Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH

Asuhan Kebidanan Komunitas

Pemberdayaan Dan Pembelajaran Orang Dewasa Serta Perorganisasian


Masyarakat

DOSEN PEMBIMBING

Ns.Lukman Hakim,M.Kep

DISUSUN OLEH

Kelompok 4
Dwi Fara Ukvi Atika (P07224320081)
Listianah ( P07224320088)
Nadya Wulandari (P07224320091)
Nanda Rizqy Fadillah (P07224320092)
Noer Hidjriani (P07224320093)
Nur Fitriyani (P07224320096)
Tiara Mawarni ( P07224320107)
Vika Rosalina Putri Sri Sentosa ( P07224320110 )
Yesika Nur Islamiyah ( P0722423200111)

POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR

SARJANA TERAPAN KEBIDANAN

2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah asuhan kebidanan komunitas ini dengan judul ” Asuhan
Kebidanan Komunitas Pemberdayaan Dan Pembelajaran Orang Dewasa Serta
Perorganisasian Masyarakat” ini tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan penulis. Dalam
menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 30 januari 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................2

Daftar Isi...........................................................................................................................3

Bab I Pendahuluan...........................................................................................................4

1.1 Latar Belakang..........................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................................5

1.3 Tujuan Penulisan.......................................................................................................5

1.4 Manfaat Penulisan....................................................................................................5

Bab II Pembahasan ........................................................................................................6

Bab III Penutup...............................................................................................................28

Daftar Pustaka.................................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dewasa ini pembangunan telah berjalan pesat di berbagai bidang. Implementasi


konsep pembangunan ternyata telah banyak merubah kondisi kehidupan masyarakat.
Pada sebagian komunitas, pembangunan telah mengantarkan kehidupan mereka menjadi
lebih baik bahkan sebagian dapat dikatakan berlebihan, sementara komunitas lainya
pembangunan justru mengantarkan mereka pada kondisi yang menyengsarakan. Oleh
karena itu pemahaman terhadap pembangunan hendaklan selalu bersifat dinamis, karena
setiap saat selalu akan muncul masalah-masalah baru.

Masyarakat saat ini sudah berkembang pesat dan kritis akibat berbagai
perubahan baik perubahan pengetahuan atau teknologi yang terjadi di berbagai bidang.
Pembangunan yang juga perkembang di berbagai bidang ikut mendorong
perkembangan masyarakat. Masalah-masalah yang dihadapi umat manusia juga
semakin beragam, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berimbas terhadap
berbagai aspek kehidupan seperti agama, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya. Masalah lain yang juga timbul adalah berubah dan bertambahnya
kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Adanya perubahan
menuntut masyarakat untuk mulai mengorganisasi kehidupan mereka guna menunjang
kehidupan.

Pemerintah mengambil peran aktif dalam mengatur kehidupan masyarakat


dengan membuat berbagai program. Program-program pembangunan yang disiapkan
harus memenuhi kebutuhan masyarakat, tidak hanya memuaskan beberapa pihak saja
tetapi harus diupayakan terdapat hubungan timbal balik bagi pihak yang menyusun
program pembangunan dan masyarakat sebagai pihak yang mendapat pelayanan dan
manfaat dari pembangunan tersebut.

Guna membantu masyarakat untuk bisa mengidentifikasikan kebutuhan-


kebutuhannya dan menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan yang dibutuhkannya,
dan mengembangkan keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai

4
dengan skala prioritas tadi berdasarkan atas sumber- sumber yang ada di masyarakat
sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara gotong-royong, maka
diperlukan pembelajaran orang dewasa, pemberdayaan serta pengorganisasian
masyarakat.

Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
sedang belajar baik actual maupun potensial dan perubahan itu adalah hasil proses
belajar. Pada proses belajar terdapat kegiatan jiwa sendiri. Pada setiap kegiatan belajar
tidak semua yang terjadi merupakan hal yang baru, kadang – kadang hanya sebagian
saja yang baru.

1.2  Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari definisi pemberdayaan masyarakat?
1.2.2 Apa saja bentukan dan peran dari pemberdayaan masyarakat ?
1.2.3  Apa itu hakekat dari pembelajaran bagi orang dewasa ?
1.2.4 Apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran bagi orang dewasa ?
1.2.5 Bagaimana tahapan-tahapan perorganisasian dalam masyarakat ?

1.3  Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1.3.1 Mengetahui Definisi dari pemberdayaan masyarakat
1.3.2 Mengetahui Apa saja bentukan dan peran dari pemberdayaan masyarakat
1.3.3  Mengetahui Apa hakekat dari pembelajaran bagi orang dewasa
1.3.4 Mengetahui Apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran Bagi Orang Dewasa
1.3.5 Mengetahui bagaimana saja tahapan tahapan perorganisasian yang terjadi dalam
masyarakat ?
.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan kebidanan.

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pemberdayaan Masyarakat


Pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,mengatasi,memelihara,
melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri. Pemberdayaan masyarakat
adalah upaya fasilitas yang bersifat non instruktif guna meningkatkan pengetahuan dan
kemampuan masyarakat agar mampu mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan
melakukan pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada,
baik dari instansi lintas sektoral maupun LSM dan tokoh masyarakat. Di bidang kesehatan,
pemberdayaan masyarakat adalah suatu upaya atau proses untuk menumbuhkan kesadaran,
kemauan dan kemampuan masyarakat dalam memelihara, dan meningkatkan kesehatan.

 Tujuan

1. Tumbuhnya kesadaran pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi individu,


kelompok, atau masyarakat

2. Timbulnya kemauan dan kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan

3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan yang berarti masyarakat,


baik secara individu maupun kelompok telah mampu mewujudkan kemauan atau niat
kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat

 Prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat

1. Menumbuhkembangkan potensi masyarakat

2. Mengembangkan gotong royong masyarakat

3. Menggali konstribusi masyarakat

4. Menjalin kemitraan

6
5. Desentralisasi

 Bentuk Peran petugas atau sektor kesehatan dalam pemberdayaan


masyarakat
1. Memfasilitasi masyarakat terhadap kegiatan-kegiatan atau program-program
pemberdayaan
2. Memotivasi masyarakat untuk bekerja sama atau bergotong-royong dalam
melaksanakan kegiatan-kegiatan atau program-program bersama untuk
kepentingan bersama dalam masyarakat tersebut
3. Mengalihkan pengetahuan, ketrampilan, dan teknologi kepada masyarakat
 Sasaran

1. Individu

2. Keluarga

3. Kelompok masyarakat

4. Organisasi masyarakat

3 Ciri pemberdayaan masyarakat

1. Community leader: petugas kesehatan melakukan pendekatan kepada tokoh


masyarakat atau pemimpin terlebih dahulu. Misalnya Camat, lurah, kepala adat, ustad,
dan sebagainya.

2. Community organization: organisasi seperti PKK, karang taruna, majlis taklim,dan


lainnnya merupakan potensi yang dapat dijadikan mitra kerja dalam upaya
pemberdayaan masyarakat.

3. Community Fund: Dana sehat atau Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat


(JPKM) yang dikembangkan dengan prinsip gotong royong sebagai salah satu prinsip
pemberdayaan masyarakat.

4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir

7
memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.

5. Community knowledge: pemberdayaan bertujuan meningkatkan pengetahuan


masyarakat dengan berbagai penyuluhan kesehatan yang menggunakan pendekatan
community based health education.

6. Community technology: teknologi sederhana di komunitas dapat digunakan untuk


pengembangan program kesehatan misalnya penyaringan air dengan pasir atau arang.

4 Penyelenggaraan

1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Lima program prioritas: KB, KIA, Imunisasi,
dan penanggulangan diare, perbaikan Gizi. Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan
sistem lima meja:

a. Meja satu: pendaftaran


b. Meja dua: penimbangan
c. Meja tiga: pengisian kartu menuju sehat
d. Meja empat: penyuluhan kesehatan, pemberian oralit, vit A, dan Tablet Fe
Masyarakat umum
e. Meja lima: pelayanan kesehatan yang meliputi imunisasi, pemeriksaan kesehatan
dan pengobatan serta pelayanan keluarga berencana.

2. Pondok Bersalin Desa (POLINDES) Kegiatan POLINDES antara lain:

5 melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita)
6 memberikan imunisasi,
7 penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak,
8 pelatihan
9 pembinaan kepada kader dan masyarakat.

3. Pos Obat Desa (POD) atau Warung Obat Desa (WOD)


POD merupakan perwujudan peran serta masyarakat dalam pengobatan
sederhana terutama penyakit yang sering terjadi pada masyarakat setempat (penyakit
rakyat atau penyakit endemik).

8
4. Dana Sehat
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah
mencakup 12.366 sekolah
b. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), dilaksankan pada 96
kabupaten c. Pondok Sehat, dilaksanakan pada 39 kabupaten atau kota
d. Organisasi atau Kelompok lainnya (seperti tukang becak, supir angkutan
kota,dll.), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten atau kota.

5. Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)


Kebijakan LSM:

a. Meningkatkan peran serta masyarakat termasuk swasta pada semua tingkatan

b. Membina kepemimpinan yang berorientasi kesehatan dalam setiap organisasi


kemasyarakatan

c. Memberi kemampuan, kekuatan, dan kesempatan yang lebih besar kepada


organisasi kemasyarakatan untuk berkiprah dalam pembangunan kesehatan
dengan kemampuan sendiri

d. Meningkatkan kepedulian LSM terhadap upaya pemerataan pelayanan


Kesehatan

e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang Kesehatan

6. Upaya Kesehatan Tradisional Tanaman Obat Keluarga (TOGA)

adalah sebidang tanah dihalaman atau ladang yang dimanfaatkan untuk


menanam yang berkhasiat sebagai obat. TOGA merupakan wujud partisipasi
masyarakat dalam bidang peningkatan kesehatan dan pengobatan sederhana dengan
memanfaatkan obat tradisional. Fungsi utama TOGA adalah menghasilkan tanaman
yang dapat dipergunakan antara lain untuk menjaga meningkatkan kesehatan dan
mengobati gejala (keluhan) dari beberapa penyakit yang ringan, serta untuk perbaikan
gizi masyarakat, upaya pelestarian alam, dan memper indah tanam dan pemandangan.

9
7. Pos Gizi (pos timbangan)

8. Pos KB desa (RW)

9. Pos Kesehatan Pesantren (POSKESTREN)

10. Saka Bhakti Husada (SBH)

11. Pos Upaya Kesehatan Kerja (Pos UKK)

12. Kelompok Masyarakat Pemakai Air (POKMAIR)

13. Karang Taruna Husada

14. Pelayanan Puskesmas dan Puskesmas Pembantu

 Wujud peran serta masyarakat


1. Sumber daya masyarakat
Peran serta masyarakat dibidang kesehatan antara lain sebagai berikut:
a. Pemimpin masyarakat yang berwawasan kesehatan
b. Tokoh masyarakat yang berwawasan kesehatan, baik tokoh agama,
politisi, cendikiawan, artis atau seniman, budayawan, pelawak,dll.
c. Kader kesehatan, yang sekarang banyak sekali ragamnya misalnya:
kader Posyandu, kader lansia, kader kesehatan lingkungan, kader
kesehatan gigi, kader KB, dokter kecil, saka bakti husada, santri husada,
taruna husada,dll.

2. Institusi/lembaga/organisasi masyarakat Semua jenis institusi, lembaga atau


kelompok masyarakat yang mempunyai aktivitas masyarakat kesehatan. Beberapa
contohnya adalah sebagai berikut:

a. Upaya Kesehatan bersumber daya masyarakat (UKBM) yaitu segala bentuk


kegiatan kesehatan yang bersifat dari, oleh, dan untuk masyarakat.

10
 Sanksi Pemberdayaan Kesehatan

Pelayanan Kesehatan masyarakat dalam Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009


Tentang Kesehatan: pasal 52 ayat (1) Mengatakan bahwa pelayanan kesehatan terdiri
atas: pelayanan kesehatan perseorangan dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pasal
53 ayat (2) lebih tegas juga mengatakan bahwa “pelayanan kesehatan masyarakat
ditujukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit
suatu kelompok dan masyarakat”, hal ini sangat jelas bahwa dalam keadaan
bagaimanapun teanga kesehatan harus mendahulukan pertolongan dan keselamatan
jiwa pasien

2.2 PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Konsep pendidikan orang dewasa telah dirumuskan dan diorganisasikan secara


sistematis sejak tahun 1920. Pendidikan dewasa adalah suatu proses yang
menumbuhkan keinginan untuk bertanya dan belajar secara berkelanjutan sepanjag
hidup. Bagi orang dewasa belajar berhubungan dengan bagaimana mengarahkan diri
sendiri untuk bertanya dan mencari jawabannya( Pannen dalam Supriantono, 2008)
Menurut UNESCO dalam Supriantono mendefinisikan pendidikan orang dewasa
berikut ini :
“Keseluruhan proses pendidikan yang diorganisasikan apapun isi, tingkatan,
metodenya, baik formal atau tidak, yang melanjutkan maupun menggantikan pendidikan
semula di sekolah, akademi dan universitas serta latihan kerja, yang membuat orang
yang dianggap dewasa oleh masyarakat mengembangkan kemampuannya, memperkaya
pengetahuannya, meningkatkan kualifikasi teknis atau profesionalnya, dan
mengakibatkan perubahan pada sikap dan perilakunya dalam perspektif rangkap
perkembangan pribadi secara utuh dan partisipasi dalam pengembangan sosial,
ekonomi, dan budaya yang seimbang dan bebas”.

11
 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA

Faktor-faktor yang mempengaruhi orang dewasa dalam belajar dapat


bersifat psikologis dan fisiologis. Faktor psikologis mencakup kebutuhan,
kecerdasan, motivasi, perhatian, berfikir, ingat dan lupa. Sedangkan faktor
fisiologis mencakup pendengaran, penglihatan, dan kondisi fisiologis.

Beberapa faktor psikologis dapat diberikan contoh sebagai berikut:

1. Harapan masa depan

Harapan masa depan peserta paket dapat mempengaruhi semangat belajar.


Adanya keterkaitan dengan pengembangan kariernya di masa depan akan
memacu semangat belajar peserta paket.

2. Latar belakang social

Lingkungan sosial yang merupakan masyarakat belajar dapat mempengaruhi


peserta. Kesempatan belajar akan dirasakan sebagai peluang berharga untuk
menambah kepercayaan dirinya di lingkungan sosialnya.

3. Keluarga

Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor yang cukup
dominan.
Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh syukur akan berpengaruh
positif terhadap dirinya, begitupun sebaliknya. Keluarga dengan banyak anak
dan yang sedikit anak akan menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut
juga mempengaruhi sikap belajar.

4. Daya ingat

12
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan penurunan
daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding anak-anak.
Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa dalam belajar
bahwa anak belajar ibarat mengukir di atas batu. Artinya anak-anak lebih
lama untuk memahami sesuatu tetapi kalau sudah paham terus diingatnya
dan sulit untuk dilupakan. Sedangkan pada orang dewasa, ia mudah
memahami sesuatu tetapi belum beberapa lama sudah terlupakan. Ibarat
mengukir di atas air, oleh karena itu dalam proses belajar orang dewasa
catatan dan resume atau rangkuman materi pelajaran sangatlah membantu
peserta.

Sedangkan faktor fisiologis merupakan faktor yang mempengaruhi


pendidikan orang dewasa yang disebabkan oleh berkurangnya ketahanan fisik
orang dewasa. Bertambahnya usia mempengaruhi ketahanan fisik terutama
penglihatan, pendengaran, artikulasi, dan penyakit. Berikut ini beberapa faktor
fisiologis yang mempengaruhi pendidikan orang dewasa.
1. Faktor penglihatan
Pada umumnya orang lanjut usia (40 – 60 tahun), ketajaman penglihatan
berkurang oleh karena itu pengelompokan peserta jangan terlalu banyak.
Usahan setiap kelompok antara 15 – 25 orang, sehingga dimungkinkan
penataan tempat duduk lebih dekat dengan sumber belajar. Media
pembelajaran seperti OHP, flipchart, slide, dan lain-lain agar dibuat
sedemikian rupa sehingga peserta dapat melihat dengan jelas.

2. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga menurun. Dalam
hal ini perlu pengaturan secara baik dari fasilitator maupun media yang
digunakan seperti radio, kaset, dan lain-lain harus memungkinkan semua
peserta dapat mendengar dengan jelas.

13
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam rongga mulut.
Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya tanggal, tenggoroan yang
tidak sesempurna pada masa remaja. Apalagi yang mendapat gangguan
syaraf akibat stroke, bibir menurun, dan pipi cekung serta tidak jarang secara
reflek bergetar, dan lain-lain. Kondisi seperti ini mempengaruhi pelafalan
seseorang. Pelafalan yang tidak tepat mempengaruhi makna bahasa. Hal
tersebut perlu disadarin oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan
dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang disebabkan
fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya penyakit yang mengiringi
usia itu adalah gula darah, kolesterol, tekanan darah yang meninggi atau
menurun, dan lain-lain. Gangguan penyakit ini mengurangi stamina fisik dan
ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu diperhatikan: Agenda pelajaran
perlu dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar hingga
larut malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makanan
yang cocok.

 PRINSIP-PRINSIP BELAJAR ORANG DEWASA

Orang dewasa belajar berdasarkan prinsip-prinsip tertentu, bila prinsip


belajar ini tidak dipenuhi, maka proses pembelajaran cenderung mengalami
kegagalan. Oleh karena itu bagi pemateri/fasilitator yang sering melatih dalam
diklat orang dewasa perlu memperhatikan prinsip-prinsip belajar orang dewasa.
Ada beberapa prinsip belajar bagi orang dewasa yaitu sebagai berikut:

1) Nilai manfaat
2) Sesuai dengan pengalaman
3) Masalah sehari-hari
4) Praktis

14
5) Sesuai kebutuhan
6) Menarik
7) Berfarisipasi aktif
8) Kerja sama
9) Lakukan perhatian dalam suasana informal
10) Variasikan metode pembelajaran
11) Variasikan metode pembelajaran
12) Arahkan dan berikan motivasi
13) Tunjukkan antusiasme

 MASALAH PEMBELAJARAN ORANG DEWASA

Orang dewasa mempunyai permasalahan yang lebih banyak banyak dan


komplek dibanding dengan anak-anak, oleh karena itu pendidikan dan
pembelajaran orang dewasa juga lebih sulit dan harus sesuai dengan kebutuhan
orang tersebut. Ada beberapa masalah pokok dalam pedidikan orang dewasa
yaitu, masalah yang menyangkut motivasi, masalah yang mennyangkut
melupakan kebiasaan, masalah yang menyangkut daya ingat yang buruk, dan
masalah yang menyangkut penolakan perubahan.

1) Masalah yang Menyangkut motivasi

Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih
sukar dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan
terlalu  tua untuk belajar. Sifat ini akan lebih menekan apabila mereka
diperlakukan seperti anak-anak. Orang tua yang diperlakukan seperti anak-
anak akan menimbulkan banyak masalah seperti motivasi yang rendah, serta
bakan dan pengalaman mereka tidak dapat dimanfaatkan dan dikembangkan.
Untuk menghadapi orang dewasa seperti ini diperlukan suatu metode atau
pendekatan yang tepat serta menggunakan teknik-teknik partisipatif. Orang
dewasa akan lebih siap belajar apabila mempunyai dorongan untuk ingin

15
tahu sesuatu, sehingga pendidikan/pembelajaran orang dewasa perlu
dirancang untuk dapat menimbulkan rangsangan keingintahuan.

2) Hal yang Menyangkut Melupakan Kebiasaan.

Orang dewasa sering mempunyai kesulitan untuk memperbaiki kesalahan


yang telah menjadi kebiasaannya. Mereka cenderung mengulangi kesalahan
walaupun sudah mengetahui kesalahan yang diperbuat.

3) Permasalahan yang Menyangkut Daya Ingat yang Buruk.

Orang dewasa cenderung memberi nilai rendah terhadap kemampuannya


mempelajari sesuatu, terutama hal-hal yang baru. Orang dewasa akan belajar
dengan kemampuan maksimal bila yang dipelajari sesuai dengan
kepentingan dan kebutuhan mereka. Bila orang dewasa sedang memusatkan
perhatian tetntang sesuatu yang dipelajari dan kemudian mendapat
gangguan, maka mereka akan segera melupakan apa yang sedang dipelajari.

4) Permasalahan yang Menyangkut Penolakan terhadap Perubahan.

Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah dipelajari,
sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru. Mereka sulit
menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru. Hal ini yang 
menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara untuk
mempertahankan diri.

 Tujuan Pembelajaran Bagi Orang Dewasa


Tujuan Pembelajaran Orang Dewasa Menurut Lunandi (dalam Asmin, 2005),
menyatakan proses pendidikan orang dewasa bertujuan untuk mengembangkan
kemampuan, memperkaya pengetahuan, meningkatkan kualifikasi teknis, dan
jiwa profesionalisme para pesertanya. Proses pendidikan orang dewasa harus

16
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang bersifat (dapat dikategorikan)
sebagai perkembangan pribadi, dan peningkatan partisipasi sosial dari individu
yang bersangkutan.Setiana (2005) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
orang dewasa pada hakekatnya adalah terjadinya proses perubahan perilaku
menuju ke arah yang lebih baik dan menguntungkan hanya dapat terjadi apabila
ada perubahanperubahan yang cukup mendasar dalam bentuk atau peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sekaligus sikap. Topatimasang (dalam Asmin,
2005) berpendapat bahwa tujuan pendidikan didasarkan pada anggapan bahwa
tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan keseluruhan pengetahuan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Asumsi ini menyiratkan dua hal, yakni: 1.
Jumlah pengetahuan cukup sedikit untuk dikelola secara menyeluruh oleh sistem
pendidikan dan 2. Kecepatan perubahan yang terjadi dalam tata budaya atau
masyarakat cukup lambat sehingga memungkinkan untuk menyimpan
pengetahuan dalam kemasan tertentu serta menyampaikannya sebelum
pengetahuan itu sendiri berubah. 3. Globalisasi informasi dan teknologi canggih
menjelang tahun 2000 an telah mempercepat ausnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam lapangan kerja ataupun dalam pergaulan hidup ditengah-tengah
masyarakat. Kenyataan itu mendorong orang dewasa untuk menyesuaikan diri
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kemampuan
dan kesempatannya belajar. Untuk melayani kebutuhan orang dewasa yang ingin
belajar, diperlukan bantuan pelayanan dan fasilitator, bahkan para pejabat
penyelia dan pengelola lembaga pendidikan orang dewasa agar kegiatan belajar
dan pembelajaran orang dewasa dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Untuk dapat memberikan bantuan layanan, fasilitator, penyelia dan pengelola
pendidikan bagi orang dewasa, perlu dimiliki pengetahuan teoritis tentang
belajar dan pembelajaran bagi mereka. Literasi digital adalah pengetahuan dan
kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan
dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum
dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi

17
dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan
kecakapan kognitif dan teknikal. Digital literasi lebih cenderung pada hal hal
yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan
sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital. Elemen esensial untuk
mengembangkan literasi digital: Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks
pengguna dunia digital; Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual; Komunikatif, yaitu
memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital; Kepercayaan diri
yang bertanggung jawab; Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru; Kritis
dalam menyikapi konten; dan bertanggungjawab secara social

 KESIMPULAN

Belajar pada hakekatnya adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar


oleh seseorang yang menghasilkan perubahan tingkah laku pada dirinya sendiri,
baik dalam bentuk ketrampilan, pengetahuan, maupun sikap. Selama
berlangsungnya terjadilah proses interaksi antara orang yang melakukan
kegiatan belajar, yaitu warga belajar dengan sumber belajar

Pendidikan untuk anak-anak dan orang dewasa yang dilaksanakan pada


saat ini terjadi dari berbagai situasi dan melalui berbagai kegiatan. Sekolah dan
lembaga sejenis bukan satu-satunya yang berhak untuk mendidik, tetapi masih
banyak institusi lain seperti keluarga, tempat ibadah, tempat kerja, media masa,
perpustakaan dan masih banyak institusi yang lain. Pendidikan seharusnya
berada di semua institusi dan saling  berinteraksi untuk membantu individu
dalam meningkatkan diri selama hidupnya.

Orang dewasa mempunyai keterbatasan yang sangat mempengaruhi


proses pembelajaran. Secara umum ada dua factor yang mempengaruhi proses
pembelajaran orang dewasa, yaitu faktor psikologis dan faktor fisiologis. Factor
fisiologis menyangkut ketahanan fisik orang seperti pendengaran dan

18
penglihatan, sedangkan factor psikologis menyangkur tentang bakat/kecerdasan,
motivasi, perhatian, berfikir, dan daya ingat.

Untuk itu pembelajaran bagi orang dewasa harus memperhatikan


berbagai hal yang menyangkut dengan prinsip-prinsip dasar pembelajaran orang
dewasa. Prinsip-prinsip tersebut seperti nilai manfaat, sesuai dengan
pengalaman, sesuai dengan masalah yang dihadapi, praktis, sesuai dengan
kebutuhan, menarik, dan fartisisipasi aktif dalam belajar.

Ada beberapa masalah yang perlu diperhatikan pada pembelajaran orang


dewasa yaitu masalah motivasi, kesulitan melupakan kebiasaan, daya ingat yang
buruk, dan kecenderungan menolak terhadap hal yang baru.

2.3 Pengertian Masyarakat dan Pengorganisasian Masyarakat


Masyarakat dalam istilah bahasa Inggris adalah society yang berasal dari kata
Latin socius yang berarti (kawan). Istilah masyarakat berasal dari kata bahasa Arab
syaraka yang berarti (ikut serta dan berpartisipasi). Masyarakat adalah sekumpulan
manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah adalah saling berinteraksi. Suatu
kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana melalui warga- warganya dapat saling
berinteraksi. Definisi lain, masyarakat adalah kesatuan hidup manusia yang berinteraksi
menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh
suatu rasa identitas bersama (Anif, 2012). Berikut di bawah ini adalah beberapa
pengertian masyarakat dari beberapa ahli sosiologi dunia :
a.Menurut Selo Sumardjan masyarakat adalah orang-orang yang hidup bersama
dan menghasilkan kebudayaan.
b.Menurut Karl Marx masyarakat adalah suatu struktur yang menderita suatu
ketegangan organisasi atau perkembangan akibat adanya pertentangan antara
kelompok-kelompok yang terbagi secara ekonomi.
c.Menurut Emile Durkheim masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif
pribadi-pribadi yang merupakan anggotanya.
d.Menurut Paul B. Horton & C. Hunt masyarakat merupakan kumpulan manusia
yang relatif mandiri, hidup bersama-sama dalam waktu yang cukup lama, tinggal

19
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (Anif,
2012).

1. Pengertian Pengorganisasian Masyarakat


Pengertian pengorganisasian berasal dari kata Organizing yang mempunyai arti
menciptakan suatu struktur dengan bagian-bagian yang terintegrasi sehingga
mempunyai hubungan yang saling mempengaruhi satu dengan lainnya. Adapun
beberapa definisi dari pengorganisasian yang diungkapkan oleh para ahli manajemen,
antara lain sebagai berikut:
a. Pengorganisasian adalah aktivitas menyusun dan membentuk hubungan-
hubungan kerja antara orang-orang sehingga terwujud suatu kesatuan usaha
dalam mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan.
b. Menurut George R. Terry, pengorganisasian sebagai kegiatan mengalokasikan
seluruh pekerjaan yang harus dilaksanakan antara kelompok kerja dan
menetapkan wewenang tertentu serta tanggungjawab masing- masing yang
bertanggung jawab untuk setiap komponen dan menyediakan lingkungan kerja
yang sesuai dan tepat.
c. Menurut Siagian berpendapat bahwa pengorganisasian merupakan
keseluruhan proses pengelompokkan orang-orang, alat-alat, tugas-tugas,
tanggung jawab dan wewenang sedemikian rupa sehingga tercipta suatu
organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatukesatuan dalam rangka
pencapaian tujuan yang telah ditentukan.
d. Menurut Ross Murray, pengertian pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan
keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang sesuai dengan
skala prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada dalam masyarakat
sendiri maupun yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong.
(Digilib, 2012)

20
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengorganisasian adalah
suatu kegiatan untuk mengelompokkan orang-orang dengan tugas dan fungsinya
masing-masing yang kesemuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.

2. Aspek-Aspek Pengorganisasian Masyarakat


Dalam pengorganisasian masyarakat terdapat tiga aspek yang sebagai berikut
(Digilib, 2012):
a. Proses
Merupakan serentetan tindakan mulai dari penentuan masalah atau tujuan
sampai pada pemecahan masalah atau tercapainya tujuan di dalam masyarakat. Berbagai
proses dapat di temukan dalam penanggulangan masalah-masalah kemasyarakatan.
Proses ini berkaitan dengan meningkatkan kemampuan masyarakat agar berfungsi
sebagai satu kesatuan yang terintegrasi. Kemampuan ini tumbuh dan berkembang secara
bertahap sebagai akibat upaya yang dilakukan masyarakat dalam menang gulangi
masalah-masalahnya.
b. Masyarakat
Masyarakat seringkali diartikan sebagai berikut:
1.Keseluruhan orang yang tinggal di suatu daerah geografis, misalnya: desa,
kecamatan, kabupaten, kota, provinsi dan sebagainya.
2.Kelompok orang yang memiliki minat-minat atau fungsi yang sama, misalnya
dibidang: kesejahteraan, pendidikan, kesehatan, lingkungan, pertaniain,
keagamaan dan lain-lain.
3.Kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan
kelompok yang lebih besar.
4.Kelompok orang yang secara bersama-sama mencoba mengatasi masalah dan
memenuhi kebutuhannya
c.Berfungsinya Masyarakat
Untuk dapat memfungsikan masyarakat, maka harus dilakukan langkah- langkah
sebagai berikut:
1.Menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja, untuk
membentuk kepanitiaan yang akan menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

21
2. Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh
keseluruhan masyarakat.
3. Melakukan upaya penyebaran rencana untuk mensukseskan rencana tersebut.

3. Proses Pengorganisasian Masyarakat


Proses pengorganisasian masyarakat dapat melalui berbagai langkah, antara lain
1. Bahwa satu kelompok masyarakat tertentu pertama kali harus mengidentifikasi
adanya suatu kegiatan bersama untuk melakukan sesutau dalam rangka memecahkan
masalah-masalah penting yang mereka hadapi. Sehingga, mereka juga harus
mengidentifikasi apa saja masalah-masalah penting tersebut.
2. Kelompok masyarakat itu mulai merencanakan suatu startegi bersama mengenai
tindakan-tindakan apa yang mereka harus lakukan dan bagaimana cara melakukannya.
3. Kelompok itu kemudian mendaftarkan apa saja kemampuan yang mereka miliki, apa
saja kekuatan dan kelemahan mereka dan jika perlu, apa saja keterampilan dan
sumberdaya lain yang masih perlu mereka adakan.
4. Kelompok itu telah tiba pada tahap mulai melaksanakan semua rencana mereka
sesuai dengan perkembangan keadaan yang mereka hadapi.Selain melalui proses diatas,
terdapat tahapan-tahapan dalam pengorganisasian masyarakat yaitu:
1.Memulai pendekatan. Mulai mendekati suatu kelompok selalu memerlukan
apa yang selama ini dikenal sebagai sebagai “pintu masuk” (entry point) atau
“kunci” yang menentukan untuk mulai membangun hubungan dengan msyarakat
setempat.
2. Investigasi sosial (riset partisipatoris) merupakan kegiatan riset (penelitian)
untuk mencari dan menggali akar persoalan secara sistematis dengan cara
partisipatoris. Organizer terlibat dalam kehidupan komunitas langsung dari dan
bersama-sama komunitas, menemukan beberapa masalah yang kemudian
bersama anggota komunitas melakukan upaya klasifikasi untuk menentukan
masalah apa yang paling kuat dan mendesak untuk diangkat.
3. Memfasilitasi proses, merupakn salah satu fungsi paling pokok dari seorang
pengorganisir. Memfasilitasi ini dalam artian memfasilitasi proses-proses
pelatihan atau pertemuan saja.

22
4.Merancang strategi.Merancang dan merumuskan strategi dalam
pengorganisasian masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan dan
mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di tengah masyarakat.
5. Mengerahkan aksi (tindakan). Mengorganisir aksi bersama komunitas untuk
melakukan suatu aksi (tindakan) yang memungkinkan keterlibatan (partisipasi)
masyarakat sebenar-benarnya dalam penyelesaian maslah mereka sendiri.
6.Menata organisasi dan keberlangsungnya. Mengorganisir masyarakat juga
berarti membangun dan mengembangkan satu organisasi yang didirikan,
dikelola dan dikendalikan oleh masyarakat setempat sendiri.
7.Membangun sistem pendukung. Secara garis besar, berbagai jenis peran dan
taraf kemampuan yang biasanya dibutuhkan sebagai system pendukung dari luar
dapat dikelompokkan sebagai berikut:

a. Menyediakan berbagai bahan-bahan dan media kreatif untuk


pendidikan dan pelatihan, kampanye, lobbi, aksi-aksi
langsung dan sebagainya.
b. Pengembangan kemampuan organisasi rakya itu sendiri untuk
merancang dan menyelenggarakan proses-proses pendidikan
dan pelatihan warga atau anggota mereka.
c. Penelitian dan kajian, terutama dalam rangka penyediaan
informasi sebagai kebijakan dan perkembangan di tingkat
nasioanal dan internasional, mengenai masalah atau issu
utama yang diperjuangkan oleh rakyat setempat.

4. Pendekatan Dalam Pengorganisasi Masyarakat


Banyak pihak yang berkepentingan dengan diorganisasikannya
masyarakat. Pemerintah ingin masyarakat berhimpun untuk memudahkan
dalam pemberian penyuluhan, pembinaan, dan pemberian bantuan. Dapat
saja suatu perusahaan ingin masyarakat berorganisasi agar memudahkan
untuk memberi pembinaan, penyediaan sarana produksi, ataupun pemasaran
hasil dalam rangka bermitra (misalnya dalam pola bapak angkat ataupun
perusahaan inti- plasma). Pihak yang dapat mengorganisasikan masyarakat

23
ialah (Coremap II, 2006):
 Tenaga penyuluh teknis/lapangan dari instansi pemerintah
 Tenaga pendamping dari lembaga pengembangan swadaya
masyarakat (LSM);
 Tenaga penyuluh dari perusahaan inti; atau
 Motivator desa, yaitu tenaga penggerak dari kalangan anggota
masyarakat sendiri yang ingin berbakti untuk memajukan
masyarakatnya.
Pada prinsipnya Pengorganisasian Masyarakat mempunyai orientasi
kepada kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu menurut “\oss Eurray” dalam Pengorganisasian Easyarakat,
terdapat 3 Pendekatan yang digunakan (Latief, 2009), yaitu:

l. Spesific Content Objectiνe Approach


Adalah Pendekatan baik perseorangan ( Promokesa ), Lembaga
swadaya atau Badan tertentu yang merasakan adanya masalah kesehatan dan
kebutuhan dari masyarakat akan pelayanan kesehatan, mengajukan suatu
proposal / program kepada instansi yang berwenang untuk mengatasi
masalah dan memenuhi kebutuhan masyarakat tersebut. Contoh : Program
penanggulangan sampah.

2. General Content Objectiνe Approach


Adalah Pendekatan yang mengkoordinasikan berbagai upaya dalam
bidang kesehatan dalam suatu wadah tertentu. Misalnya : Program
Posyandu, yang melaksanakan 5 ‚ 7 upaya kesehatan yang dijalankan
sekaligus.

3. Process Objectiνe Approach


Adalah Pendekatan yang lebih menekankan kepada proses yang
dilaksanakan oleh masyarakat sebagai pengambil prakarsa, mulai dari
mengidentifikasi masalah, analisa, menyusun perencanaan penaggulangan
masalah, pelaksanaan kegiatan, sampai dengan penilaian dan pengembangan
kegiatan ; dimana masyarakat sendiri yang mengembangkan kemampuannya
sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Yang dipentingkan dalam

24
pendekatan ini adalah Partisipasi masyarakat / Peran Serta Masyarakat
dalam Pengembangan Kegiatan.

Proses pengorganisasian masyarakat yang benar mempunyai ciri-ciri


sebagai berikut:

1. Berlandaskan sosial-budaya masyarakat setempat;


2. Pengakuan hak-hak atau penghormatan martabat masyarakat setempat;
3. Perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan bersama masyarakat;
4. Fungsi dan manfaat sumberdaya alam yang berkelanjutan;
5. Mengutamakan prakarsa masyarakat untuk perubahan ke arah
6. Kemajuan;

7. Upaya secara bertahap dan terus-menerus.

5. Perencanaan dalam Pengorganisasian Masyarakat


menurut subiyakto (1978, dalam Sumijatun 2005) salah satu faktor
yang penting dalam pengorganisasian komunitas adalah rencana kegiatan
yang terdapat dua bentuk seperti yang diuraikan berikut ini :
1. Bentuk langsung (direct)
a. Indentifikasi masalah atau kebutuhan yang dapat dilakukan melalui
tokoh masyarakat (key-person) atau bisa juga melalui musyawarah
kelompok (komunitas)
b. Perumusan masalah: yang dinyatakan dengan cara yang menggugah
serta dapat menarik minat dan partisipasi masyarakat. Sebaliknya bila
tidak dilakukan dengan baik mungkin dapat mendatangkan kegagalan
c. Menggunakan nilai-nilai sosial yang sama dalam mengekspresikan
hal-hal tersebut
2. Bentuk tidak langsung (inderect)
Disini diperlukan adanya individu-individu yang menyakini tentang
adanya masalah/kebutuhan yang bila dilakukan tindakan tertentu akan

25
memberi manfaat kepada masyarakat. Selanjutnya orang-orang ini
harus mampu meyakinkan pihak lain tentang hal ini. Secara formal
orang-orang ini misalnya pihak pemerintaha, tetapi bisa juga secara
informal yakni melalui “key-person” seperti dikemukan di atas.
Hal ini dapat berupa perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Untuk menampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh
para petugas
b. Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi
dalam kegiatan ini

6. Peranan Dan Persyaratan Menjadi Petugas Pengorganisasian Masyarakat


(Community Worker)
Peranan adalah tugas untuk melakukan kewajiban peran. Peranan petugas
dalam pengembangan dan pengorganisasian masyarakat terbagi dalam beberapa
jenis, antara lain sebagai : pembimbing, enabler dan ahli. Sebagai pembimbing
(guide) maka petugas berperan untuk membantu masyarakat mencari jalan untuk
mencapai tujuan yang sudah ditentukan oleh masyarakat sendiri dengan cara yang
efektif. Tetapi pilihan cara dan penentuan tujuan dilakukan sendiri oleh masyarakat
dan bukan oleh petugas. Sebagai enabler, maka petugas berperan untuk
memunculkan dan mengarahkan keresahan yang ada dalam masyarakat untuk
diperbaiki. Sebagai ahli (expert), menjadi tugasnya untuk memberikan keterangan
dalam bidang-bidang yang dikuasainya (Dinkes Lumajang, 2014).

7. Persyaratan petugas pengorganisasian masyarakat


Persyaratan menjadi petugas pengorganisasian menurut Dinkes Lumajang
(2014) antara lain:
1.Mampu mendekati masyarakat dan merebut kepercayaan mereka dan
mengajaknya untuk kerjasama serta membangun rasa saling percaya antara
petugas dan masyarakat.
2.Mengetahui dengan baik sumber-sumber daya maupun sumber-
sumber alam yang ada di masyarakat dan juga mengetahui dinas-dinas

26
dan tenaga ahli yang dapat dimintakan bantuan.
3. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan
metode dan teknik khusus sedemikian rupa dipindahkan, dimengerti
dan diamalkan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan
dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.
5.Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan
lingkungannya.

6. Mempunyai pengetahuan dasar mengenai ketrampilan (skills) tertentu


yang dapat segera diajarkan kepada masyarakat untuk meningkatkan taraf
hidup masyarakat secara menyeluruh.

7. Mengetahui keterbatasan pengetahuannya sendiri.


BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, dalam istilah ilmiah
adalah saling berinteraksi. Pengorganisasian masyarakat adalah pekerjaan yang terjadi
pada pengaturan local untuk memberdayakan individu, membangun hubungan, dan
membuat tindakan untuk perubahan social. Masyarakat adalah sekumpulan individu
yang tinggal di suatu wilayah dengan batasan tertentu dan saling berinteraksi Aspek
aspek masyarakat terdiri dari proses pengorganisasian, masyarakat, dan tugas yang
diemban masyarakat.
Pengembangan masyarakat adalah proses perubahan sosial berencana dilokalitas
tertentu, dimana sasaran pengembangan masyarakat adalah perbaikan dan peningkatan
bidang ekonomi, teknologi, bahkan sosial dan politik sebagai upaya memenuhi
kebutuhan masyarakat sepanjang mampu dilakukan oleh masyarakat itu sendiri.
Pranarka & Vidhyandika (1996) menjelaskan bahwa ”proses pemberdayaan
mengandung dua kecenderungan. Pertama, proses pemberdayaan yang menekankan
pada proses memberikan atau mengalihkan sebagian kekuatan, kekuasaan atau
kemampuan kepada masyarakat agar individu lebih berdaya. Kecenderungan pertama

27
tersebut disebut kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan
kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kebidanan yang nantinya akan terjun di masyarakat
khusunya sebagai bidan komunitas, perlu adanya pemahaman mendalam mengenai
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta pemberdayaan komunitas,
memahami konsep dasar tersebut sebagai landasan dan acuan dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan komunitas

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, Zaenudin. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penerbit Fajar.
Adedokun, O.M. C.W, Adeyamo, and E.O. Olorunsula. 2010. The Impact of
Communication on Community Development. J Communication, 1(2): 101-105.
Adi, Isbandi Rukminto. 2016. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231
Adisasmita, Rahardjo. 2017. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ali Aziz, M. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Anisah B,dkk ; Teori Belajar Orang Dewasa; Penerbit PT.Rosdakarya, Bandung Indonesia. Cetak

Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori

dan Praktik. Ed. 3. Jakarta: EGCan pertama, Mei 2011.

28

Anda mungkin juga menyukai