DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SINGOTRUNAN
JL.SUMBING NO.41 TELP (0333)426215
KECAMATAN BANYUWANGI
EMAIL:Puskesmassingotrunan@yahoo.co.id
OLEH:
7. Lampiran-lampiran :
Cover
Rencana aksi pelaksanaan inovasi publik
Dokumen pendukung berupa dokumentasi kegiatan
B. PROFIL INOVASI
1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inovasi ini?
Berangkat dari tujuan / sasaran MDGs utamanya tentang menurunkan angka gizi
buruk pada bayi dan balita serta meningkatkan kesehatan gizi pada bayi dan balita. Gizi
buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di
bawah standar. Kasus gizi buruk pada bayi dan balita di Kabupaten Banyuwangi sangat
meningkat dengan jumlah 909 kasus gizi buruk. Dari hasil analisa data kenaikan gizi buruk
di Puskesmas Singotrunan pada tahun 2013 dan 2014 menduduki peringkat ke-1 tingkat
kabupaten banyuwangi. Pada tahun 2013 jumlah balita yang mengalami masalah gizi
sebanyak 152 balita, 111 balita mengalami gizi kurang, 41 balita dengan status gizi buruk,
dan 1 balita meninggal disebabkan penyakit penyerta yaitu hidrocepaloes. Tahun 2014
kasus gizi buruk meningkat menjadi 60 balita, 102 balita dengan gizi kurang dan 1 balita
meninggal akibat penyakit menular HIV/AIDS. Di tahun 2015 jumlah balita yang
bermasalah dengan gizi di Puskesmas Singotrunan mulai menurun menjadi 141 balita, 39
balita dengan kasus gizi buruk dan 102 balita gizi kurang. Pada tahun 2016 jumlah kasus
gizi menjadi 93 balita, 36 balita gizi buruk dan 57 balita gizi kurang.
Inisiatif ini muncul pada tahun 2013 dimana sejak terjadinya peningkatan angka gizi
buruk dan terjadinya kematian balita yang menderita gizi buruk akibat penyakit penyerta
yaitu hidrocepaloes, sehingga puskesmas singotrunan melakukan kegiatan pencegahan,
pertolongan/penanganan serta pendampingan dengan layanan kunjungan rumah dan
pemantauan balita gizi buruk oleh kader motivator gizi serta melakukan penimbangan dan
pemeriksaan cek HB oleh petugas kesehatan. Pelayanan 24 jam sebagai sarana mobilisasi
petugas dalam kunjungan rumah dan penjemputan balita untuk dirujuk dengan tanpa
dipungut biaya karena bersumber dari swadaya masyarakat.
Kegiatan pertolongan/penanganan, pendampingan serta evaluasi sudah dilaksanakan
sejak tahun 2014. Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap 6 bulan . Dari hasil kegiatan
tersebut terjadi penurunan kasus gizi buruk, namun dengan berjalannya waktu masih
ditemukan kasus-kasus baru di lapangan oleh bidan wilayah. Sehingga TIM SIRAMI GIZI
memutuskan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi status gizi balita yang bermasalah
setiap 3 bulan. Dan kegiatan Jumat berkah yang dilaksanakan hanya di minggu ketiga,
ditingkatkan menjadi satu minggu sekali yaitu setiap hari senin.
3. Dalam hal apa inovasi pelayanan publik ini kreatif dan inovatif?
Dari hasil diskusi di forum minlok lintas sektor dicapai suatu kesepakatan untuk
membuat inovasi SIRAMI GIZI dan mewujudkan tujuan program yang menekan angka
bumil KEK dan gizi buruk serta meningkatkan kunjungan bayi dan balita diposyandu.
Kegiatan rutin seperti pemberian PMT/ Pemberian makanan tambahan pada
bayi dan balita yang bermasalah dengan gizinya menjadi model pendampingangan
yang dilaksanakan oleh TIM SIRAMI GIZI yang bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait. Selain pemberian PMT berupa susu formula, biscuit dan makanan kering,
kegiatan pendampingan lainnya adalah makan bersama balita yg bermasalah dengan
gizi. Kegiatan tersebut awalnya dilaksanakan di Jumat minggu ketiga, namun sejak
awal tahun 2017 kegiatan ditingkatkan menjadi setiap minggu di hari Senin, yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan serta konsultasi di klinik gizi.
Setelah dilakukan pendampingan oleh tim SIRAMI GIZI, setiap 3 bulan sekali
akan dilaksanakan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi ini balita yang bermasah dengan
gizi tersebut akan diperiksa secara menyeluruh, baik pertumbuhan secara fisik dan
perkembangan secara motoriknya.
Balita dengan pertumbuhan dan perkembangan yg sesuai dengan usianya,
dan status gizinya telah berubah menjadi baik akan mendapatkan reward. Dari
kegiatan tersebut maka diharapkan orang tua bayi atau balita yang bermasalah
dengan gizi akan termotivasi untuk meningkatkan status gizi anak-anaknya.
Dalam melaksanakan program ini, Agar kegiatan bisa terarah dan mencapai hasil yang
diinginkan, maka dibuat suatu rencana strategi kegiatan berupa:
6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi pelayanan publik ini dan
bagaimana sumber daya itu dimobilisasi?
Sumber daya yang berkerja sama dengan inovasi ini antara lain Kepala Puskesmas
Singotrunan, Lintas Sektor, Bidan Desa, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat dan
tentunya peran serta masyarakat di ikutsertakan ke dalam inovasi ini. Berbagai usaha
telah dilakukan sebagai upaya perbaikan gizi, antara lain melalui usaha promosi gizi
seimbang, penyuluhan gizi di posyandu, pemberian makanan tambahan termasuk MP-
ASI, pemberian suplemen gizi seperti kapsul vitamin A dan zat besi Fe, pemantauan dan
penanggulangan gizi buruk, gerakan ASI Eksklusif, keanekaragaman makanan, juga
penggunaan garam beryodium. Perubahan prilaku dari masyarakat sendiri untuk selalu
menerapkan cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah makan, dan BAB pada jamban
yang sehat untuk menghindari penyakit diare yang dapat menyebabkan anak-anak
mengalami penurunan berat badan. Adapun sumber daya keuangan yang merupakan
sarana paling dominan dalam setiap kegiatan yaitu:
11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi pelayanan publik ini dilaksanakan?
Sebelum dilakukan inovasi dan belum terbentuknya Tim Sirami Gizi:
a.Kurangnya perhatian yang maksimal dari beberapa pihak, seperti kader, petugas
kesehatan maupun lintas sektor.
b.Tidak ada pihak yang perduli jika para orang tua dan anaknya tidak datang ke
Posyandu.
c. Banyaknya ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis)
d. Orang tua kurang mengerti dengan kondisi kesehatan anaknya terutama masalah
gizi
e.Masih sulitnya ibu membawa bayi atau balitanya datang atau berkunjung ke
Posyandu untuk melakukan timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta
konsultasi tentang masalah gizi secara rutin (setiap sebulan sekali)
f. Ibu yang malu dengan kondisi anaknya yang gizi nya kurang baik, sehingga malu
untuk datang ke posyandu.
g. Tidak adanya perubahan berat badan pada anak.
h.Pola makan dan pola asuh yang salah di keluarga dan minimnya pengetahuan
tentang gizi.
i. Masih ada kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat.
j. Balita yang sakit dan tidak mendapatkan penanganan segera hingga berdampak
buruk pada gizinya.