Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Salah satu indikator kesejahteraan suatu bangsa adalah derajat kesehatan

masyarakat. Masyarakat merupakan subsistem dari sistem bangsa yang memegang peranan

penting khususnya dalam masalah kesehatan. Masyarakat merupakan sumber daya yang

dapat digunakan untuk mewujudkan derajat kesehatan, sumber daya tersebut diwujudkan

dalam peran serta masyarakat.

Membina peran serta masyarakat adalah pengembangan wahana yang ada dengan

menggunakan pendekatan edukatif dan persuasif, sehingga wahana peran serta masyarakat

dapat berkembang secara maksimal. Bentuk wahana peran serta masyarakat di antaranya

adalah posyandu, dasawisma, dan tabulin.

Pengembangan pelayanan kesehatan di posyandu meliputi : KIA, KB, imunisasi,

perbaikan gizi dan penanggulangan diare mempunyai kontribusi terhadap penurunan AKB

dan anak balita. Adanya keterbatasan dalam pelayanan yaitu pelayanan kesehatan bagi ibu

tidak dapat dilaksanakan dengan baik, sehingga perlu diupayakan peningkatan pelayanan

kesehatan ibu melalui polindes. Adanya kebijakan dari Departemen Kesehatan untuk

menemparkan tenaga bidan di desa di bawah pembinaan dokter puskesmas.

1
B. Tujuan

1. Agar memahami tentang pengembangan wahana / forum PSM berperan dalam berbagai

kegiatan.
2. Untuk mengetahui pengertian, fungsi, tujuan, manfaat, penyelenggaraan, syarat,

sasaran, dalam setiap forum PSM.


3. Untuk mengetahui kegiatan apa saja yang termasuk pengembangan wahana / forum

PSM.

BAB II

2
PEMBAHASAN

A. Posyandu
1. Pengertian
a. Posyandu adalah suatu forum komunikasi alih teknologi dalam pelayanan

kesehatan masyarakat dari keluarga berencana dari masyarakat oleh masyarakat

dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari

petugas kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategi untuk

pengembangan sumber daya manusia sejak dini. ( Eny Retna, 2009, Asuhan

Kebidanan Komunitas).
b. Posyandu adalah pusat pelayanan keluarga berencana dan kesehatan yang di

kelolah dan diselanggarakan untuk dan oleh masyarakat dengan dukungan

teknis dari petugas kesehatan. ( Sriati Rismintari, 2009, Asuhan

Kebidanan Komunitas ).
c. Posyandu merupakan upaya pemenuhan kebutuhan kesehatan dasar dan

peningkatan status gizi masyarakat ( Rita Yulifah, 2010, Asuhan Kebidanan

Komunitas).
2. Tujuan Posyandu
a. Mempercepat penurunan angka kematian ibu dan anak
b. Peningkatan pelayanan kesehatan ibu untuk menurunkan IMR
c. Mempercepat penerimaan NKKBS
d. Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan

kesehatan dan kegiatan-kegiatan lain yang menunjang peningkatan kemampuan

hidup sehat.
e. Pendekatan dan pemerataan pelayanan kesehatan kepada masyarakat dalam

usaha meningkatkan cakupan pelayanan kesehatan kepada penduduk

berdasarkan letak geografi.

3
f. Peningkatan dan pembinaan peran serta masyarakat dalam rangka alih teknologi

untuk swakelola usaha-usaha kesehatan masyarakat.


3. Kegiatan Pelayanan di Posyandu

Kegiatan posyandu terdiri dari kegiatan utama dan kegiatan pengembangan

atau pilihan.

a. Kegiatan utama, sekurang-kurangnya mencakup 5 kegiatan yaitu :


1) Kesehatan ibu dan anak.
2) Keluarga berencana.
3) Imunisasi.
4) Gizi.
5) Pencegahan dan penanggulangan diare.
b. Tujuh kegiatan posyandu (sapta krida posyandu)
1) Kesehatan ibu dan anak (KIA).
2) Keluarga berencana (KB).
3) Imunisasi.
4) Peningkatan gizi.
5) Penanggulangan diare.
6) Sanitasi Dasar
7) Penyediaan Obat Essensial
8) Pembentukan Posyandu
c. Kegiatan pengembangan atau pilihan, dapat menambah kegiatan baru disamping

lima kegiatan utama yang telah ditetapkan dan dilaksanakan dengan baik.

Kegiatan baru tersebut misalnya :

1) Bina keluarga balita (BKB)


2) Penemuan dini dan pengamatan penyakit potensial kejadian luarbiasa

(KLB). Misalnya : infeksi saluran pernafasan akut, demam berdarah, gizi

buruk, polio, campak dan tetanus neonatorum.


3) Progam diservikasi pertanian tanaman pangan dan

pemanfaaatan pekarangan melalui tanaman obat keluarga.


4) Berbagai program pembangunan masyarakat desa lainnya.
4. Sasaran Posyandu

4
Semua anggota masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan dasar

yang ada diposyandu terutama :

a. Bayi dan anak balita.


b. Ibu hamil, ibu nifas, dan ibu menyusui.
c. Pasangan usia subur.
d. Pengasuh anak.

5. Manfaat Posyandu
a. Bagi masyarakat
1) Memperoleh kemudahan untuk mendapatkan informasi dan pelayanan

kesehatan bagi anak balita dan ibu.


2) Pertumbuhan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang

atau gizi buruk.


3) Bayi dan balita mendapatkan kapsul Vitamin A.
4) Ibu hamil juga akan terpantau berat badannya dan memperoleh tablet

tambah darah serta imunisasi tetanus toksoid (TT).


5) Memperoleh penyuluhan kesehatan yang berkaitan tentang kesehatan ibu

dan anak.
6) Apabila mendapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas menyusui

dapat segera diketahui dan dirujuk kepuskesmas.


7) Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang ibu dan anak balita.
b. Bagi kader :
1) Mendapatkan berbagai informasi kesehatan lebih dahulu dan lebih lengkap.
2) Ikut berperan secara nyata dalam perkembangan tumbuh kembang anak

balita dan kesehatan ibu.


3) Citra diri meningkat dimata masyarakat sebagai orang yang terpercaya

dalam bidang kesehatan.


4) Menjadi panutan karena telah mengabdi demi pertumbuhan anak dan

kesehatan ibu.
6. Cara Menyelengarakan Posyandu
a. Pengelola Posyandu

5
Pengelola posyandu dipilih dari dan oleh masyarakat pada saat

musyawarah pembentukan pengurus posyandu sekurang-kurangnya terdiri dari

ketua, seorang sekretaris, dan seorang bendahara.

Kriteria pengelola posyandu :

1) Diutamakan adalah para dermawan dan tokoh masyarakat setempat.


2) Memiliki semangat pengabdian, berinisiatif tinggi, dan mampu memotivasi

masyarakat.
3) Bersedia bekerja secara sukarela bersama masyarakat.
b. Letak dan Lokasi Posyandu
1) Posyandu berlokasi disetiap desa atau kelurahan atau nagari.
2) Tempat penyelenggaraan posyandu sebaiknya berada pada lokasi yang

mudah dijangkau oleh masyarakat.


3) Ditentukan oleh masyarakat itu sendiri.
c. Langkah-langkah Pembentukan Posyandu
1) Mempersiapkan para petugas atau aparat, sehingga bersedia dan memiliki

kemampuan mengelola serta membina posyandu.


2) Mempersiapkan masyarakat, khususnya tokoh masyarakat, sehingga

bersedia mendukung penyelenggaraan posyandu.


3) Melakukan Survei Mawas Diri (SMD) untuk menimbulkan rasa memiliki

bagi masyarakat melalui penemuan sendiri masalah yang dihadapi serta

potensi yang dimiliki.


4) Melakukan Musyawarah Masyarakat Desa (MMD) untuk mendapatkan

dukungan dari tokoh masyarakat sehingga pembentukan posyandu dapat

diwujudkan.
5) Membentuk dan memantau kegiatan posyandu melalui kegiatan :
a) Pemilihan pengurus dan kader posyandu.
b) Orientasi pengurus dan pelatihan kader posyandu .
c) Pembentukan dan peresmian posyandu.
d) Penyelenggaraan dan pemantauan kegiatan posyandu.

6
6) Posyandu dibentuk dari pos-pos yang telah ada seperti pos penimbangan

balita, pos immunisasi, pos keluarga berencana, pos kesehatan, pos lainnya

yang bentuk baru.


7) Persyaratan posyandu
a) Penduduk RW tersebut paling sedikit terdapat 100 orang balita.
b) Terdiri dari 120 kepala keluarga.
c) Disesuaikan dengan kemampuan petugas (bidan desa).
d) Jarak antara kelompok rumah, jumlah KK dalam 1 tempat atau

kelompok tidak terlalu jauh.


8) Alasan pendirian posyandu
a) Posyandu dapat memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam

upaya pencegahan penyakit dan pertolongan pertama pada kecelakaan

sekaligus dengan pelayanan KB.


b) Posyandu dari masyarakat untuk masyarakat dan oleh masyarakat

sehingga menimbulkan rasa memiliki masyarakat terhadap upaya dalam

bidang kesehatan dan keluarga berencana.


9) Pelaksanaan Posyandu

Dilaksanakan sekurang-kurangnya satu hari dalam sebulan. Apabila

diperlukan hari buka posyandu dapat lebih dari satu kali dalam sebulan. Hari

dan waktu dipilih sesuai kesepakatan.

7. Sistem Informasi di Posyandu (sistem 5 meja)


a. Meja I
Layanan meja I merupakan layanan pendaftaran, kader melakukan

pendaftaran pada ibu dan balita yang datang ke Posyandu. Alur pelayanan

posyandu menjadi terarah dan jelas dengan adanya petunjuk di meja pelayanan.

Petunjuk ini memudahkan ibu dan balita saat datang, sehingga antrian tidak

terlalu panjang atau menumpuk di satu meja.


b. Meja II

7
Layanan meja II merupakan layanan penimbangan.
c. Meja III

Kader melakukan pencatatan pada buku KIA setelah ibu dan balita

mendaftar dan di timbang. Pencatatan dengan mengisikan berat badan balita ke

dalam skala yang di sesuaikan dengan umur balita. Di atas meja terdapat

tulisan yang menunjukan pelayanan yang di berikan.

d. Meja IV

Diketahuinya berat badan anak yang naik atau yang tidak naik, ibu hamil

dengan resiko tinggi, pasangan usia subur yang belum mengikuti KB,

penyuluhan kesehatan, pelayanan PMT, oralit, vitamin A, tablet zat besi, pil

ulangan, kondom.

e. Meja V
Pemberian makanan tambahan pada bayi dan balita yang datang ke

posyandu dilayani di meja V. Kader menyiapkan nasi, lauk, sayur dan buah-

buahan yang akan dibagikan sebelum pelaksanaan Posyandu. Pemberian

makanan tambahan bertujuan mengingatkan ibu untuk selalu memberikan

makanan bergizi kepada bayi dan balita.


8. Pelayanan Posyandu
a. Pelayanan kesehatan yang dijalankan
1) Pemeliharaan kesehatan bayi dan balita
2) Penimbangan bulanan
3) PMT yang berta badannya kurang
4) Immunisasi bayi 3-14 bulan
5) Pemberian oralit yang menanggulangi diare
6) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama
b. Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, ibu menyusui, dan pasangan usia subur
1) Pemeriksaan kesehatan umum.
2) Pemeriksaan kehamilan dan nifas.

8
3) Pelayanan peningkatan gizi melalui pemberian vitamin dan pil penambah

darah.
4) Immnunisasi TT untuk ibu hamil.
5) Penyuluhan kesehatan dan KB.
6) Pemberian alat kontrasepsi KB.
7) Pemberian oralit pada ibu yang terkena diare.
8) Pengobatan penyakit sebagai pertolongan pertama.
9) Pertolongan petama pada kecelakaan.
B. Polindes
1. Pengertian

Pondok bersalin adalah suatu tempat yang didirikan oleh masyarakat atas

dasar musyawarah, sebagai kelengkapan dari pembangunan kesehatan masyarakat

desa, untuk memberikan pelayanan KIA dan KB. Pondok bersalin dikelolah oleh

bidan didesa bekerja sama dengan dukun bayi, serta dibawah pengawasan dokter

puskesmas setempat. Pertolongan persalinan yang ditangani dipondok bersalin

adalah persalinan normal.

2. Syarat pondok bersalin

Syarat pondok bersalin adalah :

a. Ada bidan dan tinggal didesa

b. Tersedia sarana dan prasarana untuk melaksanakan tugas pokok dan fungsi

bidan antara lain :

1) Bidan KIT.
2) IUD KIT.
3) Sarana imunisasi dasar dan imunisasi ibu hamil.
4) Timbangan berat badan ibu.
5) Pengukuran tinggi badan.
6) Infuse set dan cairan dextrose 5%, Nacl 0,9%, obat-obatan sederhana dan

uterotonika
7) Buku-buku pedoman KIA, KB dan pedoman kesehatan lainnya.

9
8) Inkubator sederhana.
9) Pencatatan dan pelaporan KIA(R/R).
10) Penyediaan air bersih.
11) Ventilasi cukup.
12) Penerangan cukup.
13) Tersedia sarana pembuangan air limbah.
14) Ukuran 3x4 meter persegi.
15) Lingkungan pekarangan bersih.
c. Memenuhi persyaratan rumah sehat, antara lain :
1) Penyediaan air bersih.
2) Ventilasi cukup.
3) Penerangan cukup.
4) Tersedia sarana pembuangan air limbah.
5) Ukuran 3x4 meter persegi.
6) Lingkungan pekarangan bersih.
d. Lokasi dapat dicapai dengan mudah oleh penduduk sekitarnya dan mudah

dijangkau oleh kendaraan roda 4.


e. Ada tempat untuk melakukan pertolongan persalinan dan perawatan post partum,

minimal 1(satu) tempat tidur.


3. Tujuan Polindes
a. Umum

Memperluas jangkauan dan mutu pelayanan dan mendekatkan pelayanan

KIA termasuk KB kepada masyarakat juga sebagai informasi kesehatan tingkat

desa.

b. Khusus
1) Meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan antenatal dan persalinan

normal bekerjasama dengan fasilitator desa.


2) Meningkatkan kemitraan, pembinaan dukun bayi dan kader kesehatan.
3) Meningkatkan konsultasi dan penyuluhan kesehatan bagi ibu dan

keluarganya, khususnya dalam program KIA, KB, gizi, imunisasi, dan

pelayanan penanggulangan diare dan ISPA.


4) Meningkatkan pelayanan kesehatan bayi dan anak serta pelayanan kesehatan

lainnya oleh bidan sesuai dengan kewenangannya.

10
4. Fungsi Polindes
a. Sebagai tempat pelayanan KIA-KB dan pelayanan kesehatan lainnya.
b. Sebagai tempat untuk melakukan kegiatan pembinaan, penyuluhan dan

konseling KIA.
c. Pusat kegiatan pemberdayaan masyarakat.
d. Sebagai tempat pemeriksaan kehamilan dan pertolongan persalinan
5. Kegiatan-Kegiatan Polindes

Kegiatan yang dilaksanakan dipolindes diatur oleh bidan disesa bekerjasama

dengan dukun paraji dan kader (posyandu, KPKIA) juga dengan fasilitator desa.

Kegiatan ini meliputi :

a. Memeriksa kehamilan, termasuk memberikan imunisasi TT pada bumil dan

mendeteksi dini resiko tinggi kehamilan.


b. Menolong persalinan normal dan persalinan dengan resiko sedang.
c. Memberikan pelayanan kesehatan ibu nifas dan ibu menyusui.
d. Memberikan pelayanan kesehatan neonatal, bayi, anak balita dan anak pra

sekolah, serta imunisasi dasar pada bayi.


e. Memberikan pelayanan KB.
f. Mendeteksi dan memberikan pertolongan pertama pada kehamilan dan

persalinan yang beresiko tinggi baik ibu maupun bayinya.


g. Menampung rujukan dari dukun bayi dan dari kader (posyandu, dasa wisma).
h. Merujuk kelainan ke fasilitas kesehatan yang lebih mampu.
i. Melatih dan membina dukun bayi maupun kader (posyandu, dasa wisma).
j. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang gizi ibu hamil dan anak serta

peningkatan penggunaan ASI dan KB.


k. Mencatat serta melaporkan kegiatan yang dilaksanakan kepada puskesmas

setempat.
6. Pembinaan dan Pengawasan

11
Polindes mandiri sebagai suatu sarana yang memberikan pelayanan

kesehatan di desa, secara umum berada dibaawah bimbingan dan pengawasan

kepala puskesmas setempat.

7. Pembiayaan

Untuk pelayanan polindes dapat dipungut biaya jasa oleh pengelola polindes

yang ditetapkan secara musyawarah bersama masyarakat (MMD) serta disesuaikan

dengan kemampuan masyarakat.

8. Perizinan

Untuk ketentuan serta izin polindes mandiri akan diajukan tentang

regulasi/legalisasi tentang polindes mandiri oleh pemerintah daerah.

a. Pencatatan dan Pelaporan


Pencatatan dan pelaporan polindes dilaksanakan seperti yang berlaku

untuk praktik bidan secara perorangan yang terdapat pada pasal 27 Bab VII

Permrnkes No.900/Menkes/SK/VII/2002.

9. Indikator Polindes
a. Fisik

Bangunan polindes tampak bersih, tidak ada sampah berserakan,

lingkungan yang sehat, polindes jauh dari kandang ternak, mempunyai ruangan

yang cukup untuk pemeriksaan kehamilan dan pelayanan KIA, mempunyai

ruangan untuk pertolongan persalinan, tempat yang bersih dengan aliran

udara/ventilasi yang baik dan terjamin, mempunyai perabotan dan alat-alat yang

memadai untuk pelaksanaan pelayanan.

12
b. Tempat tinggal bidan di desa

Keberadaan bidan secara terus menerus/menetap, jarak tempat tinggal

bidan yang menetap di desa dengan polindes akan berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan di polindes.

c. Pengelolaan polindes

Kriteria pengelolaan polindes yang baik adalah keterlibatan masyarakat

melalui wadah kemudian dalam menentukan tarif pelayanan maka tarif yang

ditetapkan secara bersama.

d. Cakupan persalinan

Tinggi rendahnya cakupan persalinan dipengaruhi banyak faktor,

diantaranya ketersediaan sumber dana kesehatan, termasuk di dalamnya

keberadaan polindes beserta tenaga profesionalnya yaitu bidan di desa. Cakupan

persalinan yang ditolong di polindes selain berpengaruh terhadap kualitas

pelayanan ibu hamil sekaligus mencerminkan kemampuan bidan itu sendiri,

baik di dalam kemampuan teknis medis maupun di dalam menjalin hubungan

dengan masyarakat.

e. Sarana air bersih

Polindes dianggap baik apabila telah tersedia air bersih yang dilengkapi

dengan MCK, tersedia sumber air (sumur, pompa, PDAM) dan dilengkapi pula

dengan SPAL.

f. Kemitraan bidan dan dukun bayi.

13
Merupakan hal yang dianjurkan dalam pelayanan pertolongan persalinan

di polindes, dihitung secara komulatif selama setahun.

g. Dana sehat

Diharapkan akan mampu melestarikan berbagai jenis upaya kesehatan

bersumber daya masyarakat setempat untuk itu perlu dikembangkan ke seluruh

wilayah/kelompok sehingga semua penduduk terliput dana sehat.

h. Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran

KIE merupakan salah satu teknologi peningkatan PSM yang bertujuan

untuk mendorong masyarakat agar mau dan mampu memelihara serta

melaksanakan hidup sehat sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.

10. Kategori Tingkat Perkembangan Polindes


a. Pratama.
1) Fisik : belum ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal bidan : tidak tinggal di desa yang bersangkutan.
3) Pengelolaan polindes : tidak ada kesepakatan.
4) Cakupan persalinan di polindes : <10 %.
5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, tapi belum dilengkapi sumber air dan

MCK.
6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : <25 %.
7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : <6 kali.
8) Dana sehat/JPKM : <50 %.
b. Madya.
1) Fisik : belum ada bangunan tetap, memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal bidan : > 3 km.
3) Pengelolaan polindes : ada, tidak tertulis.
4) Cakupan persalinan di polindes : 10 15 %.
5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, belum ada sumber air, tapi ada MCK.
6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 25 49 %.
7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 6 8 kali.
8) Dana sehat/JPKM : < 50 %.
c. Purnama.
1) Fisik : ada bangunan tetap, belum memenuhi syarat.

14
2) Tempat tinggal bidan : 1 3 km.
3) Pengelolaan polindes : ada dan tertulis.
4) Cakupan persalinan di polindes : 20 29 %.
5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air dan MCK.
6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : 50 74 %.
7) Kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : 9 12 kali.
8) Dana sehat/JPKM : < 50 %.
d. Mandiri
1) Fisik : ada bangunan tetap, memenuhi syarat.
2) Tempat tinggal bidan : < 1 km.
3) Pengelolaan polindes : ada dan tertulis.
4) Cakupan persalinan di polindes : > 30 %.
5) Sarana air bersih : tersedia air bersih, sumber air, MCK dilengkapi SPAL.
6) Cakupan kemitraan bidan dan dukun bayi : < 75 %.
7) kegiatan KIE untuk kelompok sasaran : < 12 kali.
8) Dana sehat/JPKM : 50 %.
11. Unsur Polindes

a. Adanya bidan di desa

b. Bangunan atau ruang untuk pelayanan KIA-KB dan pengobatan sederhana

c. Adanya partisipasi masyarakat

12. Kebijakan Penempatan Bidan di Desa

Membantu penurunan AKI/AKB akibat komplikasi obstetri, khususnya

AKP/AKN, dengan mengatasi berbagai kesenjangan : Kesenjangan geografis

(mendekatkan pelayanan KIA-KB, kesenjangan informasi, kesenjangan sosial

budaya, kesenjangan ekonomi).

C. KB-KIA
1. Definisi

15
KB KIA adalah kegiatan kelompok belajar kesehatan ibu dan anak yang

anggotanya meliputi ibu hamil dan menyusui.

2. Tujuan

a. Tujuan Umum

Agar ibu hamil dan menyusui tahu cara yang baik untuk menjaga

kesehatan sendiri dan anaknya, tahu pentingnya pemeriksaan ke puskesmas dan

posyandu atau tenaga kesehatan lain pada masa hamil dan menyusui serta

adanya keinginan untuk ikut menggunakan kontrasepsi yang efektif dan tepat.

b. Tujuan Khusus

Memberi pengetahuan kepada ibu tentang hygiene perorangan

pentingnya menjaga kesehatan, kesehatan ibu untuk kepentingan janin, jalannya

proses persalinan, persiapan menyusui dan KB.

3. Kebijakan
a. Kegiatan harus disesuaikan dengan kesehatan ibu dan masalah yang ada.
b. Pelaksanaannya dilakukan setiap minggu dengan materi dasar yang harus di

review terus.
c. Metode yang digunakan adalah demonstrasi dengan materi dan pembicara

berganti - ganti.
d. Tenaga pelatih atau pengajar adalah orang yang ahli di bidangnya.
e. Tempat pertemuan adalah di ruang tunggu puskesmas, kelurahan atau tempat

lain yang dikenal masyarakat.


f. Lamanya pelatihan tiap hari tidak lebih dari 1 jam.
g. Beri teori 20 menit, selebihnya adalah demontrasi.
4. Materi Kegiatan
a. Pemeliharaan diri waktu hamil.
b. Makanan ibu dan bayi.
c. Pencegahan infeksi dengan imunisasi.
d. Keluarga Berencana.

16
e. Perawatan payudara dan hygiene perorangan.
f. Rencana persalinan.
g. Tanda-tanda persalinan.
5. Kegiatan yang dilakukan

a. Pakaian dan perawatan bayi.

b. Contoh makanan sehat untuk ibu hamil dan menyusui.

c. Makanan bayi.

d. Perawatan payudara sebelum dan setelah persalinan.

e. Peralatan yang diperlukan ibu hamil dan menyusui.

f. Cara memandikan bayi.

g. Demontrasi tentang alat kontrsepsi dan cara penggunaanya.

6. Pelaksana
a. Pelaksana utama meliputi dokter puskesmas, pengelola KIA, Kader, Bidan.
b. Pelaksana pendukung meliputi camat, kades, pengurus LKMD, tokoh

masyarakat.
c. Pelaksana pembina meliputi sub din KIA Propinsi, tim pengelola KIA

kabupaten.
7. Faktor Penentu Keberhasilan
a. Faktor manusia
b. Faktor sarana (tempat)
c. Faktor prasarana (fasilitas)
D. Dasa Wisma
1. Pengertian
Dasa Wisma adalah kelompok ibu berasal dari 10 rumah yang bertetangga.

Kegiatannya diarahkan pada peningkatan kesehatan keluarga. Bentuk kegiatannya

seperti arisan, pembuatan jamban, sumur, kembangkan dana sehat (PMT,

pengobatan ringan, membangun sarana sampah dan kotoran).


Dasa Wisma adalah bagian dari organisasi PKK yang berada di tingkat

paling bawah yaitu suatu kelompok yang beranggotakan 10 KK sampai dengan 20

17
KK yang diketuai oleh seseorang yang dipilih oleh mereka. Dasa Wisma mengambil

peranan yang sangat penting dan strategis dalam pemberdayaan keluarga menuju

masyarakat yang sejahtera. Banyak Program-program pokok PKK yang

pelaksanaannya justru di tingkat Dasa Wisma ini , terutama program sandang,

pangan, kesehatan, pengembangan kehidupan koperasi, pendidikan dan

ketrampilan, kelestarian lingkungan hidup dan lain-lainnya. Pembinaan Dasa Wisma

sangat diperlukan guna lebih memberdayakan anggotanya agar lebih sejahtera.

E. Tabulin

1. Definisi

a. Tabulin adalah tabungan sosial yang dilakukan oleh calon pengantin, ibu hamil

dan ibu yang akan hamil maupun oleh masyarakat untuk biaya pemeriksaan

kehamilan dan persalinan serta pemeliharaan kesehatan selama

nifas. Penyetoran tabulin dilakukan sekali untuk satu masa kehamilan dan

persalinan ke dalam rekening tabulin.


b. Tabulin (tabungan ibu bersalin) adalah uang yang dikumpulkan oleh ibu hamil

dan disimpan sendiri dirumah, dibank atau di bidan yang akan membantu

persalinan. Selain berbentuk uang ada juga simpanan ibu hamil bentuknya

innatura, misalnya kambing, perhiasan, dan sebagainya yang ketika waktunya

tiba siap untuk dijual dan hasilnya untuk membiatai persalinan.


2. Tahapan Tabulin
a. Ibu yang sudah mengetahui kehamilannya, diminta untuk mulai menabung

untuk persalinannya.

18
b. Tabulin ini sesungguhnya tabungan keluarga, bukan hanya ibu yang

bertanggung jawab untuk menyisihkan uang untuk persalinan, tetapi suami

juga.
c. Jika ibu hamil merasa kesulitan untuk menyampaikan masalah ini kepada

suaminya, maka anggota siap antar jaga lain perlu membantu membicarakan

dengan para suami.


d. Waktu kelahiran biasanya dapat diperhitungkan, jadi pasangan juga sudah dapat

memperhitungkan kapan dana itu dibutuhkan. Jadi warga yang tidak

berpenghasilan tetap, tabulin dapat diperhitungkan dengan masa panennya.


e. Tabulin dalam bentuk uang, dapat disimpan dirumah, bank, atau pada ibu bidan

dapat dilakukan setiap kali memeriksakan kehamilannya.


3. Tujuan
a. Meningkatkan pemahaman, pengetahuan, pengelola dan masyarakat tentang

tabulin.
b. Meningkatkan kemampuan para pengelola dan masyarakat dalam mengenali

masalah potensi yang ada dan menemukan alternative pemecahan masalah

yang berkaitan dengan ibu hamil dan nifas.


c. Meningkatkan kesadaran, kepedulian pengelola dan masyarakat dalam

penggerakan ibu hamil untuk ANC, persalinan dengan tenaga kesehatan, PNC,

serta penghimpunan dana masyarakat untuk ibu hamil, bersalin dan ambulan

desa.

F. Donor Darah Berjalan

Donor darah berjalan merupakan salah satu strategi yang dilakukan Departemen

Kesehatan dalam hal ini direktorat Bina Kesehatan Ibu. Melalui program pemberdayaan

perempuan, keluarga dan masyarakat, dalam upaya mempercepat penurunan AKl.

19
Donor darah berjalan adalah para donor aktif yang kapan saja bisa dipanggil.

Termasuk kerja mobil ambulance dilapangan yang mendatangi instansi pemerintahan

dan swasta terkait sediaan darah lewat program yang mereka buat.

Untuk menguatkan program tersebut Menteri Kesehatan Dr.dr. Siti Fadilah

Supari, Sp.JP(K) mencanangkan dimulainya penempelan stiker perencanaan Persalinan

dan Pencegahan Komplikasi (P4K) secara nasional. Dengan pencanangan ini, semua

rumah yang di dalamnya terdapat ibu hamil akan ditempeli stiker berisi nama, tanggal

taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan,

transportasi dan calon pendonor darah. Dengan demikian, setiap kehamilan sampai

dengan persalinan dan nifas dapai dipantau oleh masyarakat sekitar dan tenaga

kesehatan sehingga persalinan tersebut berjalan dengan aman dan selamat. Kebutuhan

akan darah dari tahun ke tahun semakin meningkat yaitu mencapai 3 juta kantong per

tahun. Sementara PMI setiap tahunnya hanya dapat mengumpulkan sekitar 1.2 juta

kantong. Masih kurangnya jumlah kantong darah yang harus dikumpulkan disebabkan

masih minimnya geliat masyarakat untuk mendonorkan darah mereka. Oleh karena itu

perlu dilakukan penggalangan Donor Darah Sukarela (DDS).

Dari sudut medis tindakan menyumbang darah merupakan kebiasaan baik bagi

kesehatan pendonor. Salah satunya, dengan berdonor darah secara teratur secara tidak

langsung pendonor telah melakukan pemeriksaan kesehatan secara teratur pula. Karena

sebelum mendonorkan darah terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan kesehatan secara

lengkap.

20
Darah yang disumbangkan dapat expired (kedaluwarsa) bila tidak terpakai. Sel-

sel darah merah harus digunakan dalam 42 hari. Platelet harus digunakan dalam 5 hari,

dan plasma dapat dibekukan dan digunakan dalam jangka waktu 1 tahun. Selain itu,

donor darah akan membantu menurunkan risiko terkena serangan jantung dan masalah

jantung lainnya. Penelitian menunjukkan, mendonorkan darah akan mengurangi

kelebihan zat besi dalam tubuh. Walau masih perlu penelitian lagi untuk

memastikannya, kelebihan zat besi diduga berperan menimbulkan kelainan pada

jantung. Kelebihan itu akan membuat kolesterol jahat (LDL) membentuk ateros/derosis

(plak lemak yang akan menyumbat pembuluh darah). Jika donor darah dilakukan 2-3

kali setahun, atau setiap 4 bulan sekali, diharapkan kekentalan darah berkurang

sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya penyumbatan pembuluh darah. Sistem

produksi sel - sel darah juga akan terus terpicu untuk memproduksi sel-sel darah baru

yang akan membawa oksigen keseluruh jaringan tubuh. Sirkulasi darah yang baik akan

meningkatkan metabolisme dan merevitalisasi tubuh.

Siklus pembentukan sel-sel darah baru yang lancar dan metabolisme tubuh yang

berjalan baik, membuat berbagai penyakit dapat dihindarkan. Selama 24 jam setelah

berdonor maka volume darah akan kembali normal. Sel-sel darah akan dibentuk

kembali dalam waktu 4-8 minggu.

Adapun donor darah dapat dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu :

1. Fasilitasi warga untuk menyepakati pentingnya mengetahui golongan darah.

21
2. Jika warga belum mengetahui golongan darahnya, maka perlu dilakukan

pemeriksaan golongan darah bagi seluruh warga yang memenuhi syarat untuk

menjadi donor darah.


3. Hubungi pihak Puskesmas untuk menyelenggarakan pemeriksaan darah. Jika

Puskesmas tidak mempunyai layanan pemeriksaan darah, maka mintalah Puskesmas

melakukan rujukan. Jika diperlukan hubungi unit tranfusi darah PMI terdekat.
4. Buatlah daftar golongan darah ibu hamil dan perkiraan waktu lahir,

kumpulkan nama warga yang mempunyai golongan darah yang sama dengan ibu

hamil. Catat nama dan alamat mereka ataupun cara menghubungi yang tercepat dari

semua warga yang bergolongan darah sama dengan ibu hamil.


5. Usahakan semua ibu hamil memiliki daftar calon donor darah yang sesuai

dengan golongan darahnya.


6. Buatlah kesepakatan dengan para calon donor darah untuk selalu siap 24

jam, sewaktu-waktu ibu hamil memerlukan tranfusi.


7. Buat kesepakatan dengan Unit Tranfusi darah, agar para warga yang telah

bersedia menjadi pendonor darah diprioritaskan untuk diambil darahnya, terutama

tranfusi bagi ibu bersalin yang membutuhkannya.


8. Kader berperan memotivasi serta mencari sukarelawan apabila ada salah

seorang warganya yang membutuhkan darah.

G. Ambulan Desa

1. Pengertian

22
a. Ambulan desa adalah salah satu bentuk semangat gotong royong dan saling

peduli sesama warga desa dalam sistem rujukan dari desa ke unit rujukan

kesehatan yang berbentuk alat transportasi.


b. Ambulan desa adalah suatu alat transportasi yang dapat digunakan untuk

mengantarkan warga yang membutuhkan pertolongan dan perawatan di tempat

pelayanan kesehatan.
2. Sasaran

Pihak-pihak yang berpengaruh terhadap perubahan prilaku individu dan

keluarga yang dapat menciptakan iklim yang kondusif terhadap perubahan prilaku

tersebut. Semua individu dan keluarga yang tanggap dan peduli terhadap

permasalahan kesehatan dalam hal ini kesiapsiagaan memenuhi sarana transportasi

sebagai ambulan desa.

3. Kriteria
a. Kendaraan yang bermesin yang sesuai standart (mobil sehat)
b. Mobil pribadi, perusahaan, pemerintah pengusaha .
c. ONLINE (siap pakai).

4. Indikator Proses Pembentukan Ambulan Desa


a. Ada forum kesehatan desa yang aktif.
b. Gerakan bersama atau gotong royong oleh masyarakat dalam upaya mencegah

dan mengatasi masalah kesehatan. bencana serta kegawat daruratan kesehatan

dengan pengendalian faktor resikonya.


c. UKBM berkualitas.

23
d. Pengamatan dan pemantauan masalah kesehatan.
e. Penurunan kasus masalah kesehatan, bencana atau kegawat daruratan

kesehatan.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengembangan wahana / forum PSM berperan dalam kegiatan posyandu,

polindes, KB KIA, dasa wisma, tabulin, donor darah berjalan, dan ambulan desa.

24
2. Merupakan kegiatan terpadu dengan mempertimbangkan seluruh aspek

kehidupan masyarakat dan merupakan suatu proses yang berkesinambungan dengan

mengoptimalkan sumber daya yang ada.


3. Dari setiap forum PSM tersebut memiliki tujuannya masing-masing,

kegiatannya berbeda-beda, tapi secara umum tujuan dari dibentuknya forum

tersebut ialah untuk mencapai kesejahteraan keluarga.


4. Setiap kegiatan dari wahana tersebut selalu melibatkan masyarakat,

keluarga, bahkan aparat-aparat pemerintah daerah setempat.


B. Saran

Sebaiknya masyarakat ikut berpartisipasi dalam pengembangan wahana / forum

PSM dan dapat memanfaatkan kegiatan pengembangan wahana dengan baik agar

terwujud perilaku hidup sehat.

Sabagai seorang bidan atau kader sebaiknya lebih mengenali lingkungan yang

ada dikomunitasnya agar memudahkan dalam melakukan berbagai kegiatan yang

berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, Eny Retna, S.Sit dan Y Sriati Rismintari,S.Sit. 2009. Asuhan Kebidanan

Komunitas. Numed : Yogyakarta.

25

Anda mungkin juga menyukai