahwa
penyakit yang terkait merokok membunuh paling sedikit 200.000 orang
setiap tahun di Indonesia. Setiap tahun, sekitar 225.700 orang di Indonesia
meninggal akibat merokok atau penyakit lain yang berkaitan dengan
tembakau (WHO.2020)
Kementerian Kesehatan merilis hasil survei global penggunaan
tembakau pada usia dewasa (Global Adult Tobacco Survey-GATS) yang
dilaksanakan tahun 2011 dan diulang pada tahun 2021 dengan melibatkan
sebanyak 9.156 responden. Dalam temuannya, selama kurun waktu 10 tahun
terakhir terjadi peningkatan signifikan jumlah perokok dewasa sebanyak 8,8
juta orang, yaitu dari 60,3 juta pada tahun 2011 menjadi 69,1 juta perokok
pada tahun 2021. Dari data yang ditemukan, GATS menunjukan total
jumlah perokok di Indonesia pada 2021 selama survei dilakukan sebanyak
70 juta atau 34,5 persen dari total keseluruhan penduduk.
Rokok dimasukkan sebagai salah satu target Indikator Keluarga
Sehat pada Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga yang
tertunag dalam PMK no.39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK). Program
ini dilaksanakan oleh seluruh Puskesmas di Indonesia, tak terkecuali UPT.
Puskesmas Tanjung Selor.
UPT. Puskesmas Tanjung Selor merupakan puskesmas yang terletak
Kabupaten Bulungan, Ibukota Provinsi Kalimantan Utara. Dari hasil Data
Program Indonesia Sehat melalui Pendekatan Keluarga (PIS-PK) yang
dimulai sejak tahun 2017, didapatkan data IKS UPT.Puskesmas Tanjung

1
Selor untuk Indikator Tidak Ada Anggota Keluarga yang Merokok sebesar
30,2% pada awal tahun 2018, yang merupakan Indikator terendah kedua pada
hasil kunjungan PIS-PK setelah Indikator JKN. Dari hasil kunjungan tersebut
juga petugas puskesmas termasuk penulis sendiri memperoleh informasi
bahwa beberapa warga yang merokok sebenarnya memiliki niat untuk
berhenti merokok hanya saja tidak tau bagaimana caranya karena selalu
mengalami kecanduan. Keluhan dari keluarga terdekat pun selalu muncul
yang sangat berharap anggota keluarga yang merokok dapat berhenti dari
perilaku merokok karena selain membahayakan bagi kesehatan perokok dan
orang sekitar, tentunya berdampak pada ekonomi keluarga karena tiap hari
harus mengeluarkan uang untuk membeli rokok. Hal tersebut mendasari
pemikiran penulis sebagai seorang perawat yang berperan memberikan
pelayanan dan asuhan keperawatan, bahwa selain edukasi tentang bahaya
rokok tentunya perlu suatu implementasi teknik yang benar-benar dapat
membantu seorang perokok untuk berusaha berhenti dari perilaku
merokoknya melalui pendekatan bio-psiko-sosial-spiritual, sehingga lahirlah
Inovasi “I-KONSEFT Basmi Asap Rokok” (Implementasi Konseling dan
Terapi SEFT dalam memberikan Asuhan Keperawatan demi Keluarga Sehat
Tanpa Asap Rokok).
1.2 Tujuan
1.2.1. Tujuan Umum
Meningkatkan IKS PIS-PK UPT.Puskesmas Tanjung Selor khususnya
Indikator Tidak Ada Anggota Keluarga yang Merokok
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Menurunkan angka perilaku merokok di Wilayah Kerja
UPT.Puskesmas Tanjung Selor
2. Perokok aktif mampu berhenti merokok dan meningkatkan derajat
kesehatannya
3. Meningkatkan ekonomi keluarga dengan mengurangi pengeluaran biaya
merokok
4. Meningkatkan peran aktif semua stakeholder (masyarakat,pihak
eksternal puskesmas) dalam program berhenti merokok.

2
BAB II
KARYA INOVASI DAN KENDALA
2.1 I-KONSEFT BASMI ASAP ROKOK
Judul inovasi yang penulis ambil adalah I-KonSEFT BASMI ASAP
ROKOK merupakan singkatan dari Implementasi Konseling dan Terapi
SEFT Dalam Memberikan Asuhan Keperawatan demi Keluarga Sehat Tanpa
Asap Rokok.
Terapi SEFT merupakan terapi yang memadukan kekuatan spiritual dan
psikologi dari pasien sendiri. Teknik SEFT punya prinsip yang kurang lebih
sama dengan akupuntur dan akupresur. Keunggulan Terapi SEFT yaitu:
1. Mudah dilakukan: Seft dilakukan dengan ketukan ringan (tapping) di 9
dan 18 titik kunci yang berada di 12 jalur energi meridian tubuh. Dalam
penelitian Zakiyyah dkk tentang SEFT yang dimuat dalam jurnal Sain
Med Kopertis Vol 5 No 2 Desember 2013 disebutkan, Seft merupakan
terapi yang sangat mudah dilakukan karena tak perlu obat dan tak
memerlukan prosedur diagnosis yang rumit.
2. Murah: Tidak mengeluarkan biaya karena sudah menjadi bagian dari
Implementasi Asuhan Keperawatan yang dilakukan oleh perawat sebagai
tenaga kesehatan
3. Efisien: Tidak memakan waktu lama dalam 1 kali putaran terapi (±15
menit disertai konseling). Selain itu akses mudah, bisa di Klinik Berhenti
Merokok Puskesmas, atau saat kegiatan UKBM (Posbindu, Posyandu
Lansia,Germas di Desa)

Selain mengimplementasikan Terapi SEFT di dalam gedung


puskesmas, terapi juga dilakukan di luar gedung puskesmas melalui
kunjungan PIS-PK. Kegiatan dilakukan di Desa Tengkapak. Dalam
prosesnya, petugas banyak menemukan hambatan dan berpikir hambatan
tersebut dapat dijadikan tantangan dan peluang dalam mensukseskan
program. Peluang yang ada salah satunya adalah adanya CSR yang aktif
dalam program kesehatan di Desa Tengkapak yaitu PT.Pesona Khatulistiwa
Nusantara (PT.PKN). Setelah melakukan beberapa koordinasi untuk
mensinergikan tujuan bersama sehingga dibuat rencana tindak lanjut dalam

3
meningkatkan cakupan IKS khususnya perilaku merokok diantaranya:
Identifikasi awal /Mapping sebaran perokok, Menentukan sasaran,
Melakukan I-KONSEFT MOBILE BASMI ASAP ROKOK sebagai bentuk
intervensi PIS-PK, dan Memberikan reward kepada perokok yang memiliki
niat untuk berhenti dan melakukan terapi berhenti merokok hingga benar-
benar berhenti. Sehingga lahirlah Inovasi “Aku Beda” yang merupakan
kepanjangan dari Asap Kulepas,Bebek Kudapat sebagai program Bersama
CSR. Pada kegiatan ini, warga yang berhasil berhenti merokok selama 3
bulan akan diberikan reward berupa 1 pasang bebek yang kemudian
diharapkan akan menghasilkan bebek lainnya sehingga dapat membantu
perekonomian warga setempat.
2.2 Hasil Kegiatan
Hasil kegiatan dapat dilihat pada grafik di bawah ini.

Grafik 2.1 Persentase Anggota Keluarga Merokok dari Data PIS-PK


UPT.Puskesmas Tanjung Selor

4
Grafik Keberhasilan Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Tanjung Selor
Tahun 2022

35 53.3% 60%
30
30 50%
25 40%
20 16
14 30%
15
10 20%
5 10%
0 0%
2022

Pasien di Terapi Pasien Berhenti Merokok


drop out Persentase Keberhasilan
Grafik 2.2 Keberhasilan Upaya Berhenti Merokok di Puskesmas Tanjung Selor
Tahun 2022

2.3. Kendala
Di dalam kegiatan yang dilaksanakan tentunya masih terdapat berbagai
kendala. Diantaranya adalah:
a. Terapi SEFT hanya dapat dilakukan jika pasien memiliki keinginan penuh
untuk berhenti merokok. Jika tidak maka terapi tidak bisa dilaksanakan
dan hanya diberikan edukasi.
b. Adanya pandemi Covid-19 yang membatasi aktivitas sehingga
penggunaan alat CO Analyzer tidak diperbolehkan. Hal ini membuat daya
tarik pasien/kunjungan menurun.
c. Mengubah perilaku merokok, butuh edukasi terus menerus untuk
meningkatkan kesadaran masyarakat

Apapun kendalanya, tentu sebagai perawat kita mempunyai “Moral


Responsibility” untuk selalu memberikan pelayanan sepenuh hati (Caring)
terhadap pasien demi meningkatkan mutu pelayanan yang berkualitas.

Anda mungkin juga menyukai