BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN
masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi dan anak balita
(Kemenkes RI, 2019). Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih teknologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat oleh dan untuk masyarakat yang mempunyai nilai
strategi dalam mengembangkan sumber daya manusia sejak dini. Sebagai pusat
pelayanan terhadap keluarga berencana, serta pos kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari petugas
yang memiliki tujuan untuk mempercepat upaya penurunan Angka Kematian Bayi
(Infant Mortality Rate), Angka Kelahiran Bayi (Birth Rate), Angka Kematian Ibu
yaitu kegiatan pemantauan tumbuh kembang balita, pelayanan kesehatan ibu dan
khususnya bayi dan balita. Menurut Lestari dalam Lesli dkk., (2018), posyandu
Tujuan posyandu adalah menunjang penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan
kontribusi pula pada penurunan jumlah kematian bayi dan anak di Indonesia.
Posyandu menyediakan perawatan kesehatan khusus bagi ibu dan anak serta
1) Tujuan Umum
2) Tujuan khusus
10
a. Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan
dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan
terutama yang berkaitan dengan penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
baru lahir, bayi, anak balita, ibu hamil, ibu menyusui, ibu nifas, Pasangan Usia
Subur (PUS), remaja dan Lanjut Usia (Lansia) (Dinas Kesehatan Aceh, 2019).
1. Bayi
2. Anak balita
3. lbu hamil
4. Ibu melahirkan
11
dalam rangka mempercepat penurunan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi.
(Cahyanti, 2016).
Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan hanya tanggung jawab
kader. Peran kader dalam penyelenggaraan posyandu sangat besar karena selain
masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan
Manfaat posyandu bagi anak balita maupun ibu hamil antara lain memperoleh
kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan bagi ibu, bayi,
dan anak balita. Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi
kurang atau gizi buruk, bayi dan anak balita mendapatkan kapsul vitamin A, Ibu
hamil akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet tambah darah (Fe)
serta imunisasi Tetanus Toksoid (TT), Ibu nifas memperoleh kapsul vitamin A dan
ada dua yaitu dari sisi masyarakat dan sisi kader (Kemenkes dalam Safrudin, 2019)
12
a) Masyarakat dapat lebih mudah untuk memperoleh informasi terkait
b) Pertumbuhan anak balita juga dapat terpantau sehingga anak tidak akan
c) Bayi dan anak balita juga akan mendapatkan kapsul vitamin A dan
d) Selain anak dan balita ibu hamil juga akan terpantau berat badannya serta
e) Ibu nifas memperoleh kapsul Vitamin A dan tablet tambah darah (Fe).
f) Ibu nifas juga akan memperoleh vitamin A dan tablet tambah darah, ibu jug
c) Citra diri kader juga akan meningkat dimata masyarakat karena sebagai
d) Kader juga telah menjadi panutan bagi masyarakat karena telah mengabdi
LKMD (seksi KB Kesehatan), dan PKK dengan bimbingan TIM LKMD tingkat
13
kecamatan. Penyelenggaraanya dilakukan oleh kader yang terlatih dibidang
kesehatan dan keluarga berencana di mana mereka, berasal dari PKK, tokoh
Kegiatan posyandu terdiri dari kesehatan ibu dan anak, upaya pengembangan
anak dapat dilaksanakan secara merata apabila sistem pelayanan kesehatan yang
berbasis masyarakat seperti posyandu dapat dilakukan secara efektif dan efisien
kembang anak, ibu hamil ,ibu nifas, ibu menyusui dan PUS (Sudayasa dalam
a) Pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) atau pil besi, minimal 3 kali
b) Immunisasi TT
2. Gizi
dan Agustus)
3. Immunisasi
4. KB
14
5. Penanggulangan Diare: Pemberian Oralit dan Pengobatan (Dinas Kesehatan
Aceh, 2019)
sebagai berikut:
dan membina posyandu. Pimpinan puskesmas berperan penting dalam hal ini.
pengurus dan 5 kader posyandu. Pengurus dan kader terpilih kemudian dibekali
Posyandu buka satu kali dalam sebulan dengan hari dan waktu yang sudah
dilakukan lebih dari satu kali sebulan. Tempat penyelenggaraan posyandu sebaiknya
15
berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat, tempat
dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan sector terkait, pada saat
penyelenggaraan posyandu minimal jumlah kader adalah lima orang, jumlah ini
sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh posyandu, yakni yang
mengacu pada system 5 meja. Tugas lima meja pada posyandu sebagai berikut :
Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu ibu yaitu nama bayi/balita dan ibu
hamil. Apabila ibu hamil tidak membawa anak balita maka langsung ke kegiatan
ke empat.
2) Meja 2 (Penimbangan)
Orang tua bayi/balita menyerahkan buku KIA kepada kader, apabila belum ada
penimbangan dan pencatatan pada kertas atau buku yang sudah tersedia.
Kegiatan di meja tiga mengisi buku KIA atau memindahkan catatan hasil
16
4) Meja 4 (Penyuluhan)
Kader yang bertugas menerima buku KIA dari keluarga balita membacakan dan
menjelaskan data buku KIA, memberikan penyuluhan kepada setiap ibu dengan
mengacu pada data buku KIA atau dari hasil pengamatan dan memberikan
pelayanan gizi dan kesehatan dasar oleh kader posyandu, misalnya pemberian
5) Meja 5 (Pelayanan)
Untuk kegiatan ini utamanya hanya dapat dilakukan oleh petugas kesehatana.
Pelayanan yang diberikan antara lain pelayanan imunisasi, KB, pemberian tablet
1. Posyandu Pratama
Posyandu tingkat pratama adalah posyandu yang belum bisa rutin tiap
2. Posyandu Madya
dari delapan kali pertahun, dengan rata-rata jumlah kader lima orang atau
lebih. Akan tetapi cakupan program utamanya (KB, KIA, Gizi dan, imunisasi)
masih rendah dari 50%. Ini berarti kelestarian kegiatan posyandu sudah baik
17
3. Posyandu Purnama
dari delapan kali pertahun, rata-ratanya jumlah kader lima orang atau lebih,
dan cakupan lima program utamanya (KB, KIA dan Gizi dan imunisasi) lebih
dari 50% sudah ada program tambahan bahkan mungkin sudah ada dana
4. Posyandu Mandiri
Posyandu yang sudah sampai pada tingkat mandiri, ini berarti sudah
dapat melakukan kegiatan secara teratur, cakupan lima program utama sudah
baik, ada program tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50%
(Hasriyani, 2018)
kesehatan yang maksimal untuk dirinya. Dengan kata lain jika masyarakat
18
Menurut Hilinti (2018), pengetahuan ibu tentang posyandu merupakan hal
yang sangat penting bagi ibu karena dengan kurangnya pengetahuan ibu tentang
sehingga bayi dan balita yang dimiliki ibu tidak dapat terpantau pertumbuhan dan
kesehatan ibu dan balita, dengan pengetahuan tinggi yang dimiliki ibu balita
kesehatannya dan ibu dapat membedakan hal yang baik dan buruk pada balita.
merupakan hal yang sangat penting karena dengan kurangnya pengetahuan yang
dimiliki ibu akan meningkatkan pemanfaatan posyandu yang kurang baik, sehingga
dapat menyebabkan beberapa kerugian pada balita, bila ibu balita tidak aktif dalam
kesehatan mata, ibu balita tidak mengetahui pertumbuhan berat badan balita tiap
bulan, ibu balita tidak mendapatkan pemberian dan penyuluhan tentang makanan
posyandu maka akan semakin baik kemauan ibu untuk membawakan anaknya ke
19
posyandu dan ibu juga akan mendapatkan manfaat yang dari membawa anaknya ke
posyandu.
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019), menyatakan bahwa ada
0,021,). Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cholifah dkk., (2017),
didapatkan nilai P value = 0,000, berarti ada hubungan antara pengetahuan ibu
Bekerja umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-
ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga dan waktu untuk
mengasuh anak akan berkurang, sehingga ibu balita yang harus bekerja di luar
bahkan tidak ada sama sekali untuk ikut berpartisipasi di posyandu. Sedangkan pada
ibu yang bekerja dan yang tidak bekerja sangat berpengaruh terhadap perawatan
Pekerjaan adalah kegiatan yang menyita waktu, terutama bagi seorang ibu
mempunyai pekerjaan yang penting dan memerlukan aktivitas, maka akan merasa
Karena kebanyakan ibu yang bekerja tidak mempunyai waktu luang untuk
20
bekerja (Sugiyanti dkk., dalam Cholifah dkk., 2017). Status pekerjaan sangat
berpengaruh terhadap aktif dan tidaknya ibu ke posyadu, karena ibu yang bekerja
keposyandu, sebaliknya ibu yang tidak bekerja memiliki banyak waktu luang untuk
balita dan punya waktu banyak untuk membawa balita ke posyandu (Oktarina dan
Penelitian yang dilakukan oleh Cholifah dkk., (2017), menyatakan bahwa ada
dengan (P value = 0,005). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Idaningsih
(2016), bahwa ada hubungan antara status pekerjaan ibu dengan kunjungan balita
ke posyandu.
mengadakan perubahan tingkah laku atau aktivitas tertentu lebih baik dari keadaan
sebelumnya (Nurdin dkk., 2019). Kunjungan ibu ke posyandu perlu adanya motivasi
dari lingkungan dan keluarga, motivasi dari keluarga dapat berupa dukungan dari
suami untuk membawa anak ke posyandu, sehingga ibu lebih termotivasi untuk
kunjungan ibu balita ke posyandu, semakin tinggi motivasi yang didapatkan ibu
balita semakin berpartisipasi ibu balita dalam kunjungan ke posyandu (Nurdin dkk.,
2019).
21
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019), menyatakan bahwa ada
value = 0,003).
2.2.4 Hubungan Sikap Ibu dengan dengan Rendahnya Kunjungan Anak Balita
Attitude atau sikap sebagai faktor predisposisi atau faktor yang ada dalam diri
seseorang yang dipelajari untuk memberikan respon dengan cara yang konsisten,
yaitu menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap suatu objek yang
diberikan. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau orang lain yang
paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau
Menurut Maria dan Rahma (2017), sikap merupakan sumber motivasi yang
mengarahkan seseorang dalam melakukan apa yang mereka ingin lakukan bila
diberi kebebasan untuk memilikinya. Bila mereka melihat sesuatu yang bermanfaat
bagi dirinya maka mereka tertarik pada objek tersebut serta akan timbul kepuasan
pada dirinya. Karena ada ibu yang memang sengaja tidak membawa anak mereka ke
terdiri dari dua katagori yaitu positif dan negatif yang akan menentukan seseorang
hubungan antara sikap ibu balita dengan partisipasi ibu dalam penimbangan balita
22
oleh Cholifah dkk., (2017), mengatakan ada hubungan sikap dengan kunjungan
balita ke posyandu.
berasal dari anggota masyarakat setempat, bisa membaca dan menulis huruf latin,
berminat menjadi kader, bersedia bekerja sukarela serta memiliki kemampuan dan
waktu luang. Peran kader secara umum adalah melaksanakan kegiatan pelayanan
keterampilan dan keaktifan yang baik, agar ibu balita terdorong dan termotivasi
akan berpengaruh pada minat ibu balita ke posyandu, sehingga ibu balita tidak
informasi dan mengajak ibu balita untuk datang ke posyandu, serta memberikan
pelayanan kepada balita di posyandu, supaya ibu balita lebih termotivasi dari
Penelitian yang dilakukan oleh Nurdin dkk., (2019) menyatakan, bahwa ada
hubungan peran kader dengan partisipasi kunjungan ibu balita ke posyandu dengan
(P value = 0,027). Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Kasumayanti dan
23
Busri (2017), menyatakan bahwa ada hubungan peran kader diposyandu terhadap
Berdasarkan teori – teori yang telah dibahas dalam tinjauan kepustakaan, maka
Predisposing factors
(Faktor pemudah):
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan &
Pengetahuan
3. Pekerjaan
4. Kepercayaan, nilai-nilai dan
tradisi
5. Sikap
6. Dukungan keluarga
(Motivasi)
Enabling factors
(Faktor pendukung):
1. Ketersediaan saran
Kunjungan Anak
pelayanan imunisasi Balita
2. Keterjangkauan ke tempat
pelayanan kesehatan
(Jarak ke pelayanan
kesehatan)
Reinforcing factor
(Faktor penguat)
1. Peran & Sikap petugas
imunisasi dalam
menyampaikan informasi
kesehatan (imunisasi)
2. Peran & sikap kader
Gambar 2.1
Kerangka Teoritis
(teori Lawreen Green dalam Notoatmodjo, 2012)
24