DOSEN PEMBIMBING
Ns.Lukman Hakim,M.Kep
DISUSUN OLEH
Kelompok 4
Dwi Fara Ukvi Atika (P07224320081)
Listianah ( P07224320088)
Nadya Wulandari (P07224320091)
Nanda Rizqy Fadillah (P07224320092)
Noer Hidjriani (P07224320093)
Nur Fitriyani (P07224320096)
Tiara Mawarni ( P07224320107)
Vika Rosalina Putri Sri Sentosa ( P07224320110 )
Yesika Nur Islamiyah ( P0722423200111)
2020/2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah asuhan kebidanan komunitas ini dengan judul ” Asuhan
Kebidanan Komunitas Pemberdayaan Dan Pembelajaran Orang Dewasa Serta
Perorganisasian Masyarakat” ini tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun dengan tujuan agar menambah wawasan penulis. Dalam
menyusun makalah ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak oleh karena itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan semua yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu
saya mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun guna kesempurnaan
makalah ini.
Penulis
2
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.................................................................................................................2
Daftar Isi...........................................................................................................................3
Bab I Pendahuluan...........................................................................................................4
Daftar Pustaka.................................................................................................................22
3
BAB I
PENDAHULUAN
Masyarakat saat ini sudah berkembang pesat dan kritis akibat berbagai
perubahan baik perubahan pengetahuan atau teknologi yang terjadi di berbagai bidang.
Pembangunan yang juga perkembang di berbagai bidang ikut mendorong
perkembangan masyarakat. Masalah-masalah yang dihadapi umat manusia juga
semakin beragam, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi berimbas terhadap
berbagai aspek kehidupan seperti agama, sosial, budaya, ekonomi, politik dan
sebagainya. Masalah lain yang juga timbul adalah berubah dan bertambahnya
kebutuhan masyarakat dalam memenuhi kehidupan sehari-hari. Adanya perubahan
menuntut masyarakat untuk mulai mengorganisasi kehidupan mereka guna menunjang
kehidupan.
4
dengan skala prioritas tadi berdasarkan atas sumber- sumber yang ada di masyarakat
sendiri maupun yang berasal dari luar, dengan usaha secara gotong-royong, maka
diperlukan pembelajaran orang dewasa, pemberdayaan serta pengorganisasian
masyarakat.
Belajar adalah kegiatan yang menghasilkan perubahan pada diri individu yang
sedang belajar baik actual maupun potensial dan perubahan itu adalah hasil proses
belajar. Pada proses belajar terdapat kegiatan jiwa sendiri. Pada setiap kegiatan belajar
tidak semua yang terjadi merupakan hal yang baru, kadang – kadang hanya sebagian
saja yang baru.
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Apa pengertian dari definisi pemberdayaan masyarakat?
1.2.2 Apa saja bentukan dan peran dari pemberdayaan masyarakat ?
1.2.3 Apa itu hakekat dari pembelajaran bagi orang dewasa ?
1.2.4 Apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran bagi orang dewasa ?
1.2.5 Bagaimana tahapan-tahapan perorganisasian dalam masyarakat ?
1.3 Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk
1.3.1 Mengetahui Definisi dari pemberdayaan masyarakat
1.3.2 Mengetahui Apa saja bentukan dan peran dari pemberdayaan masyarakat
1.3.3 Mengetahui Apa hakekat dari pembelajaran bagi orang dewasa
1.3.4 Mengetahui Apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran Bagi Orang Dewasa
1.3.5 Mengetahui bagaimana saja tahapan tahapan perorganisasian yang terjadi dalam
masyarakat ?
.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat memberikan manfaat serta menambah
ilmu pengetahuan dan wawasan para pembaca, sehingga dapat
mengaplikasikannya dalam memberikan pelayanan kebidanan.
5
BAB II
PEMBAHASAN
Tujuan
2. Timbulnya kemauan dan kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari kesadaran dan
pemahaman terhadap objek, dalam hal ini kesehatan
4. Menjalin kemitraan
6
5. Desentralisasi
1. Individu
2. Keluarga
3. Kelompok masyarakat
4. Organisasi masyarakat
4. Community material : setiap daerah memiliki potensi tersendiri yang dapat digunakan
untuk memfasilitasi pelayanan kesehatan. Misalnya, desa dekat kali pengahsil pasir
7
memiliki potensi untuk melakukan pengerasan jalan untuk memudahkan akses ke
puskesmas.
4 Penyelenggaraan
1. Pos Pelayanan Terpadu (POSYANDU) Lima program prioritas: KB, KIA, Imunisasi,
dan penanggulangan diare, perbaikan Gizi. Kegiatan posyandu lebih dikenal dengan
sistem lima meja:
5 melakukan pemeriksaan (ibu hamil, ibu nifas, ibu menyusui, bayi dan balita)
6 memberikan imunisasi,
7 penyuluhan kesehatan masyarakat terutama kesehatan ibu dan anak,
8 pelatihan
9 pembinaan kepada kader dan masyarakat.
8
4. Dana Sehat
a. Usaha Kesehatan Sekolah (UKS), dilaksanakan pada 34 kabupaten dan telah
mencakup 12.366 sekolah
b. Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD), dilaksankan pada 96
kabupaten c. Pondok Sehat, dilaksanakan pada 39 kabupaten atau kota
d. Organisasi atau Kelompok lainnya (seperti tukang becak, supir angkutan
kota,dll.), telah dilaksanakan pada 10 kabupaten atau kota.
e. Masih merupakan tugas berat untuk melibatkan semua LSM untuk berkiprah
dalam bidang Kesehatan
9
7. Pos Gizi (pos timbangan)
10
Sanksi Pemberdayaan Kesehatan
11
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBELAJARAN
ORANG DEWASA
3. Keluarga
Bagi para peserta, latar belakang keluarga merupakan faktor yang cukup
dominan.
Keluarga yang utuh dan harmonis serta penuh syukur akan berpengaruh
positif terhadap dirinya, begitupun sebaliknya. Keluarga dengan banyak anak
dan yang sedikit anak akan menimbulkan masalah yang berbeda, hal tersebut
juga mempengaruhi sikap belajar.
4. Daya ingat
12
Diakui banyak orang bahwa makin lanjut usia dibarengi dengan penurunan
daya ingat. Orang dewasa lebih mudah lupa dibanding anak-anak.
Ada ungkapan tentang perbedaan anak dan orang dewasa dalam belajar
bahwa anak belajar ibarat mengukir di atas batu. Artinya anak-anak lebih
lama untuk memahami sesuatu tetapi kalau sudah paham terus diingatnya
dan sulit untuk dilupakan. Sedangkan pada orang dewasa, ia mudah
memahami sesuatu tetapi belum beberapa lama sudah terlupakan. Ibarat
mengukir di atas air, oleh karena itu dalam proses belajar orang dewasa
catatan dan resume atau rangkuman materi pelajaran sangatlah membantu
peserta.
2. Faktor pendengaran
Tak dipungkiri pada usia lanjut fungsi pendengaran juga menurun. Dalam
hal ini perlu pengaturan secara baik dari fasilitator maupun media yang
digunakan seperti radio, kaset, dan lain-lain harus memungkinkan semua
peserta dapat mendengar dengan jelas.
13
3. Faktor artikulasi
Artikulasi dipengaruhi oleh struktur alat-alat ucap di dalam rongga mulut.
Pada usia lanjut, banyak yang sebagian giginya tanggal, tenggoroan yang
tidak sesempurna pada masa remaja. Apalagi yang mendapat gangguan
syaraf akibat stroke, bibir menurun, dan pipi cekung serta tidak jarang secara
reflek bergetar, dan lain-lain. Kondisi seperti ini mempengaruhi pelafalan
seseorang. Pelafalan yang tidak tepat mempengaruhi makna bahasa. Hal
tersebut perlu disadarin oleh fasilitator agar pelafalan kata diupayakan
dengan tepat.
4. Faktor penyakit
Bertambah usiapun sering dibarengi dengan penyakit yang disebabkan
fungsi organ tubuh mulai berkurang. Biasanya penyakit yang mengiringi
usia itu adalah gula darah, kolesterol, tekanan darah yang meninggi atau
menurun, dan lain-lain. Gangguan penyakit ini mengurangi stamina fisik dan
ketahanan psikis. Dengan kondisi ini perlu diperhatikan: Agenda pelajaran
perlu dipertimbangkan untuk tidak menjadwalkan proses belajar hingga
larut malam, latihan fisik yang berlebihan dan pengaturan menu makanan
yang cocok.
1) Nilai manfaat
2) Sesuai dengan pengalaman
3) Masalah sehari-hari
4) Praktis
14
5) Sesuai kebutuhan
6) Menarik
7) Berfarisipasi aktif
8) Kerja sama
9) Lakukan perhatian dalam suasana informal
10) Variasikan metode pembelajaran
11) Variasikan metode pembelajaran
12) Arahkan dan berikan motivasi
13) Tunjukkan antusiasme
Banyak orang dewasa yang merasa sudah tua yakin bahwa mereka lebih
sukar dilatih. Mereka kurang bisa menyesuaikan diri dengan perubahan dan
terlalu tua untuk belajar. Sifat ini akan lebih menekan apabila mereka
diperlakukan seperti anak-anak. Orang tua yang diperlakukan seperti anak-
anak akan menimbulkan banyak masalah seperti motivasi yang rendah, serta
bakan dan pengalaman mereka tidak dapat dimanfaatkan dan dikembangkan.
Untuk menghadapi orang dewasa seperti ini diperlukan suatu metode atau
pendekatan yang tepat serta menggunakan teknik-teknik partisipatif. Orang
dewasa akan lebih siap belajar apabila mempunyai dorongan untuk ingin
15
tahu sesuatu, sehingga pendidikan/pembelajaran orang dewasa perlu
dirancang untuk dapat menimbulkan rangsangan keingintahuan.
Orang dewasa seolah-olah sudah yakin terhadap apa yang pernah dipelajari,
sehingga cinderung untuk menolak hal-hal yang sifatnya baru. Mereka sulit
menerima gagasan, konsep, metode, dan prinsip yang baru. Hal ini yang
menyebabkan mereka bertindak secara otoriter sebagai cara untuk
mempertahankan diri.
16
mengakibatkan perubahan sikap dan perilaku yang bersifat (dapat dikategorikan)
sebagai perkembangan pribadi, dan peningkatan partisipasi sosial dari individu
yang bersangkutan.Setiana (2005) menyatakan bahwa tujuan dari pendidikan
orang dewasa pada hakekatnya adalah terjadinya proses perubahan perilaku
menuju ke arah yang lebih baik dan menguntungkan hanya dapat terjadi apabila
ada perubahanperubahan yang cukup mendasar dalam bentuk atau peningkatan
pengetahuan, keterampilan dan sekaligus sikap. Topatimasang (dalam Asmin,
2005) berpendapat bahwa tujuan pendidikan didasarkan pada anggapan bahwa
tujuan utama pendidikan adalah menghasilkan keseluruhan pengetahuan dari
satu generasi ke generasi berikutnya. Asumsi ini menyiratkan dua hal, yakni: 1.
Jumlah pengetahuan cukup sedikit untuk dikelola secara menyeluruh oleh sistem
pendidikan dan 2. Kecepatan perubahan yang terjadi dalam tata budaya atau
masyarakat cukup lambat sehingga memungkinkan untuk menyimpan
pengetahuan dalam kemasan tertentu serta menyampaikannya sebelum
pengetahuan itu sendiri berubah. 3. Globalisasi informasi dan teknologi canggih
menjelang tahun 2000 an telah mempercepat ausnya ilmu pengetahuan dan
teknologi dalam lapangan kerja ataupun dalam pergaulan hidup ditengah-tengah
masyarakat. Kenyataan itu mendorong orang dewasa untuk menyesuaikan diri
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan kemampuan
dan kesempatannya belajar. Untuk melayani kebutuhan orang dewasa yang ingin
belajar, diperlukan bantuan pelayanan dan fasilitator, bahkan para pejabat
penyelia dan pengelola lembaga pendidikan orang dewasa agar kegiatan belajar
dan pembelajaran orang dewasa dapat berlangsung secara efektif dan efisien.
Untuk dapat memberikan bantuan layanan, fasilitator, penyelia dan pengelola
pendidikan bagi orang dewasa, perlu dimiliki pengetahuan teoritis tentang
belajar dan pembelajaran bagi mereka. Literasi digital adalah pengetahuan dan
kecakapan untuk menggunakan media digital, alat-alat komunikasi, atau jaringan
dalam menemukan, mengevaluasi, menggunakan, membuat informasi, dan
memanfaatkannya secara sehat, bijak, cerdas, cermat, tepat, dan patuh hukum
dalam rangka membina komunikasi dan interaksi dalam kehidupan sehari-hari.
Literasi digital juga merupakan kemampuan menggunakan teknologi informasi
17
dan komunikasi (TIK) untuk mengkomunikasikan konten/informasi dengan
kecakapan kognitif dan teknikal. Digital literasi lebih cenderung pada hal hal
yang terkait dengan keterampilan teknis dan berfokus pada aspek kognitif dan
sosial emosional dalam dunia dan lingkungan digital. Elemen esensial untuk
mengembangkan literasi digital: Kultural, yaitu pemahaman ragam konteks
pengguna dunia digital; Kognitif, yaitu daya pikir dalam menilai konten;
Konstruktif, yaitu reka cipta sesuatu yang ahli dan aktual; Komunikatif, yaitu
memahami kinerja jejaring dan komunikasi di dunia digital; Kepercayaan diri
yang bertanggung jawab; Kreatif, melakukan hal baru dengan cara baru; Kritis
dalam menyikapi konten; dan bertanggungjawab secara social
KESIMPULAN
18
penglihatan, sedangkan factor psikologis menyangkur tentang bakat/kecerdasan,
motivasi, perhatian, berfikir, dan daya ingat.
19
di suatu wilayah tertentu, mempunyai kebudayaan sama serta melakukan
sebagian besar kegiatan di dalam kelompok / kumpulan manusia tersebut (Anif,
2012).
20
Dari pengertian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa pengorganisasian adalah
suatu kegiatan untuk mengelompokkan orang-orang dengan tugas dan fungsinya
masing-masing yang kesemuanya saling berhubungan dan saling mempengaruhi.
21
2. Membuat rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh
keseluruhan masyarakat.
3. Melakukan upaya penyebaran rencana untuk mensukseskan rencana tersebut.
22
4.Merancang strategi.Merancang dan merumuskan strategi dalam
pengorganisasian masyarakat benar-benar diarahkan untuk melakukan dan
mencapai perubahan sosial yang lebih besar dan lebih luas di tengah masyarakat.
5. Mengerahkan aksi (tindakan). Mengorganisir aksi bersama komunitas untuk
melakukan suatu aksi (tindakan) yang memungkinkan keterlibatan (partisipasi)
masyarakat sebenar-benarnya dalam penyelesaian maslah mereka sendiri.
6.Menata organisasi dan keberlangsungnya. Mengorganisir masyarakat juga
berarti membangun dan mengembangkan satu organisasi yang didirikan,
dikelola dan dikendalikan oleh masyarakat setempat sendiri.
7.Membangun sistem pendukung. Secara garis besar, berbagai jenis peran dan
taraf kemampuan yang biasanya dibutuhkan sebagai system pendukung dari luar
dapat dikelompokkan sebagai berikut:
23
ialah (Coremap II, 2006):
Tenaga penyuluh teknis/lapangan dari instansi pemerintah
Tenaga pendamping dari lembaga pengembangan swadaya
masyarakat (LSM);
Tenaga penyuluh dari perusahaan inti; atau
Motivator desa, yaitu tenaga penggerak dari kalangan anggota
masyarakat sendiri yang ingin berbakti untuk memajukan
masyarakatnya.
Pada prinsipnya Pengorganisasian Masyarakat mempunyai orientasi
kepada kegiatan tertentu untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Untuk itu menurut “\oss Eurray” dalam Pengorganisasian Easyarakat,
terdapat 3 Pendekatan yang digunakan (Latief, 2009), yaitu:
24
pendekatan ini adalah Partisipasi masyarakat / Peran Serta Masyarakat
dalam Pengembangan Kegiatan.
25
memberi manfaat kepada masyarakat. Selanjutnya orang-orang ini
harus mampu meyakinkan pihak lain tentang hal ini. Secara formal
orang-orang ini misalnya pihak pemerintaha, tetapi bisa juga secara
informal yakni melalui “key-person” seperti dikemukan di atas.
Hal ini dapat berupa perencanaan yang mempunyai dua fungsi, yaitu :
a. Untuk menampung apa yang direncanakan secara tidak formal oleh
para petugas
b. Mempunyai efek samping terhadap mereka yang belum termotivasi
dalam kegiatan ini
26
dan tenaga ahli yang dapat dimintakan bantuan.
3. Mampu berkomunikasi dengan masyarakat, dengan menggunakan
metode dan teknik khusus sedemikian rupa dipindahkan, dimengerti
dan diamalkan oleh masyarakat.
4. Mempunyai kemampuan profesional tertentu untuk berhubungan
dengan masyarakat melalui kelompok-kelompok tertentu.
5.Mempunyai pengetahuan tentang masyarakat dan keadaan
lingkungannya.
27
tersebut disebut kecenderungan primer dari makna pemberdayaan. Sedangkan
kecenderungan kedua atau kecenderungan sekunder menekankan pada proses
menstimulasi, mendorong atau memotivasi agar mempunyai kemampuan atau
keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi pilihan hidupnya.
3.2 Saran
Sebagai mahasiswa kebidanan yang nantinya akan terjun di masyarakat
khusunya sebagai bidan komunitas, perlu adanya pemahaman mendalam mengenai
pengorganisasian dan pengembangan masyarakat serta pemberdayaan komunitas,
memahami konsep dasar tersebut sebagai landasan dan acuan dalam pelaksanaan asuhan
kebidanan komunitas
DAFTAR PUSTAKA
Achmad, Zaenudin. 2018. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jilid 2. Cetakan Kedua.
Jakarta: Penerbit Fajar.
Adedokun, O.M. C.W, Adeyamo, and E.O. Olorunsula. 2010. The Impact of
Communication on Community Development. J Communication, 1(2): 101-105.
Adi, Isbandi Rukminto. 2016. Pemberdayaan Masyarakat dan Partisipasi Masyarakat.
Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hal 227,228,229,230,231
Adisasmita, Rahardjo. 2017. Pembangunan Pedesaan dan Perkotaan. Yogyakarta:
Graha Ilmu.
Ali Aziz, M. 2005. Dakwah Pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta : Pustaka Pesantren
Anisah B,dkk ; Teori Belajar Orang Dewasa; Penerbit PT.Rosdakarya, Bandung Indonesia. Cetak
Anderson, Elizabeth T dan Judith McFarlance. 2007. Buku Ajar Keperawatan Komunitas: Teori
28