Anda di halaman 1dari 25

PEDOMAN INTERNAL

PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN POSYANDU,


TAMAN POSYANDU, DAN SDIDTK

UPTD PUSKESMAS NGRONGGOT

Penyusun :

DANIK IGA PRASISKA, S.KM


Health Promotion Officer
Primary Health Center of Ngronggot
digaprasiska@gmail.com
1

BAB I

POSYANDU

A. Pengertian Posyandu

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat
(UKBM) yang dikelola dan diselenggarakan dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat
dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan, guna memberdayakan masyarakat dan
memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan
dasar untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Pengintegrasian layanan sosial dasar di Posyandu adalah suatu upaya mensinergikan


berbagai layanan yang dibutuhkan masyarakat meliputi perbaikan kesehatan dan gizi,
pendidikan dan perkembangan anak, peningkatan ekonomi keluarga, ketahanan pangan
keluarga dan kesejahteraan sosial. UKBM adalah wahana pemberdayaan masyarakat, yang
dibentuk atas dasar kebutuhan masyarakat, dikelola oleh, dari, untuk dan bersama
masyarakat, dengan bimbingan dari petugas Puskesmas, lintas sektor dan lembaga terkait
lainnya.

Pemberdayaan masyarakat adalah segala upaya fasilitasi yang bersifat non instruktif, guna
meningkatkan pengetahuan dan kemampuan masyarakat, agar mampu mengidentifikasi
masalah yang dihadapi, potensi yang dimiliki, merencanakan dan melakukan
pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat.

Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan adalah proses pemberian informasi kepada


individu, keluarga atau kelompok (klien) secara terus menerus dan berkesinambungan
mengikuti perkembangan klien, serta proses membantu klien, agar klien tersebut berubah
dari tidak tahu menjadi tahu atau sadar (aspek pengetahuan atau knowledge), dari tahu
menjadi mau (aspek sikap atau attitude), dan dari mau menjadi mampu melaksanakan
perilaku yang diperkenalkan (aspek tindakan atau practice).

Pelayanan kesehatan dasar di Posyandu adalah pelayanan kesehatan yang mencakup


sekurang-kurangnya 5 (lima) kegiatan, yakni Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Keluarga
Berencana (KB), imunisasi, gizi, dan penanggulangan diare.

B. Tujuan Posyandu
1. Tujuan Umum: Menunjang percepatan penurunan Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Anak Balita (AKABA) di
Indonesia melalui upaya pemberdayaan masyarakat.
2. Tujuan Khusus:
2

 Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan


dasar, terutama yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu,
terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar, terutama
yang berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya:
o Bayi
o Anak balita
o Ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui
o Pasangan Usia Subur (PUS)

D. Fungsi
 Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan
dari petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat dalam rangka
mempercepat penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar, terutama berkaitan
dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.

E. Manfaat
 Bagi Masyarakat
Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan
kesehatan dasar, terutama berkaitan dengan penurunan AKI, AKB dan AKABA.
 Bagi sektor lain
Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah
kesehatan dan sosial dasar lainnya, terutama yang terkait dengan upaya
penurunan AKI, AKB dan AKABA sesuai kondisi setempat. Dan meningkatkan
efisiensi melalui pemberian pelayanan secara terpadu sesuai dengan tugas,
pokok dan fungsi (tupoksi) masing-masing sektor.

F. Lokasi
Posyandu berada di setiap desa/kelurahan atau sebutan lainnya yang sesuai. Bila
diperlukan dan memiliki kemampuan, dimungkinkan untuk didirikan di RW, dusun,
atau sebutan lainnya yang sesuai.
3

G. Kegiatan Posyandu
Terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan/pilihan. Secara rinci
kegiatan Posyandu adalah sebagai berikut:
 Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)
Ibu Hamil Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup:
 Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan, pengukuran
tekanan darah, pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan
atas), pemberian tablet besi, pemberian imunisasi Tetanus Toksoid,
pemeriksaan tinggi fundus uteri, temu wicara (konseling) termasuk
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K) serta KB pasca
pesalinan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dibantu oleh kader. Apabila
ditemukan kelainan, segera dirujuk ke Puskesmas.
 Untuk lebih meningkatkan kesehatan ibu hamil, perlu diselenggarakan Kelas
Ibu Hamil pada setiap hari buka Posyandu atau pada hari lain sesuai dengan
kesepakatan. Kegiatan Kelas Ibu Hamil antara lain sebagai berikut:
 Penyuluhan:
 Tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan, persiapan menyusui,
KB dan gizi
 Perawatan payudara dan pemberian ASI
 Peragaan pola makan ibu hamil
 Peragaan perawatan bayi baru lahir
 Senam ibu hamil
 Ibu Nifas dan Menyusui Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan
menyusui mencakup:
 Penyuluhan/konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi Menyusui
Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi.
 Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul segera
setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian kapsul
pertama).
 Perawatan payudara.
 Dilakukan pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudara,
pemeriksaan tinggi fundus uteri (rahim) dan pemeriksaan lochia oleh
petugas kesehatan. Apabila ditemukan kelainan, segera dirujuk ke
Puskesmas.

 Bayi dan Anak balita


Pelayanan Posyandu untuk bayi dan anak balita harus dilaksanakan secara
menyenangkan dan memacu kreativitas tumbuh kembangnya. Jika ruang
4

pelayanan memadai, pada waktu menunggu giliran pelayanan, dilepas bermain


sesama balita dengan pengawasan orangtua di bawah bimbingan kader. Untuk
itu perlu disediakan sarana permainan yang sesuai dengan umur balita. Adapun
jenis pelayanan yang diselenggarakan Posyandu untuk balita mencakup:
 Penimbangan berat badan
 Penentuan status pertumbuhan
 Penyuluhan dan konseling
 Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi dini tumbuh kembang. Apabila ditemukan kelainan,
segera dirujuk ke Puskesmas.

 Keluarga Berencana (KB)


Pelayanan KB di Posyandu yang dapat diberikan oleh kader adalah pemberian
kondom dan pemberian pil ulangan. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas
dapat dilakukan pelayanan suntikan KB dan konseling KB. Apabila tersedia
ruangan dan peralatan yang menunjang serta tenaga yang terlatih dapat
dilakukan pemasangan IUD dan implant.

 Imunisasi Pelayanan
Imunisasi di Posyandu hanya dilaksanakan oleh petugas Puskesmas. Jenis
imunisasi yang diberikan disesuaikan dengan program terhadap bayi dan ibu
hamil.

 Gizi
Pelayanan gizi di Posyandu dilakukan oleh kader. Jenis pelayanan yang diberikan
meliputi penimbangan berat badan, deteksi dini gangguan pertumbuhan,
penyuluhan dan konseling gizi, pemberian makanan tambahan (PMT) lokal,
suplementasi vitamin A dan tablet Fe. Apabila ditemukan ibu hamil Kurang
Energi Kronis (KEK), balita yang berat badannya tidak naik 2 kali berturut-turut
atau berada di bawah garis merah (BGM), kader wajib segera melakukan
rujukan ke Puskesmas atau Poskesdes.

 Pencegahan dan Penanggulangan Diare


Pencegahan diare di Posyandu dilakukan dengan penyuluhan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (PHBS). Penanggulangan diare di Posyandu dilakukan melalui
pemberian oralit. Apabila diperlukan penanganan lebih lanjut akan diberikan
obat Zinc oleh petugas kesehatan.
5

H. Kegiatan Tambahan
Dalam keadaan tertentu masyarakat dapat menambah kegiatan Posyandu dengan
kegiatan baru, di samping 5 (lima) kegiatan utama yang telah ditetapkan. Kegiatan
baru tersebut misalnya: perbaikan kesehatan lingkungan, pengendalian penyakit
menular, dan berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya. Posyandu
yang seperti ini disebut dengan nama Posyandu Terintegrasi. Penambahan kegiatan
baru sebaiknya dilakukan apabila 5 kegiatan utama telah dilaksanakan dengan baik
dalam arti cakupannya di atas 50%, serta tersedia sumber daya yang mendukung.
Penetapan kegiatan baru harus mendapat dukungan dari seluruh masyarakat yang
tercermin dari hasil Pada saat ini telah dikenal beberapa kegiatan tambahan
Posyandu yang telah diselenggarakan antara lain:
1. Bina Keluarga Balita (BKB).
2. Kelas Ibu Hamil dan Balita.
3. Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial Kejadian Luar Biasa (KLB),
misalnya: Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Demam Berdarah Dengue
(DBD), gizi buruk, Polio, Campak, Difteri, Pertusis, Tetanus Neonatorum.
4. Pos Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).
5. Usaha Kesehatan Gigi Masyarakat Desa (UKGMD).
6. Penyediaan air bersih dan penyehatan lingkungan pemukiman (PAB – PLP).
7. Program diversifikasi pertanian tanaman pangan dan pemanfaatan
pekarangan, melalui Taman Obat Keluarga (TOGA).
8. Kegiatan ekonomi produktif, seperti: Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga (UP2K), usaha simpan pinjam.
9. Tabungan Ibu Bersalin (Tabulin), Tabungan Masyarakat (Tabumas).
10. Kesehatan lanjut usia melalui Bina Keluarga Lansia (BKL).
11. Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR).
12. Pemberdayaan fakir miskin, komunitas adat terpencil dan penyandang
masalah kesejahteraan sosial.

I. PENYELENGGARAAN POSYANDU
 Waktu Penyelenggaraan Posyandu buka satu kali dalam sebulan. Hari dan waktu
yang dipilih, sesuai dengan hasil kesepakatan. Apabila diperlukan, hari buka
Posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan.
 Tempat Penyelenggaraan Tempat penyelenggaraan kegiatan Posyandu
sebaiknya berada pada lokasi yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Tempat
penyelenggaraan tersebut dapat di salah satu rumah warga, halaman rumah,
balai desa/kelurahan, balai RW/RT/dusun, salah satu kios di pasar, salah satu
6

ruangan perkantoran, atau tempat khusus yang dibangun secara swadaya oleh
masyarakat.
 Penyelenggaraan Kegiatan Kegiatan rutin Posyandu diselenggarakan dan
digerakkan oleh Kader Posyandu dengan bimbingan teknis dari Puskesmas dan
sektor terkait. Pada saat penyelenggaraan Posyandu minimal jumlah kader
adalah 5 (lima) orang.
 Jumlah ini sesuai dengan jumlah langkah yang dilaksanakan oleh Posyandu,
yakni yang mengacu pada sistim 5 langkah. Kegiatan yang dilaksanakan pada
setiap langkah serta para penanggungjawab pelaksanaannya secara sederhana
dapat diuraikan sebagai berikut :
No Meja Kegiatan Pelaksana

Meja I Pendaftaran Kader

Meja II Penimbangan Kader

Meja III Pengisian KMS Kader

Meja IV Penyuluhan Kader

Meja V Pelayanan Kesehatan Tenaga Kesehatan

J. TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB


Tugas dan Tanggungjawab Para Pelaksana Terselenggaranya pelayanan Posyandu
melibatkan banyak pihak. Adapun tugas dan tanggungjawab masing-masing pihak
dalam menyelenggarakan Posyandu adalah sebagai berikut :

1. Kader Sebelum hari buka Posyandu, antara lain:


a. Menyebarluaskan hari buka Posyandu melalui pertemuan warga setempat.
b. Mempersiapkan tempat pelaksanaan Posyandu.
c. Mempersiapkan sarana Posyandu.
d. Melakukan pembagian tugas antar kader.
e. Berkoordinasi dengan petugas kesehatan dan petugas lainnya.
f. Mempersiapkan bahan PMT penyuluhan.

2. Pada hari buka Posyandu, antara lain:


a. Melaksanakan pendaftaran pengunjung Posyandu.
b. Melaksanakan penimbangan balita dan ibu hamil yang berkunjung ke
Posyandu.
c. Mencatat hasil penimbangan di buku KIA atau KMS dan mengisi buku
register Posyandu. d. Pengukuran LILA pada ibu hamil dan WUS.
7

d. Melaksanakan kegiatan penyuluhan dan konseling kesehatan dan gizi sesuai


dengan hasil penimbangan serta memberikan PMT.
e. Membantu petugas kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan KB
sesuai kewenangannya.
f. Setelah pelayanan Posyandu selesai, kader bersama petugas kesehatan
melengkapi pencatatan dan membahas hasil kegiatan serta tindak lanjut.

3. Di luar hari buka Posyandu, antara lain:


a. Mengadakan pemutakhiran data sasaran Posyandu: ibu hamil, ibu nifas dan
ibu menyusui serta bayi dan anak balita.
b. Membuat diagram batang (balok) SKDN tentang jumlah Semua balita yang
bertempat tinggal di wilayah kerja Posyandu, jumlah balita yang mempunyai
Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA, jumlah balita yang Datang pada
hari buka Posyandu dan jumlah balita yang timbangan berat badannya Naik.
c. Melakukan tindak lanjut terhadap 1. Sasaran yang tidak datang. 2. Sasaran
yang memerlukan penyuluhan lanjutan.
8

BAB II

BINA KELUARGA BALITA

Undang-undang nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan


Pembangunan Keluarga Berencana mengamanatkan bahwa untuk mencapai sasaran
pembangunan nasional adalah dengan meningkatkan kualitas SDM Indonesia. Pasal 47,
Pemerintah dan Pemerintah daerah menetapkan kebijakan pembangunan keluarga melalui
pembinaan ketahanan dan kesejahteraan keluarga. Kebijakan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dimaksudkan untuk mendukung keluarga agar dapat melaksanakan fungsi
keluarga secara optimal.

Kebijakan pembangunan keluarga melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan


keluarga sebagaimana dimaksud dalam pasal 47 dilaksanakan dengan cara: peningkatan
kualitas anak dengan pemberian akses informasi, pendidikan, penyuluhan dan pelayanan
tentang perawatan, pengasuhan dan perkembangan anak. Dalam UUD 1945 pasal 28b
ayat (2) berbunyi setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang
serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi. Implementasi kebijakan
Pemerintah dalam meningkatkan ketahanan keluarga dalam peningkatan kualitas anak
dilakukan melalui Bina Keluarga Balita.

Program Bina Keluarga Balita (BKB) sebagai salah satu bagian program Keluarga
Berencana (KB) yang bertujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orang tua
dan anggota keluarga lainnya dalam membina tumbuh kembang balita melalui rangsangan
fisik, keterampilan, kecerdasan, emosional dan sosial ekonomi dengan sebaik-baiknya dan
merupakan bagian dari upaya untuk mempersiapkan keluarga berkualitas yang harus
dimulai sejak dini bahkan sejak di dalam kandungan.

Program BKB ini diutamakan untuk keluarga tidak mampu yang mempunyai anak balita.
Melalui program BKB diharapkan setiap keluarga mampu miningkatkan kemampuannya
terutama membina anak balitanya sehingga anak akan tumbuh dan berkembang menjadi
anak yang berkepribadian luhur, cerdas serta bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

A. SYARAT KADER BKB


• perempuan tinggal di lokasi kegiatan, mempunyai minat terhadap anak.
• Paling sedikit dapat membaca dan menulis, menguasai bahasa Indonesia dan
bahasa daerah setempat.
• Bersedia bekerja sebagai tenaga sukarela.
• Bersedia dilatih sebelum mulai melaksanakan tugas.
• Mampu berkomunikasi dengan orangtua balita secara baik
9

B. TUGAS KADER
• Memberikan penyuluhan sesuai dengan materi yang telah ditentukan.
• Mengadakan pengamatan perkembangan peserta BKB dan anak balitanya.
• Memberikan pelayanan dan mengadakan kunjungan rumah.
• Memotivaasi orangtua untuk merujuk anak yang mengalami masalah tumbuh
kembang.

C. KEGIATAN KADER BKB


• Mengadakan dan menyelenggarakan penyuluhan BKB.
• Mengadakan kunjungan rumah.
• Melakukan pengamatan atau melihat langsung kegiatan belajar mengajar
ditempat penyuluhan.
• Memotivasi peserta agar pesan BKB dilaksanakan.
• Membuat dan melakukan pencatatan dan pelaporan

D. Pengelompokan Peserta BKB

• Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak 0 – 1 tahun.

• Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak 1 – 2 tahun.

• Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak 2 – 3 tahun.

• Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak 3 – 4 tahun.

• Kelompok peserta BKB yang mempunyai anak 4 – 5 tahun.

E. Kegiatan Bina Keluarga Balita

BKB sebaiknya berada pada tempat yang mudah didatangi oleh masyarakat dan
ditentukan oleh masyarakat sendiri. Dengan demikian kegiatan BKB dapat dilaksanakan di
pos pelayanan yang telah ada, rumah penduduk, balai desa, tempat pertemuan RT atau di
tempat khusus yang dibangun oleh masayarakat. Adapun kegiatan BKB dilakukan oleh
kader yang terlatih dengan 3 kegiatan :
• Penyuluhan
 Peranan orang tua (ayah dan ibu) dalam pengasuhan dan pembinaan
tumbuh kembang anak;
 Konsep diri orangtua;
 Tumbuh kembang balita meliputi aspek gizi dan kesehatan balita;
 Perkembangan balita perawatan ibu hamil dan bayi baru lahir;
 Pembinaan delapan aspek perkembangan, yaitu kemampuan gerakan
kasar/halus, kecerdasan, komunikasi aktif/pasif, menolong diri sendiri dan
kemampuan bergaul sesuai dengan umur anak.
10

 Pemantauan tumbuh dan kembang anak balita dengan menggunakan


Kartu Menuju Sehat (KMS) dan Kartu Kembang Anak (KKA);
 Kunjungan rumah oleh kader/bunda dan Petugas Lapangan Keluarga
Berencana (PLKB) untuk memantau pelaksanaan atau praktek pengasuhan
dan pembinaan tumbuh kembang anak oleh orang tua dan anggota
keluarga lainnya;

• Bermain APE (Alat Permainan Edukatif)

Alat permainan edukatif (APE) adalah suatu alat permainan yang khusus
digunakan dalam pendidikan anak antara lain untuk merangsang berbagai
kemampuan anak balita dalam hal gerakan kasar dan halus (otot tubuh,
anggota badan, jari jemari) berbicara dan mengadakan hubungan dengan
orang lain, kecerdasan, menolong diri sendiri dan bergaul (BKKBN, 2009, h.25).
APE dapat membantu merangsang dan menunjang kemampuan anak sebaik
mungkin. Alat Permainan Edukatif memiliki tujuan yaitu :
 Menjelaskan pengertian, persyaratan, manfaat, jenis, cara
menggunakan APE yang digunakan dalam program Bina Keluarga
Balita.
 Membina dan melatih para ibu/keluarga dalam kegiatan bermain
dengan menggunakan APE oleh ibu/keluarga untuk memperlancar
perkembangan balitanya.

Dampak positif dari Alat Permainan Edukatif :


 Anak mendapatkan pergerakan halus dan pergerakan kasar. Contoh
dari motorik halus antara lain : Menulis, membaca, menggambar, dll.
Sedangkan contoh dari motorik kasar antara lain : Bermain, menari,
berdiri dengan satu kaki, baris berbaris, dll.
 Melatih aspek kecerdasan anak.
 Melatih aspek komunikasi anak yang pasif.
 Melatih keterampilan anak.
 Menerapkan kedisiplinan anak sejak dini.
• Pencatatan hasil perkembangan ke dalam KKA

Kegiatan BKB adalah kegiatan pelayanan pada hari buka BKB yang dilakukan satu hari
dalam sebulan. Untuk melaksanakan fungsinya dengan baik, sesuai dengan pedoman yang
berlaku, maka jumlah kader setiap BKB minimal 10 orang yang dibagi dalam 5 kelompok
umur. Setiap kelompok umur dibina kader inti (BKKBN, 2007).
11

F. Materi pertumbuhan untuk orang tua adalah sebagai berikut :


1) untuk balita usia 0-2 (nol sampai dengan dua) tahun meliputi:
a. imunisasi ;
b. makanan pendamping Air Susu Ibu (ASI) ;
c. pentingnya ASI atau breastfeeding ;
d. akibat kekurangan Gizi (AKG) ;
e. Keluarga Berencana ;
f. cara pijat bayi.
2) untuk balita usia 2-5 (dua sampai dengan lima) tahun meliputi:
a. jajanan sehat ;
b. personal hygiene atau kesehatan pribadi ;
c. air aman ;
d. penyakit Diare dan Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) ;
e. akibat kekurangan Gizi (AKG) ;
f. Keluarga Berencana.
3) Materi penyuluhan untuk orang tua meliputi:
a. pemahaman program Keluarga Berencana terkini ;
b. pemahaman tentang peranan orang tua dalam pembinaan balita dan
konsep diri orang tua ;
c. kemampuan memahami pertumbuhan dan perkembangan balita ;
d. kemampuan memanfaatkan media interaksi orang tua dan anak ;
e. kemampuan memahami gerakan kasar dan gerakan halus ;
f. kemampuan komunikasi pasif dan komunikasi aktif ;
g. kemampuan memahami kecerdasan anak ;
h. kemampuan menolong diri sendiri ;
i. diskusi masalah pertumbuhan dan perkembangan.
12

BAB III

POS PAUD

Program PAUD adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai
dengan usia 6 (enam) tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar memiliki kesiapan dalam
memasuki pendidikan lebih lanjut;
Pengintegrasian Program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), Bina Keluarga Balita (BKB) dan
PAUD adalah suatu upaya mensinergikan kegiatan penyadaran dan peningkatan pemahaman
masyarakat terutama para orang tua dan keluarga yang memiliki anak dengan memberikan
pelayanan kesehatan dasar, perbaikan gizi, stimulan, deteksi dini tumbuh kembang anak,
intervensi layanan pendidikan dan keterampilan kepada orang tua dan anak selama mengikuti
kegiatan di Pos PAUD Terpadu
Sasaran langsung kegiatan ditujukan kepada anak usia 0-6 (nol sampai dengan enam) tahun
yang berasal dari keluarga miskin pada program Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu), program
Bina Keluarga Balita (BKB) dan program PAUD yang telah ada dan yang akan dibentuk yang
tidak terlayani di lembaga pendidikan anak usia dini lainnya, baik di Tempat Penitipan Anak,
Kelompok Bermain maupun Taman Kanak-Kanak.
Yang dimaksud anak diatas meliputi anak dalam kondisi normal dan anak berkebutuhan
khusus yang disebabkan karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki
potensi kecerdasan dan bakat istimewa. Anak-anak berkebutuhan khusus berhak memperoleh
pendidikan khusus serta dilayani secara insklusif sesuai dengan kapasitas yang dimiliki dan
setiap kelompok Pos PAUD Terpadu terus berusaha meningkatkan kemampuan diri dalam
menangani anak-anak berkebutuhan khusus.
Kehidupan anak sebagian besar waktunya berada dalam pengasuhan keluarga, maka orang
tua menjadi sasaran tak langsung dari program ini. Sasaran tak langsung dimaksud adalah
orang tua diharapkan mendapatkan model pengasuhan yang tepat sesuai dengan usia dan
tingkat kemampuan keterampilannya, sehingga kegiatan yang telah diberikan oleh pendidik
dalam Program Pos PAUD Terpadu dapat dilanjutkan di lingkungan rumah.
Tempat Tempat kegiatan ditentukan secara musyawarah bersama antara kader/bunda dan
peserta, termasuk diantaranya tempat penyimpanan Alat Permainan Edukatif (APE) maupun
peralatan lainnya. Tempat kegiatan harus aman bagi anak.

A. Tatalaksana
Secara umum layanan program Pos PAUD Terpadu disesuaikan dengan
sebagaimana tercantum dalam buku “Menu Pembelajaran Generik” yang dikeluarkan
oleh Direktorat Pendidikan Anak Usia Dini, Direktorat Jenderal Pendidikan Luar
13

Sekolah pada Departemen Pendidikan Nasional. Sedangkan pertemuan penyuluhan


untuk orang tua diselenggarakan dengan mengikuti urutan kegiatan sebagai berikut :
1). Tahap permulaan (kurang lebih 20 (dua puluh) menit) :
a) Kegiatan pemanasan diikuti pembukaan ;
b) Pemantapan hasil pertemuan sebelumnya ;
c) Diskusi pekerjaan rumah.
2). Tahap inti (kurang lebih 50 (lima puluh) menit) :
a) Penjelasan bahan baru dan demonstrasi/peragaan cara pembinaan anak ;

b) Penentuan pekerjaan rumah.


3). Tahap penutupan (kurang lebih 20 (dua puluh) menit) :
a) Kesimpulan hasil pertemuan ;
b) Pengisian laporan/catatan ;
c) Pertemuan khusus.

B. KEGIATAN LAIN
Kegiatan lain yang dapat dilakukan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) bulan yaitu :
a. pemantauan pertumbuhan anak yang dilakukan dengan cara mengukur berat
badan, mengukur tinggi badan dan lingkar kepala, serta memperhatikan
perubahan bentuk tubuh anak serta pertumbuhan gigi ;
b. pemantauan perkembangan anak melalui Kartu Kembang Anak (KKA) ;
c. pembekalan kampanye untuk orang tua ;
d. pemberian Makanan Tambahan (PMT) ;
e. rekreasi pengenalan lingkungan ;
f. pemberian imunisasi ;
g. konseling ;
h. pemberian keterampilan sesuai kesepakatan.

C. Kegiatan pokoknya adalah sebagai berikut :


a. Satu hari sebelumnya, Petugas Lapangan Keluarga Berencana (PLKB)/Penyuluh
Keluarga Berencana (PKB) menyampaikan undangan kepada kelompok Pos
PAUD Terpadu agar berkunjung ke tempat layanan Pos PAUD Terpadu saat hari
buka ;
b. sosialisasi dan koordinasi program Pos PAUD Terpadu kepada Lurah, Posyandu,
PPKB , Pos KB, RW,
c. sosialisasi substansi permasalahan Program Pos PAUD Terpadu melalui media
warga dan/atau pertemuan pertemuan rutin warga.
d. mengadakan pemutakhiran data bayi, balita, ibu hamil, ibu menyusui dan
pemetaan keluarga miskin ;
e. Intensifikasi penyuluhan gizi, kesehatan dasar, penyuluhan asuhan dini tumbuh
kembang anak.
14

BAB IV

SDIDTK (STIMULASI DETEKSI INTERVENSI DINI TUMBUH KEMBANG)

Program SDIDTK merupakan program pembinaan tumbuh kembang anak secara


komprehensif dan berkualitas melalui kegiatan stimulasi, deteksi dan intervensi dini
penyimpangan tumbuh kembang pada masa lima tahun pertama kehidupan,
diselenggarakan dalam bentuk kemitraan antara keluarga (orang tua, pengasuh anak dan
anggota keluarga lainnya), masyarakat (kader, tokoh masyarakat, organisasi profesi,
lembaga swadaya masyarakat) dengan tenaga professional kesehatan, pendidikan dan
sosial). Ada 3 jenis deteksi dini tumbuh kembang yang dapat dikerjakan oleh tenaga
kesehatan di puskesmas dan jaringannya, berupa:

 Deteksi dini penyimpangan pertumbuhan, yaitu untuk mengetahui/menemukan status


gizi kurang/buruk dan mikrosefali/makrosefali. Deteksi dini penyimpangan
pertumbuhan dilakukan dengan pengukuran Berat Badan terhadap Tinggi Badan
dengan tujuan untuk memnetukan status gizi anak, normal, kurus, kurus sekali atau
gemuk. Selain itu, juga dilakukan pengukuran Lingkar Kepala Anak (LKA) dengan
tujuan untuk mengetahui lingkar kepala anak dalam batas normal atau diluar batas
normal.
 Deteksi dini penyimpangan perkembangan yaitu untuk mengetahui gangguan
perkembangan anak (Keterlambatan), gangguan daya lihat, gangguan daya
dengar. Deteksi dini penyimpangan perkembangan dilakukan dengan :
o Skrining/Pemeriksaan perkembangan anak menggunakan Kuisioner Pra Skrining
Perkembangan (KPSP) dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan anak
normal atau ada penyimpangan.
o Tes Daya Dengar (TDD) dengan tujuan untuk menemukan gangguan pendengaran
sejak dini, agar dapat segera ditindak lanjuti untuk meningkatkan kemampuan daya
dengar dan bicara anak.
o Tes daya Lihat (TDL) dengan tujuan untuk mendeteksi secara dini kelainan daya
dengar agar segera dapat dilakukan tindakan lanjutan sehingga kesempatan untuk
memperoleh ketajaman daya lihat menjadi lebih besar.
 Deteksi dini penyimpangan mental emosional, yaitu untuk mengetahui adanya masalah
mental emosional, autisme dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas. Ada
beberapa jenis alat yang digunakan untuk mendeteksi secara dini adanya
penyimpangan mental emosional pada anak, yaitu; Kuisioner Masalah Mental Emosional
(KMME) bagi anak umur 36 bulan sampai 72 bulan.
15

TAHAPAN PERKEMBANGAN BALITA DAN ANAK PRA SEKOLAH


JENIS KEMAMPUAN (ASPEK)
GERAK KASAR GERAK HALUS BICARA BAHASA SOSIALISASI
(GK) (GH) (BB) DAN
UMUR
KEMANDIRIAN
(SK)

3 Bulan Tengkurap Kepala menoleh Mengoceh Melihat dan


mengangkat kiri dan kanan menatap wajah
kepala
6 bulan Kepala bisa Menggenggam Mengeluarkan Tersenyum
tegak pensil suara gembira melihat hal lucu
beberapa saat nada tinggi
9 bulan Duduk sendiri Kedua tangan Menengok saat Makan kue
memegang benda mendengar suara kering sendiri
12 Bulan Berdiri selama Mengambil benda Mengucapkan 2 Membedakan
1 detik dengan meraup suku kata sama orang yang
( ma.. ma... pa.. belum dikenal
pa.. dll)
15 Bulan Membungkuk Mempertemukan Memanggil mama Bertepuk atau
kemudian dua benda yang atau papa melambaikan
berdiri kembali dipegang tangan
18 bulan Berjalan tanpa Mengambil benda Mengeluarkan Memegang
jatuh atau dengan menjimpit suara gembira cangkir atau
terhuyung (ibu jari dan terhadap yang gelas
telunjuk) diinginkan
21 bulan Berjalan Menggelindingkan Mengucapkan 3 Meniru
mundur 5 bola menuju kata benda pekerjaan
langkah sasaran rumah tangga
(menyapu,
mencuci dll)
30 bulan Menendang Mencoret kertas Bicara dengan Makan sendiri
bola dua kata dengan sendok
dirangkai
36 bulan Melempar bola Menggambar Menyebutkan Mengerjakan
garis lurus nama benda perintah
sesuai gambar sederhana
(ambil bola, dll)
16

JENIS KEMAMPUAN (ASPEK)


GERAK KASAR GERAK HALUS BICARA BAHASA SOSIALISASI
(GK) (GH) (BB) DAN
UMUR
KEMANDIRIAN
(SK)

42 Bulan Melompat 2 Menggambar Mengikuti aturan Mencuci dan


kaki lingkaran permainan mengeringkan
tangan
48 bulan Berdiri 1 Kaki Menumpuk 8 Menyebut nama Memakai baju
selama 2 detik kubus lengkapnya sendiri
sendiri
54 bulan Berdiri 1 kaki Menggambar Menjawab Mengancingkan
selama 6 detik tanda X pertanyaan baju
60 bulan Melompat 1 Menggambar Mengenal warna Tidak rewel
kaki beberapa tanda X ditinggal pergi
kali (ingkling)
66 bulan Menangkap Menggambar Mengenal lawan Berpakaian
Bola dengan 2 orang dengan 3 kata sendiri
tangan bagian tubuh /
lebih
72 bulan Berdiri 1 kaki Menggambar Menjawab Berpakaian
11 detik kota segi 4 pertanyaan sendiri.

Keterangan :
1. Balita dikatakan Sesuai (S) apabila pada umur tertentu dapat melakukan semua
kriteria pada GK, GH, BB, dan SK.
2. Balita dikatakan Meragukan (M) apabila ada salah satu atau lebih dari kriteria GK,
GH, BB, dan SK yang tidak terpenuhi.
3. Setiap bulan, balita Taman Posyandu yang berumur tepat atau maksimal
kurang 7 hari/ lebih 14 hari dari kriteria umur harus dilaporkan dalam lembar
pemantauan.

Misal : 2 bulan 3 Minggu = 3 Bulan


3 Bulan 1 Minggu = 3 bulan
17

DAFTAR BALITA YANG DIPANTAU PERKEMBANGANNYA

Posyandu : CONTOH
Desa :
Tanggal :
No Nama Umur Nama Ortu Alamat Hasil Meragukan
(S/ M) pada aspek
1. A 3 Bln B Desa C S

2. B 6 Bln C Desa C M GH

Jumlah yang dipantau sesuai kriteria umur ............... orang


Jumlah balita yang perkembangannya sesuai ............. orang
Jumlah balita yang perkembangannya Meragukan ................ orang

Mengetahui , Pelaksana,
Bidan Desa Kader

(................................) (...............................)
18

CHAT
(Checklist for Autism in Toddlers)
Untuk anak 18 bulan atau lebih
Sumber: American Academy of Pediatrics, Committee on Children with Disabilities.
Technical Report: The Pediatrician‟s Role in Diagnosis and Management of Autistic
Spectrum Disorder in Children Pediatrics
Interpretasi
ß Risiko tinggi menderita autis: bila tidak bisa melakukan A5, A7, B2, B3 dan B4
ß Risiko kecil menderita autis: tidak bisa melakukan A7 dan B4
ß Kemungkinan gangguan perkembangan lain: tidak bisa melakukan > 3
ß Dalam batas normal: tidak bisa melakukan < 3
Bagian A. Alo – anamnesis
Apakah anak anda
1. Senang diayun-ayun atau diguncang-guncang naik-turun (bounced) di lutut ?
2. Tertarik (memperhatikan) anak lain ?
3. Suka memanjat benda-benda, seperti memanjat tangga ?
4. Bisa bermain cilukba, petak umpet ?
5. Pernah bermain seolah-olah membuat secangkir teh menggunakan mainan berbentuk
cangkir dan teko, atau permainan lain ?
6. Pernah menunjuk atau meminta sesuatu dengan menunjukkan jari ?
7. Pernah menggunakan jari untuk menunjuk ke sesuatu agar anda melihat ke sana ?
8. Dapat bermain dengan mainan yang kecil (mobil mainan atau balok-balok) ?
9. Pernah memberikan suatu benda untuk menunjukkan sesuatu ?

Bagian B. Pengamatan
1. Selama pemeriksaan apakah anak menatap (kontak mata dengan) pemeriksa ?
2. Usahakan menarik perhatian anak, kemudian pemeriksa menunjuk sesuatu di
ruangan pemeriksaan sambilmengatakan : “Lihat, itu. Ada bola (atau mainan lain)”
Perhatikan mata anak, apakah anak melihat ke benda yang ditunjuk. Bukan melihat
tangan pemeriksa
3. Usahakan menarik perhatian anak, berikan mainan gelas / cangkir dan teko.
Katakan pada anak anda : „ Apakah kamu bisa membuatkan secangkir susu untuk
mama ?”
4. Diharapkan anak seolah-olah membuat minuman, mengaduk, menuang, meminum.
Atau anak mampu bermain seolah-olah menghidangkan makanan, minuman,
bercocok tanam, menyapu, mengepel dll
5. Tanyakan pada anak : “ Coba tunjukkan mana „anu‟ (nama benda yang dikenal anak
dan ada di sekitar kita). Apakah anak menunjukkan dengan jarinya ? Atau sambil
menatap wajah anda ketika menunjuk ke suatu benda ?
6. Dapatkah anak anda menyusun kubus / balok menjadi suatu menara ?
19

Keterangan :

CHAT dikembangkan di Inggris dan telah digunakan untuk penjaringan lebih dari 16.000
balita. Pertanyaan berjumlah 14 buah meliputi aspek-aspek : imitation, pretend play, and
joint attention.
Pertanyaan A5, 7 dan B2, 3, 4 paling penting. Anak yang tidak bisa melakukan hal-hal
tersebut ketika di uji 2 kali (jarak 1 bulan) semua kemudian terdiagnosis sebagai autis
ketika berumur 20-42 bulan. Tetapi anak dengan keterlambatan perkembangan yang
menyeluruh juga tidak bisa melakukannya. Oleh karena itu perlu menyingkirkan
kemungkinan retardasi mental.
20

Pediatric Symptom Checklist


Pertanyaan NILAI
1. Sering mengeluh nyeri (lokasi berpindah, tanpa sebab yang jelas)
2. Lebih sering menyendiri
3. Cepat merasa lelah, tidak bertenaga
4. Gelisah, tidak bisa duduk tenang
5. Sering bermasalah dengan guru
6. Kurang minat (kurang terlibat dalam kegiatan) di sekolah
7. Berperilaku seperti dikendalikan oleh motor (selalu bergerak kesana kemari)
8. Banyak melamun
9. Mudah beralih perhatian, bingung
10. Takut pada suasana baru
11. Sering terlihat sedih, tidak gembira
12. Mudah marah
13. Mudah putus asa
14. Sukar berkonsentrasi
15. Tidak suka berteman
16. Sering berkelahi dengan anak lain
17. Sering tidak masuk sekolah atau membolos
18. Tidak naik kelas
19. Merendahkan atau menyalahkan diri sendiri
20. Sering ke dokter tetapi tidak ditemukan kelainan
21. Sukar tidur
22. Sering merasa khawatir yang tidak beralasan
23. Lebih sering ingin selalu di dekat orang tua
24. Merasa dirinya jelek
25. Nekat, mengambil risiko yang tidak ada manfaatnya
26. Sering terluka
27. Merasa kurang bahagia
28. Bertingkah seperti anak yang lebih muda usianya
29. Tidak mempedulikan aturan
30. Tidak menunjukkan perasaan
31. Tidak dapat merasakan perasaan orang lain
32. Sering mengganggu orang lain
33. Sering menyalahkan orang lain, pada kesalahan yang dibuatnya
34. Mengambil barang orang lain
35. Menolak untuk berbagi dengan orang lain
JUMLAH
21

Keterangan :
Jika tidak pernah maka Nilai :0
Pernah maka Nilai :1
Sering maka Nilai :2

Kuesioner ini dipublikasikan oleh Jelllinek dkk (1988) untuk skrining perilaku anak umur 4-
16 tahun. Jika jumlah nilai seluruhnya lebih dari 28, maka anak perlu dirujuk. Jika kurang
dari 28 tidak perlu dirujuk Ke ahli pediatric untuk mengetahui penyebab gangguan yang
dialami oleh sang anak sehingga dapat segera ditanggulangi.
22

RESEP MP- ASI

Apel
Bahan:
Gunakan jumlah apel sesuai dengan yang Anda kehendaki
Cara Membuat:
 Kupas apel, buang intinya dan potong-potong kecil
 Siapkan air di panci dan masukkan potongan apel ke dalamnya (pastikan semua
apel terbenam dalam air)
 Rebus atau kukus hingga apelnya lunak
 Periksa terus airnya agar jangan sampai kering, dan aduklah sesekali
 Keluarkan potongan apel dan mulailah melumatkannya. Anda bisa melumatkannya
di dalam wadah baskom, menggunakan sendok/garpu atau dengan cara lain yang
Anda pilih

Alpukat
 Pilih alpukat yang masak, belah dan bersihkan intinya
 Sendok daging buahnya dan hancurkan menggunakan garpu
 Langsung sajikan

Pisang
 Kupas pisang yang sudah masak
 Lumatkan di baskom, menggunakan garpu
 Jika pisangnya sulit dilumatkan dengan cara ini, Anda bisa memanaskannya
menggunakan microwave selama setengah menit, atau bisa juga langsung
dilumatkan menggunakan blender
 Tambahkan susu formula/ASI atau air jika kurang encer
 Tambahkan sereal jika kurang kental, jika Anda mau

Mangga
 Kupas mangga dan potong-potong daging buahnya
 Lumatkan menggunakan blender
 Tambahkan sufor/ASI, atau air untuk sampai pada kekentalan yang diinginkan
23

Labu Kuning (Pumpkin)


Bahan:
1 labu kuning (pumpkin) manis berukuran sedang
Cara Membuat:
 Belah labu kuning menjadi dua, buang bijinya
 Masukkan ke dalam panci berisi air setinggi sekitar 2-3 cm, telungkupkan labu
sehingga bagian yang terpotong terendam air seluruhnya
 Panggang dengan suhu sekitar 205º Celcius selama sekitar 45 menit, hingga
kulitnya mengerut dan daging buahnya lunak
 Sendok daging buahnya
 Lumatkan menjadi puree
 Tambahkan air jika diperlukan untuk mengencerkannya

Wortel
 Buang kulit luar wortel dan potong-potong kecil
 Kukus hingga lunak
 Untuk bayi usia < 8 bulan, air kukusan wortel jangan digunakan untuk
mengencerkan puree, karena dikhawatirkan mengandung Nitrat
 Blender hingga halus

Bubur sumsum (1 porsi)


Bahan :
20 gr tepung beras
250 Cc susu
25 gr gula merah (sebaiknya jangan diberikan sampai usia 1 thn)
Cara membuat :
 Cairkan tepung beras dengan 50cc susu, aduk rata.
 Rebus sisa susu sampai mendidih, masukan cairan tepung beras,
 aduk hingga mengental, angkat.
 Rebus gula merah dengan 50cc air, lalu saring. Siram keatas bubur
 sumsum yang sudah dingin.

Bubur maizena dengan pisang (1 porsi)


Bahan :
15 gr tepung maizena
50 gr pisang raja yang matang, kukus, haluskan.
250cc susu
24

Cara membuat :
· Cairkan tepung maizena dengan 50cc susu, aduk rata.
· Rebus sisa susu hingga mendidih, masukkan cairan tepung
· maizana, aduk hingga mengental.
· Masukkan pisang raja kukus yang telah dihaluskan. Aduk rata,
· angkat.
· Haluskan dengan blender/saringan kawat. Tunggu hingga
· dingin, siap diberikan pada bayi.

Bubur tepung kacang hijau (1 porsi)


Bahan :
20 gr tepung kacang hijau sangrai
200 cc susu
Cara membuat :
· Cairkan tepung kacang hijau sangrai dengan 50 cc susu.
· Rebus sisa susu hingga mendidih, masukan cairan tepung kacang
· hijau, aduk hingga kental, angkat.
· Tuang dalam wadah. Berikan pada bayi setelah bubur dingin.

Cara membuat tepung kacang hijau :


- cuci bersih kacang hijau dalam jumlah sekehendak, tiriskan.
- sangrai sampai kering. Angkat.
- tumbuk perlahan agar kulitnya mengelupas. Buang kulitnya, lanjutkan
· menumbuk hingga halus, ayak. Simpan dalam wadah tertutup.

DAFTAR PUSTAKA

Permendagri No 19 Tahun 2011 tentang program Pengintegrasian layanan social


dasar di Posyandu
Pedoman Umum Posyandu, Kementrian Kesehatan RI bekerjasama dengan
Kelompok Kerja Operasional Posyandu (Pokjanal)
Australian Community Development and Civil Society Strengthening Scheme
(ACCESS) Tahap II
Committee on Children with Disabilities American Academy of Pediatrics. Technical
report: The Pediatrician‟s role in the diagnosis and management of austistic spectrum
disorder in children. Pediatrics 107; 5:1-18.
Gunawan N. Pedoman deteksi dini tumbuh kembang balita. Jakarta: Depkes RI,
1994. h. 1-120.
Ikatan Dokter Anak Indonesia. Pedoman deteksi dini penyimpangan tumbuh
kembang balita bagi keluarga. Denpasar: IDAI, 1996.
Needlman RD. Growth and development. Dalam: Behrman dkk, penyunting. Nelson
Textbook of Pediatrics; edisi-16. Tokyo: Saunders, 2000. h. 23-65.

Anda mungkin juga menyukai