PENDAHULUAN
Kematian ibu hingga saat ini masih menjadi masalah utama dalam di bidang Kesehatan Ibu
dan Anak. Hal ini perlu mendapat perhatian karena bayi yang ditinggal mati oleh ibunya, dibandingkan
dengan bayi yang masih memiliki kedua orangtua, memiliki kemungkinan 3-10 kali lebih besar untuk
meninggal dunia dalam waktu dua tahun setelah kematian ibunya. jadi, perlu dilakukan program
kesehatan yang dapat menurunkan faktor risiko kematian ibu, terutama ketika melahirkan.
Data Kementerian Kesehatan menunjukkan angka kematian bayi dan ibu saat melahirkan
mengalami penurunan sejak 2015 hingga semester pertama 2017. Berdasarkan data yang dikutip dari
laman resmi Kementerian Kesehatan, Kamis (17/8) jumlah kasus kematian bayi turun dari 33.278
kasus pada 2015 menjadi 32.007 kasus pada 2016.
Sementara hingga pertengahan tahun atau semester satu 2017 tercatat sebanyak 10.294
kasus kematian bayi. Demikian pula dengan angka kematian ibu saat melahirkan turun dari 4.999
kasus pada 2015 menjadi 4.912 kasus di tahun 2016. Sementara hingga semester satu di tahun 2017
terjadi 1.712 kasus kematian ibu saat proses persalinan.Tingginya AKI di Indonesia dipengaruhi oleh
beberapa hal yang lebih dikenal dengan istilah 4 terlalu dan 3 terlambat, yakni terlalu muda, terlalu tua,
terlalu sering melahirkan , terlalu banyak, terlambat dalam mencapai fasilitas kesehatan, terlambat
mendapatkan pertolongan, serta terlambat mengenali tanda bahaya kehamilan dan persalinan. Secara
berturut-turut, penyebab kematianibu adalah pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%),
Komplikasi massa nifas (8%), emboli (5%), abortus (5%), trauma obstetrik (5%), persalinan
macet/partus lama (5%), dan penyebab lain (11%).
Angka kematian ibu dan bayi merupakan tolak ukur dalam menilai kesehatan suatu bangsa.
Oleh sebab itu, melalui pembuatan berbagai program kesehatan, pemerintah berupaya keras
menurunkan angka kematian ibu dan bayi, contohnya adalah dengan upaya Gerakan Sayang Ibu
(GSI), Safe Motherhood, dan penempatan berbagai bidan di berbagai desa.
Terinspirasi dari di peringatinya Hari Ibu yang jatuh pada 22 Desember lalu, maka salah satu gerakan perdamaian
yang diberinama Gerakan Sayang Ibu ini dirasa perlu untuk diangkat dalam tulisan ini. Istilah Gerakan Sayang Ibu mungkin
1
cukup asing bahkan terdengar aneh di telinga, karena memang tidak banyak yang tahu, dan eksistensinya pun masih
sangat minim. Namun,Gerakan Sayang Ibu (GSI) ini benar adanya.
1.2 TUJUAN
Untuk memenuhi persyaratan alih jenjang dari Bidan Penyelia ke Bidan Ahli, dan
memperoleh pengetahuan tentang Peran bidan dalam kegiatan Gerakan Sayang Ibu.
BAB II
2
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama oleh
pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi yang
ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan melahirkan. Pita
putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang menyatukan individu, organisasi
dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan kehamilan dan persalinan yang aman bagi
setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan seperti
membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk mendukung GSI,
dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya pemeriksaan dan
persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan serta siap menjaga dan
menunggui saat istri melahirkan.
3 (tiga) unsur pokok :
Pertama : Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat bersama
dengan pemerintah.
Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan perbaikan kualitas
hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan angka kematian ibu
karena hamil, melahirkan dan nifas.
3
5. Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan
penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6. Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun
mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.
7. Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
8. Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.
9. Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
10. Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan
bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.
4
b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai hak- hak
Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
c) Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas hidup
perempuan.
Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti :
1. Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
2. Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3. Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
6
4. Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan
(mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
5. Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6. Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan
ekonomi keluarga :
1. Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
2. Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan
kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dalam berbagai
bidang kehidupan
3. Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan.
4. Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras
Hambatan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe Motherhood telah memungkinkan
ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan makin dekat pada
pelayanan medis yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk semata-
mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK (Surat
Keputusan).
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan persalinan hanyalah
persoalan wanita.
Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat. Sebagai bidan
kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa model asuhan
kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan merupakan cara yang paling sesuai
bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.
8
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai kebutuhan ibu
serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan yang seperti ini dan
merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain.
Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood Initiative
pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang misiny untuk
mempromosikn kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan hasil kelhiran serta
menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan kelurganya dan memfokuskan
pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk penapisan, diagnosa dan program
perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa “model asuhan kebidanan ini, yang
mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang paling sesuai untuk
mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan”. Badan ini merumuskan 10 langkah bagi rumah
sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar supaya bisa mendapatkan
predikat “sayang ibu”. Sebagaimana dikutip dari bahan CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah
tersebut ialah :
1. Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan
seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk intervensi-
intervensi dan hasil asuhannya.
3. Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan kepercayaan, nilai dan
adat istiadat yang dianut ibu.
4. Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak kemanapun ia
suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil posisi lithotomi
(kecuali jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian).
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah
terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan,
misalnya konseling pemberian ASI/keluarga berencana.
6. Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian ilmiah
tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :
Pencukuran
Enema
9
IV (Intravena)
Menunda kebutuhan gizi
Merobek selaput ketuban secara dini
Pemantauan janin secara elektronik
Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar dengan
menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.
7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa penggunaan
obat-obatan.
8. mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan kurang bulan,
agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri sedapat mungkin.
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni “Sepuluh Langkah Sayang Bayi
Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberia ASI yang baik.
CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai berikut :
1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah
Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita harus
mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita percaya bahwa model
asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses normal dari kelahiran, adalah yang
paling sesuai bagi sebagian besar wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan
Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang mereka
perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk melahirkan dan
mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang turut memberi asuhan,
serta oleh lingkungan dimana ia melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang ibu.
Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut. Sebagai bidan kita harus
mendukung wanita yang sedang melahirkan dan bukan untuk mengendalikan proses kelahiran
tersebut. Kita harus menghormati bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si
pemberi asuhan merupakan actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.
3. Otonomi
10
Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat
keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan menjelaskan informsi
secara benar tentang resiko dan keuntungan dari semua prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga
harus mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang
terbaik baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya (termasuk
kepercayaan adat dan agamanya.
4. Jangan Menimbulkan Penderitaan
Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada indikasi
kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa postpartum dengan
pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat menimbulkan resiko, baikbagi ibu
mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur semacam itu yng sudah terbukti tidak ada manfaat
nyata adalah meliputi episiotomi rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan lender bagi
semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak melakukan apapun.
Asuhan selama kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga pengobatan untuk
komplikasi harus didasari bukti ilmiah.
5. Tanggung Jawab
Setiap pemberi asuhan bertanggung jawab atas kualitas yang diberikannya. Praktek
suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi asuhan tetapi semata-
mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas tinggi yang berfokus pada klien, dan
bersifat sayang ibu yang berdasarkan pada penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap
bidan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Bidan berperan penting sebagai ujung tombak atau orang yang berada di garis terdepan
karena merupakan tenaga kesehatan yang berhubungan langsung dengan wanita sebagai sasaran
program. Oleh sebab itu, bidan perlu senantiasa meningkatkan kompetensinya, salah satunya dengan
meningkatkan pemahaman asuhan kebidanan mulai dari wanita hamil hingga nifas serta asuhan
kebidanan untuk kesehatan bayi.
11
3.2 KRITIK DAN SARAN
Penulis menyadari masih banyak kekurangan pada penulisan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis berharap terhadap kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini untuk yang selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA
1. Anita Lockhart RN. MSN, Dr. Lyndon Saputra. Asuhan kebidanan kehamilan fisiologis dan patologis.
Binarupa Aksara publisher. 2014
2 .Data Kementerian Kesehatan semester pertama ( Bulan Januari sampai dengan Juni 2017 )
3. Materi-paksyaf.blogspot.com/2011/06/gerakan-sayang-ibu.htm
12
13