PENDAHULUAN
2
kerajinan tenun. Keragaman budaya ini sangat berpotensi untuk dikembangkan
sebagai salah satu objek, sehingga akan memicu terhadap peningkatan pendapatan
ekonomi pemerintah maupun masyarakat, tercipnya lapangan kerja, serta membaiknya
pola hidup akibat adanya pariwisata yang berbasis budaya tersebut.
Adanya potensi tersebut, akan menimbulkan keinginan untuk membangun
serta mengembangkan pariwisata khususnya pariwisata yang berbasis budaya.
Sehingga kedepannya akan lebih menarik minat para wisatawan mancanegara maupun
wisatawan nusantara untuk mengunjungi Lombok dan sekitarnya. Dengan adanya
objek wisata budaya ini juga, memberikan lebih banyak pilihan bagi wisatawan yang
tidak hanya menikmati wisata alam dan bahari saja, akan tetapi ada juga potensi
wisata lain yang sangat sayang untuk dilewatkan oleh mereka, pada saat berkunjung di
Lombok yaitu Wisata Budaya. Tulisan ini akan menguraikan tentang potensi
pariwisata budaya di pulau Lombok, yang menjadi studi kasusnya disini yaitu
pariwisata budaya di Desa Sade-Lombok Tengah Provinsi Nusa Tenggara Barat
(NTB).
3
BAB II
PEMBAHASAN
Budaya merupakan suatu manifestasi dari akal atau budi manusia yang
terbentuk dari banyak unsur, mulai dari sistem kepercayaan, agama, bahasa, mata
pencaharian, hingga seni, yang kemudian menjadi cara hidup yang berkembang,
dimiliki bersama dan diwariskan dari generasi ke generasi, Wikipedia (dalam
Nurdiyansah, 2014). Budaya bersifat jamak, aktif, dan hidup, karena berada dalam
dimensi dan aspek yang berbeda, maka masing-masing masyarakat yang tinggal dan
menetap disuatu kawasan pun memiliki budaya yang berbeda. Perbedaan itulah yang
membuatnya unik dan menarik bagi yang lain.
Di Indonesia sendiri, cultural tourism telah ada sejak berabad-abad lampau.
Pada era kejayaan Hindu-Budha, perjalanan wisata dilakukan untuk mengunjungi
tempat-tempat sakral (bangunan leluhur sebagai produk wisata). Motivasi untuk
mendapatkan pengalaman baru secara batiniah di tempat yang berbeda dianggap
penting sebagai relaksasi dan memperkaya diri secara batiniah. Begitu pula tradisi di
berbagai kepercayaan dan agama besar saat itu, Nurdiyansah (2014).
Pariwisata budaya adalah perpaduan dua unsur, sebagai industri maupun
sebagai sistem yang berkelanjutan. Caranya adalah dengan mengatur di satu sisi
penyediaan, pengembangan, pemanfaatan dan pemiliharaan sumber daya budaya
secara berkelanjutan. Di sisi lain, menghindari kerancuan terminologi baik dari unsur
budaya maupun pariwisata.
Banyak orang bicara tentang kebudayaan, tetapi definisi yang digunakannya belum
tentu sama. Ada yang menyebut kebudayaan dengan mengacu pada hasil karya
manusia yang indah-indah dan lebih menjurus pada istilah kesenian. Beberapa yang
lain menggunakan istilah kebudayaan untuk menyatakan ciri-ciri yang tampak pada
sekelompok anggota masyarakat tertentu sehingga dapat digunakan untuk
membedakannya satu kelompok dari kelompok lain. Ada pula yang menggunakan
istilah kebudayaan untuk menyatakan tingkat kemajuan teknologi yang didukung
4
tradisi tertentu. Lalu, dengan pengertian seperti apakah yang dapat menjadikan
Kebudayaan dengan komponennya dapat menjadi daya tarik pariwisata?
2.1 Budaya
Kebudayaan merupakan hasil karya manusia dalam meningkatkan taraf hidup
dan sebagai proses adaptasi dengan lingkungan. Sebagai sebuah sistem, kebudayaan
perlu dilihat dari perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan
material yang dipengaruhi oleh berbagai aspek.
Dalam khasanah antropologi, kebudayaan dalam perspektif klasik
didefinisikan oleh Koentjaraningrat (1990) sebagai keseluruhan sistem mencakup
segala hal yang merupakan hasil cipta, karsa, dan karya manusia yang dijadikan milik
diri manusia dengan belajar. Dalam perspektif yang lebih kontemporer, kebudayaan
didefinisikan sebagai suatu sistem simbol dan makna dalam sebuah masyarakat yang
di dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai tentang hubungan sosial dan perilaku
yang menjadi identitas dari masyarakat bersangkutan.
Budaya adalah hasil karya manusia dalam meningkatkan taraf hidup dan
proses adaptasi dengan lingkungan. Sebagai sebuah sistem, budaya perlu dilihat dari
perwujudan kehidupan manusia yang terkait dengan ide, perilaku dan material hasil
cipta, karsa, dan karya manusia yang di dalamnya terdapat norma-norma, nilai-nilai
hubungan sosial dan perilaku yang menjadi identitas dari masyarakat. Hasil konferensi
UNESCO menyebutkan secara luas bahwa apa yang disebut budaya tidak hanya
didefinisikan sebagai seni pertunjukkan seperti musik, tari, teater atau lainnya seperti
seni lukis, patung, sastra, bangunan dan sebagainya. Namun mencakup pengertian
pada pemikiran lebih luas lagi sebagai komponen utama dalam menemukenali
identitas manusia pada satu kelompok, suku etnis, atau bangsa. Singkatnya,
kebudayaan adalah “social heritage” dari hasil karya manusia dalam mempertahankan
dan meningkatkan taraf hidup, proses adaptasi dengan lingkungan dan lain
sebagainya.
Budaya manusia dibedakan oleh sejarah, latar belakang dan pengembangan
sosial. Budaya merupakan “identitas” yang memiliki kesamaan ciri-ciri bawaan
5
(traits), dan dapat dikelompokkan meliputi komponen living culture (sosial, ekonomi,
politik, bahasa, religi, estetika dan mata pencaharian), wisdom and technology (mata
pencaharian, kedamaian, kesenangan, bahasa, pendidikan, pengetahuan,dan
teknologi), serta culture heritage mencakup artifak, monumen, manuskrip, tradisi, dan
seni.
2.2 Pariwisata
Tourism is the totality of the relationship and phenomena arising from the
travel and stay of strangers (orsfremde), provided the stay does not imply the
establiment of apermanent residence and is not connected with remunerated activity
(Krapf, 1942).
Salah satu rumusan penting adalah deklarasi Piagam Pariwisata berkelanjutan
yang menyatakan “Pengembangan pariwisata didasarkan pada kriteria keberlanjutan
yang secara ekologis harus dikelola dalam jangka panjang, dengan tetap
memperhatikan aspek ekonomi, etika dan sosial masyarakat.” (Piagam Pariwisata
Berkelanjutan, 1995). Disebutkan bahwa pariwisata yang tepat adalah pariwisata yang
secara aktif membantu dalam menjaga keberlangsungan suatu daerah kebudayaan,
sejarah dan alam.
Menurut Hartanto (2003) dalam Ardiwidjaja, beberapa pemahaman yang perlu
diinternalisasikan kepada semua pemangku antara lain:
a. pariwisata berkelanjutan mengandung semangat konservatif, bukan eksploitatif
(mencegah komersialisasi alam dan budaya);
b. kegiatan pariwisata adalah suatu proses ekonomisasi pengalaman, dimana terkait
dengan pemuasan kebutuhan manusia yang mampu memberi sesuatu melebihi
ekspektasi;
c. pariwisata berkelanjutan memberi kepuasan maksimal kepada semua pihak;
d. pariwisata berkelanjutan tumbuh secara alamiah yang berbasis masyarakat,
lingkungan alam dan sosial-budaya; masyarakat menjadi inti kegiatan pariwisata;
e. pariwisata berkelanjutan diarahkan agar berkembang dengan adil bersama
masyarakat, masyarakat sebagai pelaku utama dalam kegiatan kepariwisataan
6
2.3 Pariwisata Budaya
Banyak orang bicara tentang pariwisata budaya, akan tetapi pengertian yang
dipakai oleh setiap pembicara belum tentu sama. Sementara orang menggunakan
istilah kebudayaan untuk menyatakan hasil karya manusia yang indah-indah atau
dengan lain perkataan terbatas pada kesenian.
Pariwisata budaya merupakan jenis pariwisata yang berdasarkan pada mosaik
tempat, tradisi, kesenian, upacara-upacara, dan pengalaman yang memotret
bangsa/suku bangsa, yang merefleksikan keanekaragaman dan identitas dari
masyarakat atau bangsa bersangkutan.
Secara konseptual berdasarkan referensi definisi dan acuan yang ada,
pariwisata budaya adalah suatu “konsep” pengembangan pariwisata berbasis
sumberdaya budaya yang bertujuan untuk mendukung upaya-upaya pelestarian budaya
dan lingkungannnya. Caranya adalah melalui peningkatan partisipasi masyarakat
dalam memanfaatkan secara berkelanjutan sumberdaya budaya sebagai daya tarik
pariwisata guna meningkatkan taraf hidup dan ekonomi masyarakat setempat.
Setiap orang akan memberikan pengertian yang berbeda, di satu sisi pariwisata
budaya diartikan sebagai pariwisata yang berhubungan dengan cipta karya (creative
art) seperti teater, tari, opera dan lukis. Di sisi lain diartikan sebagai pariwisata yang
berhubungan dengan cipta Karsa (Humanities) seperti sejarah, tradisi, adat istiadat,
bahasa dan sebagainya.
Pariwisata budaya khususnya dalam rangka pelestarian, peran masyarakat lokal
sebagai pemilik budaya lebih didahulukan dalam memilah komponen budaya mana
yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pariwisata. Oleh karenanya dalam
mengakomodasi kepentingan dimaksud, beberapa kriteria yang perlu diperhatikan
dalam mengembangkan pariwisata budaya mencakup:
a. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk
melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami kebudayaan (tradisi, perilaku,
kerajinan, kesenian, dll) masyarakat di suatu tempat dalam waktu tertentu,
b. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok untuk
melihat, meneliti, mengetahui, dan memahami hal-hal yang berbeda dengan
7
kehidupan sehari-hari (eksotis), yang dilakukan dalam waktu tertentu
(sementara).
c. Wisata budaya adalah kegiatan perjalanan seseorang atau kelompok melihat,
meneliti, mengetahui, dan memahami kebudayaan masyarakat di suatu tempat
dari waktu ke waktu (bukan hanya kebudayaan yang bersifat tradisional saja
melainkan kebudayaan yang sudah dipengaruhi oleh kebudayaan lain)
d. Wisata budaya berkaitan dengan obyek yang memiliki daya tarik kelokalan,
menghasilkan nilai tambah dan manfaat, serta berkelanjutan
e. Wisata budaya juga berkenaan dengan fasilitas, aksesibilitas, pelaku, modal, dan
sistem informasi, Ardiwidjaja (tanpa tahun)
Sumber: http://wisatalombokaja.blogspot.com/2014/06/suku-sasak-di-dusun-
sade-lombok.html
8
Desa sasak yang paling tua di Lombok adalah Des Bayan yang terletak tidak
jauh dari kaki Gunung Rinjani. Namun jika anda ingin mengenal budaya dan
kehidupan suku Sasak lebih jauh, maka tempat yang paling tepat dikunjungi adalah
Desa Sade. Desa Sade terletak di Kecamatan Pujuk, Kabupaten Lombok Tengah,
sekitar 30 km dari Kota Mataram. Masyarakat desa ini memilih mengabaikan
modernisasi dunia luar dan terus melestarikan tradisi budaya mereka mulai dari
bangunan rumah, adat istiadat, hingga kesenian berupa kerajinan tangan dan tarian
yang sangat menarik untuk disaksikan.
Rumah-rumah di desa ini terbuat dari bambu dan kayu serta atap dari bahan
ijuk dan jerami. Selain bahan bangunan, bentuk rumah-rumah ini juga sangat unik,
kita dapat melihat struktur atap yang membentuk khas dan tinggi. Bagian dalam pun
begitu, setiap rumah di desa Sade ini hanya terdiri dari 2 bagian, bagian depan untuk
tempat menerima tamu dan bagian belakang sebagai dapur yang posisinya lebih tinggi
2 anak tangga dari ruang depan. Karena kehidupan masyarakat disini yang tetap
menggunakan caratradisional, maka anda tidak akan menemukan pendingin udara atau
kompor di dalam rumah. Mereka masih tetap memasak menggunakan kayu bakar di
tungku yang terbuat dari tanah liat.
Sumber: http://lombok.panduanwisata.com/wisata-sejarah/mari-kembali-ke-
masa-lalu-di-sade-desa-rambitan/
9
Menurut Magdalena (Tanpa Tahun), bangunan rumah di Desa Sade dinamakan
‘Bale’, ada beberapa bale di Desa Sade dan bale-bale tersebut memiliki fungsi yang
berbeda-beda, diantaranya:
1. Bale Tani
Yaitu bale yang berbentuk limasan atau joglo, seperti rumah adat Jawa dan
merupakan bangunan rumah untuk tempat tinggal masyarakat Sasak yang berprofesi
sebagai petani. Bale Tani berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan, yaitu:
satu ruang untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalam bale).
Walaupun dalam bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi kamar tersebut
tidak digunakan sebagai tempat tidur. Dalam bale digunakan sebagai tempat
menyimpan barang (harta benda) yang dimilikinya atau tempat tidur anak
perempuannya, sedangkan anggota keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk
keperluan memasak (dapur), keluarga Sasak membuat tempat khusus yang disebut
pawon.
2. Bale Jajar
Yaitu bangunan rumah tinggal orang Sasak golongan ekonomi menengah ke
atas. Bentuk Bale Jajar hampir sama dengan Bale Tani, yang membedakan adalah
jumlah dalam balenya. Bale Jajar mempunyai dua kamar (dalam bale) dan satu
serambi (sesangkok), kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok
menuju dapur di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama,
posisi tangga/pintu koridornya terletak pada sepertiga dari panjang bangunan Bale
Jajar. Bahan yang dibutuhkan untuk membuat Bale Jajar adalah tiang kayu, dinding
bedek dan alang-alang untuk membuat atap. Penggunaan alang-alang saat ini sudah
mulai diganti dengan menggunakan genteng tetapi dengan tidak merubah tata ruang
dan ornamennya. Bangunan Bale Jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang
luas dan ditandai oleh keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat
penyimpanan kebutuhan rumah tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan Bale Jajar
ini bertengger sebuah bangunan kecil (disebut berugaq atau sekepat) dan pada bagian
10
belakangnya terdapat sebuah bangunan yang dinamakan Sekenam, bangunan seperti
Berugaq dengan tiang berjumlah enam.
3. Bale Barugaq/Sekepat
Yaitu bale yang mempunyai bentuk segi empat sama sisi (bujur sangkar) tanpa
dinding, penyangganya terbuat dari kayu, bambu dan alang-alang sebagai atapnya.
Berugaq atau Sekepat biasanya terdapat di depan samping kiri atau kanan Bale Jajar
atau Bale Tani. Berugaq/Sekepat ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih
dahulu kemudian didirikan tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai
dari papan kayu atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dengan
ketinggian 4050 cm di atas permukaan tanah. Fungsi dan kegunaan Berugaq/Sekepat
adalah sebagai tempat menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak
semua orang boleh masuk rumah. Berugaq/Sekepat juga digunakan pemilik rumah
yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang (melamar).
4. Sekenam
Yaitu bale yang bentuknya sama dengan bale Berugaq/Sekepat, hanya saja
Sekenam mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di bagian belakang
rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat kegiatan belajar mengajar tata
krama, penanaman nilai-nilai budaya dan sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
5. Bale Bonter
Yaitu bangunan tradisional Sasak yang umumnya dimiliki oleh para
Perkanggo/Pejabat Desa, dusun/kampung. Bale Bonter biasanya dibangun di tengah-
tengah pemukiman dan atau di pusat pemerintahan desa/kampung. Bale Bonter
dipergunakan sebagai tempat pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat
penyelesaian masalah pelanggaran hukum adat, dan sebagainya. Bale Bonter juga
disebut gedeng pengukuhan dan tempat penyimpanan benda-benda bersejarah atau
pusaka warisan keluarga. Bale bonter berbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki
tiang paling sedikit 9 buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi
dinding bedek sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai
11
nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk kopyah berwarna
hitam.
7. Bale Tajuk
Yaitu salah satu sarana pendukung bagi bangunan rumah tinggal yang
memiliki keluarga besar. Bale Tajuk berbentuk segi lima dengan tiang berjumlah lima
buah dan biasanya berada di tengah lingkungan keluarga Santana. Tempat ini
dipergunakan sebagai tempat pertemuan keluarga besar dan pelatihan Macapat
Takepan, untuk menambah wawasan dan tata krama..
Masyarakat dusun Sade memang menolak modernisasi, mereka nyaman hidup
dengan cara mereka sendiri. Oleh karenanya, tak heran jika kehidupan tradisional
masih sangat kental disini. Aktivitas kaum laki-laki di desa sade rata-rata berprofesi
sebagai petani dan kaum perempuan selain sebagai pekerja ibu rumah tangga, mereka
juga mempunyai pekerjaan sampingan yaitu menenun. Perempuan Desa Sade telah
mampu menghasilkan tenun ikat yang indah khas Lombok yang dipasarkan di Art
Shop dan menjadi pilihan cinderamata wisatawan baik mancanegara maupun
domestik.
12
Gambar: Aktivitas Menenun Warga Desa Sade
Sumber: www.antaranews.com
Selain menghasilkan tenun ikat khas Lombok, di Desa Sade juga banyak
ditemukan berbagai macam aksesoris seperti kalung, gelang ataupun wadah perhiasan
sebagai oleh-oleh dari Lombok, beberapa motif yang sering menghiasi aksesoris
tersebut biasanya berupa cicak, symbol keberuntungan menurut masyarakat setempat.
Sumber: http://dhannysurya.blogspot.com/2012/07/melihat-kehidupan-suku-
sasak-di-desa.html
13
Selain aktivitas penduduk Sade yang terbilang tradisional, masih terdapat
aktivitas lain yang bisa dinikmati di Desa Sade yaitu pesta kesenian dan tradisi budaya
sasak yang masih sangat kental di Desa tersebut. Meskipun budaya sasak dipengaruhi
Bali dan Jawa, tetapi perpaduan budaya di Lombok merupakan hal yang unik dan
menarik untuk diamati.
Salah satu kesenian tradisional yang bisa kita temukan di Desa Sade yaitu,
tarian upacara Gendang Beleq. Gendang Beleq dimainkan oleh dua musisi
menggunakan drum besar saat berhadapan, Kesenian Gendang Beleq sudah menjadi
tradisi di Suku Sasak sejak lama dan merupakan kesenian peninggalan Kerajaan
Selaparang Lombok yang menguasai sebagian wilayah pulau Lombok bagian timur
pada zaman kerajaan Anak Agung. Disebut Gendang Beleq, karena menggunakan
Gendang berukuran besar yang dalam bahasa sasak disebut Beleq. Kesenian
Gendang Beleq, awal masuknya di pulau Lombok, digunakan oleh para tokoh agama
untuk menyebarkan islam di daerah ini. Saat itu, kesenian ini dimainkan untuk
mengumpulkan warga, yang akan diberikan ceramah agama maupun kegiatan
keagamaanlainnya.
Untuk memainkan kesenian ini membutuhkan kekompakan dalam kelompok,
sehingga harus dimainkan secara utuh. Musik yang dimainkan, tari yang ditampilkan
dalam kesenian Gendang Beleq, menggambarkan jiwa satria masyarakat Suku Sasak
Lombok dalam mempertahankandaerahnya.
Pada zaman kerajaan Selaparang, biasanya tari Gendang Beleq dipentaskan
untuk melepas prajurit ke medan perang. Tujuannya, agar para prajurit yang akan
berlaga di medan pertempuran tetap bersemangat dan bergairah untuk membela
daerahnya saat itu. Demikian juga setelah prajurit pulang dari medan pertempuran,
disambut kesenian Gendang Beleq di pintu masuk desa, sebagai rasa syukur atas
perjuangan mereka. Tradisi Gendang beleq masih dilakukan hingga saat ini untuk
menyambut tamu undangan.
14
Gambar: Tarian Gendang Beleq
Sumber: http://wisatalombokaja.blogspot.com/2014/06/suku-sasak-di-dusun-
sade-lombok.html
Kesenian lain yang menarik untuk kita saksikan di Desa Sade yaitu Kesenian
Peresehan, menurut Wikipedia (2014) Peresean adalah pertarungan antara dua lelaki
yang bersenjatakan tongkat rotan (penjalin) dan berperisai kulit kerbau yang tebal dan
keras (perisai disebut ende). Tradisi ini dilakukan oleh masyarakat suku Sasak,
Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Peresean termasuk dalam seni tari daerah
Lombok. Petarung dalam Peresean biasanya disebut pepadu dan wasit disebut
Pakembar.
Dahulu Peresean digelar untuk melatih ketangkasan suku Sasak dalam
mengusir para penjajah. Latar belakang Peresean adalah pelampiasan emosional para
raja di masa lampau ketika menang dalam perang tanding melawan musuh-musuhnya.
Selain itu, dahulu Peresean juga termasuk media yang digunakan oleh para pepadu
untuk melatih ketangkasan, ketangguhan, dan keberanian dalam bertanding. Konon,
Peresean juga sebagai upacara memohon hujan bagi suku Sasak di musim kemarau.
Kini, Peresean digelar untuk menyambut tamu atau wisatawan yang berkunjung ke
Lombok.
15
Gambar: Kesenian Peresean
Sumber: http://id.wikipedia.org/wiki/Peresean
Budaya di Desa Sade bisa dibilang sangat tradisional, meskipun pada era
globalisasi sekarang ini masih banyak budaya-budaya daerah di Indonesia yang telah
di modifikasi karena adanya pariwisata. Meskipun pariwisata telah lama berkembang
dan dikenal di Desa Sade tetapi budaya di Desa Sade masih tetap terjaga keasliannya,
dengan adanya peraturan desa yang masih ketat, membuat Desa Sade sendiri masih
bertahan akan pengaruh-pengaruh luar, sehingga dapat budaya di Desa Sade tetap
terjaga sampai sekarang ini, dan telah siap untuk menjadi salah satu destinasi
pariwisata di Pulau Lombok. Keaslian budaya Desa Sade menjadikan ciri khas bagi
pulau Lombok untuk menarik para wisatawan mancanegara maupun wisatawan
nusantara. Dirahapkan dengan makin berkembangnya pariwisata di pulau Lombok,
akan terus memberikan hasil yang maksimal bagi masyarakat setempat baik dampak
ekonomi, maupun dampak akan kemajuan pariwisata di pulau Lombok - Nusa
Tenggara Barat (NTB).
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa, potensi pariwisata Desa Sade
sangat beragam, mulai dari kehidupan penduduk yang masih tradisional, seni dan
budaya yang unik serta ciri khas Desa Sade yang masih terjaga dan terpelihara dengan
baik. Dengan adanya peraturan-peraturan desa yang ketat dapat menjaga akan
pengaruh budaya-budaya luar, sehingga keaslian budaya Desa Sade tetap terjaga.
Dengan adanya keunikan-keunikan tersebut, Desa Sade telah berkembang menjadi
salah satu daerah tujuan wisata di Pulau Lombok dan telah siap dalam menyambut
para wisatawan-wisatawan yang berkunjung di Desa Sade Lombok.
3.2 Saran
Meskipun Desa Sade telah menjadi daerah tujuan pariwisata di pulau Lombok,
perlu adanya peran lebih dari pemerintah daerah, masyarakat, maupun stakeholder
yang berkepentingan di dunia pariwisata Lombok untuk terus menjaga dan
melestarikan serta lebih giat mempromosikan budaya Desa Sade di tingkat dunia
maupun tingkat nasional agar pariwisata di Desa Sade lebih di kenal. Sehingga
kedepannya objek wisata Sade akan memberikan kontribusi untuk kemajuan
pariwisata Lombok, serta dapat meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat
setempat dan pulau Lombok
17
DAFTAR PUSTAKA
Ardiwidjaja, Roby. -----. Pariwisata Budaya: Sebagai Salah Satu Alat Pelestari
Kesenian Tradisional. (diakses 08 november 2014). URL:
http://www.academia.edu/4929428/PARIWISATA_BUDAYA_sebagai_salah
_satu_alat_pelestari_kesenian_tradisional
Antara News. 2013. Lebih Satu Juta Wisatawan ke Lombok. (Diakses 28 Oktober
2014). URL: http://www.antarabali.com/berita/33190/lebih-satu-juta-
wisatawan-ke-lombok
Galus, Hend. 2014. Mengenal Suku Sasak Lebih Jauh di Dusun Sade, Rembitan.
(diakses 08 November 2014). URL:
http://wisatalombokaja.blogspot.com/2014/06/suku-sasak-di-dusun-sade-
lombok.html
Surya, Dhanny. 2012. Melihat Kehidupan Suku Sasak di Desa Sade, Lombok. (diakses
08 November 2014). URL: http://dhannysurya.blogspot.com/2012/07/melihat-
kehidupan-suku-sasak-di-desa.html
Yustitia. 2012. Mari Kembali ke Masa Lalu di Desa Sade Rambitan. (diakses 08
November 2014). URL: http://lombok.panduanwisata.com/wisata-
sejarah/mari-kembali-ke-masa-lalu-di-sade-desa-rambitan/
18