Anda di halaman 1dari 6

Aksi Ramah Peduli Pemulihan Gizi (SIRAMI GIZI) merupkan layanan jasa bidang kesehatan

pada bayi dan balita yang beresiko dengan masalah gizi agar menjadi anak TOKCER (Anak
Tumbuh Optimal Berkualitas dan Cerdas). Pengembangan inovasi ini dimulai sejak 2013,
yang diinspirasi oleh program Pemerintah Kabupaten Banyuwangi untuk mempercepat
pelayanan dengan semangat One Program One Innovation.

Strategi Implementasi inovasi ini meliputi: (1) Optimalisasi fungsi posyandu untuk
pemantauan status gizi, (2) Pembentukan dan Optimalisasi Fungsi Tim Sirami, (3)
Peningkatan Informasi Gizi dan Pemberian Asupan Makanan, (4) Evaluasi dan
Pendampingan Khusus Balita Gizi Buruk, (5) Penyediaan Klinik Gizi (6) Pemeriksaan Hb.
Optimalisasi posyandu diarahkan untuk mengenali petunjuk awal perubahan status gizi
balita. Evaluasi dilakukan dengan metode festival balita gizi buruk dan gizi kurang yang
diikuti semua cakupan gizi buruk dan gizi kurang. Dimana pemenangnya adalah balita yang
pertumbuhan dan perkembanganya naik paling signifikan mendapat reward sehingga
diharapkan pemenangnya menjadi inspirasi bagi ibu-ibu yang lain. Festival ini sekaligus
menunjukkan bahwa antusias orang tua meningkat dalam mengatasi masalah gizi anaknya
ini terlihat saat festival diselenggarakan sebagian besar selalu diikuti oleh orang tua yang
memiliki anak dengan gizi buruk dan gizi kurang.

Optimalisasi Fungsi Tim Sirami Gizi juga dilakukan melalui kegiatan Jum’at Sehat
Bersama Kader Motivator Gizi yakni melakukan penyuluhan dan demo masak
makanan sehat, murah dan mudah serta makan bersama balita gizi buruk.
Gizi kurang pada balita tidak terjadi secara tiba – tiba, tetapi diawali dengan
keterbatasan kenaikan berat badan yang tidak cukup dan perubahan berat badan
balita dari waktu kewaktu. Dalam periode 6 bulan, bayi yang berat badannya tidak
naik dua kali berisiko mengalami gizi kurang sebesar 12,6 kali di bandingkan pada
balita yang berat badannya naik terus.
Perubahan yang terjadi setelah SIRAMI GIZI dimulai yakni (1) Penurunan jumlah gizi
buruk. Pada tahun 2014 ditemukan 162 balita memiliki masalah gizi (60 gizi buruk
dan 102 gizi kurang) dan 1 balita meninggal dikarenakan penyakit menular
(HIV/AIDS). Pada tahun 2015 ditemukan 141 balita yang bermasalah dengan gizi
(102 gizi kurang dan 39 gizi buruk), (2) Antusias orang tua meningkat dalam
mengatasi masalah gizi anaknya hal ini terlihat saat festival balita gizi buruk dan gizi
kurang yang diikuti semua cakupan gizi buruk, (3) Menurunnya persentase bumil
KEK dari 61 orang menjadi 32 orang, (4) Meningkatnya pemberian ASI eksklusif
selama 6 bulan dari 46,63% menjadi 88,44%, (5) Kunjungan balita diposyandu
meningkat dari 72% menjadi 89,9%, (6) Pengetahuan ibu tentang makanan yang
bergizi meningkat.
Pembentukan Tim SIRAMI yang meliputi Camat, Lurah, Tim Penggerak PKK se
wilayah kerja Puskesmas Singotrunan, Kepala Puskesmas, Koordinator gizi,
Koordinator P2P, Bidan Koordinator, Bidan Wilayah, Kader Motivator Gizi, Analisis
Kesehatan, Pengemudi Kesling. Inovasi ini berbasiskan kerjasama multi pihak,
dengan menempatkan Kepala UPTD Puskesmas sebagai insiator dan koordinator.
Peran para pihak tersebut dikelola dalam Tim SIRAMI yang diketuai oleh Ketua TP
PKK Kecamatan.

.
Strategi pelaksanaan ialah sebagai berikut:
 Kerjasama dengan lintas sektor untuk melakukan sosialisasi SIRAMI pada masyarakat
serta mengupayakan rivitalisasi posyandu dalam meningkatkan cakupan penimbangan
balita
 Membagikan leflet pada masyarakat agar dibaca dan menambah pengetahuan serta
wawasan tentang SIRAMI

 Membentuk kader MOTIVATOR GIZI ditiap-tiap kelurahan dengan SK Kepala puskesmas


melalui kerja sama lintas sektor agar setiap wilayah mengirimkan kader sebagai mitra
tenaga kesehatan dalam mencapai tujuanya.

 Membentuk kader Kelompok pendukung ASI (KP-ASI) ditiap-tiap kelurahan dengan SK


yang dikeluarkan oleh Kepala kelurahan.

 Membentuk kader KADARZI ditiap-tiap kelurahan dengan SK yang dikeluarkan oleh


Kepala kelurahan.

 Melaksanakan pelatihan terhadap kader sebagai motivator gizi, KP-ASI, KADARZI,


dengan pelatihan khusus agar mempunyai kemampuan dalam hal deteksi dini terhadap
perkembangan gizi dan tumbuh kembang anak.

 Kebijakan dari kepala Puskesmas Singotrunan berupa keharusan bidan wilayah untuk
tetap mengawasi permasalahan kesehatan terutama kesehatan terhadap gizi buruk yang
terjadi pada bayi atau balita diwilayah kerjanya.

 Mengikutkan tenaga kesehatan pelatihan, seminar, work shop guna meningkatkan


ketrampilannya sehingga bisa meningkatkan kualitas pelayanan.

 Mengadakan kegiatan evaluasi setiap 2x dalam 1 tahun dengan pengadaan lomba balita
gizi buruk yang tujuanya untuk memotivasi ibu agar lebih memperhatikan balitanya dalam
hal tumbuh kembang dan status gizi anak setiap waktu.

 Mengadakan makan bersama di hari jum’at pada minggu ketiga dengan mengajak balita
serta orang tua menuju Puskesmas Singotrunan, serta mengajarkan orang tuanya tentang
cara memasak dan mengolah makanan secara benar kemudian disuapkan kepada
balitanya.

 Membentuk askes komunikasi antara keluarga gizi buruk dengan Tim SIRAMI GIZI.

 Melakukan refreshing kader untuk cara menimbang yang benar dan baik.

 Melakukan tera ulang pada alat timbang posyandu secara rutin setiap satu tahun sekali.

 Membuat dana sosial untuk keberlangsungan kegiatan, karena dengan dana ini
operasional kegiatan bisa terbiayai semua. Dana ini murni dari swadaya masyarakat yang
mempunyai simpati pada kegiatan ini.

Agar kegiatan bisa terarah dan mencapai hasil yang diinginkan, maka dibuat suatu
rencana strategi kegiatan berupa:
a. Memunculkan SK Kader sebagai motivator gizi, KP-ASI dan KADARZI.
b. Penandatanganan kerja sama antara TIM SIRAMI Puskesmas dengan Kepala Kelurahan
sewilayah kerja Puskesmas Singotrunan tentang sosialisasi SIRAMI Gizi.

c. Menyusun dan membuat SOP untuk semua kegiatan SIRAMI Gizi.

d. Melakukan upaya kesehatan secara promotif dan preventif melalui motivator gizi dengan
melakukan pendampingan pada balita gizi buruk ataupun balita yang sehabis melakukan
perawatan dirumah sakit untuk tetap dipantau dalam pemberian makanan pada balita
serta kesehatanya agar stamina pada balita tetap terjaga dan stabil, guna mengamati
perkembangan yang terjadi saat itu untuk dilaporkan kepada tim sirami atau bidan
wilayah melalui sarana komunikasi yang tersedia.

e. Melakukan upaya kesehatan secara kuratif dengan melakukan pemberian MP-ASI yang
di dapat dari PMT pemulihan dari BOK sebesar Rp.20.560.000 dan juga dana BAZ
sebesar Rp. 1.000.000, yang diberikan kepada balita gizi buruk yang menjalani
perawatan dirumah sakit.

f. Melaksanakan upaya kesehatan secara rehabilitatif melalui evaluasi kegiatan yang


dilakukan setiap bulan dengan membuat laporan bualanan hasil kegiatan. Serta
diadakan evaluasi kegiatan lomba balita gizi buruk setiap 2 kali dalam satu tahun.

g. Pada saat acara makan bersama melibatkan peranan PKK untuk membantu subsidi
PMT

h. Menyediakan klinik Gizi di Puskesmas Singotrunan yang dilaksanakan oleh petugas


konselor Gizi.

i. Tim Sirami melakukan sosialisasi program SIRAMI GIZI pada semua lapisan masyarakat
melalui semua metode yang ada, agar masyarakat mengetahui dan bisa memanfaatkan
layananan ini yang tanpa dipungut biaya.

j. Melakukan kunjungan rumah balita gizi buruk untuk dilakukan pemeriksaan darah (HB)
dan pemberian makanan tambahan.

k. Mengikuti kegiatan lokmin lintas sektor sebagai sarana komunikasi dan mencari solusi
bila menemukan hambatan.

Agar tujuan dari program ini dapat terlaksanan dengan baik, maka perlu adanya
struktur organisasi, siapa yang bertanggung jawab dalam pelaksanaan harus jelas,
maka disusunlah personil organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan antara lain :
a. Kepala puskesmas dengan seluruh karyawan Puskesmas Singotrunan
b. Camat kota dengan fasilitasnya memberikan bantuan berupa paketan PMT pada seluruh
balita gizi buruk

c. Kepala kelurahan yang sudah membuatkan dan mengeluarkan SK kader KP-ASI dan
KADARZI

d. Kepala kelurahan membuatkan surat keterangan domisili bagi orang tua yang tidak
mempunyai KTP dan KK wilayah banyuwangi untuk persyaratan pembuatan Jamkesda /
SPM bagi keluarga yang tidak mampu dan balitanya membutuhkan perawatan dirumah
sakit

e. Tim PKK kecamatan dan kelurahan untuk menggerakkan aktivitas posyandu di masing-
masing kelurahan wilayah kerja Puskesmas Singotrunan

f. Kader Motivator gizi, KP-ASI dan KADARZI melakukan pendampingan pada bayi dan
balita gizi buruk selama 24 jam

g. Keterlibatan semua komponen masyarakat (SDM) melakukan sosialisasi SIRAMI Gizi


mengingat kegiatan ini berawal dari,oleh dan untuk masyarakat, sehingga keberhasilan
kegiatan sangat ditentukan oleh peran serta masyarakat baik itu berupa dukungan dana,
tenaga maupun sarana yang ada.

Keberhasilan suatu program, tidak terlepas adanya sumber daya manusia yang
mumpuni dan dukungan dana yang memadai sehingga tercipta kerjasama yang
inovatif dari setiap lini antara lain Kepala Puskesmas Singotrunan, Lintas Sektor,
Bidan Desa, Kader Posyandu, Tokoh Masyarakat dan tentunya peran serta
masyarakat di ikutsertakan ke dalam inovasi ini. Berbagai usaha telah dilakukan
sebagai upaya perbaikan gizi, antara lain melalui usaha promosi gizi seimbang,
penyuluhan gizi di posyandu, pemberian makanan tambahan termasuk MP-ASI,
pemberian suplemen gizi seperti kapsul vitamin A dan zat besi Fe, pemantauan dan
penanggulangan gizi buruk, gerakan ASI Eksklusif, keanekaragaman makanan, juga
penggunaan garam beryodium. Perubahan prilaku dari masyarakat sendiri untuk
selalu menerapkan cuci tangan pakai sabun sebelum dan setelah makan, dan BAB
pada jamban yang sehat untuk menghindari penyakit diare yang dapat
menyebabkan anak-anak mengalami penurunan berat badan.

Media promosi yang digunakan dalam layanan ini antara lain melalui radio,
instagram (puskesmas_singotrunanbwi), facebook (puskesmas singotrunan new),
siaran keliling menggunakan ambulance, mengikuti pameran layanan inovasi publik
di jawa timur. Dalam pelaksanaan program tersebut, ada beberapa kendala yang
dihadapi oleh pemangku kebijakan antara lain :
a. Banyak sekali orang tua yang menolak untuk datang dan berkunjung ke Posyandu
dikarenakan para orang tua belum bisa menerima ataupun berbesar hati untuk mengakui
bahwa anaknya atau balitanya masuk dalam kategori gizi kurang ataupun gizi buruk.
Peranan yang paling penting dalam hal ini yaitu para petugas kesehatan. Petugas
kesehatan haruslah bisa meyakinkan, membujuk dan mengajak para ibu untuk datang ke
Posyandu demi kelangsungan tumbuh dan kembang anaknya. Petugas kesehatan juga
perlu melakukan adanya sosialisasi terhadap para ibu sebagaimana mestinya agar ibu-
ibu menyadari betapa pentingnya pemantauan status gizi anaknya
b. Kendala lain yang juga berpengaruh dan berdampak negatif terhadap inovasi ini yaitu
banyak warga masyarakat sekitar yang tidak mempunyai kartu pengenal tetap sehingga
dibuatkan surat keterangan domisili oleh kepala kelurahan

c. Inovasi ini juga tidak akan terhambat jikalau tidak ada komunikasi yang baik antara ibu
dengan petugas kesehatan sehingga kegiatan tidak berjalan dengan baik. Banyak ibu
yang beranggapan bahwa terjadi kesalahan pada alat ukur yang digunakan seperti
timbangan berat badan yang digunakan dalam Posyandu. Para ibu beranggapan bahwa
timbangan yang digunakan tidak terjamin keakuratannya, karena sebenarnya ibu balita
tersebut tidak mau mengakui atau malu karena berat badan balitanya tidak naik atau
kurus.Petugas kesehatan maupun kader harus memberikan pengarahan bahwa alat ukur
yang digunakan sudah terjamin keakuratannya. Salah satu cara untuk meyakinkan para
ibu yaitu dengan mengambil contoh ibu beserta anaknya yang selalu datang ke
Posyandu untuk menimbang berat badan dengan timbangan yang sama dan alat
timbangan sudah dilakukan tera ulang dalam 1 tahun sekali

d. Tingkat pendidikan dan ekonomi warga yang rendah maka solusi yang dilakukan adalah
dengan memberikan ketrampilan pada keluarga utamanya ibu agar bisa membantu
meningkatkan ekonomi keluarga misalnya membuat tape manis,kripik singkong dll yang
semuanya itu dilakukan oleh kelompok PKK kecamatan maupun kelurahan. Selain itu
dilakukan penyuluhan oleh tim gizi maupun tenaga kesehatan tentang masalah
kesehatan yang dihadapi

e. Kurangnya pengetahuan serta wawasan masyarakat akan pentingnya asupan makanan


yang cukup nutrisinya dan pola asuh yang kurang benar

f. Penggalang dana untuk mendukung operasional kegiatan masih belum maksimal, maka
solusi yang dilakukan adalah melakukan kerja sama dengan BAZ kecamatan
banyuwangi, Dunia usaha, staf Puskesmas Singotrunan, dan masyarakat yang peduli
untuk membantu pendanaan secara sukarela.
Untuk memantau kemajuan dan evaluasi kegiatan dipakailah sistem pencatatan
dan pelaporan yang secara rutin bisa digunakan yaitu laporan bulanan kegiatan,
lokmin lintas sektor (3 bulan sekali), lokmin lintas program (1 bulan sekali),
pertemuan tim kader pendampingan bumil resti yang mengalami KEK tiap akhir
bulan dengan pemantaun status gizi pada ibu dan pertemuan tim motivator gizi
tiap akhir bulan dengan diadakannya operasi timbang setiap bulan pada bayi atau
balita yang dilakukan rutin setiap bulan (1 bulan 1 kali) dengan melakukan
penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan semua balita di wilayah
kerja Puskesmas Singotrunan. Setiap 1 tahun dua kali mengadakan kegiatan
evaluasi gizi buruk dengan melaksanakan lomba festival gizi buruk.Hasil dari
kegiatan operasi timbang ini digunakan untuk menentukan status gizi balita
sehingga dapat mengantisipasi sedini mungkin terjadinya kasus gizi buruk
sekaligus pemetaan daerah rawan gizi. kunjungan ke rumah warga oleh kader
guna untuk mengajak para ibu yang tidak hadir ke Posyandu sehingga petugas
kesehatan dapat menimbang berat badannya dan menentukan status gizinya.
Dalam rangka pengembangan inovasi di masa yang akan datang poin penting
yang harus dilakukan adalah upaya peningkatan sosialisasi yang lebih intensif
melalui media cetak, radio, siaran keliling dan dukungan dana yang
berkesinambungan dari pihak terkait. Selain itu harus terus dibangun suatu
langkah yang berkelanjutan. Mengingat inovasi SIRAMI Gizi ini menyangkut
generasi ke depan, sebagai abdi Negara harus mau dengan ikhlas, peduli dan
tulus dengan niat ibadah demi kemanusiaan membantu sesama. Tentunya dari
program SIRAMI gizi ini diharapkan adanya output yang lebih baik dari tahun
sebelumnya dan harus dijaga terus semangat dan kepedulian dari tim Sirami
Bagi pihak yang ingin mereplikasi layanan publik ini dukungan dan kerjasama
yang solid antara petugas, lintas sektor, masyarakat dan ketersediaan dana
adalah kunci sukses pelaksanaan kegiatan SIRAMI GIZI sehingga layanan yang
diberikan dapat berjalan dengan optimal.
LilyArsanti Lestari, Dosen Gizi Kesehatan UGM mengatakan pada usia 0-2 tahun merupakan masa
tumbuh kembang yang optimal (golden period), sehingga pemenuhan gizi seimbang harus
diperhatikan.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Inilah Penyebab Gizi Buruk di
Indonesia, https://jogja.tribunnews.com/2018/01/25/inilah-penyebab-gizi-buruk-di-indonesia.
Penulis: Tantowi Alwi
Editor: oda

Status gizi balita dapat diukur dengan indeks berat badan per umur (BB/U), tinggi badan per umur
(TB/U) dan berat badan per tinggi badan (BB/TB).
Berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi (PSG) yang dilakukan Kementerian Kesehatan pada
tahun 2016, status gizi pada indeks BB/U pada balita 0-59 bulan di Indonesia, menunjukkan
persentase gizi buruk sebesar 3,4%, gizi kurang sebesar 14,4% dan gizi lebih sebesar 1,5%.
Sedangkan provinsi dengan gizi buruk dan kurang tertinggi pada usia tersebut adalah Nusa Tenggara
Timur (28,2%) dan terendah Sulawesi Utara (7,2%).

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Inilah Penyebab Gizi Buruk di
Indonesia, https://jogja.tribunnews.com/2018/01/25/inilah-penyebab-gizi-buruk-di-indonesia.
Penulis: Tantowi Alwi
Editor: oda
Kemudian, hasil pengukuran status gizi PSG 2016 dengan indeks BB/U pada balita 0-23 bulan di
Indonesia, menunjukkan persentase gizi buruk sebesar 3,1%, gizi kurang sebesar 11,8% dan gizi
lebih sebesar 1,5%.
Sedangkan provinsi dengan gizi buruk dan kurang tertinggi tahun 2016 pada usia tersebut adalah
Kalimantan Barat (24,5%) dan terendah Sulawesi Utara (5,7%).
Menurut Lily, banyak faktor yang menyebabkan persoalan gizi buruk dan kurang di Indonesia.
Ia menceritakan, pada tahun 2010, tim dari UGM pernah bekerja sama dengan Pemerintah Daerah
Asmat, Papua untuk meneliti persoalan gizi di sana.

Artikel ini telah tayang di Tribunjogja.com dengan judul Inilah Penyebab Gizi Buruk di
Indonesia, https://jogja.tribunnews.com/2018/01/25/inilah-penyebab-gizi-buruk-di-indonesia.
Penulis: Tantowi Alwi
Editor: oda

Anda mungkin juga menyukai