By kelomPok 6
DEFINISI ASMA
Asma adalah suatu kelainan
berupa inflamasi (peradangan)
kronik saluran nafas yang
menyebabkan hipereaktifitas
bronkus terhadap berbagi
rangsanan yang ditandai dengan
gejala epidosik berulang berupa
mengi, batuk, sesak nafas dan
rasa berat didada terutama di
malam hari dan atau dini hari
yang umumnya bersifat
reversible baik dengan atau tanpa
pengobatan
KLASIFIKASI ASMA
- Serangan tiba tiba yang diawali dengan batuk dan sesak nafas
- Wheezing
- eksPirasi lebih Panjang
- Kontraksi otot bantu Pernafasan
- hiPoksemia dan sianosis
- keletihan
PATOFISIOLOGI
Suatu serangan asma timbul karena seseorang yang atopi terpapar dengan allergen yang ada di
lingkungan dan membentuk immunoglobulin (Ig) E, allergen yang masuk akan ditangkap oleh makrofag yang
bekerja sebagai antigen presenting sel (APC), allergen tersebut dipresentasikan ke sel Th. Sel Th memberikan
signal kepada sel B dengan dilepaskannya interlukin 2 (IL-2) untuk berproliferasi menjadi sel plasma dan
membentuk IgE.
IgE yang terbentuk akan diikat oleh mastosit yang ada dalam jaringan dan basofil yang ada dalam
sirkulasi. Bila proses ini terjadi pada seseorang, maka orang itu sudah disensitisasi atau baru menjadi rentan.
Jika terpapar 2 kali atau lebih dengan allergen yang sama allergen tersebut akan diikat oleh IgE yang sudah
ada dalam permukaan mastosit dan basofil. Ikatan ini akan menimbulkan influk Ca++ ke dalam sel dan
perubahan di dalam sel yang menurunkan kadar cAMP.
Penurunan kadar cAMP menimbulkan degranulasi sel, dan melepaskan mediator-mediator kimia
yang meliputi histamine, slow releasing suptance of anaphylaksis (SRS-A), eosinofilik chomotetik faktor of
anaphylacsis (ECF-A), dan lain-lain. Mediator tersebut menyebabkan timbulnya tiga reaksi utama yaitu:
kontraksi otot-otot polos baik saluran nafas yang besar ataupun yang kecil yang akan menimbulkan
bronkospasme, peningkatan permeabilitas kapiler yang berperan dalam terjadinya edema mukosa yang
menambah semakin menyempitnya saluran nafas. Peningkatan sekresi kelenjar mukosa dan peningkatan
produksi mucus. Tiga reaksi tersebut menimbulkan gangguan ventilasi, distribusi ventilasi yang tidak merata
dengan sirkulasi darah paru dan gangguan difusi gas ditingkat alveoli, akibatnya akan terjadi hipoksemia,
hiperkapnea dan asidosis pada tahap yang sangat lanjut.
Gen Alergen stress
Aktivitas
terlalu
Lingkungan berat
kerja
ASMA
Sianosis
Batuk tachicardi
dispnea Barel
cheat`
Hipoksi Kecemasan
a GDR
KOMPLIKASI
- Pneumothoraks
- Pneumomediastinum
- Atelektasis
- asPergilosis
- Gagal nafas
- bronkhitis
PENATALAKSANAAN
- Secara farmakologis
1. berikan oksigen Pernasal
2. bronkodilator untuk mengatasi obstruksi jalan nafas
- Merokok
- Polusi udara
- Lingkungan kerja
- Infeksi paru berulang
MANIFESTASI KLINIS
- Batuk
- Sesak nafas
- Mengi atau wheezing
- Penggunaan otot bantu pernafasan
KLASIFIKASI PPOK
1. Bronkitis kronik
2. Emfisema paru
3. asma
KOMPLIKASI
Peradangan bronkus
Emfisema
Kontraksi otot
Sekresi mukus PCO2 & PO2 Meningkat
meningkat
Resistensi pernafasan
Bersihan jalan Gangguan
nafas tidak efektif pertukaran gas
Frekuensi
nafas
meningkat
dyspneau
Ketidakefektifan
jalan nafas
PENATALAKSANAAN
- Pencegahan
- Terapi eksaserbasi akut di lakukan dengan :
a. Antibiotik
b. teraPi oksigen
c. fisioteraPi dada
d. bronkodilator
- teraPi jangka Panjang
a. latihan fisik
b. mukolitik dan eksPektoran
c. rehabilitasi
ASUHAN
KEPERAWATAN
ASMA DAN PPOK
A. Pengkajian
- anamnesa
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan Penunjang
- klasifikasi data
- Analisa data
B. Diagnosa
Asma PPOK
■ Tidak efektifnya bersihan jalan ■ Ketidak efektifan bersihan
nafas berhubungan dengan jalan nafas berhubungan
gangguan suplai oksigen dengan mucus yang berlebihan
(bronkospasme), penumpukan ■ Ketidak efektifan pola nafas
sekret, sekret kental. berhubungan dengan
■ Pola nafas tidak efektif hiperventilasi paru
berhubungan dengan gangguan
suplai oksigen (bronkospasme).
C. Rencana tindakan
Asma
Diagnosa Tujuan Intervensi
Tidak efektifnya bersihan jalan nafas Pencapaian bersihan jalan napas dengan -Auskultasi bunyi nafas, catat
berhubungan dengan gangguan suplai kriteria hasil sebagai berikut: adanya bunyi nafas, ex:
oksigen (bronkospasme), penumpukan 1. Mempertahankan jalan napas mengikaji/pantau frekuensi
sekret, sekret kental. paten dengan bunyi napas bersih atau pernafasan, catat
jelas. rasioinspirasi/ekspirasi.
2. Menunjukan perilaku untuk -Catat adanya derajat dispnea,
memperbaiki bersihan jalan nafas ansietas, distress pernafasan,
misalnya batuk efektif dan penggunaan obat bantu.
mengeluarkan sekret.
Pola nafas tidak efektif berhubungan Perbaikan pola nafas dengan kriteria . Ajarkan pasien
dengan gangguan suplai oksigen hasil sebagai berikut: pernapasan dalam.
(bronkospasme). 1. Mempertahankan ventilasi 2. Tinggikan kepala dan
adekuat dengan menunjukan RR:16- bantu mengubah posisi.
20 x/menit dan irama napas teratur. Berikan posisi semi fowler.
2. Tidak mengalami sianosis atau
tanda hipoksia lain.
3. Pasien dapat melakukan
pernafasan dalam.
PPOK
diagnosa Tujuan intervensi
Ketidak efektifan bersihan Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 - Posisikan pasien untuk
jalan nafas berhubungan jam, pasien menunjukkan jalan nafas bersih memaksimalkan ventilasi
dengan mucus yang
berlebihan dibuktikan dengan kriteria hasil: - Lakukan fisioterapi dada jika perlu
❖ Pasien mampu mengeluarkan dahak
❖ Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak
merasa tercekik, irama nafas, frekuensi pernafasan
dalam rentang normal, tidak ada suara nafas
abnormal)
Ketidak efektifan pola nafas Mendemontrasikan batuk efektif dan suara - Buka jalan nafas, gunakan
berhubungan dengan nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan teknik chin lift atau jaw thrust
hiperventilasi paru dyspneu (mampu mengeluarkan sputum, bila perlu
mampu bernafas dengan mudah, tidak ada - Posisikan pasien untuk
pursed lips) memaksimakan ventilasi