Anda di halaman 1dari 37

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Posyandu

1. Definisi Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan

Bersumber Daya Masyarakat (UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan

dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan

pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan

memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan

kesehatan dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan

bayi.1

Posyandu adalah kegiatam kesehatan dasar yang diselenggarakan

dari oleh, dan untuk masyarakat yang dibantu oleh petugas kesehatan di

suatu wilayah kerja puskesmas, dimana program ini dapat dilaksanakan

dibalai dusun, abalai kelurahan dan tempat lainnya yang mudah diakses

oleh masyarakat.3

Jadi posyandu merupakan suatu wadah untuk membangun

derajat kesehatan yang lebih baik dan mempercepat penurunan angka

kematian ibu dan anak yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh,

untuk, dan bersama masyarakat melalui bimbingan petugas kesehatan.

dengan mengembangkan sumber daya yang dimiliki.

9
10

2. Tujuan Posyandu

Tujuan dari menyelenggarakan posyandu yaitu:3

a. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), dan Angka Kematian

Ibu (ibu hamil, melahirkan, dan nifas). Angka Kematian Ibu (AKI)

dan Angka Kematian Bayi (AKB) masih cukup tinggi meskipun dari

tahun ketahun sudah dapat diturunkan.

b. Membudayakan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera).

c. Meningkatkan kemampuan dan peran serta masyarakat untuk

mengembangkan kegiatan kesehatan dan Keluarga Berencana (KB)

serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat

sehat sejahtera.

d. Menghimpun potensi masyarakat untuk berperan serta secara

aktif meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan ibu, bayi, balita dan

keluarga serta mempercepat penurunan angka kematian ibu, bayi dan

balita.3

3. Sasaran Posyandu

Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:

a. Bayi

b. Anak balita

c. Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui

d. Pasangan Usia Subur (PUS)1


11

4. Kegiatan Posyandu

Posyandu memiliki 2 kegiatan yaitu kegiatan utama dan

kegiatan pengembangan/ tambahan yang masing-masing dirincikan

sebagai berikut:

a. Kegiatan Utama

Penyelenggaraan kegiatan utama posyandu terdiri dari lima kegiatan

yaitu:

1) Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

(1) Ibu Hamil

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:

(a) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi

badan, pengukuran tekanan darah, pemantauan nilai

status gizi (pengukuran lingkar lengan atas), pemberian

tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,

pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling)

termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan

Komplikasi (P4K) serta KB pasca pesalinan yang

dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader.

Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.

(b) Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu

diselenggarakan Kelas Ibu Hamil pada setiap hari buka

Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan kesepakatan.

Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:


12

(c) Penyuluhan: tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan

persalinan, persiapan menyusui, KB dan gizi

(d) Perawatan payudara dan pemberian ASI

(e) Peragaan pola makan ibu hamil

(f) Peragaan perawatan bayi baru lahir

(g) Senam ibu hamil.1

(2) Ibu Nifas dan Menyusui

Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui

mencakup:

(a) Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan,

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.

(b) Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI

(1 kapsul segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24

jam setelah pemberian kapsul pertama).

(c) Perawatan payudara.

(d) Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan

payudara, pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan

pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan. Apabila

ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.1

(3) Bayi dan Anak balita

Pelayanan posyandu untuk bayi dan anak balita harus

dilaksanakan secara menyenangkan dan memacu kreativitas

tumbuh kembangnya. Jika ruang pelayanan memadai, pada


13

waktu menunggu giliran pelayanan, anak balita sebaiknya tidak

digendong melainkan dilepas bermain sesama balita dengan

pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk

itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan

umur balita. Adapun jenis pelayanan yang diselenggarakan

Posyandu untuk balita mencakup:

(a) Penimbangan berat badan

(b) Penentuan status pertumbuhan

(c) Penyuluhan dan konseling

(d) Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan

pemeriksaan kesehatan, imunisasi dan deteksi dini tumbuh

kembang. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke

Puskesmas.1

2) Keluarga Berencana (KB)

Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader

adalah pemberian kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada

tenaga kesehatan Puskesmas dapat dilakukan pelayanan suntikan

KB dan konseling KB. Apabila tersedia ruangan dan peralatan

yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat dilakukan

pemasangan IUD dan implant.1


14

3) Imunisasi

Pelayanan imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh

petugas Puskesmas. Jenis imunisasi yang diberikan disesuaikan

dengan program terhadap bayi dan ibu hamil.

4) Gizi

Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis

pelayanan yang diberikan meliputi penimbangan berat badan,

deteksi dini gangguan pertumbuhan, penyuluhan dan konseling

gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal, suplementasi

vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil

Kurang Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak

naik 2 kali berturut-turut atau berada di bawah garis merah (BGM),

kader wajib segera melakukan rujukan ke Puskesmas atau

Poskesdes.1

5) Pencegahan dan Penanggulangan Diare

Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan

Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di

Posyandu dilakukan melalui pemberian oralit. Apabila diperlukan

penanganan lebih lanjut akan diberikan obat Zinc oleh petugas

kesehatan.1

b. Kegiatan Pengembangan/Tambahan

Pada keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan

Posyandu dengan kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama


15

yang telah ditetapkan. Kegiatan baru tersebut misalnya: perbaikan

kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit menular, dan berbagai

program pembangunan masyarakat desa lainnya.

Penambahan kegiatan baru sebaiknya dilakukan apabila 5

kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik dalam arti cakupannya

di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung.

Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh

masyarakat yang tercermin dari hasil Survey Mawas Diri (SMD) dan

disepakati bersama melalui forum Musyawarah Masyarakat Desa

(MMD). Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan

Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain:

1) Bina Keluarga Balita (BKB).

2) Kelas Ibu Hamil dan Balita.

3) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian

Luar Biasa (KLB), misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan

Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue (DBD), gizi buruk,

Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.

4) Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

5) Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).

6) Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman

(PAB – PLP).

7) Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan

pemanfaatan pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).


16

8) Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.

9) Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat

(Tabumas).

10) Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).

11) Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).

12) Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan

penyandang masalah kesejahteraan social.1

c. Pelaksanaan Posyandu

Meja Kegiatan P
Pertama Pendaftaran Kader
Kedua Penimbangan Kader e
Ketiga Pengisian KMS Kader
Keempat Penyuluhan Kader l
Kelima Pelayanan Kader atau kader bersama
kesehatan a
Kesehatan petugas
Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari
k dan waktu

yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila


s diperlukan,

hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
a Posyandu

sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh


n masyarakat.
Pelaksanaan kegiatan balita di Posyandu menggunakana sistem 5 (lima)

meja.

d. Kegiatan Diluar Hari Buka Posyandu

1) Kunjungan rumah pada balita yang tidak hadir pada hari

posyandu, yang mengalami gizi kurang dan gizi buruk


17

2) Menggerakkan masyarakat ikut serta dalam kegiatan posyandu

termasuk penggalangan dana.

3) Memfasilitasi masyarakat memanfaatkan pekarangan untuk

meningkatkan gizi keluarga.

4) Membantu petugas dalam pendataan, penyuluhan dan

peragaan keterampilan dalam upaya peningkatan peran serta

masyarakat.

5. Tingkat Perkembangan Posyandu

Perkembangan setiap posyandu tidaklah sama. Dengan demikian,

pembinaan yang dilakukan untuk setiap posyandu juga berbeda.

Untuk mengetahui tingkat perkembangan posyandu, maka telah

dikembangkan metode dan alat telaahan perkembangan posyandu, yang

dikenal dengan nama Telaah Kemandirian Posyandu. Tujuan telaahan

adalah untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu yang secara

umum dibedakan atas 4 tingkat sebagai berikut:1

a. Posyandu Pratama

Posyandu Pratama adalah posyandu yang belum mantap,

yang ditandai oleh kegiatan bulanan posyandu belum terlaksana secara

rutin serta jumlah kader sangat terbatas yakni kurang dari 5 (lima)

orang. Penyebab tidak terlaksananya kegiatan rutin bulanan posyandu,

di samping karena jumlah kader yang terbatas, dapat pula karena

belum siapnya masyarakat. Intervensi yang dapat dilakukan untuk


18

perbaikan peringkat adalah memotivasi masyarakat serta menambah

jumlah kader.

b. Posyandu Madya

Posyandu Madya adalah posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, tetapi cakupan kelima

kegiatan utamanya masih rendah, yaitu kurang dari 50%. Intervensi

yang dapat dilakukan untuk perbaikan peringkat adalah

meningkatkan cakupan dengan mengikutsertakan tokoh

masyarakat sebagai motivator serta lebih menggiatkan kader dalam

mengelola kegiatan posyandu. Contoh intervensi yang dapat dilakukan

antara lain:

1) Pelatihan tokoh masyarakat, menggunakan Modul Posyandu

dengan metode simulasi.

2) Menerapkan SMD dan MMD di Posyandu, dengan

tujuan untuk merumuskan masalah dan menetapkan cara

penyelesaiannya, dalam rangka meningkatkan cakupan posyandu.

c. Posyandu Purnama

Posyandu Purnama adalah Posyandu yang sudah dapat

melaksanakan kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata

jumlah kader sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan

utamanya lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program

tambahan.
19

d. Posyandu Mandiri

Posyandu Mandiri adalah Posyandu yang sudah dapat melaksanakan

kegiatan lebih dari 8 kali per tahun, dengan rata-rata jumlah kader

sebanyak lima orang atau lebih, cakupan kelima kegiatan utamanya

lebih dari 50%, mampu menyelenggarakan program tambahan. Selain

itu dapat dilakukan intervensi memperbanyak macam program

tambahan sesuai dengan masalah dan kemampuan masing-

masing.

6. Indikator Tingkat Perkembangan Posyandu

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Posyandu, ditetapkan

seperangkat indikator yang digunakan sebagai penyaring atau penentu

tingkat perkembangan Posyandu. Jenis indikator yang digunakan untuk

setiap program disesuaikan dengan prioritas program tersebut.1

B. Kader Posyandu

1. Definisi dan Konsep Kader Posyandu

Kader adalah tenaga sukarela yang direkrut dari, oleh dan untuk

masyarakat, yang bertugas membantu kelancaran pelayanan kesehatan.

Keberadaan kader sering dikaitka dengan pelayanan rutin di posyandu.

Sehingga seorang kader posyandu harus mau dan sanggup menggerakkan

masyarakat untuk melaksanakan dan mengikuti kegiatan posyandu.3


20

2. Prinsip-prinsip Kader Posyandu

a. Kader yang bertugas di posyandu harus mampu memengaruhi

masyarakat terutama ibu-ibu yang mempunyai balita agar membawa

balita ke posyandu.

b. Kader yang bertugas di posyandu harus bisa mengajak ibu hamil dan

yang baru menikah atau Pasangan Usia Subur (PUS) agar bisa

mendatangi posyandu untuk diberikan vitamin zat besi dan

kontrasepsi KB bagi pasangan usia subur dan penyuluhan kesehatan.

c. Kader harus bisa meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya hidup

sehat bagi masyarakat yang belum mengerti tentang kesehatan.

3. Peran dan Tugas Kader Posyandu

Tugas kader posyandu adalah melakukan kegiatan bulanan di

posyandu, seperti mempersiapkan kegiatan pelaksanaan posyandu, dan

cara melaksanakan kegiatan bulanan di posyandu.1 Tugas kegiatan kader

akan ditentukan, mengingat bahwa pada umumnya kader bukanlah tenaga

profesional melainkan hanya membantu dalam pelayanan kesehatan.

Dalam hal ini perlu adanya pembatasan tugas yang diemban, baik

menyangkut jumlah maupun jenis pelayanan.

Peranan kader dalam kegiatan posyandu sangat besar. yaitu:

Sebelum hari buka posyandu, antara lain:

a. Melakukan persiapan penyelenggaraan kegiatan Posyandu.

b. Menyebarluaskan informasi tentang hari buka Posyandu melalui

pertemuan warga setempat atau surat edaran.


21

c. Melakukan pembagian tugas antar kader, meliputi

pendaftaran, penimbangan, pencatatan, penyuluhan, pemberian

makanan tambahan, serta pelayanan yang dapat dilakukan oleh kader.

d. Melakukan koordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya

terkait dengan jenis layanan yang akan diselenggarakan

e. Menyiapkan bahan penyuluhan dan pemberian makanan tambahan.

f. Menyiapkan buku-buku catatan kegiatan Posyandu.

Pada hari buka posyandu, antara lain:

a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung posyandu.

b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang

berkunjung ke posyandu.

c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi

buku register posyandu.

d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.

e. Melaksanakan kegiatan penyuluhan, konseling kesehatan dan gizi

sesuai dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.

f. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan

dan KB sesuai kewenangannya.

g. Setelah pelayanan posyandu selesai, kader bersama petugas

kesehatan melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta

tindak lanjut.

Di luar hari buka posyandu, antara lain:


22

a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran posyandu: ibu hamil, ibu

nifas dan ibu menyusui serta bayi dan anak balita.

b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita

yang bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah

balita yang mempunyai Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA,

jumlah balita yang datang pada hari buka Posyandu dan jumlah balita

yang timbangan berat badannya naik.

c. Melakukan tindak lanjut terhadap sasaran yang tidak dating, dan

sasaran yang memerlukan penyuluhan lanjutan.

d. Memberitahukan kepada kelompok sasaran agar berkunjung ke

posyandu saat hari buka.

e. Melakukan kunjungan tatap muka ke tokoh masyarakat, dan

menghadiri pertemuan rutin kelompok masyarakat atau organisasi

keagamaan.

4. Proses Pemilihan Kader Posyandu

Proses prekrutan ini merupakan proses pemilihan kader-kader

untuk melaksanakan kegiatan posyandu. Untuk setiap posyandu

terdapat 4- 5 orang kader dan didampingi oleh bidan desa. Disini

bidan desajuga berperan menjadi penanggung jawab posyandu. Pemilihan

kader ditentukan oleh bidan desa, rekomendasi dari tokoh masyarakat

yang telah disetujui oleh bidan desa, atau pun sukarelawan dari

masyarakat setempat.
23

Setelah para kader dipilih dan ditetapkan, proses selanjutnya adalah

pelatihan para kader sebelum kegiatan posyadu pertama kali dilakukan.

Banyak kader yang terpilih karena ditunjuk dan ada juga kader yang

terpilih berdsarkan keinginannya sendiri.

5. Keaktifan kader

Kader Kesehatan adalah sebuah wujud dari peran aktif masyarakat

dalam pelayanan kesehatan. Keaktifan kader kesehatan dapat diasumsikan

bahwa kader kesehatan yang aktif melaksanakan tugas yang diemban

dengan baik sesuai dengan wewenang dan tanggung jawabnya, maka

kader kesehatan tersebut termasuk dalam kategori yang aktif. Namun,

apabila kader kesehatan tidak mampu melaksanakan tugas yang diemban

maka mereka tergolong yang tidak aktif. Keaktifan kader kesehatan

diharapkan akan membantu keberhasilan program posyandu.

Secara umum keaktifan kader posyandu adalah suatu frekuensi

keterlibat dan keikutsertaan kader dalam melaksanakan kegiatan

posyandu secara rutin setiap bulan, yaitu bila kader membantu

melaksanakan seluruh kegiatan di posyandu lebih dari 8 (delapan) kali

dalam dua belas (12) bulan atau sekurang- kurangnya 6 (enam) bulan

terakhir secara berturut-turut.

Aktif atau tidaknya pelaksanaan kegiatan posyandu sangat

dipengaruhi oleh perilaku dari pada kader dalam melakukan kegiatan di

posyandu. Perilaku dari pandangan biologis merupakan suatu kegiatan

atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Jadi perilaku manusia pada


24

hakekatnya adalah suatu aktivitas dari manusia itu sendiri. Oleh sebab itu,

perilaku manusia mempunyai bentangan yang sangat lugas, mencakup :

berbicara, berjalan, berpakaian, dan lain sebagainya. Bahkan kegiatan

internal seperti berpikir, persepsi, dan emosi juga merupakan perilaku

manusia.

Perilaku manusia merupakan refleksi dari beberapa gejala

kejiwaan, seperti keinginan, minat, kehendak pengetahuan, emosi,

berpikir, sikap, motivasi, reaksi dan sebagainya, namun sulit

dibedakan antara refleksi dengan kejiwaan. Apabila ditelusuri lebih

lanjut, gejala kejiwaan yang tercermin dalam perilaku manusia itu adalah

pengalaman, keyakinan, sarana fisik, dan sosio masyarakat, aktif tidaknya

seseorang dalam melakukan suatu tindakan sangat dipengaruhi oleh

perilaku, dimana keaktifan merupakan outcame dari perilaku.4

6. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku Kader

Posyandu

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kader posyandu

memanfaatkan meja penyuluhan yaitu :

a. Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam

kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusan untuk

melakukan sesuatu yang mengacu pada setiap pengalamannya.

Karakteristik pada kader Posyandu berdasarkan umur sangat

berpengaruh terhadap keaktifan seorang kader posyandu dalam


25

memanfaatkan kegiatan di Posyandu, dimana semakin tua umur

seorang kader Posyandu maka kesiapan kader Posyandu dalam

memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan meja

penyuluhan dapat berjalan dengan baik, lebih berpengalaman, karena

umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi

kinerja, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih

bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti

daripada usia muda.6 Pembagian umur yaitu ;7

1) Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40

tahun.

2) Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60

tahun

3) Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

b. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya

seseorang menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang

posyandu dengan baik sesuai dengan yang mereka peroleh. Dari

kepentingan keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan

seseorang lebih tanggap dengan manfaat posyandu khususnya

dalam pemanfaatan meja penyuluhan.8

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

pengertian tentang pemanfaatan meja penyuluhan, kesadarannya

terhadap program posyandu yang dilakuan bagi keluarga, masyarakat.


26

Tingkat pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya

seseorang menyerap dan memakai pengetahuan khususnya tentang

pemanfaatan meja penyuluhan. Tingkat pendidikan kader

kesehatan yang rendah mempengaruhi penerimaan informasi

sehingga pengetahuan tentang pemanfaatan meja penyuluhan menjadi

terhambat atau terbatas.9

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih

rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di

kalangan kader Posyandu merupakan salah satu masalah yang

berpengaruh terhadap kegiatan pemanfaatan meja penyuluhan,

sehingga sikap hidup dan perilaku yang mendorong timbulnya

kesadaran masyarakat masih rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu,

mortalitas dan morbilitas semakin menurun, hal tersebut tidak hanya

akibat kesadaran kader kesehatan yang terbatas tetapi tetapi juga

karena adanya kebutuhan sosial ekonominya yang belum tercukupi.9

Adapun pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu pendidikan informal

ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di rumah, di lingkungan

sekolah, tetapi juga dapat di dalam kelas, pendidikan formal ialah

pendidikan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti

yang terdapat di sekolah atau universitas.


27

c. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk

kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak

berpengaruh pada peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu

masalah pada pemanfaatan meja penyuluhan, karena mereka

mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup,

yang berdampak pada tidak adanya waktu para kader untuk aktif

pada pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak ada waktu kader

mencari informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi

kerja yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi

pemanfaatan meja penyuluhan.1

d. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan

suatu perilaku didalam kehidupan sehari-hari.7 Tingkat pengetahuan

tentang Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat membentuk

sikap positif terhadap program Posyandu khususnya pemanfaatan

meja penyuluhan Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk

aktif dan ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa pengetahuan

maka para kader kesehatan sulit dalam menanamkan kebiasan

pemanfaatan meja penyuluhan untuk kegiatan program Posyandu

selanjutnya.

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor

yang penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena


28

kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya

serta kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam

kehidupan sehari- hari. Semakin tinggi pengetahuan dalam

penyuluhan maka akan semakin baik pemanfaatan meja

penyuluhan. Orang dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah

akan berperilaku tidak ada rasa percaya diri yang berdampak menjadi

tidak aktif dalam memanfaatkan meja penyuluhan.6

C. Dukungan Keluarga

1. Definisi keluarga

Keluarga adalah perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat

oleh hubungan darah, perkawinan, atau adopsi, dan tiap-tiap anggota

keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.

Menurut Duvall, keluarga adalah sekumpulan orang yang

dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan

menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan

perkembangan fisik, mental, emosional, dan sosial dari tiap anggota.(19)

Menurut WHO (1969) dalam keluarga adalah anggota rumah tanga

yang saling berhubungan melalui pertalian darah, adopsi, atau

perkawinan.

Menurut bergess, keluarga terdiri atas kelompok orang yang

mempunyai ikatan perkawinan, keturunan atau hubungan sedarah atau

hasil adopsi, anggota tinggal bersama dalam satu rumah, anggota


29

berinteraksi dan berkomunikasi dalam peran sosial, serta mempunyai

kebiasaan atau kebudayaan yang berasal dari masyarakat, tetapi

mempunyai keunikan tersendiri.(19)

2. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga adalah sikap, tindakan dan penerimaan keluarga

terhadap anggota keluarganya yang bersifat mendukung selalu siap

memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Dalam hal ini

penerima dukungan keluarga akan tahu bahwa ada orang lain yang

memperhatikan, menghargai dan mencintainya.(20)

3. Jenis dukungan keluarga

Friedman menjelaskan bahwa keluarga memiliki beberapa jenis

dukungan yaitu : (20)

a. Dukungan instrumental yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan konkrit.

b. Dukungan informasi yaitu keluarga berfungsi sebagai kolektor dan

diseminator (penyebab informasi).

c. Dukungan penilaian yaitu keluarga bertindak sebagai umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah dan sebagai sumber

dan validator identitas keluarga.

d. Dukungan emosional yaitu sebagai sebuah tempat yang aman dan

damai untuk istirahat dan pemulihan serta membantu penguasaan

terhadap emosi.
30

e. Dukungan finansial, stres finansial biasanya mempengaruhi sistem

keluarga dan mengakibatkan hancurnya keluarga.

f. Dukungan spiritual, sesungguhnya kepercayaan terhadap tuhan dan

berdoa diidentifikasikan oleh keluarga sebagai cam paling penting

bagi keluarga umtuk mengatasi suatu hal.

4. Fungsi Keluaga

Dalam suatu keluarga ada beberapa fungsi keluarga yang

dapat dijalankan(19) yaitu :

a. Fungsi biologis adalah fungsi untuk meneruskan keturunan,

memelihara, dan membesarkan anak, serta memenuhi kebutuhan gizi

keluarga

b. Fungsi psikologis adalah memberikan kasih sayang dan rasa aman bagi

keluarga, memberikan perhatian diantara keluarga, memberikan

kedewasaan kepribadian anggota keluarga, serta memberikan identitas

pada keluarga

c. Fungsi sosialisasi adalah membina sosialisasi pada anak, membentuk

norma-norma tingkah laku sesuai dengan tingkat perkembangan

masing-masing dan meneruskan nilai-nilai budaya. Fungsi sosialisasi

adalah fungsi yang mengembagkan proses interaksi dalam keluarga

yang dimulai sejak lahir dan keluarga merupakan tempat individu

untuk belajar bersosialisasi.(20)

d. Fungsi ekonomi adalah mencari sumber-sumber penghasilan untuk

memenuhi kebutuhan keluarga saat ini dan menabung untuk memenuhi


31

kebutuhan keluarga dimana yang akan datang. Fungsi ekonomi

merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan seluruh

anggota keluarga termasuk sandang, pangan dan papan.(20)

e. Fungsi pendidikan adalah menyekolahkan anak untuk memberikaan

pengetahuan, keterampilan, membentuk perilaku anak sesuai dengan

bakat dan minatyang dimilikinya, mempersiapkan anak untuk

kehidupan dewasa yang akan datang dalam memenuhi perannya

sebagai orang dewasa sertamendidik anak sesuai dengan tingkat

perkembanganya.(19)

5. Struktur Keluarga

Struktur keluarga terdiri dari bermacam-macam, diantaranya adalah:

a. Patrilineal: adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ayah.

b. Matrilineal:adalah keluarga sederhana yang terdiri dari sanak saudara

sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu disusun

melalui jalur garis ibu.

c. Matriloka: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah istri.

d. Patriloka: adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga

sedarah suami.
32

e. Keluarga kawinan: adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi

pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang menjadi

bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami dan istri.

6. Ciri-ciri struktur keluarga

a. Terorganisasi: saling berhubungan, saling ketergantungan antara

anggota keluarga.

b. Ada keterbatasan: setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka

juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan

tugasnya masing-masing.

c. Ada perbedaan dan kekhususan: setiap anggota keluarga mempunyai

peranan dan fungsinya masing-masing.

7. Peran keluarga

Peran keluarga menggambarkan seperangkat perilaku

interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu dalam

posisi dan situasi tertentu. Peran individu dalam keluarga didasari oleh

harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok, dan masyarakat.

Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga adalah

sebagai berikut:

a. Peranan ayah: ayah sebagai suami dari istri dan anak-anaknya,

berperanan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung, dan pemberi

rasa aman, sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya.

b. Peranan ibu: sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai

peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan


33

pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok

dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari

lingkungannya, disamping itu juga ibu dapat berperan sebagai pencari

nafkah tambahan dalam keluarganya.

c. Peran anak: anak-anak melaksanakan peran psiko-sosial sesuai

dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial dan

spiritual

D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi peran Kader Posyandu

Faktor-faktor yang mempengaruhi peran kader posyandu yaitu :

1. Umur

Umur adalah usia ibu yang menjadi indikator dalam kedewasaan

dalam setiap pengambilan keputusan untuk melakukan sesuatu

yang mengacu pada setiap pengalamannya. Karakteristik pada kader

Posyandu berdasarkan umur sangat berpengaruh terhadap keaktifan

seorang kader

Posyandu dalam memanfaatkan kegiatan di Posyandu, dimana

semakin tua umur seorang kader Posyandu maka kesiapan kader

Posyandu dalam memanfaatkan Posyandu khususnya dalam pemanfaatan

meja penyuluhan dapat berjalan dengan baik, lebih berpengalaman,

karena umur seseorang sedemikian besarnya akan mempengaruhi

kinerja, karena semakin lanjut umurnya, maka semakin lebih


34

bertanggung jawab, lebih tertib, lebih bermoral, lebih berbakti

daripada usia muda.(15 Pembagian umur menurut Hurlock, yaitu ;(11)

a. Dewasa awal : dimulai pada umur 18 tahun sampai umur 40

tahun.

b. Dewasa madya : dimulai pada umur 41 tahun sampai umur 60 tahun

c. Dewasa lanjut : dimulai pada umur 60 tahun sampai kematian

2. Pendidikan

Tingkat pendidikan turut menentukan mudah tidaknya seseorang

menyerap dan memahami suatu pengetahuan tentang posyandu

dengan baik sesuai dengan yang mereka peroleh. Dari kepentingan

keluarga pendidikan itu sendiri amat diperlukan seseorang lebih

tanggap dengan manfaat posyandu khususnya dalam pemanfaatan

meja penyuluhan.(22)

Tingkat rendahnya pendidikan erat kaitannya dengan tingkat

pengertian tentang pemanfaatan meja penyuluhan, kesadarannya terhadap

program posyandu yang dilakuan bagi keluarga, masyarakat. Tingkat

pendidikan turut pula menentukan rendah tidaknya seseorang

menyerap dan memakai pengetahuan khususnya tentang pemanfaatan

meja penyuluhan. Tingkat pendidikan kader kesehatan yang rendah

mempengaruhi penerimaan informasi sehingga pengetahuan tentang

pemanfaatan meja penyuluhan menjadi terhambat atau terbatas.(23)

Pendidikan yang rendah, adat istiadat yang ketat serta nilai dan

kepercayaan akan takhayul disamping tingkat penghasilan yang masih


35

rendah, merupakan penghambat dalam pembangunan kesehatan.

Pendidikan rata-rata penduduk yang masih rendah, khususnya di kalangan

kader Posyandu merupakan salah satu masalah yang berpengaruh

terhadap kegiatan pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga sikap hidup

dan perilaku yang mendorong timbulnya kesadaran masyarakat masih

rendah. Semakin tinggi pendidikan ibu, mortalitas dan morbilitas semakin

menurun, hal tersebut tidak hanya akibat kesadaran kader kesehatan yang

terbatas tetapi tetapi juga karena adanya kebutuhan sosial ekonominya

yang belum tercukupi.(22) Adapun pendidikan dibagi menjadi dua, yaitu

pendidikan informal ialah pendidikan yang diperoleh seseorang di

rumah, di lingkungan sekolah, tetapi juga dapat di dalam kelas,

pendidikan formal ialah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu, seperti yang terdapat di sekolah atau universitas.

3. Pekerjaan

Banyak ibu-ibu bekerja mencari nafkah, baik untuk

kepentingan sendiri maupun keluarga. Faktor bekerja saja nampak

berpengaruh pada peran kader kesehatan sebagai timbulnya suatu

masalah pada pemanfaatan meja penyuluhan, karena mereka mencari

nafkah untuk memenuhi kebutuhan yang belum cukup, yang

berdampak pada tidak adanya waktu para kader untuk aktif pada

pemanfaatan meja penyuluhan, serta tidak ada waktu kader mencari

informasi karena kesibukan mereka dalam bekerja. Kondisi kerja


36

yang menonjol sebagai faktor yang mempengaruhi pemanfaatan

meja penyuluhan.(15)

4. Pendapatan

Pendapatan adalah sejumlah penghasilan dari seluruh anggota

keluarga baik dalam bentuk uang maupun barang yang dinilai dengan

sejumlah beras. Tingkat Pendapatan biasanya berupa uang yang

mempengaruhi dalam pemanfaatan meja penyuluhan. Pendapatan

yang cukup dapat memperoleh kualitas makanan yang sesuai dengan

pemanfaatan meja penyuluhan, sehingga dapat dikatakan ada

hubungan yang erat antara pendapatan dengan pemanfaatan meja

penyuluhan. Faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan yaitu :

a. Jumlah anggota keluarga yang bekerja, pada keluarga dimana

hanya ayah yang mencari nafkah tentu berbeda besar pendapatannya

dengan keluarga yang mengandalkan sumber keuangan dari ayah atau

ibu atau anggota keluarga yang lain.

b. Kesempatan kerja yang segera bisa menghasilkan uang

misalnya pekerjaan di luar usaha tani sangat menentukan besar

kecilnya pendapatan dalam suatu keluarga. Bila keluarga yang

pekerjaan utama kepala keluarga bersawah ia juga sebagai makelar

hasil-hasil pertanian, pamong desa dan lain-lain.

c. Pendidikan merupakan faktor yang penting dalam usaha memperoleh

kesempatan kerja. Seseorang yang pendidikan tinggi akan

mendapat kesempatan memperoleh pekerjaan yang lebih baik bila


37

dibandingkan dengan seseorang yang pendidikannya rendah.

Pekerjaan yang layak tersebut akan mendapatkan upah yang lebih

tinggi bila dibandingkan yang pendidikan rendah.

Tingkat pendapatan akan mempengaruhi dalam pemanfaatan meja

penyuluhan yang selanjutnya berperan dalam kesehatan masyarakat. Bagi

mereka yang berpendapatan sangat rendah dalam pemanfaatan meja

penyuluhan tidak akan berjalan lancar, sebaliknya apabila tingkat

pendapatan meningkat dalam pemanfaatan meja penyuluhan akan lancar.

5. Pengetahuan

Pengetahuan dapat membentuk suatu sikap dan menimbulkan suatu

perilaku didalam kehidupan sehari-hari.(15) Tingkat pengetahuan tentang

Posyandu pada kader kesehatan yang tinggi dapat membentuk sikap

positif terhadap program Posyandu khususnya pemanfaatan meja

penyuluhan Pada gilirannya akan mendorong seseorang untuk aktif dan

ikutserta dalam pelaksanaan Posyandu. Tanpa pengetahuan maka para

kader kesehatan sulit dalam menanamkan kebiasan pemanfaatan meja

penyuluhan untuk kegiatan program Posyandu selanjutnya.

Kurangnya pengetahuan sering dijumpai sebagai faktor

yang penting dalam masalah pemanfaatan meja penyuluhan karena

kurang percaya dirinya para kader kesehatan menerapkan ilmunya

serta kurang mampu dalam menerapkan informasi penyuluhan dalam

kehidupan sehari- hari. Semakin tinggi pengetahuan dalam penyuluhan

maka akan semakin baik pemanfaatan meja penyuluhan. Orang


38

dengan pengetahuan penyuluhan yang rendah akan berperilaku tidak ada

rasa percaya diri yang berdampak menjadi tidak aktif dalam

memanfaatkan meja penyuluhan.(15)

6. Sikap (Attitude)

Sikap adalah respon tertutup seseorang terhadap stimulus atau

obyek, baik yang bersifat intern maupun ekstern, sehingga manifestasinya

tidak dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat langsung ditafsirkan

terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup.(15)

Menurut Notoadmodjo sikap terbagi 3 komponen yang

membentuk struktur sikap dan ketiganya saling menunjang, yaitu:

a. Komponen kognitif (komponen perceptual)

Berisi kepercayaan, yang berhubungan dengan hal-hal tentang

bagaimana individu mempersiapkan terhadap objek sikap, dengan apa

yang dilihat dan diketahui (pengetahuan), pandangan,

keyakinan, pikiran, pengalaman pribadi.

b. Komponen afektif (komponen emosional)

Kemampuan ini menunjuk pada dimensi emosional subjektif individu

atau evaluasi terhadap objek sikap, baik yang positif maupun negatif.

c. Komponen konatif (komponen perilaku)

Yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi atau

kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang dihadapinya.

Ketiga komponen ini bersama-sama membentuk sikap yang

utuh. Pada penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran,


39

keyakinan, dan emosi memegang peranan penting. Dimana dari ketiga

komponen tersebut tidak berdiri sendiri, tetapi menunjukkan manusia

yang merupakan suatu sistem kognitif, yang berarti bahwa yang

dipikirkan seseorang tidak akan terlepas dari perasaannya.(15)

Sikap terdiri atas berbagai tingkat, yaitu menerima (receiving),

memberi respon (responding), menghargai (valuing), bertanggung

jawab (responsible). Menerima (receiving) diartikan bahwa orang

(subjek) mau, dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

Memberi respon (responding) diartikan memberikan jawaban apabila

ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan sebagai

indikasi dari sikap. Menghargai (valuing) berarti mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap

suatu masalah. Bertanggung jawab (responsible) berarti

bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan

segala risiko.(15)

Menurut Sunaryo, ada 4 hal penting yang menjadi

determinan (faktor penentu) sikap individu yaitu : (24)

a. Faktor fisiologis

Faktor fisiologis adalah faktor yang penting : umur dan kesehatan

yang menentukan sikap individu.

b. Faktor pengalaman langsung terhadap objek sikap


40

Pengalaman langsung yang dialami individu terhadap objek

sikap, berpengaruh terhadap sikap individu terhadap objek sikap

tersebut.

c. Faktor kerangka acuan

Kerangka acuan yang tidak sesuai dengan objek sikap,

dan menimbulkan sikap yang negatif terhadap objek sikap tersebut

d. Faktor komunikasi social

Informasi yang diterima individu akan dapat menyebabkan

perubahan sikap pada individu tersebut.

Sikap tidak dibawa sejak lahir, tetapi dapat dipelajari dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek. Faktor

yang berasal dari dalam maupun dari luar individu, yang dapat

mempengaruhi pembentukan sikap individu. Faktor dari dalam

individu antara lain umur, kesehatan, dan pengalaman langsung dari

individu. Sedangkan faktor dari luar individu antara lain informasi,

kerangka acuan. Kedua faktor tersebut dapat menjadi penentu sikap

individu terhadap objek atau stimulus.

Menurut Sunaryo, faktor yang mempengaruhi pembentukan

dan pengubahan sikap yaitu:

a. Faktor Internal

Faktor ini berasal dari dalam diri individu, dimana

individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu


41

yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan

diterima dan mana yang tidak. Faktor individu merupakan

faktor penentu dalam pembentukan sikap. Faktor intern

menyangkut motif dan sikap yang bekerja dalam diri individu

pada saat sakit, serta yang mengarahkan minat dan perhatian

(faktor psikologis), juga perasaan sakit, lapar dan haus

(faktor fisiologis).(24)

b. Faktor Eksternal

Faktor ini berasal dari luar individu, berupa stimulus

untuk membentuk dan mengubah sikap. Stimulus dapat

bersifat langsung, misal individu dengan individu atau

dengan kelompok, dapat juga bersifat tidak langsung, yaitu

melalui perantara, seperti alat komunikasi dan media massa,

misalnya pengalaman yang diperoleh individu, situasi yang

dihadapi individu, norma masyarakat, hambatan, serta

pendorong yang dihadapi individu dalam masyarakat.

Sikap dapat berubah-ubah dalam situasi yang memenuhi

syarat untuk itu, sehingga dapat dipelajari. Sikap tidak

dibawa sejak lahir, tetapi dipelajari dan dibentuk

berdasarkan pengalaman individu sepanjang perkembangan

selama hidupnya. Pada manusia sebagai mahluk sosial,

pembentukan sikap tidak lepas dari pengaruh interaksi manusia

satu dengan yang lain (eksternal). Faktor yang berasal dari


42

luar individu yaitu pengalaman individu, situasi yang dihadapi,

norma dalam masyarakat, hambatan dan pendorong yang

dihadapi individu.

Manusia sebagai mahluk individual, sehingga apa yang

datang dari dalam dirinya (internal), akan mempengaruhi

pembentukan sikap. Faktor yang berasal dari dalam individu

yaitu fisiologis, psikologis, dan motif yang ada dalam diri

individu. Sikap ini dapat bersifat positif dan dapat pula

bersifat negatif. Dalam sikap positif kecenderungan tindakan

adalah mendukung atau memihak (favourable), sedangkan

dalam sikap negatif kecenderungan untuk tidak mendukung

atau tidak memihak (unfavourable) pada obyek tersebut.(24)


43

E. Kerangka Teori

Faktor predisposisi
1. Umur
2. Pendidikan
3. Pekerjaan
4. Keaktifan

Faktor enabling
1. Sarana dan prasarana
kesehatan Peran kader posyandu

2. Fasilitas kesehatan

Faktor reinforming
1. Sikap dan perilaku tokoh
masyarakat
2. Sikap dan perilaku
petugas kesehatan
3. Dukungan Keluarga

Keterangan :

Cetak tebal yang diteliti

Gambar 1. Kerangka Teori


(Modifikasi Lawrence Green dalam Sulistyorini, dkk, 2010, Kemenkes, 2012)
44

F. Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependent

umur

Pendidikan

Pekerjaan Peran kader posyandu

.
Dukungan keluarga

Keaktifan

Gambar 2. Kerangka konsep

G. Hipotesis

Ha : Ada hubungan antara umur dengan peran kader posyandu dalam

kegiatan posyandu di Desa Batursari Wilayah Puskesmas

Mranggen 3 Kabupaten Demak.

Ha : Ada hubungan antara pendidikan dengan peran kader posyandu

dalam kegiatan posyandu di Desa Batursari Wilayah Puskesmas

Mranggen 3 Kabupaten Demak.

Ha : Ada hubungan antara pekerjaan dengan peran kader posyandu

dalam kegiatan posyandu di Desa Batursari Wilayah Puskesmas

Mranggen 3 Kabupaten Demak.


45

Ha : Ada hubungan antara dukungan keluarga dengan peran kader

posyandu dalam kegiatan posyandu di Desa Batursari Wilayah

Puskesmas Mranggen 3 Kabupaten Demak.

Ha : Ada hubungan antara keaktifan dengan peran kader posyandu

dalam kegiatan posyandu di Desa Batursari Wilayah Puskesmas

Mranggen 3 Kabupaten Demak.

Anda mungkin juga menyukai