Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana.  Dari beberapa pengertian
posyandu diatas dapat disimpulkan, bahwa Posyandu adalah pusat
kegiatan masyarakat dalam upaya pelayanan kesehatan dan keluarga
berencana.Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.Posyandu juga
merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana
Kesehatan di tingkat desa.
Untuk menciptakan masyarakat yang sehat dinas kesehatan dan
puskesmas melakukan berbagai upaya seperti, bagian dari sistem
kesehatan nasional dengan melibatkan peran serta kader dan masyarakat
untuk menangani masalah gizi yang pada hakikatnya adalah masalah
kesehatan masyarakat namun penanggulangan tidak dapat dilakukan
lewat pendekatan medis dan pelayanan kesehatan saja. Penyebab
timbulnya masalah gizi adalah multifaktor, oleh karena itu pendekatan
penanggulangannya harus melibatkan berbagai sektor yang terkait.
Salah satu tempat/fasilitas pelayanan kesehatan yang paling mudah
dijangkau oleh masyarakat yaitu Pusat Kesehatan Masyarakat
(Puskesmas). Puskesmas menyelenggarakan upaya yang bersifat
menyeluruh, terpadu, merata, dapat diterima dan terjangkau oleh
masyarakat, dengan peran serta aktif masyarakat dan menggunakan hasil
pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tepat guna, dengan biaya
yang dapat terjangkau oleh pemerintah dan masyarakat (Cessnasari,
2005).
Posyandu menjadi sarana penting di dalam masyarakat yang
mendukung upaya pencapaian keluarga sadar gizi (KADARZI),
membantu penurunan angka kematian bayi dan kelahiran, serta
mempercepat penerimaan norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Kegiatan di dalamnya meliputi kegiatan pemantauan pertumbuhan yang
diintegrasikan dalam pelayanan seperti imunisasi seperti pencegahan
penyakit, penanggulangan diare, pelayanan kesehatan ibu dan anak,
pelayanan kontrasepsi, hingga penyuluhan dan konseling (Panduan PKL
GIZI KESMAS, 2014).
Posyandu tersebar di lebih dari 70.000 desa di Indonesia. Pada tahun
2010, diperkirakan sekitar 91,3% anak 6 - 11 bulan dan 74,5% balita
dibawa ke Posyandu sekurang-kurangnya satu kali selama enam bulan
terakhir. Dalam pergerakannya, Posyandu dimotori oleh para kader
terpilih dari wilayah sendiri yang terlatih dan terampil untuk
melaksanakan kegiatan rutin di Posyandu maupun diluar hari
Posyandu.Untuk memperlancar pelaksanaan tugas kader Posyandu
(Kependudukan dan Biostatik FKM USU).
KMS adalah suatu pencatatan lengkap tentang kesehatan seorang
anak.KMS harus dibawa ibu setiap kali ibu menimbang anaknya atau
memeriksa kesehatan anak dengan demikian pada tingkat keluarga KMS
merupakan laporan lengkap bagi anak yang bersangkutan, sedangkan
pada lingkungan kelurahan bentuk pelaporan tersebut dikenal dengan
SKDN.Pengertiannya S adalah jumlah balita yang ada diwilayah
posyandu, K adalah jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D adalah jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini, N adalah jumlah
balita yang naik berat badanya.Pencatatan dan pelaporan data SKDN
untuk melihat cakupan kegiatan penimbangan, kesinambungan kegiatan
penimbangan posyandu, tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan,
kecenderungan status gizi, efektifitas kegiatan.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Posyandu?
2. Apa tujuan POSYANDU?
3. Apa saja kegiatan POSYANDU?
4. Jelaskan jenis-jenis posyandu?
5. Jelaskan alasan dibentuknya posyandu
6. Jelaskan keberhasilan posyandu
7. Apa yang dimaksud dengan SKDN?
8. Bagaimana cara pengolahan data SKDN?
9. Jelaskan komponen output dari SKDN
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian POSYANDU
2. Untuk mengetahui secara menyeluruh tujuan POSYANDU
3. Untuk mengetahui kegiatan yang dilaksanakan di POSYANDU
4. Untuk mengetahui jenis-jenis POSYANDU
5. Untuk megetahui alasan dibentuknya posyandu
6. Untuk mengetahui keberhasilan posyandu
7. Untuk mengetahui pengertian SKDN
8. Untuk mengetahui cara pengolahan data SKDN
9. Untuk mengetahui komponen output dari SKDN POSYANDU
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Posyandu
Posyandu adalah pusat kegiatan masyarakat dalam upaya
pelayanan kesehatan dan keluarga berencana. Posyandu adalah pusat
pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang dikelola dan
diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan teknis dari
petugas kesehatan dalam rangka pencapaian NKKBS.
Posyandu adalah suatu forum komunikasi, alih tehnologi dan
pelayanan kesehatan masyarakat yang mempunyai nilai strategis untuk
pengembangan sumber daya manusia sejak dini.Posyandu juga
merupakan tempat kegiatan terpadu antara program Keluarga Berencana-
Kesehatan di tingkat desa
2.2 Tujuan Posyandu
Tujuan posyandu antara lain: 
 Menurunkan angka kematian bayi (AKB), angka kematian ibu (ibu
hamil), melahirkan dan nifas.
 Membudayakan NKBS
 Meningkatkan peran serta masyarakat untuk mengembangkan
kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang
untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera.
 Berfungsi sebagai wahana gerakan reproduksi keluarga sejahtera,
gerakan ketahanan keluarga dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera. 
(Bagian Kependudukan dan Biostatistik FKM USU, 2007).
2.3 Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari pemantauan pertumbuhan balita
konseling gizi, Suplementasi gizi (kapsul vitamin A dan tablet tambah
darah), dan pelayanan kesehatan dasar yang terdiri dari imunisasi,
pemeriksaan kesehatan ibu dan anak, keluarga berencana dan
penanggulangan diare.
Kegiatan posyandu menurut Panca Krida Posyandu ( Effendy,1998)
a. Kesehatan Ibu dan Anak
1. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, melahirkan dan menyusui, serta
bayi, anak balita dan anak prasekolah.
2. Memberikan nasehat tentang makanan guna mancegah gizi buruk
karena kekurangan protein dan kalori, serta bila ada pemberian
makanan tambahan vitamin dan mineral
3. Pemberian nasehat tentang perkembangan anak dan cara
stimilasinya
4. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai
tujuan  program KIA
b. Keluarga Berencana
1. Pelayanan keluarga berencana kepada pasangan usia subur dengan
perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya
karena melahirkan anak berkali-kali dan golongan ibu beresiko
tinggi  
2. Cara-cara penggunaan pil, kondom dan sebagainya
c. Imunisasi
Imunisasi Tetanus Toksoid 2 kali pada ibu hamil. Pada bayi umur 0-
11 bulan memperoleh imunisasi Hepatitis B 4 kali, BCG 1 kali, Polio
4 kali, DPT 3 kali dan campak 1 kali. Bayi 6-11 bulan memperoleh 1
kapsul vitamin A warna biru (100.000 SI). Anak 12-59 bulan
memperoleh kapsul vitamin A warna merah (200.000 SI) setiap 6
bulan (Februari dan Agustus).
d. Peningkatan Gizi
1. Memberikan pendidikan gizi kepada masyarakat.
2. Memberikan makanan tambahan yang mengandung protein dan
kalori cukup kepada anak-anak dibawah umur 5 tahun dan kepada
ibu yang menyusui.
3. Memberikan kapsul vitamin A kepada anak-anak dibawah umur 5
tahun.
e. Penanggulangan Diare
Kegiatan gizi di posyandu sebagai bagian dari UPGK dalam
langkah-langkah kebijaksanaan perbaikan gizi merupakan kegiatan upaya
langsung yang meliputi :
1. Pemantauan pertumbuhan anak balita dengan Kartu Menuju Sehat
(KMS)
2. melalui penimbangan oleh kader.
3. Pemberian Makanan Tambahan
4. Penyuluhan Gizi.
Posyandu dilaksanakan sebulan sekali yang ditentukan oleh
Kader, tim penggerak PKK Desa/ Kelurahan dan petugas kesehatan dari
Puskesmas. Kegiatan pelayanan masyarakat dilakukan dengan sistem 5
(lima) meja, yaitu:
• Meja Pertama disebut meja pendaftaran
• Meja Kedua disebut meja penimbangan balita
• Meja Ketiga adalah meja pengisian KMS
• Meja Keempat adalah Penyuluhan Kesehatan
• Meja Kelima adalah Meja pemberian paket pertolongan gizi.
Untuk meja satu sampai empat dilakukan oleh kader kesehatan
dan meja lima dilaksananak oleh petugas kesehatan seperti, dokter,
bidan, perawat, juru imunisasi dan sebagainya (Arali, 2008).
2.4 Jenis-Jenis Posyandu
1. Posyandu Pratama (warna merah)
Posyandu tingkat pratama adalah Posyandu yang masih belum
mantap, kegiatannya belum bisa rutin tiap bulan dan kader aktifnya
terbatas.
2. Posyandu Madya (warna kuning)
Posyandu pada tingkat madya sudah dapat melaksanakan
kegiatan lebih dari 8 kali pertahun, dengan rata – rata jumlah kader
yang hadir sebanyak 5 orang atau lebih.

3. Posyandu Purnama (warna hijau)


Posyandu pada tingkat purnama adalah posyandu yang
kegiatannya lebih dari 8 x pertahun, rata – rata jumlah kader yang
bertugas sebanyak 5 orang atau lebih, cakupan 5 program utamanya
(KIA,KB,Gizi dan Imunisasi) lebih dari 50%. Sudah ada program
tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih
sederhana.
4. Posyandu Mandiri (warna biru)
Posyandu ini berarti sudah dapat melaksanakan kegiatan
secara teratur, cakupan 5 program utama sudah bagus, ada program
tambahan dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% kepala
keluarga (Depkes RI, 2001).
2.5 Alasan Pembentukan Posyandu
Posyandu didirikan karena mempunyai alasan sebagai berikut
1. Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatn khususnya dalam
upaya pencegahan penyakit dan PPPK sekaligus dengan pelayanan
KB.
2. Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat,
sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya
dalam bidang kesehatan dan keluarga berencana (Effendi, 1998).
2.6 Keberhasilan Posyandu
Keberhasilan Posyandu tergambar melalui cakupan SKDN.
S : Semua balita di wilayah kerja posyandu.
K : Semua balita yang memiliki KMS.
D : Balita yang ditimbang.
N : Balita yang Berat Badannya naik.

Keberhasilan Posyandu berdasarkan :

D
1. =Baik ataukurangnya peran serta masyarakat
S
N
2. =Berhasil tidaknya program posyandu
D
2.7 Pengertian SKDN
SKDN  adalah data untuk memantau pertumbuhan balita SKDN
sendiri mempunyai singkatan yaitu sebagai berikut:
S= adalah jumlah balita yang ada di wilayah posyandu,
K =jumlah balita yang terdaftar dan yang memiliki KMS,
D= jumlah balita yang datang ditimbang bulan ini,
N= jumlah balita yang naik berat badannya.
Pencatatan dan pelaporan data SKDN untuk melihat cakupan
kegiatan penimbangan (K/S), kesinambungan kegiatan penimbangan
posyandu (D/K), tingkat partisipasi masyarakat dalam kegiatan (D/S),
kecenderungan status gizi (N/D), efektifitas kegiatan (N/S). (Suhardjo.
1996).
2.8 Cara Pengolahan Data SKDN POSYANDU
Dalam pengolahan penghitungan N dan D harus benar. Misalnya
seorang anak setelah ditimbang mengalami kenaikan berat badan 0,1
kg,ketika data berat tersebut dipindahkan ke KMS ternyata tidak naik
mengikuti pita warna, pada contoh ini anak tidak dikelompokkan sebagai
balita yang mengalami kenaikan BB (lihat buku pemantau pertumbuhan).
Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau dalam
bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-masing
posyandu. Biasanya setelah melakukan kegiatan di Posyandu atau di
pospenimbangan petugas kesehatan dan kader Posyandu (petugas
sukarela) melakukan analisis SKDN. Analisinya terdiri dari:
1. Tingkat partisipasi Masyarakat dalam Penimbangan Balita Yaitu
jumlah balita yang ditimbang dibagi dengan jumlah balita yangada di
wilayah kerja Posyandu atau dengan menggunakan rumus (D/Sx
100%), hasilnya minimal harus mencapai 80%, apabila dibawah 80%
maka dikatakan partisipasi masyarakat untuk kegiatan pemantauan
pertumbuhan dan perkembangan berat badan sangatlah rendah. Hal
ini akan berakibat pada balita tidak akan terpantau oleh petugas
kesehatan ataupun kader Posyandu akan memungkinkan balita ini
tidak diketahui pertumbuhan berat badannya atau pola pertumbuhan
baerat badannya.
2. Tingkat Liputan Program Yaitu jumlah balita yang mempunyai KMS
dibagi dengan jumlah seluruh balita yang ada diwilayah Posyandu
atau dengan menggunakan rumus (K/S x 100%).Hasil yang didapat
harus 100%. Alasannya balita–balita yang telah mempunyai KMS
telah mempunyai alat instrument untuk memantau berat badannya
dan data pelayanan kesehatan lainnya. Apabila tidak digunakan atau
tidak dapat KMS makan pada dasarnya program POSYANDU
tersebut mempunyai liputan yang sangat rendah atau bisa juga
dikatakan balita tersebut.Khusus untuk Tingkat Kehilangan
Kesempatan ini menggunakan rumus (S-K)/S x 100%), yaitu jumlah
balita yang ada diwilayah Posyandu dikurangi Jumlah balita yang
mempunyai KMS, hasilnya dibagi dengan jumlah balita yang ada
diwilayah Posyandu tersebut.Semakin tinggi Presentasi Kehilangan
kesempatan, maka semakin rendah kemauan orang tua balita untuk
dapat memanfaatkan KMS. Padahal KMS sangat baik untuk
memantau pertumbuhan berat badan balita atau juga pola
pertumbuhan berat badan balita
3. Indikator lainnya adalah (N/D x 100%) yaitu jumlah balita yang naik
berat badannya dibandingkan dengan jumlah seluruh balita yang
ditimbang. Sebaiknya semua balita yang ditimbang harus mengalami
peningkatan berat badan.
4. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indicator Drop-Out, yaitu
balita yang sudah mempunyai KMS dan pernah datang menimbang
berat badannya tetapi kemudian tidak pernah datang lagi di Posyandu
untuk selalu mendapatkan pelayanan kesehatan.  Rumusnya yaitu
jumlah balita yang telah mendapatkan KMS dikurangi dengan jumlah
balita yang ditimbang, dan hasilnya dibagi dengan balita yang
mempunyai KMS ((K-D)/K x 100%).
5. Indikator lainnya dalam SKDN adalah indikator perbandingan antara
jumlah balita yang status gizinya berada di Bawah Garis Merah
(BGM) dibagi dengan banyaknya jumlah balita yang ditimbang pada
bulan penimbangan (D).Rumusnya adalah (BGM/D 100%).
2.9 Komponen Ouput dari SKDN
Kinerja output disini meliputi cakupan hasil program gizi di
Posyandu yang dapat dilihat dalam bentuk persentase cakupan yang
berhasil dicapai oleh suatu Posyandu. Adapun cakupan hasil program
gizi di Posyandu tersebut adalah sebagai berikut :
a. Cakupan Program (K/S)
Cakupan program (K/S) adalah Jumlah Balita yang memiliki
Kartu Menuju Sehat (KMS) dibagi dengan jumlah balita yang ada di
wilayah Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase K/S disini,
menggambarkan berapa jumlah balita diwilayah tersebut yang telah
memiliki KMS atau berapa besar cakupan program di daerah tersebut
telah tercapai.
b. Cakupan Partisipasi Masyarakat (D/S)
Cakupan partisipasi masyarakat (D/S) adalah Jumlah Balita
yang ditimbang di Posyandu dibagi dengan jumlah balita yang ada di
wilayah kerja Posyandu kemudian dikali 100 %.Persentase D/S disini,
menggambarkan berapa besar jumlah partisipasi masyarakat di dareah
tersebut yang telah tercapai.
c. Cakupan Kelangsungan Penimbangan (D/K)
Cakupan kelangsungan penimbangan (D/K) adalah Jumlah
Balita yang ditimbang di Posyandu dalam dibagi dengan jumlah balita
yang telah memiliki KMS kemudian dikali 100%.Persentase D/K
disini, menggambarkan berapa besar kelangsungan penimbangan di
daerah tersebut yang telah tercapai.
d. Cakupan Hasil Penimbangan (N/D)
Cakupan Hasil Penimbangan (N/D) adalah : Rata – rata jumlah
Balita yang naik berat badan (BB) nya dibagi dengan jumlah balita
yang ditimbang di Posyandu kemudian dikali 100%. Persentase N/D
disini, menggambarkan berapa besar hasil penimbangan didaerah
tersebut yang telah tercapai.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Adapun Kesimpulan dari makalah posyandu dan SKDN ini adalah
sebagai berikut
1. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan
yang dikelola dan diselenggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan
dukungan teknis dari petugas kesehatan dalam rangka pencapaian
NKKBS
2. Tujuan dari posyandu adalah menurunkan angka kematian bayi
(AKB), angka kematian ibu (ibu hamil), melahirkan dan ibu nifas,
membudayakan NKBS, meningkatkan peran serta masyarakat untuk
mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB dan sebagai wahana
gerakan reproduksi keluarga sejahtera, gerakan ketahanan keluarga
dan gerakan ekonomi keluarga sejahtera. 
3. Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan kesehatan ibu dan anak,
kegiatan keluarga berencana, imuisasi, peningkatan gizi dan
penaggulangan diare
4. Jenis-jenis dari posyandu adalah posyandu pratama, posyandu madya,
posyandu purnama dan posyandu mandiri.
5. Alasan didirikannya posyandu karena posyandu dapat memberikan
pelayanan kesehatan serta posyandu menimbulkan rasa memiliki
masyarakat terhadap upaya dalam bidang kesehatan dan keluarga
berencana
6. Keberhasilan posyandu tergambar melalui SKDN
7. SKDN adalah data untuk memantau pertumbuhan balita
8. Data SKDN dihitung dalam bentuk jumlah misalnya S,K,D,N atau
dalam bentuk proporsi N/D, D/S, K/S dan BMG/D untuk masing-
masing posyandu
9. Output dari SKDN adalah Cakupan program (K/S), Cakupan
partisipasi masyarakat (D/S), cakupan kelangsungan penimbangan
(D/K), dan cakupan hasil penimbangan (N/D)
3.2 Saran
Adapun saran yang ingin disampaikan adalah posyandu sebaiknya
jenjangnya terus dinaikkan seperti posyandu pratama dapat terus
ditingkatkan hingga menjadi posyandu mandiri serta keberhasilan
posyandu yang tercermin dari SKDN dapat terus ditingkatkan.
DAFTAR PUSTAKA

Academia.edu. 2015. Makalah Komunitas Posyandu.


http://www.academia.edu/8811457/Makalah_Komunitas_Posyandu.
Diakses pada tanggal 9 mei 2015
Chika lestari. 2012. Makalah Komunitas “Posyandu”. http://d-
nurse.blogspot.com/2012/06/makalah-komunitas-posyandu.html.
Diakses pada tanggal 9 Mei 2015
Indah Tirtya. 2014. Makalah SKDN.
https://indahtirtya1.wordpress.com/2014/07/01/makalah-skdn/. Diakses
pada 9 Mei 2015
Kependudukan dan Biostatik FKM USU. Posyandu Sebagai Sarana Peran
Serta  Masyarakat dalam UPKM. http://www.library.usu.ac.id. 19.25
wib. 5 April 2008

Anda mungkin juga menyukai