Anda di halaman 1dari 18

PEMERINTAHAN KABUPATEN BANYUWANGI

DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS SINGOTRUNAN
JL.SUMBING NO.41 TELP (0333)426215
KECAMATAN BANYUWANGI
EMAIL:Puskesmassingotrunan@yahoo.co.id

INOVASI PELAYANAN PUBLIK


SIRAMI GIZI
(AKSI RAMAH PEDULI PEMULIHAN GIZI)

OLEH:

UPTD PUSKESMAS SINGOTRUNAN


KECAMATAN BANYUWANGI
KABUPATEN BANYUWANGI
2017
A. PROFIL INOVASI

1. Judul Proposal : SIRAMI GIZI (AKSI RAMAH PEDULI PEMULIHAN GIZI)


2. Penanggung Jawab : Kepala UPTD Puskesmas Singotrunan
3. Nomoh HP / WA : 081357759587
4. Tanggal Mulai Inovasi : 4 Januari 2014
5. Kategori Inovasi : Pelayanan Langsung Kepada Masyarakat
Pelayanan Publik
6. Ringkasan Inovasi :
Sirami Gizi (Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi) adalah suatu bentuk upaya
untuk meningkatkan status gizi pada ibu hamil yang mengalami Kekurangan Energi
Kronis (KEK) dan bayi atau balita terutama yang bermasalah dengan gizinya. Tim
Sirami Gizi terbentuk dari beberapa element yaitu, Kepala Camat Banyuwangi,
Kepala UPTD Puskesmas Singotrunan, Kepala Kelurahan wilayah kerja UPTD
Puskesmas Singotrunan beserta TP PKK, kader posyandu, kader motivator gizi,
kader KP-ASI, Karyawan dan karyawati UPTD Puskesmas Singotrunan terutama
Bidan wilayah, koordinator p2p, koordinator gizi, dan petugas pusling.
Inti dari kegiatan ini adalah skrening awal untuk menemukan bayi atau balita
yang bermasalah dengan gizi. Setelah dilakukan pemetaan dilakuan
pendampingan dan pemantauan serta pemberian PMT pada bayi atau balita yang
bermasalah dengan gizi dan Ibu hamil resiko tinggi KEK oleh Tim Sirami Gizi.
Selama proses pendampingan ibu yang balita bermasalah dengan gizi akan
mendapatkan banyak penyuluhan dan pendidikan mengenai pola pemberian
makanan dan pola asuh pada anaknya.
Setelah dilakukan pemantauan setiap 3 bulan dilaksanakan evalusi pasca
pendampingan. Diharapkan setelah kegiatan evaluasi dilaksanakan, bayi atau
balita yang bermsalah dengan gizi akan bebas dari status gizi buruk ataupun gizi
kurang.

7. Lampiran-lampiran :
Cover
Rencana aksi pelaksanaan inovasi publik
Dokumen pendukung berupa dokumentasi kegiatan
B. PROFIL INOVASI
1. Apa masalah yang dihadapi sebelum dilaksanakan inovasi ini?
Berangkat dari tujuan / sasaran MDGs utamanya tentang menurunkan angka gizi
buruk pada bayi dan balita serta meningkatkan kesehatan gizi pada bayi dan balita. Gizi
buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan nutrisi, atau nutrisinya di
bawah standar. Kasus gizi buruk pada bayi dan balita di Kabupaten Banyuwangi sangat
meningkat dengan jumlah 909 kasus gizi buruk. Dari hasil analisa data kenaikan gizi buruk
di Puskesmas Singotrunan pada tahun 2013 dan 2014 menduduki peringkat ke-1 tingkat
kabupaten banyuwangi. Pada tahun 2013 jumlah balita yang mengalami masalah gizi
sebanyak 152 balita, 111 balita mengalami gizi kurang, 41 balita dengan status gizi buruk,
dan 1 balita meninggal disebabkan penyakit penyerta yaitu hidrocepaloes. Tahun 2014
kasus gizi buruk meningkat menjadi 60 balita, 102 balita dengan gizi kurang dan 1 balita
meninggal akibat penyakit menular HIV/AIDS. Di tahun 2015 jumlah balita yang
bermasalah dengan gizi di Puskesmas Singotrunan mulai menurun menjadi 141 balita, 39
balita dengan kasus gizi buruk dan 102 balita gizi kurang. Pada tahun 2016 jumlah kasus
gizi menjadi 93 balita, 36 balita gizi buruk dan 57 balita gizi kurang.

Adapun faktor yang menyebabkan gizi buruk diwilayah kerja puskesmas


singotrunan dipengaruhi adanya :

- Rendahnya balita yang mendapatkan ASI Exklusif selama 6 bulan diwilayah


singotrunan sebesar 46,63%,
- Rendahnya kunjungan balita diposyandu yang ada di wilayah puskesmas sebesar 72
%,
- Adanya kasus bumil KEK diwilayah puskesmas sebanyak 61 orang.
- Ditemukan adanya infeksi yang berkaitan erat dengan sanitasi lingkungan, penyediaan
air bersih, kondisi rumah dan peran PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) yang
akan mudah terkena infeksi,
- Faktor ekonomi yang masih ada dilingkungan masyarakat tidak mampu untuk
memenuhi asupan gizi seimbang dalam kebutuhan sehari-hari,
- Minimnya tingkat pendidikan dan kurangnya pengetahuan ibu tentang gizi dan
kesehatan, serta pola makan yang salah dan pola asuh yang kurang baik dalam
keluarga.
Masalah ini menjadi sangat penting untuk ditindak lanjuti, karena pada periode masa
Balita, merupakan periode masa kritis. Masa ini merupakan periode optimalisasi
pertumbuhan dan perkembangan otak yang masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan dapat menjadi penyebab kematian terutama pada kelompok resiko tinggi
(bayi dan balita), terutama pada bayi dan balita yang memiliki penyakit penyerta. Gizi
kurang pada balita tidak terjadi secara tiba tiba, tetapi diawali dengan kenaikan berat
badan yang kurang signifikan. Perubahan berat badan balita dari waktu kewaktu
merupakan petunjuk awal perubahan status gizi balita. Jika bayi atau balita berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut beresiko mengalami gizi kurang atau gizi buruk.
Dari tingginya kasus gizi buruk di puskesmas singotrunan, kami berupaya untuk
menekan angka balita yang bermasalah dengan gizi dengan cara membentuk TIM
SIRAMI GIZI (AKSI RAMAH PEDULI PEMULIHAN GIZI).

2. Siapa saja yang telah mengusulkan pemecahannya dan bagaimana inovasi


pelayanan publik ini telah memecahkan masalah tersebut ?
Dari hasil analisis dan identifikasi masalah yang sudah diketahui puskesmas
singotrunan mengadakan pertemuan mini lokakarya puskesmas yang dilakukan secara
rutin minimal satu bulan satu kali, maka disusun formula kegiatan untuk mencari solusi
penyelesaian masalah yang sudah ada dengan cara menyusun strategi mulai dari
perencanaan, pelaksanaan, sasaran yang harus dicapai dan evaluasi yang harus
dilakukan dengan melibatkan kelompok masyarakat, lembaga, institusi, dunia usaha yang
peduli terhadap inovasi program dengan tujuan utama menekan angka gizi buruk serta
terjadinya kematian dengan kelompok sasaran yaitu bayi atau balita yang menderita
penyakit, dan bayi atau balita yang kekurangan gizi.
Formula yang sudah tersusun oleh tim perumus kegiatan puskesmas singotrunan
utamanya kepala puskesmas, koodinator program gizi , koodinator P2P, bidan
wilayah, kader motivator gizi( terlatih melalui dinkes) kemudian dibawa pada forum mini
lokakarya lintas sektor untuk didiskusikan dan disempurnakan serta dibuat inisiatif
bersama tentang inovasi program guna menekan angka gizi buruk di wilayah singotrunan.
Melalui program SIRAMI GIZI (Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi) yang tercetus dari
Kepala Puskesmas Singotrunan, diharapkan bayi atau balita yang pernah bermasalah
dengan gizinya dapat tumbuh menjadi ANAK TOKCER (Anak Tumbuh Optimal
Berkualitas dan Cerdas) serta orang tuanya dapat berprilaku Kadarzi (Keluarga Sadar
Gizi). Kegiatan ini dilegalkan operasionalnya dengan surat keputusan nomor:
188/82/217/429.114.09.2014 tertanggal 4 januari 2014, dengan susunan tim SIRMI GIZI
sebagai berikut:

No Jabatan Nama instansi


1 PEMBINA 1. Camat Banyuwangi
2. Kepala UPTD Puskesmas Singotrunan
3. Kepala Kelurahan sewilayah kerja UPTD Puskesmas
Singotrunan
2 KETUA 1. Ketua TP PKK Kecamatan Banyuwangi
2. Ketua TP PKK Kelurahan sewilayah kerja UPTD
Puskesmas Singotrunan
3 PENGGERAK Koordinator Gizi UPTD Puskesmas Singotrunan
4 ANGGOTA 1. Koordinator P2P UPTD Puskesmas Singotrunan
2. Bidan Koordinator UPTD Puskesmas Singotrunan
3. Bidan Wilayah Kelurahan Lateng
4. Bidan Wilayah Kelurahan Singotrunan
5. Bidan Wilayah Kelurahan Singonegaran
6. Bidan Wilayah Kelurahan Pengantigan
7. Bidan Wilayah Kelurahan Kampung Melayu
8. Bidan Wilayah Kelurahan Kampung Mandar
9. Bidan Wilayah Kelurahan Temenggungan
10. Analis Kesehatan UPTD Puskesmas Singotrunan
11. Kader motivator gizi (masing-masing kelurahan terdapat
satu kader motivator gizi)
12. Pengemudi Pusling

Inisiatif ini muncul pada tahun 2013 dimana sejak terjadinya peningkatan angka gizi
buruk dan terjadinya kematian balita yang menderita gizi buruk akibat penyakit penyerta
yaitu hidrocepaloes, sehingga puskesmas singotrunan melakukan kegiatan pencegahan,
pertolongan/penanganan serta pendampingan dengan layanan kunjungan rumah dan
pemantauan balita gizi buruk oleh kader motivator gizi serta melakukan penimbangan dan
pemeriksaan cek HB oleh petugas kesehatan. Pelayanan 24 jam sebagai sarana mobilisasi
petugas dalam kunjungan rumah dan penjemputan balita untuk dirujuk dengan tanpa
dipungut biaya karena bersumber dari swadaya masyarakat.
Kegiatan pertolongan/penanganan, pendampingan serta evaluasi sudah dilaksanakan
sejak tahun 2014. Kegiatan evaluasi dilaksanakan setiap 6 bulan . Dari hasil kegiatan
tersebut terjadi penurunan kasus gizi buruk, namun dengan berjalannya waktu masih
ditemukan kasus-kasus baru di lapangan oleh bidan wilayah. Sehingga TIM SIRAMI GIZI
memutuskan untuk melaksanakan kegiatan evaluasi status gizi balita yang bermasalah
setiap 3 bulan. Dan kegiatan Jumat berkah yang dilaksanakan hanya di minggu ketiga,
ditingkatkan menjadi satu minggu sekali yaitu setiap hari senin.

3. Dalam hal apa inovasi pelayanan publik ini kreatif dan inovatif?
Dari hasil diskusi di forum minlok lintas sektor dicapai suatu kesepakatan untuk
membuat inovasi SIRAMI GIZI dan mewujudkan tujuan program yang menekan angka
bumil KEK dan gizi buruk serta meningkatkan kunjungan bayi dan balita diposyandu.
Kegiatan rutin seperti pemberian PMT/ Pemberian makanan tambahan pada
bayi dan balita yang bermasalah dengan gizinya menjadi model pendampingangan
yang dilaksanakan oleh TIM SIRAMI GIZI yang bekerja sama dengan pihak-pihak
terkait. Selain pemberian PMT berupa susu formula, biscuit dan makanan kering,
kegiatan pendampingan lainnya adalah makan bersama balita yg bermasalah dengan
gizi. Kegiatan tersebut awalnya dilaksanakan di Jumat minggu ketiga, namun sejak
awal tahun 2017 kegiatan ditingkatkan menjadi setiap minggu di hari Senin, yang
dilanjutkan dengan pemeriksaan kesehatan serta konsultasi di klinik gizi.
Setelah dilakukan pendampingan oleh tim SIRAMI GIZI, setiap 3 bulan sekali
akan dilaksanakan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi ini balita yang bermasah dengan
gizi tersebut akan diperiksa secara menyeluruh, baik pertumbuhan secara fisik dan
perkembangan secara motoriknya.
Balita dengan pertumbuhan dan perkembangan yg sesuai dengan usianya,
dan status gizinya telah berubah menjadi baik akan mendapatkan reward. Dari
kegiatan tersebut maka diharapkan orang tua bayi atau balita yang bermasalah
dengan gizi akan termotivasi untuk meningkatkan status gizi anak-anaknya.

4. Bagaimana strategi pelaksanaan inovasi pelayanan publik ini?


Tindak lanjut yang dilaksanakan untuk kegiatan SIRAMI GIZI adalah :
- Kerjasama dengan lintas sektor untuk melakukan sosialisasi SIRAMI pada masyarakat
serta mengupayakan rivitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan
balita
- Membagikan lefleat pada masyarakat agar dibaca dan menambah pengetahuan serta
wawasan tentang SIRAMI
- Membentuk kader MOTIVATOR GIZI ditiap-tiap kelurahan dengan SK Kepala
puskesmas melalui kerja sama lintas sektor agar setiap wilayah mengirimkan 1 kader
motivator gizi sebagai mitra tenaga kesehatan dalam mencapai tujuanya.
- Membentuk kader Kelompok pendukung ASI (KP-ASI) ditiap-tiap kelurahan dengan SK
yang dikeluarkan oleh Kepala kelurahan.
- Membentuk kader KADARZI ditiap-tiap kelurahan dengan SK yang dikeluarkan oleh
Kepala kelurahan.
- Melaksanakan pelatihan terhadap kader sebagai motivator gizi, KP-ASI, KADARZI,
dengan pelatihan khusus agar mempunyai kemampuan dalam hal deteksi dini terhadap
perkembangan gizi dan tumbuh kembang anak.
- Kebijakan dari kepala puskesmas singotrunan berupa keharusan bidan wilayah untuk
tetap mengawasi permasalahan kesehatan terutama kesehatan terhadap gizi buruk
yang terjadi pada bayi atau balita diwilayah kerjanya.
- Mengikutkan tenaga kesehatan dalam kegiatan pelatihan, seminar, work shop guna
meningkatkan ketrampilannya sehingga bisa meningkatkan kualitas pelayanan.
- Mengadakan kegiatan evaluasi setiap 3 bulan sekali, yaitu evaluasi balita yang
bermasalah dengan gizi yang tujuanya untuk memotivasi ibu agar lebih memperhatikan
status gizi dan tumbuh kembang anaknya.
- Mengadakan makan bersama setiap hari Senin dengan mengajak balita serta orang tua
menuju puskesmas singotrunan, serta mengajarkan orang tuanya tentang cara
memasak dan mengolah makanan secara benar kemudian disuapkan kepada
balitanya.
- Membentuk akses komunikasi antara keluarga gizi buruk dengan Tim SIRAMI GIZI.
- Melakukan refreshing kader untuk cara menimbang yang benar dan baik.
- Melakukan tera ulang pada alat timbang posyandu secara rutin setiap satu tahun sekali.
- Membuat dana sosial untuk keberlangsungan kegiatan, karena dengan dana ini
operasional kegiatan bisa terbiayai semua. Dana ini murni dari swadaya masyarakat
yang mempunyai simpati pada kegiatan ini.
- Puncaknya di Hari Kesehatan Nasional diadakan lomba balita yang bermasalah dengan
gizinya.

Dalam melaksanakan program ini, Agar kegiatan bisa terarah dan mencapai hasil yang
diinginkan, maka dibuat suatu rencana strategi kegiatan berupa:

a. Menyusun dan membuat SOP untuk semua kegiatan SIRAMI Gizi.


b. Melakukan upaya kesehatan secara promotif dan preventif melalui motivator gizi
dengan melakukan pendampingan pada balita gizi buruk ataupun balita yang sehabis
melakukan perawatan dirumah sakit untuk tetap dipantau dalam pemberian makanan
pada balita serta kesehatanya agar stamina pada balita tetap terjaga dan stabil, guna
mengamati perkembangan yang terjadi saat itu untuk dilaporkan kepada tim sirami atau
bidan wilayah melalui sarana komunikasi yang tersedia.
c. Melakukan upaya kesehatan secara kuratif dengan melakukan pemberian MP-ASI yang
didapat dari dana BOK sebesar Rp 42.221.000 dan bantuan berupa susu formula dan
biscuit untuk balita yg bermasalah dengan gizi dan ibu hamil KEK yang didapat dari
APBD, dana tersebut didapatkan pada tahun 2016.
d. Melaksanakan upaya kesehatan secara rehabilitatif melalui evaluasi kegiatan yang
dilakukan setiap bulan dengan membuat laporan bualanan hasil kegiatan. Serta
diadakan evaluasi kegiatan lomba balita gizi buruk setiap 2 kali dalam satu tahun.
e. Pada saat acara makan bersama melibatkan peranan TP PKK untuk membantu subsidi
PMT
f. Menyediakan klinik Gizi di puskesmas singotrunan yang dilaksanakan oleh petugas
konselor Gizi.
g. Tim Sirami melakukan sosialisasi program SIRAMI GIZI pada semua lapisan
masyarakat melalui semua metode yang ada, agar masyarakat mengetahui dan bisa
memanfaatkan layananan ini yang tanpa dipungut biaya.
h. Melakukan kunjungan rumah balita gizi buruk untuk dilakukan pemeriksaan darah (HB)
dan pemberian makanan tambahan.
i. Mengikuti kegiatan lokmin lintas sektor sebagai sarana komunikasi dan mencari solusi
bila menemukan hambatan.

5. Siapa saja pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan?


a. Kepala UPTD Puskesmas Singotrunan dengan seluruh karyawan puskesmas
singotrunan.
b. Camat Banyuwangi.
c. Kepala Kelurahan wilayah kerja UPTD Puskesmas Singotrunan, yang sudah
membuatkan dan mengeluarkan SK kader KP-ASI dan KADARZI, serta keterangan
domisili bagi orang tua yang tidak mempunyai KTP dan KK wilayah banyuwangi untuk
persyaratan pembuatan Jamkesda / SPM bagi keluarga yang tidak mampu dan
balitanya membutuhkan perawatan dirumah sakit.
d. Ketua TP PKK Kecamatan dan Kelurahan wilayah kerja UPTD Puskesmas
Singotrunan yang menggerakkan aktivitas posyandu di masing-masing kelurahan.
e. Kader Motivator gizi, KP-ASI dan KADARZI melakukan pendampingan pada bayi
dan balita gizi buruk selama 24 jam
f. Keterlibatan semua komponen masyarakat (SDM) melakukan sosialisasi SIRAMI
Gizi mengingat kegiatan ini berawal dari,oleh dan untuk masyarakat, sehingga
keberhasilan kegiatan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat baik itu berupa
dukungan dana, tenaga maupun sarana yang ada.

6. Sumber daya apa saja yang digunakan untuk inovasi pelayanan publik ini dan
bagaimana sumber daya itu dimobilisasi?
Sumber daya yang berkerja sama dengan inovasi ini antara lain Kepala Puskesmas
Singotrunan, Lintas Sektor, Bidan Desa, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat dan
tentunya peran serta masyarakat di ikutsertakan ke dalam inovasi ini. Berbagai usaha
telah dilakukan sebagai upaya perbaikan gizi, antara lain melalui usaha promosi gizi
seimbang, penyuluhan gizi di posyandu, pemberian makanan tambahan termasuk MP-
ASI, pemberian suplemen gizi seperti kapsul vitamin A dan zat besi Fe, pemantauan dan
penanggulangan gizi buruk, gerakan ASI Eksklusif, keanekaragaman makanan, juga
penggunaan garam beryodium. Perubahan prilaku dari masyarakat sendiri untuk selalu
menerapkan cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah makan, dan BAB pada jamban
yang sehat untuk menghindari penyakit diare yang dapat menyebabkan anak-anak
mengalami penurunan berat badan. Adapun sumber daya keuangan yang merupakan
sarana paling dominan dalam setiap kegiatan yaitu:

SUMBER DANA TAHUN BANTUAN DANA


BOK 2014 Rp. 20.560.000
BAZ 2014 Rp.1.000.000
APBD 2014 - Taburia 550 kotak
KEMENKES 2014 Biskuit Milna 60 bungkus
SKPD 2014 - SGM 3 400 gr, 60 kotak
- Biskuit 124 bungkus
- Prenagen 114 kotak
- Mineral mix 242 bungkus
Bantuan khusus 2014 Lactogen 117 kotak
SKPD 2015 SGM 3 sebanyak 21 kotak
IDI Pusat 2015 Biskuit 686 bungkus
BOK 2015 Rp 23.997.396
Dinkes Prov 2016 PMT biskuit ibu hamil KEK dan
Jawa Timur PMT biskuit balita kurus

BOK 2016 Rp 42.221.000

7. Apa saja keluaran (output) yang paling berhasil?


Beberapa output dari program gizi masyarakat yang dilaksanakan di puskesmas
singotrunan dengan terbentuknya
a. SK Kepala puskesmas tentang SIRAMI GIZI
b. SK kelurahan tentang kader motivator gizi, kader KP-ASI dan kader kadarzi
c. Klinik gizi dilaksanakan oleh konselor gizi
d. SOP untuk kader motivator gizi, kader KP-ASI dank kader kadarzi
e. Terbentunya akses komunikasi antara keluarga gizi buruk dengan petugas Tim
SIRAMI Gizi.
f. Terselenggaranya pemberian bantuan susu dan tablet Fe pada bumil KEK
g. Terselenggaranya kelas ibu hamil ditiap kelurahan wilayah kerja puskesmas
singotrunan
h. Terselenggaranya pendampingan pada bumil resti oleh kader selama 24 jam
i. Terselenggaranya pendampingan gizi buruk oleh kader selama 24 jam
j. Terselenggarnya pemberian PMT anak usia 6-24 bulan dari keluarga miskin dan
makan bersama di puskesmas singotrunan
k. Terselenggaranya Pemberian Vitamin A setiap 6 bulan pada bayi dan balita di
posyandu
l. Terselenggaranya Evaluasi gizi buruk dengan melaksanakan lomba balita yang
sebelumnya dilaksanakan 2 kali dalam 1 tahun, sekarang ditingkatkan menjadi 4 kali
dalam setahun. Dikegiatan evaluasi tersebut balita yang bermasalah dengan gizinya
dikumpulkan, dilakukan pemeriksaan kesehatan secara menyeluruh dan pemberian
penyuluhan oleh petugas penyuluh dan kader motivator gizi. merupakan sarana
bertemunya semua bayi dan balita yang mengalami masalah gizi buruk di wilayah
kerja puskesmas singotrunan berupa kegiatan deteksi tumbuh kembang anak,
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan serta pemeriksaan HB dan
pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter puskesmas.
Program SIRAMI gizi masyarakat di puskesmas yang fungsi utama pelaksanaanya
adalah mempersiapkan, memelihara dan mempertahankan agar setiap orang,terutama
kelompok rawan ibu hamil, ibu menyusui, anak balita yang mempunyai status gizi baik,
dapat hidup sehat dan produktif. Fungsi ini dapat terwujud bila setiap petugas dalam
melaksanakan program gizi dilakukan dengan baik dan benar sesuai komponen
komponen yang harus ada dalam program perbaikan gizi masyarakat dipuskesmas
singotrunan.

8. Sistem apa yang diterapkan untuk memantau kemajuan dan mengevaluasi


inovasi pelayanan publik ini?
Untuk memantau kemajuan dan evaluasi kegiatan dipakailah sistem
pencatatan dan pelaporan yang secara rutin bisa digunakan yaitu laporan bulanan
kegiatan, mini lokakarya lintas sektor (3 bulan sekali), mini lokakarya program (1 bulan
sekali), pertemuan tim kader pendampingan bumil resti yang mengalami KEK serta
pertemuan kader motivator gizi tiap akhir bulan. Pencatatan dan pelaporan yaitu
dengan diadakannya operasi timbang setiap bulan pada bayi dan balita setelah
dilakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan semua bayi balita
di wilayah kerja Puskesmas Singotrunan.
Dari pencatatan dan pelaporan akan ditemukan bayi atau balita yang status
gizinya bermasalah, dari hasil penemuan tersebut akan dilakukan pendampingan
berupa pemberian makanan tambahan dan pemantauan status gizi selama 6 bulan,
setelah 6 bulan akan dilakukan kegiatan evaluasi status gizi balita yang bermasalah.
Namun sejak 2017 kegiatan evaluasi ditingkatkan menjadi 3 bulan sekali. Jika setelah
dilakukan evaluasi status gizi bayi atau balita masih bermasalah, maka
pendampingan akan dilakukan sampai status gizi bayi atau balita menjadi normal.
Pemantauan tidak hanya dilakukan pada balita yang bermasalah dengan gizi,
ibu hamil resiko tinggi dengan KEK (kekurangan energy kronis) juga mendapat
pemantauan dari tim Sirami Gizi. Kader motivator gizi dan kader pendamping ibu
hamil resti melakukan kunjungan rumah guna untuk mengajak para ibu hamil resiko
tinggi dengan KEK dan ibu yang memiliki bayi atau balita yang bermasalah dengan
gizi agar rutin datang ke posyandu untuk melakukan penimbangan berat badan dan
pengukuran tinggi badan secara rutin. Sehingga petugas dapat memantau
pekembangan sebelum, saat dan setelah dilakukan pendampingan.
9. Apa saja kendala utama yang dihadapi dan bagaimana kendala tersebut dapat
diatasi?
Adapaun kendala yang dialami selama pelaksanaan inovasi yaitu:
a. Orang tua menolak datang dan berkunjung ke Posyandu secara rutin. Karena
kesibukan orang tua, terutama bayi atau balita yang orang tuanya bekerja. Peranan tim
Sirami Gizi sangat dibutuhkan dalam kegiatan inovasi ini. Kader di posyandu bertugas
mengajak orang tua atau yang mengasuh bayi atau balita untuk membawa anaknya ke
posyandu untuk menimbangkan berat badan dan mengukur tinggi badan anaknya.
Petugas kesehatan juga berperan melakukan sosialisasi terhadap para ibu
sebagaimana mestinya agar ibu-ibu menyadari betapa pentingnya pemantauan status
gizi anaknya
b. Orang tua bayi atau balita yang mengalami gizi kurang ataupun gizi buruk, belum mau
dan malu mengakui bahwa anaknya bermsalah dengan gizi. Sehingga para orang tua
tersebut malu untuk dating ke posyandu.
c. Masih ada warga masyarakat sekitar yang tidak mempunyai kartu pengenal tetap,
sehingga kepala kelurahan membantu mengeluarkan surat keterangan domisili.
d. Sebagian ibu beranggapan bahwa timbangan yang digunakan tidak terjamin
keakuratannya, karena sebenarnya ibu balita tersebut tidak mau mengakui atau malu
karena berat badan balitanya tidak naik atau kurus.Petugas kesehatan maupun kader
harus memberikan pengarahan bahwa alat ukur yang digunakan sudah terjamin
keakuratannya. Salah satu cara untuk meyakinkan para ibu yaitu dengan mengambil
contoh ibu beserta anaknya yang selalu datang ke Posyandu untuk menimbang berat
badan dengan timbangan yang sama dan alat timbangan sudah dilakukan tera ulang
dalam 1 tahun sekali
e. Tingkat pendidikan dan status sosial ekonomi warga yang rendah. Kurangnya
pengetahuan serta wawasan masyarakat akan pentingnya pola makan dan pola asuh
yang salah sehingga perlu dilakukan penyuluhan rutin oleh tim gizi maupun tenaga
kesehatan tentang masalah kesehatan yang dihadapi.
f. Penggalangan dana untuk mendukung operasional kegiatan masih belum maksimal,
maka Tim SIrami Gizi berusaha bekerja sama dengan BAZ Kecamatan Banyuwangi,
pengusaha, staf puskesmas singotrunan, dan masyarakat yang peduli untuk membantu
pendanaan secara sukarela.
10. Apa saja manfaat utama yang dihasilkan inovasi pelayanan publik ini?
Sejak ditemukannya kasus gizi buruk di wilayah kerja puskesmas singotrunan, pihak -
pihak terkait sangat bersemangat dan optimis untuk menurunkan angka gizi buruk yg
terjadi. Sesuai data yang ada dari ditemukannya kasus gizi buruk sampai dilakukan
evaluasi setelah pendampingan angka kasus gizi buruk di puskesmas singotrunan
berangsung menurun.
Berikut adalah dampat dan manfaat yg didapatkan dengan adanya kegiatan Sirami Gizi :
a. Pada tahun 2013 jumlah balita yang mengalami masalah gizi sebanyak 152 balita,
111 balita mengalami gizi kurang, 41 balita dengan status gizi buruk, dan 1 balita
meninggal disebabkan penyakit penyerta yaitu hidrocepaloes. Tahun 2014 kasus
gizi buruk meningkat menjadi 60 balita, 102 balita dengan gizi kurang dan 1 balita
meninggal akibat penyakit menular HIV/AIDS.Di tahun 2015 jumlah balita yang
bermasalah dengan gizi di Puskesmas Singotrunan mulai menurun menjadi 141
balita, 39 balita dengan kasus gizi buruk dan 102 balita gizi kurang. Pada tahun
2016 jumlah kasus gizi menjadi 93 balita, 36 balita gizi buruk dan 57 balita gizi
kurang.
b. Peningkatan jumlah angka ibu dalam memberikan ASI Eklusif selama 6 bulan
pada bayi dari 46,03% menjadi 88.44%
c. Peningkatan peran serta masyarakat pada SIRAMI Gizi yang mendorong para ibu
untuk lebih memperhatikan kesehatan dalam pemberian gizi yang seimbang untuk
putera-puterinya dan para ibu sudah mempunyai keyakinan untuk datang ke
Posyandu dan percaya bahwa alat yang digunakan sudah terjamin keakuratannya
d. Berkurangnya jumlah bumil KEK dari 61 orang menjadi 32 orang.
e. Bertambahnya pengetahuan orang tua bayi atau balita tentang pola makan dan
pola asuh yang benar. Nutrisi yang baik tidak berarti harus yang mahal, tetapi
komposisi yang harus ada dalam menu sehari-hari yang mengandung gizi
seimbang 4 sehat 5 sempuna. Serta terbukanya pikiran ibu bayi atau balita untuk
meningkatkan status gizi anaknya demi mewujudkan Anak Tokcer (Anak Tumbuh
Optimal dan Cerdas) membantu kegiatan ini menjadi lebih deprkenalkan ke
masyarakat.

11. Apa bedanya sebelum dan sesudah inovasi pelayanan publik ini dilaksanakan?
Sebelum dilakukan inovasi dan belum terbentuknya Tim Sirami Gizi:
a.Kurangnya perhatian yang maksimal dari beberapa pihak, seperti kader, petugas
kesehatan maupun lintas sektor.
b.Tidak ada pihak yang perduli jika para orang tua dan anaknya tidak datang ke
Posyandu.
c. Banyaknya ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis)
d. Orang tua kurang mengerti dengan kondisi kesehatan anaknya terutama masalah
gizi
e.Masih sulitnya ibu membawa bayi atau balitanya datang atau berkunjung ke
Posyandu untuk melakukan timbang berat badan dan pengukuran tinggi badan, serta
konsultasi tentang masalah gizi secara rutin (setiap sebulan sekali)
f. Ibu yang malu dengan kondisi anaknya yang gizi nya kurang baik, sehingga malu
untuk datang ke posyandu.
g. Tidak adanya perubahan berat badan pada anak.
h.Pola makan dan pola asuh yang salah di keluarga dan minimnya pengetahuan
tentang gizi.
i. Masih ada kesenjangan sosial ekonomi yang terjadi di masyarakat.
j. Balita yang sakit dan tidak mendapatkan penanganan segera hingga berdampak
buruk pada gizinya.

- Setelah dilakukan inovasi dan dibentuknya Tim Sirami Gizi :


a. Mulai banyaknya perhatian dari pihak-pihak terkait.
b. Peran serta Tim Sirami gizi dan masyarakat sekitar untuk mengingatkan paara orang
tua yang memiliki bayi atau balita untuk datang ke posyandu.
c. Ibu hamil KEK (Kekurangan Energi Kronis) yang ditemukan lebih awal, sehingga
dapat membantu pendampingan masalah gizi sejak dini. Dengan cepatnya
penanganan dari awal oleh petugas atau bidan wilayah maka resiko lahirnya bayi
dengan berat badan lahir rendah semakin kecil.
d. Orang tua semakin mengerti dengan kondisi kesehatan anaknya terutama masalah
gizi.
e. Ibu yang memiliki bayi atau balita semakin sadar untuk membawa anaknya datang
atau berkunjung ke Posyandu untuk melakukan timbang berat badan dan pengukuran
tinggi badan, serta konsultasi tentang masalah gizi secara rutin (setiap sebulan sekali)
f. Ibu yang memiliki bayi atau balita yang bermaslah dengan gizi, mulai termotivasi
untuk meningkatkan status gizi anaknya. Dengan cara rutin datang ke posyandu
setiap bulan dan memberikan PMT sesuai dengan anjuran petugas gizi.
g. Beberapa balita yang bermasalah dengan gizi berangsur membaik setelah
mendapatkan PMT pemulihan, pendampingan dan pemantauan dari Tim Sirami Gizi,
sehingga sudah bebas dari status gizi kurang ataupun gizi buruk.
h. Mulai aktifnya orang tua berkonsultasi dengan petugas kesehatan dan petugas gizi
tentang pola makan dan pola asuh yang benar pada bayi atau balita yg bermasalah
dengan gizi.
i. Setelah ada kegiatan sirami gizi, bayi atau balita gizi buruk yang ekonomi
keluarganya masih kurang lebih diperhatikan oleh tim Sirami Gizi dalam pemberian
PMTnya.
j. Apabila bayi atau balita yang bermasalah dengan gizi sakit, orang tua dengan cepat
membawa anaknya ke petugas kesehatan terdekat untuk memeriksakan keadaanya
anaknya. Sehingga apabila ditemukan bayi atau balita gizi buruk dengan penyakit
penyerta bisa dideteksi lebih awal dan mendapatkan penanganan lebih cepat.

12. Apa saja pembelajaran yang dapat dipetik?


Pembelajaran yang dapat dipetik dalam inovasi ini yaitu :
- Terciptanya hubungan yang lebih kooperatif antara masyarakat,lintas sektor dengan
petugas gizi agar tidak terjadi kesalah pahaman dalam memberikan pelayanan
- Meningkatkan pengetahuan pola makan dan pola asuh ibu tentang gizi terhadap
putera-puterinya, sehingga dpat diterapkan di kehidupan sehari-hari.
- Menciptakan perilaku hidup sehat (PHBS) dalam kehidupan sehari-hari
- Menurunkan jumlah gizi buruk yang ada di wilayah kerja Puskesmas Singotrunan
- Kepedulian karyawan meningkat untuk memberikan pelayanan kepada gizi buruk
- Terjadi hubungan yang harmonis antar lintas program didalam puskesmas
singotrunan
- Kunjungan rumah yang dilakukan oleh tim sirami pada balita gizi buruk yang
menderita penyakit infeksi dengan HIV/AIDs sebelum dilakukan perawatan dirumah
sakit dan sesudah dilakukan perawatan dirumah sakit sampai dengan pasien
meninggal
- Meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi terutama pada ibu hamil,
bayi dan balita.

13. Apakah inovasi pelayanan publik ini berkelanjutan dan direplikasi?


Inovasi ini tetap dilanjutkan dengan menggugah puskesmas singotrunan untuk
mencari terobosan dalam menurunkan angka gizi buruk yang terjadi pada bayi atau
balita adanya evaluasi ditingkat kabupaten banyuwangi bahwa wilayah puskesmas
menduduki peringkat terbanyak kasus gizi buruk. Berangkat dari data tersebut
koordinator gizi mengadakan suatu pertemuan untuk membahas masalah tersebut
dengan hasil membentuk inovasi yang diberi nama SIRAMI GIZI (Aksi Ramah Peduli
pemulihan Gizi) sekaligus membentuk kepengurusan sebagai andalan kegiatan
tersebut.
Dengan niat kemanusiaan banyak rintangan baik berupa sosial, ekonomi,
budaya, pendidikan, dan pola asuh yang tdk benar, semua itu bisa teratasi dengan
hasil yang maksimal dan kepedulian terhadap masyarakat meningkat. Inovasi akan
tetap dilakukan walaupun tidak adanya kasus sedemikian dan dreplikasikan ke
program lainya yang ada dipuskesmas singotrunan. Hal tersebut bertujuan untuk lebih
meningkatkan status gizi bayi atau balitanya dan diharapkan agar wilayah kerja
Puskesmas Singotrunan terbebas dari masalah gizi kurang dan gizi buruk. Pola Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS) para warga juga semakin meningkat, dengan selalu
membiasakan cuci tangan pakai sabun sebelum dan sesudah makan. Pemberian
bantuan berupa PMT dan vitamin-vitamin dari Dinas Kesehatan tetap diberikan
kepada para bayi atau balita gizi kurang dan gizi baik.

Anda mungkin juga menyukai