Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan masalah gizi di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi 3, yaitu


masalah gizi yang secara public health sudah terkendali; masalah yang belum dapat
diselesaikan (un-finished); dan masalah gizi yang sudah meningkat dan mengancam
kesehatan masyarakat (emerging). Salah satu masalah gizi yang belum selesai adalah
masalah gizi kurang dan pendek (stunting).
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh kembang pada anak balita, akibat dari
kekurangan gizi kronis pada 1000 hari pertama kehidupannya, sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya.
Stunting adalah masalah gizi utama yang akan berdampak pada kehidupan sosial dan
ekonomi dalam masyarakat. Ada bukti jelas bahwa individu yang stunting memiliki tingkat
kematian lebih tinggi dari berbagai penyebab dan terjadinya peningkatan penyakit. Stunting
akan mempengaruhi kinerja pekerjaan fisik dan fungsi mental dan intelektual akan
terganggu (Mann dan Truswell, 2002), sehingga menurunnya produktivitas dan anak sulit
berprestasi. Hal ini juga didukung oleh Jackson dan Calder (2004) yang menyatakan bahwa
stunting berhubungan dengan gangguan fungsi kekebalan dan meningkatkan risiko
kematian.
Stunting tidak hanya disebabkan oleh satu faktor saja tetapi disebabkan oleh banyak
faktor, dimana faktor-faktor tersebut saling berhubungan satu dengan yang lainnya. Ada tiga
faktor utama penyebab stunting yaitu asupan makan tidak seimbang (berkaitan dengan
kandungan zat gizi dalam makanan yaitu karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan
air) riwayat berat lahir badan rendah (BBLR) dan riwayat penyakit (UNICEF, 2007). Jadi
ada istilah lingkaran setan yang menggambarkan masalah stunting. Diawali dari remaja putri
yang kekurangan energi dan anemi, sehingga pada waktu hamil dia masuk dalam kategori
KEK (Kurang Energi Kronis) di buktikan dengan hasil pengukuran LiLA yang kurang dari
23,5 cm. Maka ibu hamil yang kurang energy kronis (KEK) berpotensi lebih tinggi
melahirkan bayi berat badan rendah (BBLR). Jika anak lahir BBLR maka potensi stunting
lebih tinggi, setelah anak tumbuh dewasa kembali terulang kurang energy dan dengan
berbagai persoalanya. Hal ini akan terus berulang jika tidak segera di putus mata rantainya.
Kualitas hidup anak di masa depan sangat dipengaruhi gizi yang diterima selama
seribu hari pertama kehidupan (1.000 HPK). Inilah yang menjadikan masa 1.000 HPK
disebut sebagai periode emas untuk membangun dasar tumbuh kembang anak yang solid.
Masa 1000 hari pertama kehidupan (1000 HPK) terdiri atas 270 hari selama kehamilan dan
730 hari pada dua tahun pertama kehidupan atau 2 tahun pertama.
Perilaku hygiene dan sanitasi juga sangat berpengaruh terhadap peningkatan angka
stunting. Sebagai contoh sanitasi buruk dan air minum yang terkontaminasi mengakibatkan
diare yang mengganggu penyerapan zat-zat gizi dalam tubuh. Akibatnya, anak-anak tidak
mendapatkan zat gizi yang memadai sehingga pertumbuhannya terhambat.
Berdasarkan data Pemantauan Status Gizi (PSG) selama tiga tahun terakhir prevalensi
balita pendek mengalami peningkatan dari tahun 2016 yaitu 27,5% menjadi 29,6% pada
tahun 2017. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018 prevalensi
stunting di Jawa Timur sebesar 26,2%. Sedangkan jumlah stunting di Kabupaten
Bojonegoro Tahun 2019 adalah 6941 balita
Jumlah stunting di wilayah Puskesmas Baureno berdasarkan hasil bulan timbang
Februari tahun 2019 sebanyak 208 balita atau dengan presentase 6,9%. Sedangkan bulan
timbang Agustus tahun 2019 sebanyak 196 balita atau dengan persentase 6,7%.
Dengan adanya angka stunting, Puskesmas Baureno mempunyai program inovasi
dalam rangka penurunan dan pencegahan stunting, yaitu dengan program inovasi
Optimalisasi KP-ASI dengan BANTING JAMIL.

B. TUJUAN

1. Pencegahan dan menurunkan angka stunting


2. Memberdayakan masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya pencegahan stunting
3. Meningkatkan pengetahuan dan merubah perilaku ibu balita.
BAB II

A. Keadaan Umum

1. Data Wilayah

A. Letak / Batas Wilayah

Adapun batas – batas wilayah kerja Puskesmas Baureno adalah sebagai berikut :

- Sebelah utara : Kabupaten Tuban


- Sebelah timur : Wilayah kerja Puskesmas Gunungsari
- Sebelah selatan : Wilayah kerja Puskesmas Nglumber
- Sebelah Barat : Wilayah kerja Puskesmas Kanor

B. Luas Wilayah

Luas Wilayah kerja Puskesmas Baureno : 38,92 km yang terdiri dari :

1. Tanah sawah : Dengan pengairan tehnis = 337 Ha


Dengan pengairan ½ tehnis = 834 Ha
Dengan pengairan sederhana = 1105 Ha

2. Tanah kering : Tanah bangunan = 631.38 Ha

Tegal / Ladang = 874.25 Ha

Lain – lain = 103.49 Ha


Peta wilayah Kerja Puskesmas Baureno ;

C ) Jumlah Desa , RT dan RW.

JUMLAH
NO DESA
DUSUN RT RW
1. BAURENO 6 17 6

2. PASINAN 3 18 9

3. TROJALU 4 14 7
4. KAUMAN 3 20 6
5. BLONGSONG 6 16 7
6. SRATUREJO 6 26 6
7. POMAHAN 5 18 5
8. BANJARAN 5 28 8
9. KARANGDAYU 4 17 5
10. BUMIAYU 3 11 5
11. NGEMPLAK 4 24 8
BANJARANYA
12. 3 11 4
R
13. DRAJAT 3 16 5
14. SEMBUNGLOR 1 8 4
24
JUMLAH 56 85
4

D). Data Penduduk

Berdasarkan pendataan tahun 2019 sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk seluruhnya : 49.235 jiwa


o Laki – laki ; 24.315 jiwa
o Perempuan : 24.920 jiwa

NO Desa KK Penduduk Jumlah RT RMH Jiwa


1 Baureno 1042 3862 17 1042 3862
2 Pasinan 995 3445 18 995 3445
3 Sraturejo 1186 5273 26 1186 5273
4 Banjaran 1365 4762 28 1365 4762
5 Pomahan 1020 3349 18 1020 3349
6 Kauman 1217 4171 20 1217 4171

7 Trojalu 753 2539 14 753 2539


8 Karangdayu 1065 3819 17 1065 3819
9 Blongsong 1080 3920 16 1080 3920
10 Bumiayu 535 2206 11 535 2206
11 Ngemplak 1390 4325 24 1390 4235
12 Banjaranyar 739 2486 11 739 2486
13 Drajat 959 3148 16 959 3148
14 Sembunglor 517 1725 8 517 1725
Jumlah 13.863 49.030 244 13.863 49.030
E).Data ibu hamil dan ASI Eksklusif bulan Desember 2019

JUMLAH
NO DESA
IBU HAMIL BALITA 0-6 BLAN
ASI- E
1. BAURENO 46 30 9
2. PASINAN 34 29 12
3. TROJALU 12 14 9
4. KAUMAN 32 27 4
5. BLONGSONG 15 10 5
6. SRATUREJO 5 32 7
7. POMAHAN 34 29 22
8. BANJARAN 29 26 17
9. KARANGDAYU 31 32 17
10. BUMIAYU 32 14 8
11. NGEMPLAK 32 29 16
12. BANJARANYAR 14 13 4
13. DRAJAT 25 17 5
14. SEMBUNGLOR 26 11 10
JUMLAH 397 313 145

Dari data ini menunjukan bahwa capaian pemberian ASI Eksklusif di wilayah kerja
Puskesmas Baureno masih rengah yaitu 46%. Padahal pemberian ASI Eksklusif mampu
mengurangi resiko Stunting pada anak. Selain mengurangi resiko Stunting dengan memberikan
ASI Eksklusif juga mampu mempecepat pemulihan rahim dan berdampak pula pada keuangan
rumah tangga.

BAB III
PELAKSANAAN INOVASI

A. Uraian Pelaksanaan Inovasi


Optimalisasi Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dengan BANTING JAMIL (Berantas
Stunting dengan Pantau Sejak Hamil) adalah kegiatan yang ditujukan untuk menurunkan
prevalensi stunting yang melibatkan kegiatan dalam KP-ASI dan lintas program dengan
pemberdayaan masyarakat.
KP ASI sendiri adalah kelompok yang terdiri dari tokoh masyarakat yang di pandang bisa
menggerakan masyarakat di sekitarnya. Adapun Kegiatan BANTING JAMIL yaitu dimana
setiap anggota KP-ASI di wajibkan memantau maksimal 2 ibu hamil mulai dari trimester
pertama pada kehamilan sampai melahirkan dan di teruskan sampai menyusui eksklusif sampai 6
bulan. Dalam kurun waktu tersebut angggota dari KP-ASI bertangngung jawab penuh untuk
memantau dan memberi edukasi kepada setiap ibu hamil, sehingga setiap ibu hamil mampu
memahamii kebutuhan gizi dan mampu memenuhi kebutuhan gizi. Diharapkan ibu hamil bisa
melahirkan secara sempurna dengan selamat bayinya dan sehat ibunya. Setelah anak lulus
eksklusif KP-ASI mengajukan ke puskesmas untuk mendapatkan sertifikat eksklusif dan
cinderamata.
Selain itu, terdapat juga kegiatan-kegiatan yang bersifat diseminasi informasi tentang gizi
seimbang dan ASI eksklusif di Posyandu, jadi petugas gizi road show ke posyandu di tiap-tiap
desa untuk promosi tentang ASI Eklsklusif bersama lintas program yang terkait, misalya
promkes dan kesling. Dengan tujuan semakin banyak yang mengetahui manfaat tentang ASI dan
makanan seimbang maka capaian ASI Eksklusif bisa meningkat.
Selain kegiatan Kelompok Pendukung ASI (KP-ASI) dengan pencegahan stunting, ada
juga penyuluhan pemberian makanan bayi dan anak (PMBA bertujuan meningkatkan
pengetahuan, sikap dan perilaku positif ibu balita dalam mencegah stunting pada balita) misalkan
di adakan lomba isi piringku dalam kegiatan posyandu.
Serta mensosialisasikan PHBS dengan tujuan pendekatan untuk merubah perilaku Higiene
dan Sanitasi ibu balita dan keluarga. Selain itu sasaran kegiatan ini adalah para Ibu Kader. Dalam
kegiatan penimbangan dan pengukuran perlu ketelitian karena hasil penimbangan ini yang akan
mempengaruhi status gizi anak yang di tenukan dengan indeks berat badan menurut tinggi badan.
Maka perlu dilaksanakan (GEPREK) Gerakan Pemantapan Revitalisasi Kader Posyandu dimana
para kader posyandu di refres dan dibekali ilmu pengukuran antropometri yang sesuai standart
untuk melakuakan penilaian pertumbuhan balita.
Dampak dari kegiatan ini antusias orang tua meningkat dalam mengatasi masalah gizi
anak, kunjungan balita di posyandu meningkat, pengetahuan ibu tentang makanan bergizi serta
isi piringku dan gizi seimbang meningkat.
Hambatan kegiatan masih ada ibu hamil yang percaya mitos terkait larangan makan
makanan tertentu. Masih ada orang tua yang malu datang ke posyandu karena anaknya kurang
gizi, masih ada yang beranggapan terjadi kesalahan saat pengukuran posyandu.

B. Hasil Pelaksanaan Inovasi

 KP ASI dan pendampingan ibu hamil dan menyusui Eksklusif


 Gerakan revitalisasi kader ( GEPREK) posyandu
Lomba ASI Eksklusif dan Isi piringku
 Sosialisasi ASI, PMBA, dan PHBS di kelas BUMIL dan Posyandu
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan

Program pencegahan stunting di Puskesmas Baureno dengan Optimalisasi KP-ASI


bersama BANTING JAMIL adalah langkah awal untuk bisa mencegah dan menurunkan angka
stunting di wilayah kerja Puskesmas Baureno. Edukasi masyarakat sangat diperlukan sebagai
salah satu upaya agar masyarakat lebih aktif memahami stunting serta paham cara untuk
pencegahanya. Diharapkan dengan adanya program ini bisa meningkatkan pengetahuan, mampu
merubah sikap dan perilaku ibu balita dan keluarga dalam pola asuh balitanya. Serta diharapkan
seluruh anak balita menjadi sehat dan produktif.

B. Saran

Upaya pencegahan stunting dalam kegiatan ini diharapkan mendapat dukungan dari lintas
sektor dan lintas program untuk ikut berperan aktif dalam mengatasi permasalahan stunting.

Anda mungkin juga menyukai