BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada saat yang sama, kekebalan ganda kuman TB terhadap obat anti TB (MDR)
semakin menjadi masalah akibat kasus yang tidak berhasil disembuhkan keadaan
tersebut akhirnya akan menyebabkan terjadinya epidemic TB yang sulit ditangani.
Di wilayah puskesmas Labuan pad tahun 2010 Prevalensi TB BTA Positif
dua kali lipat lebih dari angka Nasional
B. Tujuan Penulisan
C. Metode Penulisan
D. Sistimatika Penulisan
Di bagian akhir dari BAB Pendahuluan ini penulis menguraikan secara garis
besar BAB demi BAB, yang dibagi dalam :
BAB I Pendahuluan : dalam bab ini penulis menjelaskan mengenai latar
belakang masalah, tujuan penulisan, metode penulisan dan sisimatika
penulisan.
BAB II Keadaan Umum Sarana Dan Prasarana Kesehatan : dalam bab ini
penulis menguraikan Keadaan Geografis, Kependudukan, Jumlah Sarana
dan Prasarana Kesehatan yang ada di Puskesmas DTP Labuan
3
BAB III Penyakit Tuberkulosis Paru : pada bab ini penulis menguraikan tentang
hal-hal yang berhubungan dengan Penyakit Tuberkulosis paru mulai dari
Pengertian, Manifestasi klinik, Diagnosis TB, Penatalaksanaan TB baik
TB pada orang dewasa ataupun pada anak, Standard Internasional
Penanggulangan TBC (ISTC International Standard for Tuberculosis
Care)
BAB IV Pelaksanaan Pengobatan TB paru di Puskesmas DTP Labuan : Pada
bab ini penulis memaparkan hasil pengamatan dan observasi bagaimana
pelaksanaan pengobatan TB paru beserta kendalanya di Puskesmas
Labuan tahun 2010. Serta upaya pemecahannya.
BAB V Kesimpulan dan Saran : Dalam bab ini penulis menguraikan kesimpulan
dari hasil penelitian yang dilakukan. Dan saran-saran untuk memperbaiki
keadaan sehingga kedepan ada perbaikan-perbaikan.
4
BAB II
KEADAAN UMUM SARANA DAN PRASARANA KESEHATAN
A. Keadaan Geografi
B. Kependudukan
Kecamatan Labuan dipimpin oleh Camat dan dibantu oleh Sekretaris Kecamatan,
memiliki 9 (Sembilan) Desa dan 73 RW, 82 Kampung serta 216 RT. Dibidang
Kesehatan merupakan binaan Puskesmas Labuan.
NO DESA RT RW KAMPUNG
1 Labuan 52 14 14
2 Teluk 30 14 14
3 Cigondang 35 8 9
4 Caringin 18 6 13
5 Suka Maju 15 6 7
6 Kalang Anyar 27 10 10
7 Ranca Teureup 14 4 4
8 Banyu Biru 16 6 3
9 Banyu Mekar 10 5 8
PUSKESMAS 216 73 82
5
Jumlah BUMIL
NO DESA BUMIL BULIN BAYI BAYI BALITA BUTEKI WUS
Penduduk RESTI
1 Labuan 11.524 266 251 239 120 1.152 251 2.996 53
2 Teluk 10.573 245 236 225 113 1.057 236 2.749 49
3 Cigondang 8.288 191 183 174 87 829 183 2.155 38
4 Caringin 6.217 144 137 131 65 622 137 1.616 29
5 Suka Maju 6.713 155 148 141 70 671 148 748 31
6 Kalang Anyar 2.878 66 63 60 30 288 63 1.745 13
7 Ranca Teureup 2.916 67 64 61 31 292 64 758 13
8 Banyu Biru 2.214 51 49 46 23 221 49 576 10
9 Banyu Mekar 1.927 45 42 40 20 193 42 501 9
PUSKESMAS 53.250 1.230 1.174 1.118 559 5.325 1.174 13.845 246
1 Dokter Umum 3 - - - 3
2 Dokter Gigi 1 - - - 1
3 Apoteker 0 - - - -
4 Bidan Puskesmas 4 - - - 4
5 Bidan Desa 9 - - 1 10
6 Perawat Puskesmas 4 - - - 4
7 Perawat Desa 4 6 - 3 13
8 Perawat Gigi 1 - - - 1
9 Analis Laboratorium 1 - 1 - 2
10 Pelaksana Gizi 1 - - - 1
11 Asisten Apoteker 1 - 1 - 2
12 Tenaga Adminstrasi 5 2 1 - 8
13 Tenaga Rontgen - 1 - - 1
14 Supir - 1 - - 1
15 Petugas Dapur - - 2 - 2
16 Office Boy - - 2 - 2
JUMLAH 34 10 7 4 55
Sarana Transportasi yang ada di Puskesmas DTP Labuan terdiri dari sebuah
kendaraan roda 4 merk Toyota Kijang digunakan sebagai Puskesmas Keliling tahun
pengadaan 1998 dan 4 buah kendaraan roda 2.
Pelayanan Kesehatan di Puskesmas Labuan terdiri dari Ruang UGD, Ruang Rawat
Inap dengan 19 tempat Tidur dan Ruang Nifas 2 tempat tidur. Ruang Bersalin,
Ruang KIA, Ruang Balai Pengobatan, Ruang MTBS, Ruang Gizi, Ruang TB,
7
Ruang BP Gigi mulut, Ruang USG, Ruang Rontgen dan Ruang Laboratorium
Klinik serta Ruang Obat.
Sarana pelayanan kesehatan di Kecamatan Labuan terdiri dari 2 buah Klinik
umum, dan satu dokter praktik, 7 buah Apotek, 2 buah toko obat, 2 buah
Pengobatan Tradisonal.
BAB III
PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU
8
A. Pengertian
B. Manifestasi Klnik
Kalsifikasi
Perkejuan Penyebaran Hematogen
Kompleks Ghon
Pecah
Gejala Klinik TB Paru pada orang dewasa pada umumnya adalah batuk lebih dari
4 minggu dengan atau tanpa sputum, malaise gejala flu demam derajat rendah, nyeri
dada dan batuk darah.
C. Diagnosis
1. Anamnesis dan Pemeriksaan fisik
2. Laboratorium darah rutin (LED normal atau meningkat, limfositosis)
3. Foto Thoraks PA dan Lateral ; gambaran foto thoraks yang menunjang TB, yaitu
a. Bayangan lesi terletak di lapangan atas paru atau segmen apical lobus bawah.
b. Bayangan berawan (patchy) atau bercak (noduler).
c. Adanya Cavitas tunggal atau ganda.
d. Kelainan bilateral, terutama di lapangan atas paru.
e. Adanya Kalsifikasi.
f. Baynagan menetap pada foto ulang beberapa minggu kemudian.
g. Bayangan Milier.
4. Pemeriksaan Sputum BTA
10
Klasifikasi Diagnositik TB
1. TB Paru
a. BTA mikroskopis langsung (+) atau biakan (+), kelainan foto totaks
menyokong dan gejala klinis sesuai TB.
b. BTA mikroskopis langsung atau biakan (-), tetapi kelainan foto totaks
menyokong dan gejala klinis sesuai TB, dan memberikan perbaikan pada
pengobatan awal anti TB (initial therapy) . pasien golongan ini memerlukan
pengobatan yang adekuat.
11
2. TB Paru Tersangka
Diagnosa pada tahap ini bersifat sementara sampai hasil pemeriksaan BTA di
dapat (paling lambat 3 bulan). Pasien dengan BTA mikroskopis langsung (-)
atau belum ada hasil pemeriksaan atau pemeriksaan belum lengkap, tetapi
kelainan rontgen dan klinis sesuai TB paru. Pengobatan dengan obat anti TB
sudah dapat dimulai.
3. Bekas TB (tidak sakit)
Ada riwayat TB pada pasien di masa lalu dengan atau tanpa pengobatan atau
gambaran rontgen normal atau abnormal tetapi stabil pada fotoserial dan sputum
BTA (-). Kelompok ini tidak perlu diobati.
4. TB pada Anak
IDAI mempunyai standar sendiri dalam mendiagnosa TB, yaitu berdasarkan
sistem scoring.
Table 3.2. Sistem Skoring TB Anak dari IDAI Gejala dan Pemeriksaan Penujang
Parameter 0 1 2 3 Jumlah
Laporan Keluarga
BTA (-) atau
Kontak TB Tidak Jelas BTA (+)
Tidak tahu,
BTA tidak jelas
Positif > 10 mm
atau > 5mm pada
Uji Tuberkulin Negative
keadaan
Imunosupresan
Bawah garis
Berat Badan/ merah (KMS) Klinis Gizi Buruk
Keadaan Gizi atau BB/U <60%
BB/U <80%
Demam tanpa
> 2 minggu
sebab yg jelas
Batuk > 3 minggu
Pembesaran
> 1 cm,
Kelenjar Limfe
jumlah > 1,
coli, Axilla,
tidak nyeri
Inguinal
Pembengkakan
Tulang/ sendi Ada
panggul, lutut Pembengkakan
falang
Normal /
Foto Thoraks Kesan TB
tidak jelas
JUMLAH
Catatan :
a. Diagnosis dengan system scoring harus ditegakkan oleh Dokter
12
D. Penatalaksanaan
1. Prinsip Pengobatan
a. OAT dalam bentuk kombinasi (beberapa jenis obat ) jumlah dan dosis tepat
sesuai kategori. Dapat diberikan dalam bentuk lepas atau KDT
b. Pengawas Menelan Obat (PMO)
c. Tahap Intensif (2-3 bulan) : diberikan tiap hari, pengawasan ketat sangat
penting untuk mencegah kekebalan obat
d. Tahap Lanjutan (4-5 bulan) : diberikan lebih sedikit namun lebih lama untuk
membunuh kuman agar tidak kambuh
2. Pengobatan TB
a. Fase awal: Membunuh dengan cepat M. Tuberculosis
b. Fase kedua:Membunuh M. Tuberculosis yag berreplikasi lambat
c. Fase sterilisasi:Eradikasi M. Tuberculosis yang tertinggal (intracellular/
stationary/ dormantbacilli)
3. Obat Anti Tuberkulosis (OAT)
a. Lini pertama :
Rifampisin (R)
INH (H)
Pirazinamid (Z)
13
Etambutol (E)
Streptomisin (S)
b. Lini kedua :
suntikan ( kanamisin, kapreomisin, amikasin )
Kuinolon
Tionamid ( etionmid, protionmid )
Sikloserin
PAS
makrolid+ Asas Klavulanat
Tionamid
Lain-lain
I TB paru BTA (+), BTA (-), lesi luas 2 RHZE/4RH atau 2 RHZE/ 6 RH
a. Pengobatan
Bagan 3.5. Alur Tatalaksana Pasien TB Anak pada Unit Kesehatan Dasar
Skor > 6
Berikan OAT
Selama 2 bulan dan di evaluasi
Respon + Respon -
Keterangan :
Bayi dengan BB < 5 kg dan dengan BB > 33 kg dirujuk ke RS
Anak dengan BB 15-19 kg dapat diberikan 3 tablet
Obat harus diberikan secara utuh, tidak boleh dibelah
OAT KDT dapat diberikan dengan cara ditelan secara utuh atau digerus
sesaat sebelum diminum
15
Pada anak terutama Balita dengan kontak KP BTA (+), perlu dilakukan
pemeriksaan dengan skoring, apabila skor <5, pada anak tersebut diberikan INH
selama 6 bulan dengan disis 5-10 mg?kg BB/hari. Bila anak tersebut belum
pernah BCG maka Immunisasi BCG dilakukan setelah pengobatan selesai.
Perlu diperhatikan apabiladitemukan salah satu keadaan dibawah ini :
Tanda Bahaya : Kerjang, kaku kuduk, penurunan kesadaran, kegawatan lain
missal sesak nafas.
Foto Thorak merupakan gambaran Milier, Kavitas, Effusipleura
Gibbus, Koksitis
Table 3.8. Tindak Lanjut Hasil Pemeriksaan Ulang Dahak (hal 29)
5.
Tipe Pasien Hasil
Uraian Tindak Lanjut
TB BTA
Negative Tahap Lanjutan dimulai
Akhir tahap Dilanjutkan dengan OAT sisipan
Pasien baru selama 1 bulan, jika setelah sisipan
Intensif Positif
BTA (+) masih (+), tahap lanjutan tetap
Dengan diberikan
Pengobatan Sebulan sebelum Negative
Kategori 1 Sembuh
akhir Pengobatan keduanya
atau Akhir Gagal, ganti dengan OAT Kategori 2
Positif
Pengobatan (AP) mulai dari awal
Pasien baru Berikan Pengobatan tahap lanjutan
BTA (-) Negative sampai selesai, kemudian pasien
RO (+) dinyatakan pengobatan lengkap
Akhir Intensif
dengan
Ganti dengan OAT Kategori 2 mulai
Pengobatan Positif
dari awal
Kategori 1
Teruskan Pengobatan dengan tahap
Negative
lanjutan
Beri sisipan 1 bualn, jika setelah
Penderita baru Akhir Intensif
sisipan masih (+) teruskan pengobatan
BTA (+) Positif
tahap lanjutan. Jika ada fasilitas
dengan
RUJUK untuk uji kepekaan obat.
Pengobatan
Negative
ulang Sebulan sebelum Sembuh
keduanya
KAtegori 2 akhir Pengobatan
Belum ada PEngobatan, disebit kasuisu
atau Akhir
Positif KRONIK, jika mungkin RUJUK ke
Pengobatan (AP)
unit pelayanan Spesialis
Table 3.9. Tatalaksana Pasien Yang Berobat Tidak Teratur
16
Tindakan 1 Tindakan 2
Bila hasil BTA (-) Lanjutkan Pengobatan sampai seluruh diosis
atau TB Extra Paru selesai
Lacak pasien
Lama Pengobatan Lanjutkan Pengobatan
Diskusi dan cari
seblumnya kurang sampai seluruh diosis
masalah
dari 5 bulan selesai
Periksa 3x dahak SPS
Bila satu atau lebih Kategori 1
dan lanjutkan
hasil BTA (+) Lama Pengobatan Mulai Kategori 2
pengobatan sementara
seblumnya lebih dari Kategori 2
menunggu hasilnya
5 bulan Rujuk,
mungkin kasus kronik
Tindakan pada pasien yang putus berobatkurang dari 2 bulan (Default)
Periksa 3x dahak SPS Pengobatan dihentikan, pasien di observasi
Bila hasil BTA (-)
Diskusikan dan cari bila gejalanya semakin parah perlu dilakukan
atau TB Extra Paru
masalah pemeriksan kembali (SPS dan atau Biakan)
Hentikan Pengobatan Kategori 1 Mulai Kategori 2
sambil menunggu Bila satu atau lebih
hasil pemeriksaan hasil BTA (+) Rujuk,
Kategori 2
dahak mungkin kasus kronik
5. Hasil Pengobatan
a. Sembuh
Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkapdan pemeriksaan
ulang dahak (follow-up) hasilnya pada AP dan pada satu pemeriksaan
follow-up sebelumnya
b. Pengobatan Lengkap
Adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal
c. Meninggal
Adalah pasien yang meninggaldalam masa pengobatan karena sebab apapun
d. Pindah
Adalah pasien yang pindah berobat ke unit dengan register TB.0.3 yang lain
yang hasil pengobatannya tidak diketahui
e. Default (Putus Berobat)
17
Adalah pasien yang tidak berobat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum
masa pengobatnnya selesai.
f. Gagal
Pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif atau kembali menjadi
positif pada bulan ke 5 atau lebih selama pengobatan.
Standard 1
Setiap orang dengan batuk produktif selama 2-3 minggu atau lebih, yang tidak
jelas penyebabnya, harus di evaluasi untuk tuberkulosis.
Addendum: Untukpasienanak, selaingejalabatuk, entry untuk evaluasi adalah berat
badan yang sulit naik dalam waktu kurang lebih 2 bulan terakhir atau gizi buruk.
Keringat malam
Standard 2
18
Semua pasien (dewasa, remaja, dananak) yang diduga menderita tuberculosis paru
harus menjalani pemeriksaan dahak mikroskopik minimal 2 kali yang diperiksa
di laboratorium yang kualitasnya terjamin. Jika mungkin paling tidak satu spesimen
harus berasal dari dahak pagi hari.
Standard 3
Pada semua pasien (dewasa, remaja, dan anak) yang diduga menderita tuberkulosis
ekstra paru, spesimen dari bagian tubuh yang sakit seharusnya diambil untuk
pemeriksaan mikroskopik, biakan, dan histopatologi.
Addendum:Sebaiknya dilakukan juga pemeriksaan foto toraks untuk mengetahui
ada tidaknya TB paru dan TB milier. Pemeriksaan dahak juga dilakukan, bila
mungkin, pada anak.
Standard 4
Semua orang dengan temuan foto toraks diduga tuberculosis seharusnya menjalani
pemeriksaan dahak secara mikrobiologi.
Standard 5
Standard 6
Pada semua anak yang diduga menderita tuberkulosis intra toraks (yakni paru,
pleura, dan kelenjar getah bening mediastinum atau hilus), konfirmasi bakteriologis
harus dilakukan dengan pemeriksaan dahak (dengan cara batuk, kumbah lambung,
atau induksi dahak) untuk pemeriksaan mikroskopik dan biakan.
Untuk anak yang diduga menderita tuberculosis ekstra paru, specimen dari lokasi
yang dicurigai harus diambil untuk dilakukan pemeriksaan mikroskopik, biakan,
dan histopatologis.
Standard 7
Standard 8
20
Semua pasien (termasuk mereka yang terinfeksi HIV) yang belum pernah diobati
harus diberi paduan obat yang disepakati secara internasional menggunakan obat
yang bioavailabilitinya telah diketahui.
Fase lanjutan seharusnya terdiri dari Isoniazid dan Rifampisin yang diberikan
selama 4 bulan.
Dosis obat anti tuberculosis yang digunakan harus sesuai dengan rekomendasi
internasional.
Kombinasi dosis tetap yang terdiri dari kombinasi 2 obat (isoniazid dan rifampisin),
3 obat (isoniazid, rifampisin, dan pirazinamid), dan 4 obat (isoniazid, rifampisin,
pirazinamid, dan etambutol) sangat direkomendasikan.
Addendum: Secara umum terapi TB pada anak diberikan selam 6 bulan, namun
pada keadaan tertentu (meningitis TB, TB tulang, TB milier, dan lain-lain) terapi
TB diberikan lebih lama (9-12 bulan) dengan paduan OAT yang lebih lengkap
sesuai derajat penyakitnya.
Standard 9
Elemen utama dalam strategi yang berpihak kepada pasien adalah penggunaan cara-
cara menilai dan mengutamakan kepatuhan terhadap paduan obat dan menangani
ketidak patuhan, bila terjadi.
21
Cara-cara ini seharusnya dibuat sesuai keadaan pasien dan dapat diterima oleh
kedua belah pihak, yaitu pasien dan penyelenggara pelayanan.
Standard 10
Respons terhadap terapi pada pasien tuberculosis paru harus dimonitor dengan
pemeriksaan dahak mikroskopik berkala (duaspesimen) saat fase inisial selesai
(duabulan). Jika apus dahak positif pada akhir fase inisial, apus dahak harus
diperiksa kembali pada bulan ketiga dan jika positif, biakan dan uji resistensi
terhadap Isoniazid dan Rifampisin harus dilakukan. Pada pasien tuberculosis
ekstra paru dan pada anak, penilaian respons pengobatan terbaik adalah secara
klinis.
Addendum: Respons pengobatan pada pasien TB milier dan efusi pleura atau TB
paru BTA negative dapat dinilai dengan foto toraks.
Standard 11
Standard 12
Paduan obat yang dipilih dapat distandarisasi atau sesuai pola sensitivity obat
berdasarkan dugaan atau yang telah terbukti.
Paling tidak harus digunakan empat obat yang masih efektif, termasuk obat
suntik, harus diberikan paling tidak 18 bulan setelah konversi biakan.
Standard 13
Standard 14
Uji HIV dan konseling harus direkomendasikan pada semua pasien yang
menderita atau yang diduga menderita tuberkulosis.
Pemeriksaan ini merupakan bagian penting dari manajemen rutin bagi semua pasien
di daerah dengan prevalensi infeksi HIV yang tinggi dalam populasi umum, pasien
dengan gejala dan/atau tanda kondisi yang berhubungan HIV, dan pasien dengan
riwayat risiko tinggi terpajan HIV.
23
Mengingat terdapat hubungan yang erat antara tuberculosis dan infeksi HIV, pada
daerah dengan prevalensi HIV yang tinggi pendekatan yang terintegrasi
direkomendasikan untuk pencegahan dan penatalaksanaan kedua infeksi.
Standard 15
Semua pasien dengan tuberculosis dan infeksi HIV seharusnya dievaluasi untuk
menentukan perlu/tidak nya pengobatan anti retroviral diberikan selama masa
pengobatan tuberkulosis.
Perencanaan yang tepat untuk mengakses obat anti retroviral seharusnya dibuat
untuk pasien yang memenuhi indikasi.
Pasien tuberculosis dan infeksi HIV juga seharusnya diberi Kotrimoksazol sebagai
pencegahan infeksi lainnya.
Standard 16
Pasien dengan infeksi HIV yang, setelah dievaluasi dengan seksama, tidak
menderita tuberculosis aktif seharusnya diobati sebagai infeksi tuberculosis laten
dengan isoniazid selama 6-9 bulan.
Standard 17
Standard 18
Standard 19
Anak berusia <5 tahun dan individu semua usia dengan infeksi HIV yang memiliki
kontak erat dengan pasien tuberkulosis dan setelah dievaluasi dengan seksama, tidak
menderita tuberkulosis aktif, harus diobati sebagai infeksi laten tuberkulosis dengan
isoniazid.
Standard 20
25
Setiap fasiliti pelayanan kesehatan yang menangani pasien yang menderita atau
diduga menderita tuberkulosis harus mengembangkan dan menjalankan rencana
pengendalian infeksi tuberkulosis yang memadai.
Standard 21
BAB IV
PELAKSANAAN PROGRAM TB PARU
DI PUSKESMAS LABUAN TAHUN 2010.
A. Identifikasi Masalah
1. Gambaran Umum
a. Tenaga Kesehatan Yang Berhubungan Dengan Pengelolaan TB
Tenaga Kesehatan yang ada di Puskesmas Labuan tahun 2010 berjumlah
orang, seperti table di bawah ini :
b. Struktur Organisasi
4.2. Struktur Organisasi Puskesmas DTP Labuan
27
Kepala Puskesmas
spesialis
TU
c. Alur Pasien TB
4.3. Gambar Alur Pasien TB di Puskesmas DTP Labuan
P LABORATORIUM
E
N
D RONTGEN
A
F
T
A P 2 TB
R
A
N P OLI
Poster
Surat Rujukan lain
c) Alkes
Tensi meter
Stetoskop
Timbangan
d) APD
Jas
Hand skun
Masker
Anti septic untuk cuci tangan
2) Ruang Tunggu
Ventilasi dan Pencahayaan Baik
Mebler cukup
3) Ruang Laboratorium Memadai
4) Ruang Rontgen Memadai
e. Pendanaan
Sementara ini dana di dapat dari
1) Oprasional Puskesmas
2) BOK
2. Hasil Cakupan
N TR TR TR TR
INDIKATOR TH
O
I II III IV
1 2 3 4 5 6 7
1 Penduduk Kecamatan Labuan 53.250
2 Sasaran/Angka Penjaringan Suspek 1.001
3 Seluruh Susp TB yang diperiksa 124 155 125 129 533
4 Pasien TB BTA (+) yang ditemukan 25 37 27 38 127
5 Pasien TB BTA (+) yang diobati 22 40 29 24 115
6 Pasien TB BTA (-), Ro(+), Klinis(+) yang diobati 4 7 6 6 23
29
WAKTU
NO INDIKATOR SUMBER DATA Target
Triw 1 Triw 2 Triw 3 Triw 4 Tahunan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
Proporsi pasien TB
Daftar Suspek (TB.06)
paru BTA+ diantara
2
suspek yang diperiksa
Register TB. Kab (TB.03) 20% 24% 22% 29% 24% 5-15%
Laporan Penemuan TB.07
dahaknya
Proporsi pasien TB
Kartu Pengobatan (TB.01)
paru BTA+ diantara
3
seluruh pasien TB
Register TB. Kab (TB.03) 76% 91% 88% 57% 78% 65%
Laporan Penemuan TB.07
paru
Proporsi pasien TB Kartu Pengobatan (TB.01)
4 Anak diantara seluruh Register TB. Kab (TB.03) 15% 12% 13% 15% 14% 5-15%
pasien TB Laporan Penemuan TB.07
Laporan Penemuan TB.07
Angka Penemuan
5
kasus CDR
Data Perkiraan jumlah pasien 53% > 70%
baru BTA+
Angka Notifikasi Laporan Penemuan TB.07
6
kasus Data Kependudukan 238 -
Catatan :
Sembuh disini berarti Pasien telah menyelesaikan pengobatannya secara lengkap
dan pemeriksaan ulang dahak (follow-up) hasilnya pada AP (akhir pengobatan) dan
pada satu pemeriksaan follow-up sebelumnya.
Pengobatan lengkap adalah pasien yang telah menyelesaikan pengobatannya secara
lengkap tetapi tidak memenuhi persyaratan sembuh atau gagal
Pembahasan :
m. Pencatatan dan Pelaporan tidak optimal, karena banyaknya buku yang harus
diisi petugas dalam melakukan pencatatan dan pelaporan tidak terkejar
sehingga pengisian tidak optimal.
C. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA