Puji syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang telah
memberikan bayak kesempatan, sehingga kami dapat menyelesaikan laporan PL dengan baik.
Laporan ini disusun guna proses pembelajaran untuk memahami permasalahan – permasalahan yang
ada di lapangan, bagi peserta untuk terampil dalam melaksanakan tugasnya sebagai wasor.Dalam
penyusunan laporan ini, kami menyadari sepenuhnya bahwa selesainya laporan PL ini tidak terlepas
dari dukungan, semangat, serta bimbingan dari MOT, baik bersifat moril maupun materil, oleh karena-
Nya, kami ingin menyampaikan ucapan terima kasih.
Penyusunan Laporan Praktek Lapangan (PL) ini disusun dengan sebaik-baiknya, namun masih terdapat
kekurangan didalam penyusunan laporan PL ini, oleh karena itu saran dan kritik yang sifatnya
membangun dari semua pihak sangat diharapkan, tidak lupa harapan kami semoga laporan Praktek
Lapangan ini dapat bermanfaat bagi wasor serta dapat menambah ilmu pengetahuan bagi kami.
Tim Penyusun
MAKALAH
Kegiatan pemantauan program
TUBERKULOSIS (TB)
Praktek lapangan di upt pancoran mas
pelatihan wasor tb
Disusun oleh:
KELOMPOK 3
Nama Anggota :
1. Eti Maryati, Skep
2. Maximila Lelolamak, Amd.AK
3. Nikson MA Taramata, Amd.AK
4. Dian Purbarani, Skep, Ners
5. Ana Hermin RPAM, Skep
6. Mega Herawati, Amd.Kep
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Praktek Lapangan (PL) merupakan suatu latihan dalam proses pembelajaran untuk memahami
permasalahan – permasalahan yang ada di lapangan. Praktek Lapangan menuntut peserta latih untuk
melihat secara langsung pelaksanaan pengelolaan program di lapangan. Modul pelatihan membekali
peserta dengan pemahaman tatalakssana program P2TB, Praktek Lapangan akan melatih peserta
untuk terampil dalam melaksanakan tugasnya sebagai wasor TB setelah mengikuti pelatihan ini.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah selesai mengikuti mengikuti Praktek Lapangan, peserta latih mampu melaksanakan tata
laksana program TB sesuai dengan Pedoman Nasional Pengendalian Tuberkulosis.
2. Tujuan Khusus
Setelah Praktek Lapangan peserta latih mampu:
1) Memahami mekanisme pelayanan termasuk alur pelayanan
2) Mengetahui pencatatan register/ formulir dan data termasuk cara mengisi formulir yang benar
dan lengkap dari setiap jenis formulir pencatatan di sarana pelayanan kesehatan yaitu TB 01,
TB 02, TB 04, TB 05, TB 06, TB 09 dan TB 10.
3) Mengetahui kegiatan laboratorium termasuk uji silang
4) Mengetahui startegi pendkatan wilayah sasaran
5) Mengetahui pelaksanaan mini lokakarya
6) Mengetahui tata cara logistik.
BAB II
GAMBARAN UMUM
A. Gambaran umum
Puskesmas Pancoran Mas marupakan salah satu Puskesmas yang ada di wilayah Kota
Depok, terdapat di wilayah Kecamatan Pancoran Mas dengan dua wilayah kerja yaitu Kelurahan
Depok dan kelurahan pancoran Mas.
Terletak di daerah dataran rendah dan berada di tengah – tengah wilayah Kota Depok
dengan luas wilayah kerja seluas 903,55 Ha yang terdiri dari luas wilayah Kelurahan Depok
sebesar 430,00 Ha dan Kelurahan Pancoran Mas sebesar 473,55 Ha, dengan batas wilayah
kecamatan terdiri dari :
Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beji
Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Cipayung
Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Sawangan
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sukmajaya
Sebagian besar lahan di wilayah Kecamatan Pancoran Mas merupakan areal pemukiman
penduduk, pendidikan, pedagangan dan jasa. Puskesmas Pancoran Mas sendiri letaknya sangat
strategis, berada dekat dengan pusat Pemerintahan Kota Depok dapat ditempuh dengan berjalan
kaki, kendaraan roda 2 maupun roda 4. Jarak tempuh terjauh yaitu kurang lebih 6 Km dengan
waktu tempuh selama 25 menit. TABEL 1
SITUASI GEOGRAFIS
DI WILAYAH PUSKESMAS PANCORAN MAS
TAHUN 2016
JARAK JAUH KONDISI RATA – RATA WAKTU
N KELURAHAN LUAS JUMLAH KE FASILITAS KETERJANGKAUAN KE TEMPUH
O KESEHATAN PUSKESMAS
RT RW (PUSKESMAS) RODA RODA 4 JALAN RODA 2 RODA 4 JALAN
2
1 DEPOK 430.00 104 23 5 KM V V V 10 mnt 20 mnt
TABEL 2.
JUMLAH PENDUDUK
DI WILAYAH PUSKESMAS PANCORAN MAS
TAHUN 2016
Total L P
Sedangkan Untuk penduduk kelompok rentan dapat dilihat pada tabel 4.3. berikut ini :
TABEL 3
JUMLAH PENDUDUK KELOMPOK RENTAN
DI WILAYAH PUSKESMAS PANCORAN MAS
TAHUN 2016
PANCORAN
2 1519 1450 1414 6786 4216
MAS
Berdasarkan data profil Puskesmas tahun 2013 pola penyakit penderita rawat jalan usia < 1 tahun
menunjukkan bahwa penyakit Infeksi Saluran Pernapasan akut dan demam, pada balita penyakit yang
mendominasi yaitu Infeksi Saluran Pernapasan akut dan demam yang tidak diketahui sebabnya. Pada usia 5 –
44 tahun, pola penyakit terbanyak yang ditemui adalah penyakit saluran pernafasan akut dan faringitis. Pada
usia pralansia dan lansia pola penyakit terbanyak ditemui adalah penyakit degeneratif yaitu hipertensi dan
diabetes melitus, disusul penyakit infeksi saluran nafas akut.
2 .PENYAKIT MENULAR
Gambaran umum beberapa penyakit yang terdapat di wilayah Puskesmas Pancoran Mas pada tahun 2013
adalah sebagai berikut :
b. Filariasis
Penyakit filariasis disebabkan oleh cacing mikrofilaria dan ditularkan melalui gigitan nyamuk, pada
tahun 2013 tidak ditemulkan kasus filariasis kronis di kelurahan Pancoran Mas hasil pemeriksaan sel
darah tepi negatif. Upaya massal terah di lakukan mengikuti jadwal pengobatan yang telah ditetapkan oleh
Dinas Kesehatan Kota Depok sebanyak 5 kali dari tahun 2008.
c. Flu burung
Pada tahun 2013 tidak terdapat kasus flu burung di wilayah UPT Puskesmas Pancoran Mas.
d. Chikungunya
Chikungunya adalah penyakit yang ditularkan melalui vektor nyamuk, pada tahun 2013 tidak
dilaporkan adanya kasus penderita chikungunya di wilayah Puskesmas Pancoran Mas.
b. Diare
Kasus diare selalu ada sepanjang tahun, hal ini berkaitan dengan kondisi sanitasi lingkungan yang
kurang baik serta Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masyarakat yang masih kurang terutama yang
berkaitan dengan kebiasaan mencuci tangan dengan sabun. Penemuan kasus Diare pada balita tahun 2013
sebanyak 154 + 96 kasus, dan 100% telah ditangani di puskesmas
c. Kusta
Penyakit kusta masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, karena adanya stigma yang jelek dari
masyarakat terhadap penderita penyakit kusta maka penderita cenderung menyembunyikan penyakitnya,
sehingga angka penemuan kasus masih sedikit selain itu penyakit kusta juga menimbulkan masalah sosial
akibat kecacatan yang ditimbulkannya.Jumlah kasus yang di temukan tahun 2013 sebanyak 5 kasus dan
semuanya tipe Multi Basiler (MB).
d. Tuberkulosis
Penyakit Tuberkulosis( TB ) merupakan penyakit lama yang tetap masih ada. Angka penemuan BTA
( + ) pada tahun 2013 mencapai target bahkan melebihi target yang di tetapkan turut aktifnya kader PMD
dalam mengajak masyarakat berobat. Jumlah kasus BTA ( + ) dalam wilayah adalah 130 kasus, dan angka
kesembuhannya 100%.
b. Tetanus Neonatorum
Tetanus Neonatorum adalah penyakit yang menyerang bayi usia kurang dari 28 hari. Faktor penyebab
timbulnya kasus Tetanus Neonatorum bisa disebabkan karena berbagai hal diantaranya : ibu tidak
mendapatkan imunisasi TT atau mendapat imunisasi tetapi kualitas vaksinnya tidak baik, atau bisa
disebabkan juga karena pertolongan persalinan yang tidak steril. Tahun 2013 tidak ditemukan kasus
Tetanus Neonatorum.
c. Polio
Tahun 2013 tidak ditemukan kasus polio, tetapi untuk meningkatkan kekebalan terhadap polio tetap
dilakukan carsh program imunisasi campak polio pada balita dengan cakupan 92 %.
d. Campak
Pada tahun 2013 kasus campak yang dilaporkan sedikitnya 11 kasus, tetapi walaupun begitu perlu
evaluasi lebih lanjut untuk meningkatkan diagnosa serta kualiatas pencatatan dan pelaporan yang lebih
akurat untuk menghindari terjadinya fenomena gunung es terhadap kasus campak.
a. Hipertensi
Hipertensi adalah salah satu penyakit tidak menular yang prevalensinya di masyarakat cukup
tinggi serta semakin bertambah banyak dan akibat yang ditimbulkannya merupakan suatu masalah
kesehatan masyarakat.Penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk melakukan perubahan pola hidup kearah yang lebih sehat.Pada tahun 2013 kasus hipertensi yang
dilaporkan adalah 4.165 kasus.
b. Diabetes Melitus ( DM )
Diabetes Melitus adalah keadaan hiperglikemik disertai berbagai kelainan metabolisme akibat
gangguan hormonal serat dapat meningkatkan berbagai komplikasi kronik.Upaya promotif preventif perlu
lebih sering dilakukan karena jumlah kasus diabetes melitus semakin banyak dilaporkan.Pada tahun 2013
kasus Diabetes Melitus yang dilaporkan adalah 1.827 kasus.
C. PERILAKU MASYARAKAT
a. Kelurahan Siaga dan RW siaga
Kelurahan Siaga adalah kelurahan yang penduduknya memiliki kesiapan sumber daya dan
kemampuan serta kemauan untuk mencegah dan mengatasi masalah kesehatan, bencana, dan kegawatan
darurat secara mandiri.
Tahun 2012 kelurahan siaga berkembang menjadi kelurahan siaga aktif.Tahun 2013 Kelurahan
Pancoran Mas sudah menjadi kelurahan Siaga Aktif dengan jumlah RW Siaga Aktifnya adalah 32 RW.
A. DATA UMUM
TABEL 3.1
KEADAAN TENAGA DI PUSKESMAS PANCORAN MAS
Status
No. Tenaga Kesehatan Pendidikan Terakhir
PNS Non PNS
1. Dokter Spesialis - - -
2. Dokter Umum PPDU 4 5
3. Dokter Gigi PPDG 2 -
Bidan D 3 Kebidanan 6 8
Perawat Spk 1
4. D3 Keperawatan 4
S1 keperawatan 1 -
5. Perawat Gigi SPRG 1 -
7. Apoteker S1+Profesi Apoteker 1 -
8. Asisten Apoteker D3 1
SMF 1
9. Gizi D3 Gizi 1 -
D1 SPAG 1 -
10. Kesling D1 SPPH 1 -
11. Analis Kesehatan D3 Analis Laboratorium 1 3
12. Rekam Medik D3 Rekam Medik 1
Lain – lain
1 Tata Usaha SLTA - 3
2 Kebersihan SLTA - 1
SLTP - 1
3 Kemanan SLTA - 2
SLTP - 2
4 Juru Masak SLTP - 1
SD - 1
5 Supir Ambulan SLTA - 1
SLTP - 1
6 Simpus SLTA - 1
7 Pendaftaran SLTA - 2
8 Loundry/Juru Cuci SLTP - 1
2. Sarana Kesehatan
FASILITAS PEMILIKAN/PENGELOLA
NO
KESEHATAN KEMENKES PEM.PROV PEM.KAB/KOTA TNI/POLRI BUMN SWASTA JUMLAH
1 2 3 4 5 6 7 8 9
RUMAH SAKIT
RUMAH
1 SAKIT 4 4
UMUM
RUMAH
2 SAKIT
KHUSUS
PUSKESMAS DAN JARINGANNYA
PUSKESMAS
1 RAWAT 1 1
INAP
- JUMLAH
TEMPAT 4 4
TIDUR
PUSKESMAS
NON
2
RAWAT
INAP
3 PUSKESMAS
-
KELILING
B. TEMUAN
Setelah dilakukan Praktek lapangan di UPT Puskemas Pancoran Mas di dapatkan beberapa temuan
selama melakukan obseravasi dan wawancara kepada Kepala TU, Pengelola Program TB, Petugas
Laboratorium dan Petugas Farmasi temuan tersebut diantaranya :
1. Belum adanya regulasi Program TB
2. Tidak dapat memperlihatkan dokumentasi penyusunan rencana kegiatan dan anggaran
3. Data dasar tidak lengkap untuk tahun 2014 tidak ada.
4. Kegiatan Pengembangan PPM belum ada kesepakatan tertulis
5. Untuk poli TB masih di gabung dengan Poli VCT, IMS dan Kusta
6. Poli TB setiap hari Selasa dan Kamis
7. Petugas TB tidak dapat memberikan data program secara rinci dengan alasan semua data sedang
dalam proses revisi setelah akreditasi
8. Sosialisasi tentang penggunaan masker belum baik dengan adanya pasien terduga TB yang
berkunjung ke Poli Tb tidak di berikan masker
9. Untuk pencatatan formulir TB 01, 03, 06 Belum sesuai standar
10. Untuk pasien TB anak lebih banyak di rujuk ke SP anak/ ke RS untuk penegakan diagnosa
walaupun skoring dilakukan
11. Investigasi kontak belum berjalan dengan baik, untuk PP INH juga belum berjalan
12. Laboratorium sudah sesuai standar hanya umpan balik dari laboratorium intermedian yang belum
mengirim hasil umpan baliknya
13. Penyimpanan OAT pada gudang farmasi sudah sesuai standar hanya penyimpana obat di poli TB
yang tidak sesuai standar
BAB IV
PEMBAHASAN
A. INDIKATOR PROGRAM
1. Proporsi pasien baru TB Paru terkonfirmasi bakteriologis
proporsi
16
14
13
12
10 10
8
proporsi
7
6
0
2014 2015 2016
Proporsi BTA (+) terhadap terduga Ttb pada tahun 2016 mengalami penurunan dari tahun-
tahun sebelumnya.
CNR
140
129
121
120
98
100
80
CNR
60 Linear (CNR)
40
20
0
2014 2015 2016
Dalam jangka waktu 3 tahun CNR mengalami peningkatan lebih dari target yaitu > 5
tahun
3. Angka Kesembuhan (Cure Rate)
CR
94 93
93
92
91
90
89 88 CR
88 87
87
86
85
84
2014 2015 2016
Berdasarkan grafik di atas angka kesembuhan dari tahun 2014 s.d 2016 selalu di atas target
yaitu diatas 85%.
SUCCES RATE
102
100 100
98
97
96
94 SUSCES RATE
93
92
90
88
2014 2015 2016
Berdasarkan grafik di atas angka keberhasilan dari tahun 2014 s.d 2016 selalu di atas target
yaitu diatas 90%.
B. Korelasi antara klasifikasi diagnosa TB dengan jenis kategori obat (OAT) yang digunakan
Semua petugas Puskesmas Pancoran Mas baik itu Dokter, pengelola program dan analis
laboratoriumnya sudah terlatih, sehingga korelasi antara klasifikasi diagnosa dengan jenis kategori
obat (OAT) yang digunakan sudah sesuai dengan standar.
C. Ketersediaan Obat
Ketersediaan OAT baik kategori 1, Kategori 2 dan Kategori anak tersedia sesuai kebutuhan
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
- Setelah dilakukan praktek ini di UPT Puskesmas Pancran Mas kami peserta sangat
memahami bahwa mekanisme pelayanan dan alur pelayanan di Pyskesmas tersebut masih
menggunakan alur pelayananan TB yang lama.
- Ketersediaan data kurang dirasakand oleh peserta karena saat data-data profi juga laporan
tahunan dan data program tidak dapat kami akses,
- Untuk pencatatan di program TB baik TB 01,TB 04,TB 03, TB 05, TB 06 masih kurang
lengkap dan kami tidak menemukan TB 09 dan TB 10 dengn alasan karena keterbatasan
tenaga petugas TB.
- Kegiatan laboratorium sudah berusaha dilakukan dengan baik, Laboratorium di puskesmas
tersebut memiliki alat TCM
- Pendekatan wilayah sasaran menggunakan strategi perkesmas
- Minilokakarya sudah rutin dilaksanakan tiap bulan, baik di internal puskesmas sendiri atau
dengan linsek
- Logistik baik OAT dan Non OAT sudah sangat tersedian dengan penyimpanan yang sesuai
standar
B. SARAN
- Alur pelayanan menggunakan alur baru sesuai standar program TB
- Pencatatan formulir TB di Poli TB sebaiknya di lengkapi segera tidak menunggu nanti karena
akan beresiko tidak terisi dan tidak lengkap pengisiannya
- Untuk data - data program sebaiknya petugas menyimpan dengan baik di poli atau di softcopy
sehingga mudah di akses jika di butuhkan