Anda di halaman 1dari 12

BAB II

PERMASALAHAN DAN KARYA INOVASI

A. LETAK GEOGRAFIS DAN BATAS WILAYAH


Gambar 2. Peta Tanjung Selor

Sumber : Profil UPT Puskesmas Tanjung Selor Tahun 2016


Wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjung Selor seluas ± 2.821,04 Km2
terbentang dari batas utara Desa Tanjung Buka sampai batas selatan Desa
Gunung Seriang, sedangkan dari batas barat kelurahan Tanjung Selor Hulu
sampai batas timur Desa Jelarai Selor.
Dengan batas-batas wilayah kerjanya :
1. Sebelah Utara : Wilayah Puskesmas Salimbatu
2. Sebelah Selatan : Wilayah Puskesmas Long Beluah
3. Sebelah Barat : Wilayah UPT Puskesmas Tanjung Palas
4. Sebelah Timur : Wilayah UPT Puskesmas Bumi Rahayu
Kondisi geografis wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjung Selor berupa
daratan berbukit dan sungai. Dengan wilayah terjauh pada tahun 2016 adalah
desa Gunung Seriang yang bisa ditempuh menggunakan kendaraan roda 4
dengan waktu tempuh ± 45 menit dan Desa Tanjung Buka Sp 1 yang ditempuh
menggunakan kendaraan roda 4 dan transportasi sungai ketinting selama ± 45
menit

1
Sedangkan Puskesmas Induk sendiri sebagai pusat administratif dan
pusat kendali lapangan (kegiatan) terletak di Jalan Mangga III Kelurahan
Tanjung Selor Hilir Kecamatan Tanjung Selor. Jalur transportasi mudah
dijangkau oleh angkutan umum baik dalam kota maupun dari luar kota batas-
batas wilayahnya adalah:
1. Sebelah Utara : Jalan Mangga III.
2. Sebelah Selatan : Jalan Rambutan.
3. Sebelah Barat : Jalan Mangga.
4. Sebelah Timur : Jalan Jeruk.

1. LUAS DAN PEMBAGIAN WILAYAH

Luas wilayah UPT Puskesmas Tanjung Selor ± 2.821,04 Km2, yang


meliputi 3 Kelurahan dan 3 Desa, yaitu seperti pada tabel di bawah ini.

Tabel 1. Data Wilayah


RATA- KEPADA
LUAS JML
DESA / JML JML RATA TAN
WILAYAH RUMAH
KEL RT PDDK JIWA / PDDK /
(km²) TANGGA
RT KM ²
26
Tg.Selor
119 6.162 1.201 4.93 49.73
Hulu Gambar 3. Peta Tanjung Selor

Tg.Selor
349 105 25.070 8.441 2.93 70.97
Hilir
Tg.Selor
1715 25 3.912 2.763 1.36 2.19
Timur
Jelarai 199 41 4.782 1.120 4.22 23.75
Tengkapak 127 7 1.097 245 4.11 7.93
Gn.Seriang
226 4 902 200 3.76 3.33
/ Baratan
JUMLAH 2.735 208 41.925 13.970 2.93 157.9
Sumber : Profil UPT PKM Tanjung Selor

2. KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjung Selor
pada tahun 2016 sebanyak 41.925 jiwa dengan jumlah laki-laki sebanyak
22.196 Jiwa dan perempuan sebanyak 19.729 jiwa.

2
B. PERMASALAHAN

Selama ini diagnosa dan pengobatan GO hanya berdasarkan klinis dari


penderita saja dan bukan didasarkan pada pemeriksaan laboratorium
menggunakan perwarnaan gram, sedangkan kejadian GO pada wanita
berbeda seperti yang dialami pada pria, cenderung tidak menimbulkan gejala
apa – apa, tetapi pada masa kehamilan infeksi GO bisa mengakibatkan
keguguran, kehamilan ektopik, ketuban pecah dini, konjungtivitis bayi dan
paling parah bisa menimbulkan kebutaan pada bayi. Hal ini kemudian
mendasari dilakukan pemeriksaan laboratorium untuk pasien dengan klinis
yang mengarah kepada GO dan menyarankan kepada pasangannya agar dapat
dilakukan pemeriksaan yang sama sehingga pengobatan GO ini bisa
maksimal
Pemeriksaan laboratorium sederhana ini dilakukan tidak hanya pada
fasilitas kesehatan di Puskesmas saja, tapi dilakukan bekerja sama dengan
lintas program seperti Program Inspeksi Visual Asam Asetat (IVA) dan
Program Voluntary Counselling and Testing (VCT). Karena biasanya
perempuan merasa malu menyampaikan keluhan yang berkaitan dengan
organ reproduksi serta menganggap bahwa keluhan keputihan yang
abnormal adalah hal yang biasa. Padahal ini bisa menimbulkan peradangan
dan infeksi yang semakin parah. Dengan kegiatan yang dilakukan penulis
bekerjasama dengan program IVA yang dilakukan ke desa – desa maka ibu –
ibu dengan keputihan yang abnormal bisa dilakukan pemeriksaan
laboratorium untuk penemuan kasus GO secara sederhana . Begitu juga
dengan kegiatan program VCT pemeriksaan IMS dilakukan di tempat –
tempat yang rawan beresiko terjadinya infeksi GO. Kegiatan ini berlangsung
sejak tahun 2016 hingga sekarang.
Pemeriksaan laboratorium sederhana ini memerlukan biaya yang relatif
murah, mudah dan cepat pengerjaannya sehingga cocok untuk kegiatan
diluar gedung.

3
C. KARYA INOVASIKU

1. TERONG PERAM (TEMUKAN GONORE DENGAN PEWARNAAN


GRAM)
Judul Inovasi pertama yang penulis ambil adalah “TERONG
PERAM” TEMUKAN GONORE DENGAN PEWARNAAN GRAM .
Pemeriksaan laboratorium sederhana untuk kasus GO (kencing nanah)
adalah dengan menemukan bakteri Neisseria gonorrhoeae secara
pewarnaan Gram. Bakteri ini bersifat gram negatif berwarna merah dengan
bentuk yang diplococcus berpasangan sangat khas jika dilihat pada sediaan.
Pewarnaan gram adalah pewarnaan yang paling sering dilakukan
dalam bakteriologi. Pewarnaan ini tergolong pewarnaan differential stain
dan berfungsi untuk membedakan antara bakteri gram positif dan bakteri
gram negatif.
Beberapa peralatan yang diperlukan untuk pewarnaan gram adalah
sebagai berikut :
1. Objec glass bersih dan bebas lemak
2. Lidi kapas steril
3. Rak pewarnaan
4. Lampu spritus
5. Mikroskop
6. Cat gram yang terdiri dari gentian violet , larutan iodine , alkohol 96 %
dan carbol fuchsin atau safranin
7. Oil Emersi
Tata Cara Pewarnaan Gram :
1. Dilakukan pengambilan sampel menggunakan lidi kapas steril dan objec
glass. Sampel ini berupa hapusan uretra, hapusan serviks dan hapusan
rektal.
2. Sediaan dikeringkan di udara, kemudian difiksasi di atas api sebanyak 7
kali

4
3. Sediaan kemudian digenangi oleh kristal violet selama 1 menit
4. Dicuci dengan air mengalir selama 5 detik
5. Sediaan ditetesi dengan laruta iodine selama 1 menit
6. Dicuci dengan air mengalir selama 5 detik
7. Dilakukan decolorisasi dengan meneteskan alkohol sampai warna ungu
hilang ( Langkah ini penting dalam pewarnaan gram )
8. Dicuci dengan air mengalir selama 5 detik
9. Sediaan ditetesi dengan safranin atau carbol fuchsin selama 1 menit
10.Sediaan kemudian dicuci dengan air mengalir selama 5 detik
11.Sediaan lalu dikeringkan , dan diperiksa dibawah mikroskop dengan
lensa objectif 100x menggunakan minyak emersi untuk melihat adanya
diplococcus intraselluler
12.Interpretasi hasil (+) bila ditemukan ≥ 1 diplococcus intrasel

Gambar 3. Gambar Diplococcus Intraselluler

Sumber www.labflorida.com

Gambar 4. Pembuatan Sediaan Gram Gambar 5. Pemeriksaan Sediaan Gram


xG

Sumber Dokumentasi Pribadi Sumber Dokumentasi Pribadi

5
a. Hasil Kegiatan Luar Gedung untuk Pemeriksaan Laboratorium
Sederhana GO
Tabel 2. Hasil Kegiatan
TANGGAL TEMPAT ALAMA PASIEN PASIEN HASIL
T IVA YANG IMS YANG KEGIATAN
DIPERIKSA DIPERIKSA
19/3/2016 Penginapan Sabanar 9 6 GO = 1
Padaelo baru

16/4/2016 Kelompok Tanjung 6 6 GO = 0


Pengajian Selor
Fatimah Hilir
16/7/2016 Poskesdes Jelarai 43 21 GO = 2
kilo 2 KM. 2

23/7/2016 Pustu Jelarai 27 6 GO = 0


Jelarai
Tengah
09/08/2016 Posyandu Jelarai 16 6 GO = 0
Beringin
13/08/2016 Cafe Jelarai 13 9 GO = 0
Juwita
17/09/2016 Cafe 55 KM. 6 10 8 GO = 0

03/12/2016 Poskesdes Jelarai 21 8 GO = 0


kilo 2 KM. 2
19/03/2017 Penginapan Sabanar 11 8 GO = 1
Padaelo baru
( Jambu –
Jambu )
23/01/2017 Cafe Jl. Jambu 8 5 GO = 1
Valentino
15/03/2017 Pustu Gunung 24 7 GO = 1
Baratan Seriang
21/03/2017 Pustu Silimau 38 11 GO = 0
Silimau III III
05/05/2017 Polindes Tanjung 15 4 GO = 0
Tanjung Buka Sp.
Buka 1
Sumber Dokumentasi Pribadi

Dari hasil pemeriksaan pada tabel diatas bisa dilihat bahwa


untuk Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan bersama program IVA
yang bekerjasama dengan PKK Kecamatan yang bertempat di
Poskesdes Kilo 2 ditemukan 2 kasus GO yang kemudian dilakukan

6
pengobatan dan edukasi setelah 4 bulan dilakukan pemeriksaan ulang
kembali dan hasilnya tidak ditemukan adanya Neisseria gonorrhoeae.
Hal ini berarti pengobatan dan edukasi dinilai cukup berhasil.
Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan bersama program VCT
yang yang bertempat di Penginapan Padaelo Sabanar baru ditemukan 1
kasus GO yang kemudian dilakukan pengobatan dan edukasi setelah 9
bulan dilakukan pemeriksaan ulang kembali dan hasilnya masih
ditemukan adanya Neisseria gonorrhoeae pada pasien yang sama. Hal ini
berarti pengobatan dan edukasi dinilai kurang berhasil ini bisa
dikarenakan kebiasaan dari individu tersebut yang rentan dengan
kehidupan yang beresiko tertular kembali Gonore, tidak menggunakan
pengaman pada saat melakukan hubungan seksual yang beresiko
sehingga walaupun telah dilakukan pengobatan dan edukasi masih saja
ditemukan kasus GO pada pasien yang sama.
b. Edukasi dan Pengobatan Pasien
Setelah hasil pemeriksaan laboratorium selesai, kemudiaan
dilakukan pengobatan dan edukasi kepada pasien, juga jika
memungkinkan dilakukan pemeriksaan kepada pasangannya sehingga
nantinya pengobatan bisa efektif dan penularan kembali bisa di cegah.
Untuk hasil yang negatif, pasien tetap di edukasi agar menjaga
kebersihan alat vital juga menghindari hubungan yang berganti – ganti
pasangan sebab hal ini rentan menyebabkan Penyakit Menular Seksual.

2. PEGAS PUTIH (PEDULI PETUGAS PUSTU TERLATIH)

Akses menuju Ibu kota Tanjung Selor tidak selalu mudah bagi
beberapa desa atau kelurahan , untuk mendapatkan pelayanan fasilitas
kesehatan yang lengkap seperti warga di kota Tanjung Selor amatlah susah,
salah satunya bagi penduduk desa Gunung Seriang atau Desa Tanjung Buka
Sp. 1 mereka harus menempuh waktu perjalanan yang cukup lama, belum
lagi terkendala ada tidaknya transportasi. Karena itu diperlukan petugas
pustu terlatih yang dapat melakukan pengambilan sampel pemeriksaan

7
laboratorium agar masyarakat di daerah yang sulit jangkauannya bisa
terbantu, dan tidak perlu datang ke kota Tanjung Selor. Seperti untuk
pemeriksaan Sediaan Malaria, Fiksasi Dahak atau pemeriksaan K1 pada ibu
hamil seperti pemeriksaan Hb, HIV, HBs AG, Golongan Darah, Reduksi
Protein Urine Serta pemeriksaan K4 ibu hamil yaitu Hb K4 dan Reduksi
Protein urine
Peran saya disini adalah dengan melatih petugas Pustu agar dapat
melakukan pengambilan darah secara baik dan benar sehingga hasil
pemeriksaan laboratorium yang didapatkan bisa akurat. Dengan begitu ibu
hamil di daerah seperti desa baratan atau gunung Seriang tidak harus datang
ke kota tanjung selor untuk melakukan pemeriksaan ibu hamil K1 atau K4.
pengambilan sampel darah bisa dilakukan di puskesmas pembantu dan
kemudian petugas Pustu bisa mengantarkan sampel tersebut ke laboratorium
puskesmas induk untuk dilakukan pemeriksaan. Tentu saja Masyarakat
sangat terbantu dengan adanya kegiatan ini. Semua Petugas Pustu dan
Polindes di wilayah kerja UPT Puskesmas Tanjung Selor wajib bisa
melakukan Pengambilan darah vena, pembuatan sediaan Malaria dan Fiksasi
Dahak.
Petugas yang telah mendapatkan pelatihan ini terdiri dari 5 orang
Puskesmas Pembantu (Pustu), 6 Poskesdes (Pos Kesehatan Desa) dan 2
Polindes (Pondok Bersalin Desa), dengan total jumlah tenaga yaitu 26
orang.
Hal ini kemudian di evaluasi, jika setelah dilakukan pengambilan
sampel, atau pun pembuatan sediaan dahak dan malaria ternyata hasilnya
tidak sesuai dengan yang diharapkan maka petugas pustu atau polindes yang
bersangkutan akan dilakukan pembinaan kembali sampai nantinya petugas
tersebut bisa melakukan pengambilan sampel dan pembuatan sediaan secara
benar. Sehingga di harapkan hasil pemeriksaan laboratorium yang
didapatkan bisa akurat walaupun bukan tenaga ATLM yang melakukan
pengambilan sampel.

8
Pelatihan ini dilakukan di puskesmas induk dengan cara paparan di
hadapan petugas pustu ataupun dengan cara membuat video tutorial agar
petugas pustu lebih paham serta dengan melakukan kegiatan praktek secara
langsung di Laboratorium Puskesmas Induk.

Gambar 6. Updating Ilmu Bagi Petugas Pustu

Sumber Dokumentasi Pribadi

Gambar 7. Pembuatan Sediaan TB Gambar 8. Praktek Pengambilan Darah Vena

Sumber Dokumentasi Pribadi

Sumber Dokumentasi Pribadi

3. MEMORI FERARI (PEMERIKSAAN HEMOGLOBIN DAN BERI FE


REMAJA PUTRI )
Remaja Putri merupakan aset bangsa di karenakan remaja putri ini
lah kelak yang akan menjadi ibu – ibu hebat mencetak generasi muda yang
berkualitas. Diusia pubertas mereka pasti mengalami siklus menstruasi

9
setiap bulannya maka hal ini rentan menimbulkan anemia dikalangan
remaja putri, tentu saja ini akhirnya mengganggu aktifitas belajar mereka.
Anemia dengan gejala pusing, tidak bersemangat, mudah lelah, menurunkan
konsentrasi belajar menyebabkan nilai akademik ataupun aktifitas disekolah
nya terganggu.
Berkaitan dengan hal tersebut penulis berinisiatif melakukan
pemeriksaan Hemoglobin (Hb) pada remaja putri dan jika ditemukan hasil
yang rendah maka dilakukan pemeriksaan feces pada remaja putri tersebut
hal ini berkaitan dengan salah satu penyebab anemia yaitu kecacingan.
Tidak sampai disitu saja, dilakukan pula pemberian tablet Fe bagi remaja
putri dengan nilai Hb yang rendah juga edukasi tentang bahaya anemia dan
cara pencegahannya di kalangan remaja putri.

Gambar 9. Pengambilan darah Untuk Pemeriksaan Haemoglobin pada Remaja Putri

Sumber Dokumentasi Pribadi

Gambar 10. Pengambilan darah Untuk Pemeriksaan Haemoglobin pada Remaja Putri

10
Gambar 11. Penyuluhan Kepada Siswa Tentang Bahaya Anemia dan Pencegahannya
Sumber Dokumentasi Pribadi

Sumber Dokumentasi Pribadi

a. Hasil Kegiatan Untuk Pemeriksaan Hemoglobin Pada Remaja Putri


di SLTPN dan SLTA Tanjung Selor
Tabel 3. Hasil Kegiatan
Tanggal Nama Sekolah Jumlah Siswi Jumlah Siswi
yang Diperiksa Dengan Hasil
Hb HB Rendah
03 Oktober 2016 SLTPN 1 11 2

04 Oktober 2016 SLTPN 2 2 1

06 Oktober 2016 SLTPN 7 4 4

07 Oktober 2016 SLTP 6 4 2

08 Oktober 2016 MTSN 2 2

10 Oktober 2016 MAN 4 0

11 Oktober 2016 SMP 1 Baratan 1 1

12 Oktober 2016 SMP dan SMA 7 2


Agape
13 Oktober 2016 SMP dan SMA 1 1
Bulungan
14 Oktober 2016 SMP Hasbul Arifin 3 2

11
17 Oktober 2016 SMAN 2 14 5
18 Oktober 2016 SMKN 1 25 20
21 Oktober 2016 MTS dan MAN Al 6 0
Anshar
25 Oktober 2016 SLTPN 3 Jelarai 11 1

Dari hasil tabel diatas bisa dilihat dari total 95 siswi sekolah
menengah yang dilakukan pengambilan darah vena untuk di periksa kadar Hb
darahnya di dapatkan 43 siswi dengan kadar Hb darah yang rendah. Siswi
dengan kadar Hb yang rendah diberikan tablet Fe oleh petugas gizi
puskesmas, tapi sebelumnya dilakukan pemeriksaan feces pada siswi dengan
kadar Hb yang rendah, untuk mengetahui penyebab anemia yang dialami
siswi tersebut.

12

Anda mungkin juga menyukai