Anda di halaman 1dari 16

9

BAB II

TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Dasar Posyandu

2.1.1 Pengertian Posyandu

Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) merupakan salah satu bentuk Upaya

Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) yang dilaksanakan oleh, dari, dan

bersama masyarakat, untuk memberdayakan dan memberikan kemudahan kepada

masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita

(Kemenkes RI, 2019). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan

pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai

strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Sebagai pusat

kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan, keluarga berencana, pusat

pelayanan terhadap keluarga berencana, serta pos kesehatan yang dikelola dan

diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas

kesehatan (Andryana, 2015).

Menurut Profita (2018), posyandu adalah ujung tombak pelayanan kesehatan

yang memiliki tujuan untuk mempercepat upaya penurunan Angka Kematian Bayi

(Infant Mortality Rate), Angka Kelahiran Bayi (Birth Rate), Angka Kematian Ibu

(Maternal Mortality Rate). Ada berbagai kegiatan yang dilaksanakan di posyandu

yaitu kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan

anak termasuk pemberian imunisasi guna pencegahan penyakit, penanggulangan

kejadian diare, pelayanan KB, penyuluhan dan konseling/rujukan konseling apabila

dibutuhkan. Menurut Swengli dkk., (2016), posyandu merupakan garda depan


kesehatan balita dimana pelayanan yang diberikan posyandu sangat dibutuhkan

untuk memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kesehatan masyarakat,

khususnya bayi dan balita. Menurut Lestari dalam Lesli dkk., (2018), posyandu

merupakan suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan di

suatu wilayah kerja Puskesmas, dimana pelaksanaannya dilakukan di tiap

kelurahan/RW. Kegiatannya berupa KIA, KB, P2M (Imunisasi dan Penanggulangan

Diare), dan gizi (Penimbangan balita).

2.1.2 Tujuan Posyandu

Tujuan posyandu adalah menunjang penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan

Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat

(Swengli dkk., 2016). Pelaksanaan kegiatan pada Posyandu diharapkan dapat

membantu untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat di Indonesia.

Pembentukan posyandu di tingkat desa dalam 25 tahun terakhir memberikan

kontribusi pula pada penurunan jumlah kematian bayi dan anak di Indonesia.

Posyandu menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak serta

diadakannya berbagai program kesehatan dasar termasuk keluarga berencana, gizi,

dan imunisasi (Profita, 2018).

Adapun tujuan posyandu menurut Andryana (2015), adalah sebagai berikut :

1) Tujuan Umum

Menunjang percepatan penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi di Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

2) Tujuan khusus

10
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan

dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan

angka kematian bayi.

b. Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,

terutama angka kematian ibu dan angka kematian bayi

c. Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi.

2.1.3 Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat/keluarga, utamanya adalah bayi

baru lahir, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Pasangan Usia

Subur (PUS), remaja dan Lanjut Usia (Lansia) (Dinas Kesehatan Aceh, 2019).

Menurut Swengli dkk., (2016) sasaran pelayanaan kesehatan di posyandu

adalah seluruh masyarakat, utamanya:

1. Bayi

2. Anak balita

3. lbu hamil

4. Ibu melahirkan

5. Ibu nifas dan ibu menyusui

6. Pasangan Usia Subur (PUS)

2.1.4 Fungsi Posyandu

1. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan

keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat

11
dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka

kematian bayi.

2. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar terutama

berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan kematian bayi

(Cahyanti, 2016).

Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan hanya tanggung jawab

pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk

kader. Peran kader dalam penyelenggaraan posyandu sangat besar karena selain

sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak

masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan

sehat (Kemenkes, 2018).

2.1.5 Manfaat Posyandu

Manfaat posyandu bagi anak balita maupun ibu hamil antara lain memperoleh

kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi,

dan anak balita. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi

kurang atau gizi buruk, bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A, Ibu

hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe)

serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan

tablet tambah darah (Fe) (Raharjo dalam Lesli dkk., 2018).

Keberadaan posyandu sangat penting untuk masyarakat, manfaat posyandu

ada dua yaitu dari sisi masyarakat dan sisi kader (Kemenkes dalam Safrudin, 2019)

1. Manfaat posyandu bagi masyarakat

12
a) Masyarakat dapat lebih mudah untuk memperoleh informasi terkait

pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan balita.

b) Pertumbuhan anak balita juga dapat terpantau sehingga anak tidak akan

menderita gizi kurang atau gizi buruk.

c) Bayi dan anak balita juga akan mendapatkan kapsul vitamin A dan

memperoleh imunisasi lengkap.

d) Selain anak dan balita ibu hamil juga akan terpantau berat badannya serta

mendapatkan tablet tambah darah (Fe).

e) Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).

f) Ibu nifas juga akan memperoleh vitamin A dan tablet tambah darah, ibu jug

akan memperoleh penyuluhan terkait kesehatan ibu dan anaknya .

2. Manfaat posyandu bagi kader

a) Kader dapat memperoleh informasi lebih dahulu dan lengkap sebelum

anggota posyandu yang lain.

b) Kader ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang

anak balita dan kesehatan ibu.

c) Citra diri kader juga akan meningkat dimata masyarakat karena sebagai

orang yang terpercaya dalam bidang kesehatan.

d) Kader juga telah menjadi panutan bagi masyarakat karena telah mengabdi

demi pertumbuhan anak dan kesehatan ibu

2.1.6 Kegiatan Posyandu

Posyandu direncanakan dan dikembangkan oleh kader bersama kepala desa,

LKMD (seksi KB Kesehatan), dan PKK dengan bimbingan TIM LKMD tingkat

13
kecamatan. Penyelenggaraanya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang

kesehatan dan keluarga berencana di mana mereka, berasal dari PKK, tokoh

masyarakat, pemuda dan lain-lain (Hasriayani, 2018).

Kegiatan posyandu terdiri dari kesehatan ibu dan anak, upaya pengembangan

kualitas sumber daya manusia dengan mengoptimalkan potensi tumbuh kembang

anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang

berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien

serta dapat menjangkau semua sarana yang membutuhkan layanan tumbuh

kembang anak, ibu hamil ,ibu nifas, ibu menyusui dan PUS (Sudayasa dalam

Swengli, dkk., 2016).

Kegiatan Utama Posyandu meliputi:

1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA):

a) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) atau pil besi, minimal 3 kali

pemberian atau 90 TTD

b) Immunisasi TT

c) Pemeriksaan Kehamilan (minimal 4 kali selama hamil)

2. Gizi

a) Pemantauan Pertumbuhan melalui penimbangan bulanan

b) Pemberian Vitamin A dosis tinggi (pada bulan Vitamin A, yaitu Februari

dan Agustus)

c) Pemberian Makanan Tambahan (PMT)

3. Immunisasi

4. KB

14
5. Penanggulangan Diare: Pemberian Oralit dan Pengobatan (Dinas Kesehatan

Aceh, 2019)

2.1.7 Pembentukan Posyandu

Langkah-langkah pembentukan posyandu dapat dilakukan dengan tahapan

sebagai berikut:

1. Mempersiapkan petugas yang bersedia dan memiliki kemampuan mengelola

dan membina posyandu. Pimpinan puskesmas berperan penting dalam hal ini.

2. Menggalang dukungan moril, finansial, dan material dari tokoh-tokoh

masyarakat. Misalnya kesepakatan dan dukungan masyarakat, bantuan dana,

tempat penyelenggaraan, serta peralatan posyandu.

3. Melakukan Survey Mawas Diri (SMD) untuk menemukenali masalah kesehatan

dan potensi masyarakat desa/kelurahan. SMD dilakukan oleh masyarakat

sendiri dengan bimbingan petugas puskesmas.

4. Menyelenggarakan Musyawarah Masyarakat Desa/Kelurahan (MMD/K) untuk

membahas hasil SMD dan konsep posyandu.

5. Pembentukan dan pemantauan kegiatan posyandu. Dimulai dengan pemilihan

pengurus dan 5 kader posyandu. Pengurus dan kader terpilih kemudian dibekali

orientasi dan pelatihan pengelolaan posyandu, sehingga mereka mempunyai

rencana kerja (action plan) posyandu (YAPPIKA, 2016).

2.1.8 Penyelenggaraan Posyandu

Posyandu buka satu kali dalam sebulan dengan hari dan waktu yang sudah

ditentukan sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan posyandu dapat

dilakukan lebih dari satu kali sebulan. Tempat penyelenggaraan posyandu sebaiknya

15
berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, tempat

penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah,balai

desa/kelurahan,balai RW/desa, salah satu kios di pasar,salah satu ruangan

perkantoran,atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh masyarakat.

Kegiatan rutin posyandu diselenggarakan dan digerakkan oleh kader posyandu

dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sector terkait, pada saat

penyelenggaraan posyandu minimal jumlah kader adalah lima orang, jumlah ini

sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang

mengacu pada system 5 meja. Tugas lima meja pada posyandu sebagai berikut :

1) Meja 1 (Meja Pendaftaran)

Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu ibu yaitu nama bayi/balita dan ibu

hamil.kader kemudian memberikan nasehat kepada keluarga bayi/balita dan ibu

hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa anak balita maka langsung ke kegiatan

ke empat.

2) Meja 2 (Penimbangan)

Orang tua bayi/balita menyerahkan buku KIA kepada kader, apabila belum ada

KMS kader membuatkan buku KIA baru. Selanjutnya kader melakukan

penimbangan dan pencatatan pada kertas atau buku yang sudah tersedia.

3) Meja 3 (Pengisian Buku KIA)

Kegiatan di meja tiga mengisi buku KIA atau memindahkan catatan hasil

penimbangan balita dan kertas kedalam buku KIA.

16
4) Meja 4 (Penyuluhan)

Kader yang bertugas menerima buku KIA dari keluarga balita membacakan dan

menjelaskan data buku KIA, memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan

mengacu pada data buku KIA atau dari hasil pengamatan dan memberikan

pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu, misalnya pemberian

tablet tambah darah, vitamin A, dan oralit.

5) Meja 5 (Pelayanan)

Untuk kegiatan ini utamanya hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatana.

Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan imunisasi, KB, pemberian tablet

besi, vitamin A dan obat-obat lainnya.

2.1.9 Tingkat Perkembangan Posyandu

Tingkat perkembangan posyandu dalam empat tingkatan :

1. Posyandu Pratama

Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum bisa rutin tiap

bulan dan kader aktifnya terbatas, kurang dari lima orang.

2. Posyandu Madya

Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan kegiatan lebih

dari delapan kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau

lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan, imunisasi)

masih rendah dari 50%. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah baik

akan tetapi masih rendah cakupannya.

17
3. Posyandu Purnama

Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang frekuensi lebih

dari delapan kali pertahun, rata-ratanya jumlah kader lima orang atau lebih,

dan cakupan lima program utamanya (KB, KIA dan Gizi dan imunisasi) lebih

dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana

sehat yang masih sederhana.

4. Posyandu Mandiri

Posyandu yang sudah sampai pada tingkat mandiri, ini berarti sudah

dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan lima program utama sudah

baik, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50%

(Hasriyani, 2018)

2.2 Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

2.2.1 Hubungan Pengetahuan Ibu dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

Rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai posyandu dapat

mempengaruhi perilaku masyarakat dalam memanfaatkan posyandu yang hal ini

dapat terjadi karena pengetahuan merupakan domain penting bagi seseorang

dalam melakukan tindakan ataupun berperilaku yang baik dalam mencapai

kesehatan yang maksimal untuk dirinya. Dengan kata lain jika masyarakat

mengetahui lebih banyak tentang manfaat posyandu dapat mempengaruhi sikap

maupun motivasi masyarakat dalam memanfaatkan posyandu sehingga yang

ahirnya dapat berpengaruh terhadap perilaku ibu dalam memanfaatkan posyandu

yang ada (Hilinti, 2018).

18
Menurut Hilinti (2018), pengetahuan ibu tentang posyandu merupakan hal

yang sangat penting bagi ibu karena dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang

posyandu dapat menyebabkan rendahnya perilaku ibu dalam memanfaatkan

posyandu sehingga ibu yang mempunyai balita tidak melakukan kunjungan

sehingga bayi dan balita yang dimiliki ibu tidak dapat terpantau pertumbuhan dan

perkembangan secara berkesinambungan. Menurut Oktarina dan Veldro Malindo

(2015), pengetahuan ibu merupakan faktor yang terpenting dalam memantau

kesehatan ibu dan balita, dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki ibu balita

memberikan kontribusi positif terhadap balita itu sendiri, balita terjaga

kesehatannya dan ibu dapat membedakan hal yang baik dan buruk pada balita.

Menurut Yuliana dalam Hilinti (2018), pengetahuan mengenai posyandu

merupakan hal yang sangat penting karena dengan kurangnya pengetahuan yang

dimiliki ibu akan meningkatkan pemanfaatan posyandu yang kurang baik, sehingga

dapat menyebabkan beberapa kerugian pada balita, bila ibu balita tidak aktif dalam

kegiatan posyandu antara lain ibu tidak mendapatkan penyuluhan kesehatan

tentang pertumbuhan balita yang normal, tidak mendapat vitamin A untuk

kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap

bulan, ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan

tambahan (PMT). Menurut Wahidin (2016), pengetahuan ibu tentang posyandu

sangat berpengaruh terhadap tingkat kunjungan ibu untuk menimbangkan anak

balitanya ke posyandu, karena semakin baik pengetahuan ibu tentang pentingnya

posyandu maka akan semakin baik kemauan ibu untuk membawakan anaknya ke

19
posyandu dan ibu juga akan mendapatkan manfaat yang dari membawa anaknya ke

posyandu.

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019), menyatakan bahwa ada

hubungan pengetahuan dengan partisipasi ibu balita ke posyandu dengan (P value =

0,021,). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cholifah dkk., (2017),

didapatkan nilai P value = 0,000, berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu

balita dengan kunjungan ke posyandu.

2.2.2 Hubungan Pekerjaan Ibu dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-

ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu untuk

mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar

rumah waktunya untuk berpartisipasi dalam posyandu mungkin sangat kurang

bahkan tidak ada sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu. Sedangkan pada

ibu rumah tangga memungkinkan mempunyai waktu lebih banyak untuk

beristirahat dan meluangkan waktu untuk membawa anaknya ke posyandu. Peran

ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan

keluarga (Nurdin, ddk., 2019).

Pekerjaan adalah kegiatan yang menyita waktu, terutama bagi seorang ibu

akan sangat mempengaruhi pada kehidupan keluarganya. Seseorang yang

mempunyai pekerjaan yang penting dan memerlukan aktivitas, maka akan merasa

sangat terganggu apabila harus melakukan kunjungan ke posyandu secara rutin.

Karena kebanyakan ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu luang untuk

melakukan kunjungan ke posyandu dibandingkan dengan ibu balita yang tidak

20
bekerja (Sugiyanti dkk., dalam Cholifah dkk., 2017). Status pekerjaan sangat

berpengaruh terhadap aktif dan tidaknya ibu ke posyadu, karena ibu yang bekerja

cenderung disibukan oleh aktivitasnya dan melupakan membawa balitanya

keposyandu, sebaliknya ibu yang tidak bekerja memiliki banyak waktu luang untuk

balita dan punya waktu banyak untuk membawa balita ke posyandu (Oktarina dan

Veldro Malindo, 2015).

Penelitian yang dilakukan oleh Cholifah dkk., (2017), menyatakan bahwa ada

hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita ke posyandu

dengan (P value = 0,005). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idaningsih

(2016), bahwa ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita

ke posyandu.

2.2.3 Hubungan Motivasi Ibu dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

Motivasi merupakan suatu dorongan yang timbul adanya rangsangan-

rangsangan dari dalam maupun luar sehingga seseorang berkeinginan untuk

mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan

sebelumnya (Nurdin dkk., 2019). Kunjungan ibu ke posyandu perlu adanya motivasi

dari lingkungan dan keluarga, motivasi dari keluarga dapat berupa dukungan dari

suami untuk membawa anak ke posyandu, sehingga ibu lebih termotivasi untuk

membawa anaknya ke posyandu. Jadi motivasi yang tinggi akan mempengaruhi

kunjungan ibu balita ke posyandu, semakin tinggi motivasi yang didapatkan ibu

balita semakin berpartisipasi ibu balita dalam kunjungan ke posyandu (Nurdin dkk.,

2019).

21
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019), menyatakan bahwa ada

hubungan motivasi dengan partisipasi kunjungan ibu balita ke posyandu dengan (P

value = 0,003).

2.2.4 Hubungan Sikap Ibu dengan dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

Attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri

seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten,

yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang

diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang

paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau

objek lain (Dodhy ddk., 2016).

Menurut Maria dan Rahma (2017), sikap merupakan sumber motivasi yang

mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka ingin lakukan bila

diberi kebebasan untuk memilikinya. Bila mereka melihat sesuatu yang bermanfaat

bagi dirinya maka mereka tertarik pada objek tersebut serta akan timbul kepuasan

pada dirinya. Karena ada ibu yang memang sengaja tidak membawa anak mereka ke

posyandu. Pengetahuan yang dimiliki seseorang tentang suatu tanggapan yang

terdiri dari dua katagori yaitu positif dan negatif yang akan menentukan seseorang

untuk berperilaku. Seseorang yang mempunyai sikap positif cenderung akan

melakukan kunjungan balita ke posyandu dibandingkan dengan seseorang yang

bersikap negatif (Kasumayanti dan Busri dalam Cholifah dkk., 2017).

Penelitian yang dilakukan oleh Maulidanita (2019), menyatakan bahwa ada

hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita

ke puskesmas dengan (P Value = 0,002) . Sejalan dengan penelitian yang dilakukan

22
oleh Cholifah dkk., (2017), mengatakan ada hubungan sikap dengan kunjungan

balita ke posyandu.

2.2.5 Hubungan Peran Kader dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita

Menurut Nurdin dkk., (2019), kader posyandu merupakan seseorang yang

berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan menulis huruf latin,

berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki kemampuan dan

waktu luang. Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan

kesehatan dan memsukseskannya bersama masyarakat serta merencanakan

kegiatan pelaksanaan kesehatan tingkat desa.

Kader mempunyai peranan sebagai penyuluh dan pelayanan dalam kegiatan

posyandu untuk melaksanakan kegiatan tersebut kader harus mempunyai

keterampilan dan keaktifan yang baik, agar ibu balita terdorong dan termotivasi

untuk datang ke posyandu. Kurangnya pelayanan kader dalam kegiatan posyandu

akan berpengaruh pada minat ibu balita ke posyandu, sehingga ibu balita tidak

terdorong untuk membawa balitanya ke posyandu. Kader harus meningkatkan

keaktifan dan keterampilan dalam kegiatan posyandu, dengan melakukan tugas-

tugasnya di luar posyandu, seperti melakukan kunjungan rumah, memberikan

informasi dan mengajak ibu balita untuk datang ke posyandu, serta memberikan

pelayanan kepada balita di posyandu, supaya ibu balita lebih termotivasi dari

dirinya sendiri untuk datang ke posyandu (Nurdin ddk., 2019).

Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019) menyatakan, bahwa ada

hubungan peran kader dengan partisipasi kunjungan ibu balita ke posyandu dengan

(P value = 0,027). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasumayanti dan

23
Busri (2017), menyatakan bahwa ada hubungan peran kader diposyandu terhadap

kunjungan ibu balita ke posyandu.

2.3 Kerangka Teoritis

Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan, maka

kerangka teoritis dapat digambarkan sebagai berikut:

Predisposing factors
(Faktor pemudah):
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan &
Pengetahuan
3. Pekerjaan
4. Kepercayaan, nilai-nilai dan
tradisi
5. Sikap
6. Dukungan keluarga
(Motivasi)

Enabling factors
(Faktor pendukung):
1. Ketersediaan saran
Kunjungan Anak
pelayanan imunisasi Balita
2. Keterjangkauan ke tempat
pelayanan kesehatan
(Jarak ke pelayanan
kesehatan)

Reinforcing factor
(Faktor penguat)
1. Peran & Sikap petugas
imunisasi dalam
menyampaikan informasi
kesehatan (imunisasi)
2. Peran & sikap kader

Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
(teori Lawreen Green dalam Notoatmodjo, 2012)

24

Anda mungkin juga menyukai