Anda di halaman 1dari 26

MATERI

TRAINING NEED ANALYSIS (TNA)


KADER POSYANDU KECAMATAN CIMAHI
TAHUN 2022

Diajukan untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Diklat Gizi

Kelompok 3

Disusun Oleh :

Astri Apriliani P17331122496

Denisa Ramadhanty P17331122499

Devi Nur Nasyifa K P17331122500

Dila Nur Fajrina P17331122501

Sarinilasih P17331122522

Zahra Kemala N P17331122528

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN GIZI PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN

2022
A. Pengelolaan Posyandu

1. Pengertian Posyandu

Menurut kamus gizi (2009) pos pelayanan terpadu (posyandu) adalah


upaya kesehatan berbasis masyarakat yang dikelola dari oleh untuk dan
bersama masyarakat guna memperoleh pelayanan kesehatan dasar dan
memantau pertumbuhan balita dalam rangka meningkatkan kesehatan
dengan pembinaan yang dilakukan oleh puskesmas setempat.

Menurut buku pedoman umum pengelolaan posyandu (Depkes RI,


2011) Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber
Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,
untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan
kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar untuk
mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.
Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya
mensinergikan berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi
perbaikan kesehatan dan gizi, pendidikan dan perkembangan anak,
peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan keluarga dan
kesejahteraan sosial.

2. Tujuan Posyandu

Menurut Ari Istiany (2014) Tujuan posyandu dibagi menjadi dua yaitu
tujuan umum dan tujuan khusus, yang diuraikan sebagai berikut :

a. Tujuan Umum

Menunjang penurunan Anka Kematian Ibu (AKI) dan Angka


Kematian Bayi (AKB) melalui upaya pemberdayaan masyarakat.

b. Tujuan Khusus

1) Meningkatkan peran masyarakat dalam penyelanggaraan upaya


kesehatan dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI
dan AKB

2) Meningkatkan peran lintas sector dalam penyelenggaraan


posyandu, terutama berkaitan dengan penurunan AKI dan AKB
3) Meningkatkan cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar,

terutama yang berkitan dengan penurunan AKI dan AKB.

3. Sasaran Posyandu

Sasaran posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi
b. Anak balita
c. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
d. Pasangan Usia Subur (PUS)
4. Fungsi Posyandu
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan
keterampilan dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama
masyarakat dalam rangka mempercepat penurunan AKI, AKB dan
AKABA.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
5. Manfaat Posyandu
a. Bagi Masyarakat
1) Untuk memeperoleh informasi kesehatan untuk menurunkan angka
kematian ibu (AKI), Angka Kematian Bayi dan Angka Kematian Anak
Balita (AKABA).
2) Memperoleh layanan yang baik dan professional
3) Efisisensi dalam mendapatkan pelayanan kesehatan dasar
b. Bagi Puskesmas
1) Mengoptimalisasi kinerja puskesmas sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan
kesehatan, dan sebagai pusat pelayanan kesehatan
2) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat
3) Mendekatkan akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat
c. Bagi Sektor lain
1) Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan
masalah kesehatan terutama menurunkan anaka kematian ibu, angka
kematian bayi dan angka kematian balita seseuai dengan kondisi
setempat.
2) Meningkatkan efisisensi pemberian pelayanan kesehatan secara
terpadu sesuai dengan kinerja atau tugas masing- masing.
6. Pengelolaan Posyandu
Pengelola Posyandu adalah unsur masyarakat, lembaga
kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, lembaga swadaya
masyarakat, lembaga mitra pemerintah, dan dunia usaha yang dipilih,
bersedia, mampu, dan memiliki waktu dan kepedulian terhadap pelayanan
sosial dasar masyarakat di Posyandu.Pengelola Posyandu dipilih dari dan
oleh masyarakat pada saat musyawarah pembentukan Posyandu. Kriteria
pengelola Posyandu antara lain sebagai berikut:
a. Diutamakan berasal dari para dermawan dan tokoh masyarakat
setempat.
b. Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi dan mampu
memotivasi masyarakat.
c. Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
7. Kader Posyandu
Kader posyandu yang selanjutnya disebut kader adalah anggota
masyarakat yang bersedia, mampu dan memiliki waktu untuk
menyelenggarakan kegiatan Posyandu secara sukarela.
8. Kegiatan Posyandu
Kegiatan Posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan
pengembangan/pilihan. Secara rinci kegiatan Posyandu adalah sebagai
berikut:
a. Kegiatan Utama
1. Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan,
pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai status gizi
(pengukuran lingkar lengan atas), pemberian tablet besi,
pemberian imunisasi Tetanus Toksoid, pemeriksaan tinggi
fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk Perencanaan
Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
persalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh
kader. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.
2) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu
diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu
atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.
b. Ibu Nifas dan Menyusui
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui
mencakup:
1) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
2) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah
pemberian kapsul pertama).
3) Perawatan payudara.
4) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaanpayudara,
pemeriksaan tinggi fundusuteri (rahim) dan pemeriksaan lochia
oleh petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera
dirujuk ke Puskesmas.
c. Bayi dan Anak balita
Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus
dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas
tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada waktu
menunggu giliran pelayanan,anak balita sebaiknya tidak digendong
melainkan dilepas bermain sesama balita dengan pengawasan
orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk itu perlu disediakan
sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun jenis
pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
1) Penimbangan berat badan
2) Penentuan status pertumbuhan
3) Penyuluhan dan konseling
4) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan
kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
2. Keluarga Berencana (KB)
Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah
pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan
Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB.
Apabila tersedia ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga
yang terlatih dapat dilakukan pemasangan IUD dan implant.
3. Imunisasi
Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas
Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program
terhadap bayi dan ibu hamil.
4. Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan
yang diberikan meliputi penimbangan beratbadan, deteksi dini gangguan
pertumbuhan, penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan
tambahan (PMT) lokal, suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila
ditemukan ibu hamil Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat
badannya tidak naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah
(BGM), kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau
Poskesdes.
5. Pencegahan dan Penanggulangan Diare
Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku
Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu
dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih
lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas kesehatan.
b. Kegiatan Pengembangan/Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan
Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang
telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan
lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan berbagai program
pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu yang seperti ini disebut
dengan nama Posyandu Terintegrasi.
Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan
utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya di atas 50%,
serta tersedia sumber daya yang mendukung. Penetapan kegiatan baru
harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang tercermin dari
hasilSurvey Mawas Diri (SMD) dan disepakati bersama melalui forum
Musyawarah Masyarakat Desa (MMD).Pada saat ini telah dikenal
beberapa kegiatan tambahan Posyandu yang telah diselenggarakan antara
lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar
Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA),
Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri,
Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB
– PLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan
Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL)
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan
penyandang masalah kesejahteraan social.

B. Sistem 5 Meja di Posyandu

1. Definisi

Pelayanan 5 Meja Posyandu (5 langkah kegiatan Posyandu)adalah


kegiatan pelayanan yang dilaksanakan pada hari bukaPosyandu. Langkah 1
sampai dengan 4 dilaksanakan oleh parakader, sedangkan langkah 5 oleh
petugas sektor, yaitu petugaskesehatan, PLKB, atau sektor yang
lainnya.Lima langkah kegiatan bukan berarti benar-benar harus ada 5meja
karena ini hanyalah merupakan sistem kegiatan, artinya 5 jenis kegiatan, dan
bisa saja tidak semua kegiatan menggunakanmeja yang sesungguhnya (Lala,
2010).

2. Langkah-Langkah Pelaksanan Pelayanan 5 Mejaa)

a. Langkah 1 (Meja 1)

Kader mendaftar bayi/balita yang dibawa ibu-ibu :yaitu nama


bayi/balita tersebut ditulis pada secarik kertas yang kemudian diselipkan
pada KMS-nya.Apabila balita merupakan peserta baru, berarti KMS baru
diberikan, nama anak ditulis pada KMS dan secarik kertas yang kemudian
diselipkan pada KMSnya. Selain itu, kader juga mendaftar ibu hamil, yaitu
nama ibu hamil tersebut ditulis pada Formulir atau Register Ibu Hamil.
Apabila ibu hamil tidak membawa balita, langsung dipersilahkan menuju ke
kegiatan selanjutnya.

b. Langkah 2 (Meja 2)

Kader di kegiatan 1 meminta orang tua balita untuk membawa


bayi/balitanya dan menyerahkan KMS kepada kader di kegiatan 2. Kader di
kegiatan 2 menimbang dan mencatat hasil penimbangan bayi/balita
tersebut pada secarik kertas yang diselipkan dalam KMS

c. Langkah 3 (Meja 3)

Setelah ditimbang, kader meminta keluarga balitamenyerahkan KMS


dan kertas catatan kepada kader dikegiatan 3. Setelah itu kader
memindahkan catatan hasil penimbangan balita dari secarik kertas ke
dalam KMSanak tersebut. Kader menyerahkan KMS kepada keluarga
balita yang kemudian menuju ke kegiatan 4.

d. Langkah 4 (Meja 4)

Kader yang bertugas menerima KMS anak darikeluarga balita


membacakan dan menjelaskan data KMStersebut. Kader kemudian
memberikan nasihat kepadakeluarga balita, baik dengan mengacu pada
data KMSmaupun pada hasil pengamatan terhadap anaknya. Apabilatidak
ada petugas kesehatan di kegiatan 5 (pelayanan),kader dapat melakukan
rujukan ke tenaga kesehatan, bidan, PLKB, atau Puskesmas apabila
ditemukan masalah pada balita, ibu hamil, atau ibu menyusui.Selain itu,
kader juga dapat memberikan penyuluhangizi atau pertolongan dasar,
misalnya Pemberian MakananTambahan (PMT), tablet tambah darah
(tablet besi),Vitamin A, Oralit, dan sebagainyae)

e. Langkah 5 (Meja 5)

Khusus untuk kegiatan ini utamanya hanya dapatdilakukan oleh


petugas kesehatan, bidan, atau PLKB yangmemberikan layanan antara lain
: Imunisasi, KeluargaBerencana (KB), Pemberian tablet tambah darah
(tablet besi), vitamin A, dan obat-obatan lainnya.

C. Pemantauan Tumbuh Kembang

1. Pengukuran Tinggi/panjang badan


a. Tinggi badan

merupakan parameter antropometri untuk pertumbuhan linier. Tinggi badan


merupakan parameter antropometri untuk menilai pertumbuhan panjang
atau tinggi badan. Perubahan tinggi badan terjadi dalam waktu yang lama,
sehingga sering disebut akibat masalah gizi kronis. Alat ukur yang
digunakan untuk mengukur tinggi badan harus mempunyai ketelitian 0,1
cm. Anak yang berusia 0–2 tahun diukur dengan ukuran panjang badan,
sedangkan anak berusia lebih 2 tahun dengan menggunakan mikrotois.

Berikut adalah cara melakukan pengukuran tinggi badan yang benar:


 Pilih bidang vertikal yang datar (misalnya tembok/ bidang
pengukuran lainnya) sebagai tempat untuk meletakkan microtoise.
 Pasang Microtoise pada bidang tersebut dengan kuat dengan cara
meletakkannya di dasarnlantai), kemudian tarik ujung meteran
hingga 2 meter ke atas secara vertikal / lurus hingga Microtoise
menunjukkan angka nol.
 Pasang penguat seperti paku dan lakban pada ujung Microtoise
agar posisi alat tidak bergeser (hanya berlaku pada Microtoise
portable).
 Mintalah subjek yang akan diukur untuk melepaskan alas kaki
(sepatu dan kaos kaki) dan melonggarkan ikatan rambut (bila ada).
 Persilahkan subjek untuk berdiri tepat di bawah Microtoise.
 Pastikan subjek berdiri tegap, pandangan lurus ke depan, kedua
lengan berada di samping, posisi lutut tegak/tidak menekuk, dan
telapak tangan menghadap ke paha (posisi siap).
 Setelah itu pastikan pula kepala, punggung, bokong, betis dan tumit
menempel pada bidang vertikal/tembok/dinding dan subjek dalam
keadaan rileks.
 Turunkan Microtoise hingga mengenai/menyentuh rambut subjek
namun tidak terlalu menekan (pas dengan kepala) dan posisi
Microtoise tegak lurus.
 Catat hasil pengukuran.
b. Panjang badan

Istilah panjang badan biasanya digunakan untuk mengukur tinggi badan


anak berusia kurang dari 1 tahun yang belum bisa berdiri. Untuk mengukur
panjang badan bayi, digunakan alat ukur yang disebut length board atau
infantometer. Berikut cara pengukuran menggunakan infantometer:

 Letakan infantometer pada meja atau bidang datar.


 Letakkan infantometer dengan posisi panel kepala ada di sebelah
kiri dan panel penggeser berada di sebelah kanan. Panel kepala
adalah bagian yang tidak bisa digeser.
 Tarik bagian panel yang dapat digeser sampai batas yang
diperkirakan cukup untuk mengukur panjang badan bayi.
 Baringkan anak dengan posisi telentang dan pastikan kepala bayi
menempel pada bagian panel yang tidak dapat digeser.
 Rapatkan kedua kaki dan tekan lutut bayi sampai lurus. Pastikan
kedua kakinya menempel pada meja atau tempat meletakkan
infantometer. Tekan kedua lutut bayi dan tegakkan telapak kakinya,
kemudian geser bagian panel yang dapat digeser sampai persis
menempel pada telapak kaki Si Kecil.
 Bacalah skala angka terbesar yang tertera di infantomenter untuk
menunjukkan ukuran panjang badan bayi. Jangan lupa, tulislah hasil
pengukuran tersebut
2. Penimbangan Berat badan

Alat yang digunakan untuk menimbang berat badan di Posyandu adalah


dacin atau timbangan digital bila tersedia di Posyandu. Petugas dan kader
harus memastikan alat timbang ditera secara berkala atau dikalibrasi
sebelum digunakan, agar menghasilkan data yang akurat.

A. Timbangan Dacin
1. Persiapan Timbangan Dacin
a. Gantung dacin pada tempat yang kokoh
b. Letakkan bandul geser pada angka nol, jika ujung kedua paku
timbang tidak dalam posisi lurus, maka timbangan perlu diganti
dengan yang baru.
c. Atur posisi angka pada batang dacin sejajar dengan mata
penimbang.
d. Pastikan bandul geser berada pada angka NOL.
e. Pasang sarung timbang pada dacin.
f. Seimbangkan dacin yang telah dibebani dengan sarung timbang
dengan memberi kantung plastik/bandul berisikan pasir/ beras/kerikil
di ujung batang dacin, sampai kedua jarum di atas tegak lurus.
Diupayakan bandul penyeimbang dapat digeser/ dikurangi dan
ditambah kerikil untuk menyesuaikan berat sarung timbang.
2. Pelaksanaan Penimbangan
a. Masukkan balita ke dalam sarung timbang dengan bantuan ibu/
pengantar
b. Kader membaca berat badan balita dengan melihat angka di ujung
bandul geser.
c. Kader mengembalikan bandul ke angka nol dan meminta ibu/
pengantar mengeluarkan balita dari sarung timbang.
d. Kader mencatat hasil penimbangan dengan benar
e. Kader mengganti sarung timbang untuk setiap anak dan mengatur
letak bandul penyeimbang dengan cara menggesernya
f. Seimbangkan dacin sampai kedua jarum tegak lurus.

B. Timbangan Digital.
1. Persiapan Timbangan Digital:
a. Pasang baterai pada timbangan digital
b. Letakkan timbangan di tempat yang datar dan cukup cahaya
c. Nyalakan timbangan, dan pastikan angka yang muncul pada layar
baca adalah 0,0
d. Lakukan kalibrasi dengan menggunakan anak timbangan minimal 5
kg
2. Pelaksanaan Penimbangan
a. Jika anak berusia kurang dari 2 tahun dan belum dapat berdiri
sendiri, timbang anak dengan ibunya dengan cara:
1. Sebelum ditimbang bersama ibu/pengantar, kader membantu ibu
menggendongkan bayi dengan dialasi kain sarung bersih yang
dibawa ibu
2. Ibu melepas alas kaki, kemudian ibu berdiri diatas timbangan,
selanjutnya nyalakan timbangan hingga muncul angka 0.0 pada
layar baca.
3. Kader menyerahkan bayi kepada ibu, lalu membaca dan
mencatat hasil penimbangan.
b. Jika anak berumur 2 tahun dan akan berdiri di atas timbangan,
timbang berat anak sendiri. Jika anak melompat dari timbangan
atau tidak mau berdiri, gunakan prosedur penimbangan seperti di
atas.
1. Nyalakan timbangan. Ketika angka 0.0 tampak pada layar baca,
timbangan siap digunakan.
2. Lepaskan sepatu, pakaian luar anak dan aksesoris lainnya.
Upayakan anak ditimbang dengan pakaian seminimal mungkin.
3. Anak berdiri tepat di tengah timbangan dan tetap berada di
atas timbangan sampai angka berat badan muncul pada layar
timbangan.
4. Baca dan catat berat badan anak.

3. Pengukuran Lika

Pemantauan  ukuran lingkar kepala   dan  ubun-ubun besar  merupakan 


penilaian pertumbuhan  anak yang mencerminkan ukuran dan
pertumbuhan otak.  Menurut rekomendasi American Academy of
Pediatrics, pemantauan  lingkar kepala sebaiknya dilakukan terutama
sampai usia 2 tahun. Pemantauan lingkar kepala sebaiknya dilakukan
bersama dengan ukuran ubun-ubun besar. Lingkar kepala diukur dengan
pita ukur yang tidak elastis, melingkar dari bagian atas alis, melewati

bagian atas telinga, sampai bagian paling menonjol di belakang  kepala 

D. Cara pengisian dan Ploting KMS

KMS adalah kartu yang memuat data pertumbuhan serta beberapa


informasilain mengenai perkembangan anak, yang dicatat setiap bulan dari
sejak lahirsampai berusia 5 tahun. KMS juga dapat diartikan sebagai Raport
kesehatan gizi balita.Menurut Permenkes RI No 155/Menkes/I/2010, KMS
balita dibedakanantara KMS anak laki-laki dan perempuan. Untuk KMS laki-
laki berwarna dasar biru dan ada tulisan untuk anak laki-laki, sedangkan
untuk perempuan berwarnadasar merah muda dan terdapat tulisan untuk
anak perempuan.

1. Cara Pengisian KMS

1. Memilih KMS sesuai dengan jenis kelamin.


2. Mengisi identitas anak dan orang tua pada halaman muka KMS.
3. Mengisi bulan lahir dan bulan penimbangan anak
4. Meletakkan titik berat badan dan membuat garis pertumbuhan
anak

5. Mencatat setiap kejadian yang dialami anak

6. Menentukan status pertumbuhan anak berdasarkan KMS balita

7. Mengisi catatan pemberian imunisasi bayi ( Tanggal imunisasi


diisi oleh petugas kesehatan setiap kali, setelah melakukan
imunisasi.

8. Mengisi catatan Pemberian kapsul vitamin A ( Tanggal diisi oleh


kader, sesuai dengan tanggal dan bulan pemberian kapsul
vitamin A).

9. Isi kolom pemberian Asi Eksklusif ( Beri tanda v bila pada bulan
tersebut bayi masih diberikan ASI saja, tanpa makanan dan
minuman lain selain ASI. Bulan tersebut dan bulan berikutnya
disi dengan (-)).

2. Plotting KMS
a. Letakkan ploting titik berat badan hasil penimbangan
b. Hubungkan titik berat badan ini (hasil penimbangan) dengan
berat badan bulan lalu.
Contoh :
Keterangan :
a. TIDAK NAIK, grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan dibawahnya atau kenaikan berat
badan kurang dari KBM (<800 g)
b. NAIK, grafik berat badan memotong garis
pertumbuhan di atasnya atau kenaikan berat badan
lebih dari KBM (>900)
c. NAIK, grafik berat badan mengikuti garis
pertumbuhannya atau kenaikan berat badan lebih
dari KBM (>500 g)
d. TIDAK NAIK, grafik berat badan mendatar atau
kenaikan berat badan kurang dari KBM (>400 g)
e. TIDAK NAIK, grafik berat badan menurun atau
kenaikan berat badan kurang dari KBM (<300 g)

E. Interpretasi Status Pertumbuhan Balita Menggunakan Buku KIA

Untuk memantau pertumbuhan anak, bisa mengacu pada grafik


pertumbuhan yang dikeluarkan oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) yang
terdapat di Kartu Ibu dan Anak (KIA) dan Kartu Menuju Sehat (KMS). Grafik
ini merupakan acuan yang umum digunakan oleh dokter dan tenaga
kesehatan di Indonesia untuk memantau pertumbuhan anak.

1. Grafik Pertumbuhan WHO

Grafik pertumbuhan WHO mengukur pertumbuhan anak usia 0-1 tahun


menggunakan beragam jenis indikator. Beberapa indikator yang paling
umum digunakan adalah:

a. Berat badan menurut panjang badan (BB/PB)

b. Berat badan menurut umur (BB/U)

c. Panjang badan menurut umur (PB/U)

d. Lingkar kepala menurut umur (LK/U)


Ada juga indikator lain seperti lingkar lengan, indeks massa tubuh, dan
lain sebagainya yang dapat digunakan bila dianggap perlu. Penggunaan
grafik juga memperhatikan jenis kelamin serta usia. Anak laki-laki dan
perempuan dipantau menggunakan jenis grafik yang berbeda. Begitu pula
anak usia 0-2 tahun dengan anak berusia di atas 2 tahun.

2. Cara Membaca Grafik Pertumbuhan

a. Grafik berat badan menurut panjang badan (BB/PB)

Temukan panjang badan (cm) anak pada garis mendatar dan tarik garis
ke atas. Temukan berat badan (kg) anak pada garis vertikal dan tarik garis
ke kanan. Lihat pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.
b. Grafik berat menurut umur (BB/U)

Temukan umur (bulan) anak pada garis mendatar dan tarik garis ke atas.
Temukan berat badan (kg) anak pada garis vertikal dan tarik garis ke
kanan. Lihat pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.
c. Grafik panjang menurut umur (PB/U).

Temukan umur (bulan) anak pada garis mendatar dan tarik garis ke atas.
Temukan panjang badan (cm) anak pada garis vertikal dan tarik garis ke
kanan. Lihat pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.
d. Grafik Lingkar Kepala menurut umur (LK/U)

Temukan umur (bulan) anak pada garis mendatar dan tarik garis ke
atas. Temukan lingkar kepala (cm) anak pada garis vertikal dan tarik garis
ke kanan. Lihat pertemuan kedua garis dan tandai dengan titik.

F. Penyuluhan Pada Kegiatan Posyandu

1. Pengertian Penyuluhan

Penyuluhan merupakan suatu kegiatan pendidikan melalui


penyampaian pesan dari satu orang atau kelompok kepada satu orang
atau kelompok lain mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan suatu
program. Sesuai dengan Program Kegiatan Posyandu, penyuluhan yang
diberikan di Posyandu lebih banyak mengenai kesehatan ibu dan anak.

Tujuan dalam penyuluhan (kesehatan) adalah perubahan perilaku


pada sasaran penyuluhan baik perorangan maupun masyarakat agar
sesuai dengan norma (kesehatan).

2. Pesan, Metode, dan Media Penyuluhan


1) Pesan penyuluhan

a. Dalam menyusun pesan penyuluhan, sebaiknya memuat hal-hal


sebagai berikut.

➢ Pesan-pesan pokok: yaitu informasi yang diharapkan sasaran


mau melaksanakannya.
➢ Manfaat: yaitu penjelasan mengenai manfaat apabila sasaran
melaksanakan pesan-pesan itu.
➢ Akibat: yaitu penjelasan mengenai apa akibatnya apabila hal
itu tidak dilaksanakan.

b. Apabila masalah sudah terjadi pada sasaran: yaitu penjelasan


tentang bagaimana cara mengatasi masalah yang sudah
terjadi, baik keluarga sendiri atau yang bisa dibantu oleh
Posyandu, atau yang perlu dirujuk.
c. Agar kader bisa menjadi penyuluh yang baik, kader harus
menguasai materi-materi dan pesan-pesan pokok.
d. Pesan pokok penyuluhan yaitu:
➢ Cara memantau pertumbuhan anak yang baik.
➢ Pemberian ASI saja (ASI Eksklusif) untuk bayi berusia 0—6
bulan atau pentingnya ASI eksklusif.
➢ Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-ASI) untuk bayi
berusia 6 bulan — 2 tahun.
e. Peningkatan gizi dan pemberian kapsul Vitamin A untuk balita,
pemberlan tablet tambah darah (tablet besi)
➢ Manfaat imunisasi bagi balita.
➢ Perkembangan anak dan latihan (bimbingan) apa yang perlu
diberikan sesuai dengan usia anak, misalnya: latihan berjalan,
berbicara, dan mandi sendiri dan sebagainya.
➢ Cara merawat ibu hamil & menyusui, misalnya pemeriksaan
teratur, perawatan gigi, imunisasi, istirahat dan sebagainya.
➢ Persalinan yang aman.
➢ Keluarga Berencana seletelah melahirkan.
➢ PHBS.
➢ KADARZ1.
➢ Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
➢ Pesan penyuluhan lain sesuai kebutuhan daerah.
2) Metode penyuluhan
Metode penyuluhan bisa dikelompokkan pada metode proses
belajar mengajar satu arah (didaktik) dan metode proses belajar
mengajar dua arah (sokratik).
a. Metode penyuluhan satu arah: yang aktif hanya penyuluh peserta
penyuluh tidak terlibat aktif.
b. Metode penyuluhan dua arah, terjadi komunikasi dua arah.
Peserta penyuluhan terlibat aktif dalam proses belajar-mengajar.

Kader sebaiknya mencoba menggunakan berbagai macam metode


agar kegiatan belajar lebih menarik dan bervariasi. Berikut beberapa
metode yang dapat digunakan dalam penyuluhan:

a. Ceramah: suatu cara dalam menerangkan dan menjelaskan suatu


ide, pengertian atau pesan secara lisan kepada sekelompok
sasaran sehingga memperoleh informasi sesuai yang diinginkan.
b. Diskusi Kelompok: peserta dibentuk menjadi kelompok-kelompok
kecil untuk melaksanakan pembahasan suatu materi bersama-
sama.
c. Simulasi: misalnya, seseorang berperan sebagai kader
Posyandu, sedangkan peserta lain berperan sebagai masyarakat,
kemudian melakukan sesuatu seolah-olah berada dalam keadaan
yang sesungguhnya di desa. Hasil simulasi kemudian
didiskusikan.
d. Sandiwara: memerankan sebuah situasi dalam kehidupan
manusia seperti sebuah drama, dilakukan oleh dua orang atau
lebih untuk dipakai sebagai bahan diskusi kelompok.
e. Peragaan/Demonstrasi: misalnya, cara mengisi Kartu Menuju
Sehat (KMS) dan cara membuat larutan gula garam (LGG), untuk
anak yang diare. Setelah itu peserta melakukan praktik
(mencoba), apa yang telah diperagakan.
f. Praktek: misalnya, ibu-ibu mempraktikkan cara mengisi KMS dan
membuat LGG dibimbing oleh kader Posyandu.
g. Kunjungan Lapang: metode ini digunakan untuk melihat langsung
suatu keadaan dan kemudian membahas keadaan itu bersama-
sama, langsung di lokasi kejadian.
3) Media penyuluhan
Media penyuluhan adalah alat bantu dalam melakukan
penyuluhan agar proses belajar dalam penyuluhan menjadi lebih
menarik serta lebih mudah dilaksanakan. Berbagai bentuk media ini
antara lain adalah: lembar balik, kartu konseling, poster, booklet,
brosur, lembar simulasi (beberan), lembar kasus, komik, alat peraga
dan sebagainya.
Media yang bisa dibuat kader posyandu:

a. Membuat kartu-kartu untuk bahan diskusi, yang digambar


sederhana asalkan bisa dimengerti.
b. Bisa juga dengan mencari gambar yang sesuai dari majalah
bekas atau ditulis tangan saja, kemudian digunting sendiri.
c. Alat peraga seperti, KMS, contoh bahan makanan.
3. Penyuluhan yang Baik

Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kader bisa menjadi penyuluh


yang baik, perlu mengikuti hal-hal sebagai berikut.

a. Informasi dan saran-saran diberikan berdasarkan keadaan atau


permasalahan peserta yang datang ke Posyandu misalnya, keadaan
yang terdapat pada data KMS atau permasalahan yang disampaikan
oleh peserta itu sendiri.
b. Saran-saran yang disampaikan jelas dan cukup praktis sehingga bisa
dilaksanakan oleh ibu-ibu, misalnya: jenis makanan yang bergizi yang
mudah didapat dan murah diperoleh ibu-ibu di desa tersebut.
c. Penjelasan dan saran diberikan dengan bahasa yang sederhana dan
mudah dimengerti oleh masyarakat, khususnya penjelasan tentang
bahasa-bahasa kesehatan misalnya imunisasi, alat kontrasepsi, tablet
tambah darah (tablet besi), kurang darah (anemia), kurang gizi, dan
sebagainya.
d. Kader bersikap ramah dalam memberikan informasi dan saran – saran,
tidak disertai dengan kecaman atau omelan terhadap ibu atau
seseorang yang bermasalah.
e. Peserta diberi kesempatan untuk bertanya, tidak hanya mendengarkan
saja.

Sikap Penyuluh yang Baik:

1) Bersikap sabar
2) Mendengarkan dan tidak mendominasi
3) Menghargai dan rendah hati
4) Mau belajar
5) Bersikap sederajat dan akrab
6) Tidak menggurui
7) Tidak memihak, menilai, dan mengkritik
8) Bersikap terbuka
9) Bersikap positif
DAFTAR PUSTAKA

Kemenkes RI. 2021. Buku Kesehatan Ibu dan Anak. Jakarta: Kementerian
Kesehatan RI.

Kemenkes RI. 2018. Buku Saku Pemantauan Status Gizi (PSG) Tahun 2017.
Jakarta: Direktorat Kesehatan Masyarakat.

Kemenkes RI. 2012. Modul Penyuluhan Pada Kegiatan Posyandu. Jakarta:


Kementerian Kesehatan RI

Kemenkes RI. 2018. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta :


Kementrian Kesehatan RI.

Panduan Pelaksanaan Pemantauan Pertumbuhan di Posyandu (direktorat gizi


masyarakat 2020)

Anda mungkin juga menyukai