Kab.Enrekang Nama Inovator : Fatmawati, SKM Kontak Person : 085 395 386 975 Email : fatmagizi@gamil.com
Tanggal Implementasi Inovasi
Monday, 07 January 2019 Instansi : Pemerintah Kab. Enrekang Kelompok Umum Pelayanan Publik yang inklusif dan berkeadilan URL Youtube https://www.youtube.com/watch?v=Ab_dDbtvjeQ URL Bukti Iniasi Inovasi http://www.komunitasibucerdascegahstunting.wordpress.com/
Ringkasan
Inovasi Komunitas Ibu CERDAS dikembangkan karena
tingginya prevalensi Stunting di Kabupaten Enrekang, khususnya di Desa Pariwang Kec.Maiwa yang memiliki posisi geografis yang cukup terpencil. Konsekuensinya latar belakang pendidikan dan ekonomi masyarakat tergolong rendah. Dampaknya pengetahuan ibu-ibu terkait pemenuhan gizi balita kurang. Inovasi ini merupakan kerjasama berbagai pihak antara lain pemerintah, tokoh masyarakat setempat, ibu-ibu PKK dan pihak swasta. Melalui inovasi ini, dibentuk komunitas ibu-ibu di desa secara bersama melakukan peningkatan pengetahuan melalui edukasi komunitas dan berkolaborasi menyebarkan informasi penanganan balita stunting dan gizi kurang. Program ini berdampak signifikan terhadap kelompok sasaran yaitu ibu hamil,menyusui, remaja putri, bayi dan balita. Terdapat peningkatan penyediaan pangan bergizi, peningkatan aktifitas fisik, peningkatan kepemilikan Cuci Tangan Pakai Sabun, serta munculnya kolaborasi dalam penanganan stunting. Hasilnya inovasi ini berhasil menurunkan prevalensi stunting dari 35,1%(2018) menurun menjadi 22,22% (2021). Perubahan perilaku masyarakat terkait pola asuh dan pola makan ditunjukkan dengan meningkatnya kunjungan ke posyandu dari 86,3% (2018) menjadi 95,3% (2021),meningkatnya balita yang naik berat badannya dari 58,4% (2018) menjadi 75% (2021). Inovasi ini, menjadikan akses pelayanan mudah dijangkau, berkualitas, setara dan merata bagi masyarakat yang tinggal di daerah terpencil, berpengetahuan rendah dan rentan terhadap kasus stunting. Hasilnya pelayanan publik yang inklusif dan berkeadilan dapat diwujudkan. Ide Inovatif
Desa Pariwang adalah salah satu desa terpencil di
Kecamatan Maiwa yang memiliki luas wilayah 10,27 km2. Lokasi Desa Pariwang ± 30 km dari ibukota Kecamatan Maiwa. Jumlah penduduk Desa Pariwang sebanyak 495 jiwa. Latar belakang tingkat pendidikan masyarakat 50% setingkat SD. Pekerjaan penduduk mayoritas adalah petani penggarap. Akses ke Desa Pariwang harus melalui 7 buah sungai. Jika musim hujan maka akses akan tertutup karena banjir sehingga sulit dijangkau. Sebagian besar pendidikan ibu-ibu di Desa Pariwang hanyalah tamatan SD & SMP. Kabupaten Enrekang merupakan satu- satunya lokus penanganan stunting Bappenas tahun 2018 di Sulawesi Selatan. Terdapat 10 Desa yang menjadi lokus stunting, 4 desa diantaranya ada di Kecamatan Maiwa, salah satunya adalah Desa Pariwang. Prevalensi Balita Stunting di Kecamatan Maiwa pada tahun 2018 sebesar 30,6% dan khusus di Desa Pariwang sebesar 35,1%. Sementara target nasional prevalensi stunting sebesar 24% (2018). Tingginya angka stunting di Kabupten Enrekang dan Desa Pariwang secara khusus disebabkan rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pemenuhan gizi Balita. Hal ini terlihat dari rendahnya capaian partisipasi masyarakat ke posyandu, rendahnya balita yang naik timbangannya, kurangnya pemanfaatan pekarangan untuk pemenuhan gizi, belum adanya kolaborasi dalam penanganan stunting. Berdasarkan kondisi diatas maka muncul gagasan untuk membentuk komunitas ibu-ibu, yang diberi nama Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting. Keberadaaan komunitas ini sebagai sarana bertukar informasi dan motivasi dalam upaya menurunkan prevalensi stunting. Inovasi ini bertujuan untuk menurunkan prevalensi stunting balita yang rentan mengalami masalah status gizi akibat rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pola asuh, pola makan dan sanitasi. Target penurunan prevalensi stunting dari 35,1% (2018) menjadi 15,5% (2023). Prevalensi Balita stunting diturunkan melalui intervensi pengetahuan kelompok sasaran remaja putri, ibu hamil, ibu menyusui dan ibu yang memiliki anak balita. Intervensi pengetahuan dilakukan dalam bentuk kolaborasi lintas program, lintas sektor dan pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, kecamatan, desa dan swasta. Selain itu dikembangkan pula pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan komunitas ibu-ibu didesa yang secara bersama melakukan peningkatan pengetahuan. Peningakatan pengetahuan dilakukan melalui edukasi komunitas dan kolaborasi penyebaran informasi penanganan balita stunting dan gizi kurang, pendampingan ibu yang memiliki balita dengan status gizi bermasalah, pelatihan pembuatan MP-ASI berbahan lokal, pendampingan kelompok wanita tani, aktifitas fisik dan pemanfaatan CTPS menjadi fokus kegiatan Komunitas Ibu CERDAS. Inovasi Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting di Desa Pariwang sesuai dengan kategori pelayanan publik yang inklusif dan berkeadilan pada bidang kesehatan. Oleh karena melalui inovasi ini pelayanan publik di bidang kesehatan untuk kelompok sasaran masyarakat di wilayah terpencil dan berlatar belakang pendidikan rendah dapat diwujudkan. Selama ini program penanganan stunting dilakukan secara terpisah antara sektor dan tidak terintegrasi. Program penanganan stunting yang ada dimaksudkan untuk perbaikan pola asuh, pola makan dan sanitasi, namun masih berjalan secara terpisah dan belum terdapat kolaborasi antar program tersebut. Melalui inovasi ini, integrasi dan kolaborasi program dapat diwujudkan secara terpadu dan berkesinambungan. Pendekatan pemberdayaan masyarakat dilakukan untuk mengintegrasikan berbagai program pada kelompok sasaran di Desa Pariwang. Adanya kegiatan edukasi komunitas, pendampingan ibu balita gizi kurang dan stunting, aktifitas fisik, pendampingan kelompok wanita tani dan pemanfaatan CTPS. Mengingat kondisi Desa Pariwang yang terpencil dan akses sulit dijangkau perlu pendekatan inovatif dengan melibatkan kolaborasi lintas program, sektor dan swasta serta keterlibatan pemerintah desa. Inovasi ini mengandalkan pelibatan masyarakat dalam hal ini Ibu Kader Komunitas yang menjadi perpanjangan tangan tenaga kesehatan di desa untuk melakukan pendampingan dan penyebarluasan informasi kepada ibu yang memiliki balita dengan kondisi status gizi bermasalah. Setelah implementasi inovasi ini memberikan nilai tambah pada masyarakat dengan adanya pemanfaatan pekarangan untuk penyediaan pangan bergizi sehingga masyarakat tidak perlu lagi kepasar untuk membeli kebutuhan pangan seperti sayur-mayur dan lauk- pauk. Nilai tambah yang lain ditunjukkan dengan meningkatnya pengetahuan individu dan terbentuknya kesadaran komunitas masyarakat terkait pola asuh, pola makan dan sanitasi. Signifikansi
Inovasi ini berdampak signifikan pada penurunan
prevalensi stunting di Desa Pariwang dari 35,1% (2018) menjadi 22,22% (2021). Hasil Pemantauan Status Gizi sebelum inovasi (2018) terdapat 13 balita mengalami stunting dan gizi kurang, setelah inovasi (2021) tersisa 6 balita. Hal ini dapat dicapai melalui pendampingan kepada balita dengan status gizi bermasalah. Pendampingan dilakukan oleh ibu kader komunitas kepada ibu yang memiliki balita dengan status gizi bermasalah. Terdapat 13 ibu balita yang didampingi dan dikontrol secara berkala dengan menggunakan buku pendampingan dan buku KIA. Hasil pendampingan ditunjukkan kepada petugas gizi pada saat kunjungan posyandu dan saat pemberian edukasi komunitas. Anggota komunitas melaksanakan pertemuan rutin sekali sebulan dan biasanya dilakukan disekretariat Komunitas atau dirumah warga yang dihadiri oleh anggota komunitas dan tenaga kesehatan.
Pembentukan anggota komunitas ibu cerdas diinisiasi oleh
tenaga gizi puskesmas dengan pemerintah desa Pariwang melalui penetapan SK Kepala Desa Pariwang tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting yang awalnya beranggotakan 10 orang ibu-ibu yang terdiri dari kader posyandu dan masyarakat. Masing- masing kader Komunitas ibu CERDAS mendampingi 10 target sasaran Wanita Usia Subur/Pasangan Usia Subur. Namun pada tahun 2021 sudah terdapat 45 orang anggota komunitas ibu CERDAS, sehingga setiap anggota komunitas hanya mendampingi 2-3 orang target sasaran dari total 106 sasaran. Hal ini dikarenakan munculnya kesadaran target sasaran untuk menjadi bagian dari anggota komunitas.
Keberadaan komunitas membantu tugas dari tenaga gizi
puskesmas untuk memantau pemberian makan balita dengan status gizi bermasalah, tugas program lainnya yang terkait seperti penyebaran informasi kesehatan ibuhamil, ibumenyusui, pemantauan tumbuh kembang balita, dan penerapan perilaku hidup bersih dan sehat. Program diatas diimplementasikan melalui kegiatan edukasi komunitas,
pendampingan ibu balita gizi kurang dan stunting, pelatihan
pembuatan MP-ASI lokal, pendampingan remaja putri, aktifitas fisik, pendampingan kelompok wanita tani dan pemanfaatan CTPS. Kegiatan edukasi komunitas dilakukan melalui pemberian materi oleh petugas kesehatan puskesmas dan fasilitator dari swasta (JAPFA). Materi yang diberikan terkait gizi seimbang, perilaku hidup besih dan sehat, kesehatan lingkungan, pemanfaatan pekarangan, kesehatan ibu hamil, menyusui dan balita serta pelatihan pembuatan makanan pendamping ASI berbahan lokal. Monitoring dan evaluasi dilakukan secara berkala untuk mengetahui apakah kegiatan berjalan sebagaimana yang telah ditentukan, Pemberian Pre dan Post Test untuk mengukur tingkat pengetahuan atas edukasi yang diberikan. Pelaporan kegiatan berupa capaian program secara tertulis diberikan kepada pihak- pihak terkait sebagai dasar pembuatan rencana tindak lanjut baik jangka pendek maupun jangka menengah. Hasil evaluasi pre dan post test menunjukkan terdapatnya peningkatan pengetahuan rata-rata kelompok sasaran dari 50% menjadi 70%, terkait pengetahuan asi eksklusif, stunting, sanitasi, 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), Makanan Pendamping Asi (MP ASI), kesehatan reproduksi, Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), Alat Pelindung Diri (APD) dari resiko terpapar racun pestisida untuk kelompok wanita tani. Peningkatan pengetahuan diatas memberikan perubahan perilaku masyarakat terkait pola asuh, pola makan dan sanitasi yang ditunjukkan dengan meningkatnya kunjungan ke posyandu dari 86,3% (2018) menjadi 95,3% (2021),meningkatnya balita yang naik berat badannya dari 58,4% (2018) menjadi 75% (2021). Selain itu peningkatan pengetahuan masyarakat berdampak pada meningkatnya cakupan sarana kesehatan lingkungan yaitu kepemilikan jamban dari 91,76% (2018) menjadi 100% (2021), kepemilikan SPAL (Saluran Pembuangan Air Limbah) dari 90,59% (2018) menjadi 100% (2021) , kepemilikan rumah sehat dari 67,07 (2018) menjadi 93,88% (2021), kepemilikan air bersih dari 95,14 (2018) menjadi 100% (2021), kepemilikan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dari 0% (2018) menjadi 100% (2021). Pemanfaatan pekarangan untuk Tanaman Obat Keluarga dan Taman Gizi (sayur mayur dan kolam ikan) dari 80% (2018) menjadi 95% (2021). Peningkatan aktifitas fisik dari 80% (2018) menjadi 95% (tahun 2021). Pada saat terjadi Pandemi Covid-19 tahun 2020, masyarakat dilarang untuk keluar rumah. Pemanfaatan pekarangan rumah dimanfaatkan oleh masyarakat Desa Pariwang karena kebutuhannya dapat terpenuhi tanpa meninggalkan rumah. Kontribusi terhadap Capaian TPB
Untuk mencapai target TPB, Dinas Kesehatan Kabupaten
Enrekang memiliki strategi perencanaan kabupaten Enrekang dalam rangka percepatan pencegahan stunting yang terintegrasi dengan Dokumen RPJMD, untuk prevalensi stunting balita menjadi 15,5% pada tahun 2023. Target Nasional prevalensi stunting termasuk di Sulawesi Selatan berada pada angka 14%. Inovasi ini telah berkontribusi pada pencapaian target TPB/SDGs Kabupaten Enrekang khususnya pada tujuan kedua menghilangkan kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan gizi yang baik serta meningkatnya pertanian berkelanjutan dengan indikator 2.2.1* yaitu prevalensi stunting pada anak di bawah 5 tahun/Balita menurun dari 24,5% (2018) menjadi 21,5% (2021). Secara khusus prevalensi stunting di Desa Pariwang menurun dari 35,1% (2018) menjadi 22,22% (2021). Penurunan ini dicapai dengan memberikan akses pelayanan kesehatan kepada masyarakat melalui integrasi program penanganan stunting seperti program pemberian makanan tambahan yang di danai oleh anggaran Dana Desa, pengadaan sarana CTPS dari Kementrian Kesehatan, Pengadaan Jamban Keluarga oleh Dinas Perumahan dan Pemukiman, Pengadaan bibit tanaman dari Dinas Ketahanan Pangan, Pengadaan Susu untuk Ibu Hamil dan Balita dari PKK. Pengadaan alat antropometri dari Dinas Kesehatan dan swasta (JAPFA). Efektifitas penanganan stunting ini selain dilaksanakan melalui integrasi program juga di dukung oleh pemberdayaan masyarakat melalui Komunitas Ibu CERDAS yang memfokuskan pada peningkatan pengetahuan dalam penanganan stunting. Adaptabilitas
Inovasi Komunitas Ibu Cerdas mudah diadaptasi atau
direplikasi ditempat lain. Hal ini dikarenakan pemanfaatan sumber daya disesuaikan dengan sumber daya manusia yang ada di Desa seperti memberdayarkan kader-kader posyandu yang telah terbentuk sebelumnya melalui SK Kepala Desa. Selain itu penyediaan sarana dan prasarana di dukung dari implemantasi program-program penanganan stunting yang tersebar di beberapa instansi terkait. Inovasi Komunitas Ibu CERDAS didasarkan pada pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui pembentukan kader komunitas dengan kegiatan edukasi komunitas, pendampingan ibu balita gizi kurang dan stunting, pelatihan pembuatan MP-ASI lokal, pendampingan remaja putri, aktifitas fisik (senam), pendampingan kelompok wanita tani dan pemanfaatan CTPS. Inovasi Komunitas Ibu CERDAS ini berkontribusi secara praktis pada penyelesaian masalah stunting yang terjadi di berbagai tempat akibat rendahnya pengetahuan masyarakat terkait pemenuhan gizi dan PHBS. Pada prakteknya penanganan stunting mengalami kegagalan disebabkan implementasi program penanganan stunting hanya berakhir pada penyelesaian program dan kegiatan instansi terkait. Pelibatan masyarakat secara langsung sebagai kader yang mendukung implementasi program penanganan stunting masih rendah. Masalah yang dihadapi di berbagai tempat khususnya dalam penanganan stunting dapat diselesaikan melalui inovasi ini. Untuk itu inovasi ini akan sangat bermanfaat untuk di replikasi di tempat lain dalam menghadapi permasalahan yang sama. Awal mulanya inovasi ini dilaksanakan di 1 desa lokus stunting kemudian direplikasi ke 4 desa lokus stunting lainnya di Kecamatan Maiwa Kabupaten Enrekang. Sehingga program komunitas ibu cerdas cegah stunting ini telah dilaksanakan di 5 desa dan akan terus berkembang sehingga dapat dilaksanakan di 22 Desa/Kel se Kecamatan Maiwa. Sebagai bukti keseriusan Pemerintah Kabupaten Enrekang dalam penanganan stunting diterbitkan Keputusan Bupati Enrekang No : 266/KEP/IV/2022 tentang Implementasi Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting di Kabupaten Enrekang. Selain itu, Desa yang telah mereplikasi kegiatan ini juga telah mengeluarkan Surat Keputusan untuk memperkuat inovasi ini yaitu : 1. SK Kepala Desa Lebani No : 03/KEP/DPLD/I/2020 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting di Desa Lebani. 2. SK Kepala Desa Labuku No : 01.a/KEP/D-LBK/KM/I/2020 tentang Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting di Desa Labuku. 3. SK Kepala Desa Ongko No : 01/KEP/DPLD/I/2021 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting di Desa Ongko. 4. SK Kepala Desa Limbuang No : 02a/KEP/DPLD/I/2021 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting di Desa Limbuang. Keberlanjutan
Inovasi ini melibatkan berbagai program yang ada
diPuskesmas diantaranya program Gizi, Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Kesehatan Lingkungan, Promosi Kesehatan, P2TB, P2Kecacingan, Kesehatan Olahraga,Kesehatan Tradisional, Kesehatan Kerja dan Bidan Desa. Semuanya berperan dalam pemberian edukasi dan keterampilan. Selain itu adanya fasilitator dari pihak swasta (Japfa) yang juga membantu dalam pemberian edukasi dan keterampilan pada anggota komunitas. Inovasi ini juga melibatkan Penyuluh KB bertugas dalam Bina Keluarga Balita dan Bina Keluarga Remaja, Penyuluh Pertanian bertugas dalam pendampingan kelompok wanita tani dan pemberian bibit tanaman, ibu-ibu pkk berperan dalam peningkatan motivasi untuk pemanfaatan pekarangan. Kader Komunitas yang menjadi kunci dalam pendampingan kelompok sasaran.
Untuk mendukung pelaksanaan inovasi ini pemerintah
daerah melalui dinas kesehatan mengalokasikan Dana DAK- Nonfisik Puskesmas untuk inovasi Komunitas Ibu Cerdas Cegah Stunting sebesar Rp.10.000.000/tahun. Inovasi ini juga didukung melalui dana desa sebesar 10% (Rp.70.0000.000) dari total dana desa untuk penanganan stunting, berupa pemberian makanan tambahan untuk balita, ibuhamil dan ibumenyusui serta penyediaan sarana dan prasarana. Selain itu, dukungan dari pihak swasta berupa alat antropometri, pengukur suhu, reward untuk anggota komunitas. Inovasi ini telah berlangsung selama kurang lebih 3 tahun. Dilaunching 15-Agustus-2019 diKecamatan Maiwa yang dihadiri Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Desa, Ketua Penggerak PKK Kabupaten, Kecamatan dan Desa, Lintas Sektor dan Swasta, dan akan terus berlanjut sebagai inovasi yang akan diterapkan di 22 Desa/Kel diKecamatan Maiwa dan 129 Desa/Kel diKabupaten Enrekang secara berkala, sejalan dengan tujuan SDG’s/TPB. Stunting merupakan permasalahan yang tidak dapat terselesaikan hanya dengan waktu 1-2 tahun, sehingga inovasi ini harus konsisten dan berkelanjutan.Surat Keputusan Camat, KepalaPuskesmas dan KepalaDesa Pariwang tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting telah ditetapkan sejak tahun 2019 untuk menjamin kelangsungan inovasi ini. Selain itu Nota Kesepahaman anatra PKK dan swasta juga telah ada sejak tahun 2019, sehingga kolaborasi ini dapat memberikan dampak sosial dan ekonomi yang maksimal bagi masyarakat Desa Pariwang. Ditambah lagi dengan adanya Peraturan Bupati Enrekang tentang implementasi Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting telah ditetapkan tahun 2022 yang akan menjamin keberlangsungan inovasi ini. Menurunnya prevalensi stunting diDesa Pariwang dan perubahan perilaku pada pada pemberian makan balita dan pola asuh balita membuktikan bahwa inovasi ini telah memberikan dampak sosial yang nyata dan meningkatkan produktivitas masyarakat setempat. Dampak sosial ekonomi dirasakan sejak adanya inovasi hingga saat ini, masyarakat menjadi sangat kooperatif dan akrab dengan kegiatan tumbuh kembang balita, pengolahan makanan pendamping ASI dengan bahan lokal, pemanfaatan pekarangan, aktifitas fisik, pemanfaatan CTPS. Kesadaran masyarakat tentang pentingnya pencegahan stunting menimbulkan rasa memiliki diantara mereka sehingga inovasi ini dapat terjamin keberlanjutannya dalam jangka panjang. Untuk menjaga keberlangsungan inovasi, telah disusun beberapa nota kesepahaman, surat keputusan dan peraturan :
1. Nota Kesepahaman antara Puskesmas Maiwa dengan
Pemerintah Desa Pariwang No:053/PKM.M/MOU/I/2019. 2. Nota Kesepahaman antara Puskesmas Maiwa dengan Tim Penggerak PKK Desa Pariwang No:052/PKM.M/MOU/I/2019. 3. SK Kepala Puskesmas Maiwa No:004/PKM.M/TU.I/I/2019 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting diPuskesmas Maiwa. 4. SK Camat Maiwa No:01B/KEP/KM/I/2019 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting diKecamatan Maiwa. 5. SK Kepala Desa Pariwang No:01B/KEP/DPLD/I/2019 tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting diDesa Pariwang.
6. Nota Kesepahaman Puskesmas Maiwa Kecamatan Maiwa
dengan PT JAPFA Comfeed Tbk. Unit Makassar tentang Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting.
7. Keputusan Bupati Enrekang No:266/KEP/IV/2022 tentang
Implementasi Komunitas Ibu CERDAS Cegah Stunting diKabupaten Enrekang.
Inovasi ini diperkenalkan pertama kali di desa lokus
stunting yaitu Desa Pariwang. Sejak 2021, inovasi ini telah dilaksanakan di 5 Desa Lokus Stunting. Inovasi ini akan terus berlanjut dalam jangka-panjang melalui kerjasama yang berkelanjutan antara Pemerintah Daerah, Kecamatan dan Desa, Lintas Program, Lintas Sektor dan swasta. Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa telah terbit beberapa aturan yang mendukung keberlangsungan program ini. Inovasi yang mengusung kolaborasi antara berbagai pihak dan pemberdayaan masyarakat akan dilaksanakan sesuai dengan rencana kerja untuk mencapai tujuan SDGs. Kolaborasi Pemangku Kepentingan
Inovasi Komunitas Ibu Cerdas Cegah stunting
dilaksanakan melalui koborasi berbagai pihak diantaranya Dinas Kesehatan memberikan support dan program kegiatan di perencanaan serta penganggaran di puskesmas maiwa, Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) memfasilitasi program kegiatan dalam penganggaran Dana Desa (DD) untuk penanganan stunting di desa se Kecamatan Maiwa. Selain itu BKKBN juga menunjang pelaksanaan program bina keluarga balita. Dinas Pertanian, berperan dalam pendampingan dan penyediaan bibit tanaman sayuran yang di tanam di kebun gizi yang di kelola oleh kelompok. Camat Maiwa membantu mengkoodinir, memfasilitasi dan memberikan rekomendasi kegiatan program Inovasi Ibu Cerdas di Kecamatan dan Desa. Kepala Puskesmas memberikan petunjuk, bimbingan, support dan penganggaran mulai saat perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Kepala Desa memfasilitasi kegiatan ibu cerdas di wilayah desa dan membantu pendanaan kegiatan melalui Dana Desa (DD). Japfa (swasta) memfasilitasi kegiatan ibu cerdas dalam memberikan bantuan fasilitator dan bantuan alat antropometri dan hadiah untuk doorprize, termogun, masker. Terakhir Ibu Ibu Komunitas berperan dalam pendampingan kelompok sasaran dan memastikan rencana kerja komunitas berjalan dengan baik.