Anda di halaman 1dari 7

PEDOMAN POSYANDU KELUARGA

PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

------------------------------------------------------------------------------------------------------------

I. PENDAHULUAN

Pembangunan kesehatan merupakan bagian dari pembangunan nasional yang


bertujuan mewujudkan derajat hidup masyarakat yang setinggi-tingginya. Dalam
agenda prioritas pembangunan nasional, pembangunan kesehatan diarahkan untuk
mengimplementasikan Nawa cita yang kelima yaitu meningkatkan kualitas hidup
manusia Indonesia. Telah banyak yang keberhasilan yang dicapai dalam pembangunan
namun bila mengacu pada sasaran Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi NTB
sebagai target tahun 2016, berbagai hal yang telah dicapai tersebut kiranya masih
memerlukan upaya yang cukup keras.
Di Provinsi Nusa Tenggara Barat gangguan gizi pada anak dibawah usia dua
tahun secara kuantitas belum berkurang secara bermakna. Tahun 2016 kasus Gizi
buruk pada balita 382 kasus. Penemuan dini kasus gizi buruk melalui pemantauan
pertumbuhan di Posyandu belum berjalan optimal, kunjungan sasaran ke Posyandu
(D/S) sebesar 84,29% (15,8% tidak terpantau) dan N/D sebesar 64,63% (35,37%
tidak naik timbangan badannya). Berdasarkan SDKI 2012, Angka Kematian Ibu
(AKI) NTB dibanding Nasional sebesar 251/359 per 100.000 kelahiran hidup (lebih
baik 108 poin) dan Angka kematian Bayi (AKB) NTB dibanding Nasional 57/33 per
1.000 kelahiran hidup (lebih jelek 24 poin). Rendahnya kemampuan kader, kurangnya
dukungan pemerintahan Desa dan Kelurahan, kurangnya pembinaan dari
Dinas/Instansi/lembaga terkait, kurangnya minat masyarakat ke Posyandu sehingga
menyebabkan kurang optimalnya fungsi Posyandu. Data ini menunjukkan bahwa
kondisi kesehatan masyarakat di Nusa Tenggara Barat berada di bawah rata-rata
nasional.
Demikian pula halnya dengan angka kesakitan yang sekalipun menurun tetapi
belum sesuai harapan. Penyakit menular seperti TB, Kusta, ISPA, Diare, Malaria dan
DBD, Provinsi Nusa Tenggara Barat menjadi salah satu penyumbang papan atas
angka kesakitan di Indonesia. Selain penyakit menular, penyakit tidak menular seperti
penyakit kardiovaskular, hipertensi, Diabetes mellitus dan Obesitas cenderung
meningkat serta menunjukkan potensi yang semakin besar sebagai penyebab kematian
(Riskesdas 2007). Keadaan ini menyebabkan beban ganda dalam penanggulangan
penyakit. Derajat kesehatan masyarakat yang belum optimal tersebut pada hakekatnya
dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, perilaku masyarakat, pelayanan kesehatan dan
genetika.
Sehubungan dengan hal tersebut perlu dilakukan upaya terobosan/inovasi
pelayanan Posyandu menuju Posyandu Keluarga yang bertujuan mendekatkan
pelayanan kesehatan bagi masyarakat ditingkat desa/kelurahan. Posyandu Keluarga
mendukung kebijakan pemerintah dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, yaitu program Indonsia Sehat Melalui Pendekatan Keluarga (PIS PK),
dimana prinsip Posyandu Keluarga adalah mendekatkan pelayanan kesehatan dasar

Posyandu keluarga
pada masyarakat desa/kelurahan. Posyandu Keluarga meningkatkan kinerja pelayanan
dalam membangun Sumberdaya sejak usia dini. terpantaunya secara dini tumbuh
kembang anak, tercapainya cakupan imunisasi yang cukup tinggi dan adanya
peningkatan umur harapan hidup. Jika pelayanan posyandu kurang baik, maka tumbuh
kembang anak tidak terpantau. Mengingat pentingnya peran Posyandu sebagai sarana
pelayanan kesehatan dasar, maka kegiatan posyandu harus menyertakan aspek
pemberdayaan masyarakat. Karena pemberdayaan masyarakat menjadi kunci
keberhasilan program. Jadi pemberdayaan masyarakat sebagai kunci keberhasilan
perlu diarahkan pada strategi pendekatan Upaya Kesehatan Bersumberdaya
Masyarakat (UKBM) dengan akses kepada modal sosial-budaya masyarakat yang
didasarkan atas nilai tradisi gotong-royong yang telah mengakar dalam kehidupan
masyarakat menuju kemandirian dan keswadayaan masyarakat.
Perubahan dalam kehidupan bermasyarakat seperti sistem pemerintahan di
daerah memerlukan penyesuaian dalam melaksanakan Posyandu termasuk cara
pelaksanaannya secara efektif dan efisien sepert Posyandu Keluarga ini.

II. TUJUAN

A. Tujuan Umum:
Meningkatkan efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan dasar bagi
masyarakat di tingkat desa/kelurahan.

B. Tujuan Khusus

1. Memantau tumbuh kembang anak, remaja dan kesehatan ibu hamil, nifas,
menyusui dalam rangka meningkatkan status gizi balita serta menurunkan
AKI dan AKB dan AKABA
2. Meningkatkan status kesehatan remaja dan pencegahan kekerasan terhadap
Anak/perempuan (KTA/P).
3. Meningkatkan status kesehatan lanjut usia agar sehat, mandiri dan produktif.

III. PENGERTIAN POSYANDU KELUARGA


Posyandu Keluarga adalah integrasi pelayanan kesehatan dasar di tingkat
dusun/kelurahan yang terdiri dari Posyandu KIA, Posbindu/Remaja dan Posyandu
Lansia serta terintegrasi dengan Bina Keluarga Balita (BKB) dan Pendidikan Usia
Dini (PAUD) yang dilaksanakan di satu tempat dalam waktu bersamaan.

Posyandu keluarga
IV. SKEMA PELAYANAN POSYANDU KELUARGA

V. KRITERIA POSYANDU KELUARGA

 Sudah terintegrasi (Posyandu KIA, Posbindu/Posy. Remaja dan Lansia)


 Dilaksanakan dalam 1 tempat (Dusun/Lingkungan/RT)
 Dilaksanakan dalam 1 waktu pelayanan (bersama-sama)

VI. SASARAN POSYANDU KELUARGA

Yang menjadi sasaran Posyandu Keluarga adalah masyarakat di wilayah kerja


Posyandu yang bersangkutan yang meliputi :
 Bayi dan Anak Balita (0-59 bulan)
 Remaja laki/perempuan (anak SMP dan SMA)
 Ibu Hamil dan Menyusui
 Lanjut Usia

VII. JENIS PELAYANAN DI POSYANDU KELUARGA:

1. Bayi dan Anak Balita


Pelayanan yang diselenggarakan untuk Bayi dan Anak Balita meliputi :

Posyandu keluarga
a. Penimbangan berat badan
b. Penentuan status pertumbuhan
c. Penyuluhan dan konseling
d. Pemberian vitamin A setiap 6 bulan sekali (bulan Februari dan Agustus)
e. Jika ada tenaga kesehatan Puskesmas dilakukan pemeriksaan kesehatan,
imunisasi dan deteksi tumbuh kembang anak. Apabila ditemukan kelainan
segera dirujuk ke Puskesmas.

2. Remaja
Untuk meningkatkan kesehatan remaja di wilayah Posyandu yang
bersangkutan maka akan direkrut Kader Remaja yang berasal dari wilayah
kerja Posyandu. Kader Remaja yang direkrut akan ditingkatkan kapasitasnya
dengan dilakukan pelatihan/ orientasi Kader Remaja oleh Puskesmas
(Pengelola PKPR Puskesmas). Pelayanan yang diselenggarakan untuk
peningkatan kesehatan remaja meliputi:
a.Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
b.Pengukuran lingkar lengan atas
c. Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
d.Pemberian suplemen gizi (Fe)
e. Penyuluhan/ konseling kesehatan reproduksi dan Napza
f. Penyuluhan Gizi
g.Penyuluhan pencegahan kekerasan terhadap anak/ perempuan (KTA/P)
h.Penyuluhan penundaan usia perkawinan (PUP)
i. Pemberian TT WUS
j. Pemberian Tablet Calsium

3. Ibu Hamil, Ibu Nifas dan menyusui


a. Ibu Hamil
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu hamil mencakup :
 Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan
 Pengukuran tekanan darah
 Pemantauan nilai status gizi (pengukuran lingkar lengan atas)
 Pemberian tablet besi (Fe)
 Pemberian immunisasi TT
 Pemeriksaan tinggi fundus uteri
 Konseling Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
 Penyuluhan PHBS
 Penyelenggaraan Kelas Ibu Hamil yang kegiatannya meliputi :
 Penyuluhan tanda bahaya pada ibu hamil, persiapan persalinan,
persiapan menyusui, KB dan Gizi
 Perawatan payudara dan pemberian ASI
 Peragaan pola makan ibu hamil
 Peragaan perawatan bayi baru lahir
 Senam Ibu hamil

b. Ibu Nifas dan menyusui

Posyandu keluarga
Pelayanan yang diselenggarakan untuk ibu nifas dan menyusui mencakup:
 Penyuluhan/ konseling kesehatan, KB pasca persalinan, Inisiasi
Menyusui Dini (IMD) dan ASI eksklusif dan gizi
 Pemberian 2 kapsul vitamin A warna merah 200.000 SI (1 kapsul
segera setelah melahirkan dan 1 kapsul lagi 24 jam setelah pemberian
kapsul pertama
 Perawatan payudara
 Pemeriksaan kesehatan umum, pemeriksaan payudaya, pemeriksaan
fundus uteri dan pemeriksaan lochia oleh petugas kesehatan.
 Penyuluhan gizi
 Penyuluhan PHBS

4. Lanjut Usia
Pelayanan yang diselenggarakan untuk lanjut usia :
 Pengukuran tinggi badan
 Pengukuran berat badan
 Pengukuran panjang depa
 Pengukuran tinggi lutut
 Pengukuran tinggi duduk
 Pengukuran Indeks Masa Tubuh (IMT)
 Pengukuran lingkar perut
 Pengukuran tekanan darah
 Pengukuran suhu tubuh
 Pemeriksaan laboratorium, meliputi :
 Albumin
 Asam folat serum
 Glukosa darah
 Hemoglobin
 Natrium Serum
 Penyuluhan/ Konseling Gizi
 Pemberian makanan tambahan
 Aktifitas fisik (Prolanis)

VIII. WAKTU BUKA DAN TEMPAT PELAKSANAAN :

Posyandu Keluarga dilaksanakan dalam satu tempat (dusun/lingkungan) secara


bersamaan, baik itu Posyandu KIA, Posbindu/posyandu remaja dan Posyandu
Lansia. Dengan adanya integrasi pelayanan tersebut akan menerapkan prinsip
efektifitas dan efisiensi pelayanan kesehatan kepada semua sasaran baik ibu hamil,
ibu menyusui, bayi, balita, remaja, pasangan usia subur dan lansia.

IX. PENCATATAN DAN PELAPORAN

Posyandu keluarga
Untuk tahap pengembangan, pencatatan dan pelaporan hasil kegiatan Posyandu
Keluarga dilaksanakan sesuai dengan format dan mekanisme kegiatan posyandu
masing-masing yang saat ini sudah berjalan. Untuk tahap selanjutkan akan
disepakati pada pertemuan tingkat provinsi dan kabupaten/kota.
X. INSTITUSI PEMBINA POSYANDU KELUARGA

Untuk mendukung Posyandu Keluarga sebagai tempat pelayanan kesehatan


dasar, perlu institusi pembina yang berfungsi membina, memonitor dan
mengevaluasi kegiatan posyandu. Institusi pembina dapat dilaksanakan oleh Tim
Pokjanal Posyandu yang sudah ada dan dapat dimodifikasi sesuai kebutuhan
program Posyandu Keluarga. Tim Pokjanal Posyandu saat ini berada di Kecamatan,
Kabupaten/Kota dan Provinsi. Tugas dan fungsi institusi Pembina Posyandu secara
keseluruhan ialah menjaga kelangsungan posyandu sebagai sarana pelayanan
kesehatan dasar dalam mempercepat penurunan kematian ibu melahirkan dan
kematian bayi.balita, mendeteksi secara dini kasus gizi buruk, mengawasi tumbuh
kembang anak, meningkatkan kesehatan remaja dan meningkatkan kesehatan lanjut
usia. Adapun fungsi/peran Dinas dan instansi terkait adalah sebagai berikut:
1. Dinas Pemberdayaan Masyarakat Kependudukan dan Catatan Sipil :
Berperan dalam fungsi koordinasi penyelenggaraan pembinaan, penggerakan
dan pengembangan masyarakat, pengembangan metode pendampingan
masyarakat, teknis advokasi, dan sebagainya.
2. Dinas Kesehatan : berperan dalam membantu pemenuhan pelayanan sarana dan
prasarana kesehatan (pengadaan alat timbangan, distribusi Buku KIA/ KMS,
distribusi obat-obatan dan vitamin) serta dukungan bimbingan tenaga teknis
kesehatan.
3. BKKBN/DP3AKB: berperan dalam pelayanan kontrasepsi, penyuluhan,
penggerakan peran serta masyarakat, dan sebagainya.
4. Dinas Pertanian/BKP : berperan dalam diversifikasi pangan dan gizi serta
pemanfaatan pekarangan
5. Bappeda : berperan dalam perencanaan umum dan evaluasi
6. TP-PKK: berperan dalam pendayagunaan Kader, motivasi masyarakat,
penyuluhan dan bimbingan teknis, dan sebagainya.
7. Dinas Pendidikan, LSM dan sebagainya: berperan dalam mendukung teknis
operasional Posyandu.
8. Dinas Sosial : berperan dalam mendukung teknis operasional Posyandu.
9. Dinas Kelautan dan Perikanan: berperan dalam diverifikasi pemanfaatan
ikan/hasil laut untuk mendukung kebutuhan gizi masyarakat.

Susunan Tim Pembina dapat ditambahkan sesuai kebutuhan program dan


kebutuhan daerah masing-masing.

XI. STRATEGI MENUJU POSYANDU KELUARGA

Strategi yang perlu ditempuh dalam rangka Revitalisasi Posyandu menuju


Posyandu keluarga, adalah :

Posyandu keluarga
A. Meningkatkan Peran Kelembagaan Posyandu (Pokjanal Posyandu) di berbagai
jenjang.
B. Meningkatkan fungsi Kelembagaan Posyandu pada tingkat dusun/lingkungan
C. Memantapkan penyelenggaraan kegiatan Posyandu berbasis masyarakat
D. Memfokuskan kegiatan pada upaya pelayanan kesehatan dasar untuk Bayi &
Balita, Remaja, Ibu hamil & Ibu menyusi dan Lanjut Usia, peningkatan status
gizi dan pelayanan Keluarga Berencana
E. Menerapkan pola pelayanan secara pro-aktif dengan pola pendanaan
dimobilisasi oleh masyarakat dan swasta (antara lain melalui Corporation
Social Responsibility/ CSR), serta didukung cost-sharing pemerintah dan
pemerintah daerah;
F. Meningkatkan peran sumber daya manusia yang ada di lembaga pendidikan
terutama lembaga pendidikan kesehatan dan LSM peduli kesehatan
G. Optimalisasi peran TP-PKK dalam pembinaan kader Posyandu dengan
dasawisma.
H. Melengkapi setiap Posyandu dengan sarana dan prasarana yang memadai
I. Memanfaatkan dana desa untuk pembangunan Posyandu Keluarga yang
nyaman dan representative.
J. Evaluasi kinerja Posyandu keluarga dilakukan secara berkala dan berjenjang
mulai dari tingkat Desa sampai dengan tingkat Provinsi
K. Membangun komitmen pemerintah, swasta dan masyarakat untuk
keberlangsungan Posyandu Keluarga mulai tingkat dusun/ lingkungan.

XII. PENDANAAN.

Dana yang diperlukan untuk membiayai Posyand menuju Posyandu


Keluarga dapat dihimpun dari semangat kebersamaan dimasyarakat seperti: dana
APBN, APBD, BOK, Dana Desa, Swadaya masyarakan dan swasta. Agar
kegiatan Posyandu keluarga dapat berkesinambungan untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat, maka perlu digali potensi sumber dana yang saat ini belum digali dan
diberdayakan. Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, pemerintah daerah
diharapkan dapat mendukung pembiayaan Posyandu Keluarga melalui sumber
dana PNPM, Alokasi Dana Desa (ADD), Dana Desa, Bansos dan lain-lain.

XIII. PENUTUP.

Demikian pedoman kegiatan Posyandu Keluarga ydengan harapan yang dalam


mengemmbangkan program pelayanan kesehatan dasar secara terintegrasi di
tingkat dusun/lingkungan dalam rangka mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
untuk mendukung Program Indonesia Sehat Pendekatan Keluarga (PIS PK).

Posyandu keluarga

Anda mungkin juga menyukai