Tahun 2019 angka kematian bayi (AKB), dari 7 kasus di tahun 2018 meningkat menjadi 10 kasus di tahun 2019. Penyebab terbanyak lantaran berat badan lahir rendah (BBLR) dan afiksia atau ganguan pengangkutan oksigen. Namun khusus untuk angka kematian neonatal (usia bayi di bawah 11 bulan), mengalami penurunan yang cukup signifikan. Dari 21 kasus dari tahun 2018 menjadi 13 kasus. Untuk menurunkan AKI dan AKB di tahun 2020, Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKPPKB) Kabupaten Beltim, menyiapkan langkah- langkah advokasi terintegrasi. 1. Melakukan inovasi layanan. Puskesmas- puskesmas yang sudah melakukan inovasi harus terus memperkuat inovasi dan layanan terutama bagi ibu dan bayi. Seperti inovasi ada di posyandu remaja, program stunting, café sehat dan lain-lain. 2. Melakukan pemberdayaan masyarakat. DKPPKB mendorong adanya pergerakan posyandu, suami siaga, inovasi desa, karang taruna, serta kepedulian aparatur desa. “Pemberdayaan masyarakat ini yang paling penting. Semua harus terlibat, IBI, PPNI, PKK, dan lain sebagainya. Juga program suami siaga ini yang perlu penguatan dan sosialiasi,” Pemberdayaan masyarakat termasuk juga penguatan regulasi untuk penyebaran informasi kepada jajaran perangkat desa melalui Puskesmas. • Mereka harus tahu kondisi di desanya, khususnya berkenaan dengan ibu hamil. “Misalnya dalam satu bulan ini berapa sih ibu hamil yang akan melahirkan di desanya. Anggap saja ada 4 calon, nah yang mana yang punya resiko tinggi melahirkan ini yang harus dibimbing dan diawasi termasuk BPJS atau Jampersalnya 3. Penguatan fasilitas kesehatan, baik itu penguatan tenaga bidan maupun rumah sakit rujukan sebagai pusat tindakan terakhir. Tahun 2020 salah satu program penguatan profesi akan memberikan bantuan terhadap poned (Pelayanan Ibstetri Neonnatal Emergensi Dasar) sehingga dokter dan bidan terlatih dapat ikut dalam pelatihan ini Terima kasih