Anda di halaman 1dari 5

Stunting merupakan suatu kondisi dimana tinggi badan seorang anak lebih pendek jika

dibandingkan dengan standar Tinggi badan menurut umur berdasarkan standar WHO-2005 yaitu
kurang dari -2 SD. Stunting dapat terjadi karena  kurangnya asupan gizi sejak bayi dalam
kandungan dan pada masa awal bayi lahir sampai usia 2 tahun (1000 HPK). Stunting dapat
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu penyebab langsung dan tidak langsung. Penyebab
langsung terjadinya stunting adalah kurangnya asupan gizi dan adanya penyakit infeksi,
sedangkan penyebab tidak langsung adalah pola asuh, pelayanan kesehatan, ketersediaan pangan,
budaya, ekonomi (Unicef,2008; Bappenas,2013)

 Menurut Riskesdas tahun 2018 prevalensi balita stunting di Indonesia sudah mengalami
penurunan yaitu sebesar 30.8% dibandingkan Riskesdas tahun 2013 sebesar 37,2%. Meskipun
sudah mengalami penurunan namun angka tersebut masih lebih tinggi daripada angka yang
direkomendasikan  WHO yaitu kurang dari 20%. Berdasarkan Riskesdas tahun 2018 angka balita
stunting di Kabupaten Sleman adalah 14,7%. Sedangkan berdasarkan data Pemantauan Status
Gizi Rutin tahun 2018 sebesar 11%. Cakupan balita stunting di Kecamatan Pakem berdasarkan
Pemantauan Status Gizi pada tahun 2015 sebesar 22,83% dan Tahun 2016 sebesar 20,5%
(>20%).

Berdasarkan masalah tersebut, Cahyaningtyas Triwinarni, S.Tr.Gz sebagai Nutrisionis di


Puskesmas Pakem membuat inovasi dengan judul “GAYA PUSPAKU”. Makna dari GAYA
PUSPAKU adalah Gerakan AYAh PedUli Seribu hari KehidUpan PertamA, yaitu dengan
meningkatkan peran ayah dalam 1000 hari kehidupan pertama yang dimulai sejak masa
kehamilan sampai bayi berusia 2 tahun.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam inovasi”GAYA PUSPAKU”

1. Koordinasi dengan Kepala Puskesmas

Setelah menyampaikan hasil identifikasi masalah balita stunting, maka Kepala Puskesmas
memberikan dukungan terhadap inovasi GAYA PUSPAKU ini.

2. Membentuk Tim Inovasi

Inovasi upaya Penanggulangan stunting kemudian didiskusikan  melalui pertemuan koordinasi


yang dihadiri oleh Kepala Puskesmas, Nutrisionis, Promkes, Sanitarian dan bidan desa. Peserta
banyak memberikan dukungan program ini sehingga kemudian dibentuk TIM inovasi GAYA
PUSPAKU

3. Koordinasi dengan Desa bebas Stunting untuk menentukan dusun percontohan.

Setelah dilakukan diskusi dan koordinasi dengan Desa Candibinangun maka dipilihlah Dusun
Kemput/Kuweron sebagai Dusun percontohan untuk penanggulangan stunting dengan GAYA
PUSPAKU. Dusun Kemput/Kuweron dipilih berdasarkan hasil Pemantauan Status Gizi pada
bulan Februari tahun 2019 memiliki balita stunting tertinggi di Candibinangun yaitu sebanyak
25%.

4. Melakukan Sosialisasi di Dusun Kemput/Kuweron mengenai stunting dan upaya


penanggulangan stunting dengan GAYA PUSPAKU.

Sosialisasi dilakukan pada bulan April 2019, dengan kesepakatan akan dibentuk GAYA
PUSPAKU di Dusun Kemput/Kuweron dengan tokoh masyarakat sebagai kader Ayah.

5. Pembentukan Tim GAYA PUSPAKU di Dusun Kemput/Kuweron


6. Bimtek kader ayah yang dilakukan pada bulan Juli 2019

Dihadiri oleh 20 kader Ayah dan materi diberikan oleh Tim dari Puskesmas meliputi program
gizi, promkes dan kesling

7. Menyusun buku Saku GAYA PUSPAKU dan LOG BOOK Pendampingan kader Ayah.
8. Pelaksanaan Pendampingan oleh kader Ayah kepada suami dari ibu hamil atau ayah dari
anak usia dibawah 2 tahun
9. Monitoring dan evaluasi kegiatan

Pemangku kepentingan yang terlibat dalam pelaksanaan inovasi :

1. Kepala Puskesmas Pakem menjadi pendorong utama inovasi ini dengan memberikan
dukungan regulasi dalam pelaksanaan inovasi.
2. Masukan dan kerjasama dari lintas program meliputi Promkes, Kesling dan bidan desa,
dan staf lain menjadi landasan bagi keberhasilan inovasi ini.
3. Dinas Kesehatan yang mendorong pelaksanaan Pemberdayaan masyarakat dalam upaya
penanggulangan stunting pada balita di Puskesmas Pakem
4. Lintas Sektoral seperti Camat, Kepala Desa Candibinangun beserta staf, yang
memberikan dukungan regulasi
5. Dukuh, dan Tokoh masyarakat Dusun Kemput sebagai pelaksana inovasi

Output/Keluaran Inovasi

1. Terbentuknya Kelompok GAYA PUSPAKU di Dusun Kemput, Candibinangun Pakem


2. Meningkatnya peran ayah dalam pendampingan ibu hamil dan anak usia kurang dari 2
tahun (masa 1000 HPK)
3. Memperbaiki kualitas air minum
4. Meningkatkan cakupan ASI Eksklusif
5. Menurunkan Cakuoan balita stunting

Dampak dari Inovasi Gaya Puspaku telah dapat meningkatkan peran ayah dalam masa 1000
HPK, dan menurunkan kegagalan pemberian ASI Eksklusif pada bayi usia 0-6 bulan, serta
perbaikan sarana air besih, sehinggan memberikan kontribusi yang sangat besar dalam upaya
penanggulangan stunting di Kecamatan Pakem pada khususnya dan Kabupaten Sleman pada
umumnya.
Rumah Inovasi Kesehatan (Rumah Intan) menyelenggarakan Kegiatan Pembelajaran inovasi,
replikasi inovasi penanggulangan stunting dilaksanakan pada 24 Mei 2019 di  Rumah Sakit
Umum Daerah Siti Fatimah Provinsi Sumatera Selatan km 6 Palembang dihadiri 40 orang
peserta dari Kab/kota se Sumsel menampilkan 4 inovasi yaitu inovasi garpu genting (Gerakan
Peduli Cegah Stunting) dari Puskesmas Pian Raya Kabupaten Musi Rawas, inovasi fun for mom
dari Kota Puskesmas Sako Palembang, inovasi pak camat (Pantau Kilat Calon Mama Terpadu)
dan inovasi tebu manis (Tepung Bubur Masak Praktis) dari Puskesmas Simpang Periuk Kota
Lubuklinggau.

Inovasi yang berjudul garpu genting singkatan dari gerakan peduli cegah stunting. Inovasi ini
menjadi solusi penanggulangan stunting di wilayah terpencil, sangat terpencil dan mayoritas
keluarga miskin. Inovasi yang dilaksanakan di desa pian raya kecamatan Muara Lakitan
Kabupaten Musi Rawas ini meliputi dua aspek intervensi gizi yaitu intervensi gizi spesifik dan
intervensi gizi sensitif.

Intervensi gizi spesifik meliputi, Pertama, pemantauan gizi keluarga dilakukan dengan
mengunjungi rumah ibu balita yg tidak hadir diposyandu. Kedua, Penanganan kasus gizi buruk
dengan pendampingan kasus gizi buruk dan sistem rujukan ke rumah sakit. Ketiga,
Pendampingan kader gizi dalam rangka mempersiapkan pelaksanaan konseling gizi, cara dan
pengolahan makanan bergizi, dan pola asuh yang baik.kegiatan ini dilaksanakan di puskesmas
setiap hari senin yang mewajibkan orang tua dan balita nya yang datang untuk mendapatkan
makanan bergizi lengkap dengan syarat orang tua dan balita dalam keadaan bersih sebagai upaya
melatih ibu merawat anaknya dg baik juga untuk membudayakan PHBS . Keempat, Pemberian
makanan tambahan dan makanan lengkap di posyandu . Untuk PMT di posyandu tersedia pojok
misu mate(minum susu makan telur).Pemberian PMT, makanan lengkap di posyandu dan
pemberian makanan lengkap setiap hari senin di puskesmas biaya nya dari dana desa. Sedangkan
untuk intervensi gizi sensitif berupa: Pertama, penguatan 6 posyandu Kedua, Pembinaan terpadu
dengan lintas sektor, berupa bantuan hibah kolam terpal ikan lele dari dinas perikanan.Ketiga,
kegiatan bedah jamban keluarga Keempat, pemberdayaan keluarga melalui peningkatan
pendapatan keluarga dengan memanfaatkan dana desa untuk usaha sewa tenda yg pekerja nya
melibatkan orang tua balita stunting.

Inovasi yg berjudul fun for mom merupakan inovasi untuk meningkatkan cakupan asi ekslusif
dan IMD melalui edukasi kepada ibu ibu dengan permainan  yang menyenangkan bekerjasama
dengan asosiasi ibu menyusui indonesia (AIMI) sumsel sebagai konselor ASI.media permainan
berupa table yg terbuat dari bahan plastik dan dadu, juga bekerjasama dengan dinas pertanian
dalam menyediakan bibit daun katuk untuk diberikan pada ibu hamil. Inovasi fun for mom
dilaksanakan diposyandu di wilayah kerja puskesmas sako kota palembang.

Inovasi yang berjudul pak camat singkatan dari Pantau Kilat Calon Mama Terpadu. Inovasi ini
dilaksanakan di wilayah puskesmas simpang periuk kota Lubuklinggau bekerjasama dengan
KUA Lubuklinggau Selatan II. Inovasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesehatan calon
pengantin dengan memberikan pelayanan kesehatan berupa: Pertama, Pengukuran tinggi badan,
berat badan dan lingkar lengan atas caten perempuan. Kedua, Pemeriksaan tekanan darah,
Ketiga, Pemeriksaan HIV – AIDS, khusus calon pengantin wanita ditambah pemeriksaan : kadar
hb, imunisasi tt, pemberian tablet tambah darah dan PMT (Pemberian Makanan Tambahan).
Inovasi yg berjudul tebu manis singkatan dari tepung bubur masak praktis. Inovasi ini
menggunakan tepung beras merah yg disangrai dan dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan
dalam waktu singkat. Beras merah dipilih karena mengandung zat besi lima kali lipat, serat dua
kali lipat dan vitamin B1 hampir dua kali lipat dibandingkan beras putih.

Kepala dinas kesehatan provinsi sumatera selatan.Dra.Lesty Nurainy, APT, M.Kes dalam
sambutannya mengatakan “bahwa tujuan dilaksanakan kegiatan ini untuk memfasilitasi kab/kota
dalam melakukan replikasi inovasi dan membangun kolaborasi antara provinsi dan kab/kota serta
untuk mensukseskan instruksi gubernur nomor 1280 tahun 2018 tentang Gerakan One Agency
One Innovation. Lesty mengatakan bahwa dalam melakukan replikasi inovasi tidak bisa
disamaratakan , tetapi harus disesuaikan dengan kebutuhan dan situasi kondisi masing masing
wilayah serta penyebab terjadinya”.

Anda mungkin juga menyukai