Anda di halaman 1dari 9

Gerakan Sayang Ibu

GERAKAN SAYANG IBU


GERAKAN SAYANG IBU
Syafrudin, SKM, M.Kes.

A. PENGERTIAN
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-sama
oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia dengan
meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi
yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan
melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang
menyatukan individu, organisasi dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan
kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan
seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk mendukung
GSI, dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah menyiapkan biaya
pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan dan tempt persalinan
serta siap menjaga dan menunggui saat istri melahirkan.

3 (tiga) unsur pokok :


Pertama : Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan
oleh masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan dan
perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat penurunan
angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.

B. TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU


1) Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta menurunkan angka
kematian bayi.
2) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit menular Seksual
(PMS).
3) Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan, proses
melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan bayi.
4) Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.
5) Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya penanggulangan
penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6) Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan membangun
mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.
7) Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi
dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan kecamatan.
8) Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta dalam
pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.
9) Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
10) Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta perawatan
bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.

C. SASARAN GERAKAN SAYANG IBU


a) Langsung : Caten (Calon Penganten)
Pasangan Usia Subur (PUS)
Ibu hamil, bersalin dan nifas
Ibu meneteki masa perawatan bayi
Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga
b) Tidak langsung : Sektor terkait
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa

D. RUANG LINGKUP GERAKAN SAYANG IBU


a) Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan angka kematian ibu
dan bayi.
b) Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai hak-hak
Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
c) Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas hidup
perempuan.

E. STRATEGI GERAKAN SAYANG IBU


Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1. Desentralisasi
2. Kemandirian
3. Keluarga
4. Kemitraan

F. PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU


Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1. Identifikasi masalah
2. Penentuan masalah
3. Penentuan tujuan
4. Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5. Penentuan rencana operasional
Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)
Tenaga pelaksana
Dukungan dana dan saran
Monitoring dan Pelaporan
Evaluasi kegiatan

G. PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU


1. Unsur Opersional
a. Kegiatan advokasi dan KIE
b. Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI
c. Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan
d. Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu
2. Unsur Pendukung
a. Orientasi dan penelitian
b. Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi
c. Pengembangan tata cara rujukan
d. Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
e. Peningkatan peran bidan

Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :


a) Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta mengumpulkan dana
untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
b) Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah tersebut.
c) Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai bayi di
masyarakat.
d) Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
e) Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di informasikan ke
bidan puskesmas.
f) Membantu merujuk.

Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)


Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan pelaksanaan GSI
antara lain :
a) Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional
b) Setiap persalinan ditolong oleh tenakes
c) Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik

d) Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya :


Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang membutuhkan
Tersedianya biaya untuk rujukan
Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan, persalinan dan
nifas

H. INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI


Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :
1. Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2. Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :
Jumlah ibu hamil
Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan
Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3. Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat
4. Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti :
1. Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas kesehatan.
2. Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3. Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
4. Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan
(mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
5. Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6. Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan
Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :
1. Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
2. Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan
kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dalam berbagai
bidang kehidupan
3. Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan
4. Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras

Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :


1. Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi
2. Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya
3. Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

Hambatan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe Motherhood telah
memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan
makin dekat pada pelayanan medis yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1. Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk semata-
mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK
(Surat Keputusan).
2. Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan persalinan hanyalah
persoalan wanita.

MODEL ASUHAN KEBIDANAN : PRINSIP-PRINSIP SAYANG IBU


Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan model perawatan
medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsip-prinsip asuhan kebidanan adalah
sebagai berikut :
1. Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
2. Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya indikasi
sebelum berpaling ke teknologi
3. Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu
4. Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5. Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
6. Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7. Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang cukup
8. Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan setelah
mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
9. Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka
10. Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya selama masa
kelahiran anak
11. Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

Penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan selama kehamilan, persalinan, atau


postpartum secara rutin, dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu dan bayinya. Contoh-
contoh semacam itu yang sudah memperlihatkan tidak adanya bukti-bukti manfaatnya seperti
episiotomi, enema dan penghisapan bagi semua bayi secara rutin. Bidn yang sudah terampil
perlu mengetahui kapan untuk tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan selama masa kehamilan,
kelahiran dan postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus didasarkan bukti-bukti ilmiah.
JANGAN MENYAKITI artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa indikasi-
indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk tidak melakukan
tindakan apapun.

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat. Sebagai bidan
kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa model
asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan merupakan cara
yang paling sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan persalinan.

ASUHAN SAYANG IBU


Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan asuhan yang
bersifat Sayang Ibu. Diseluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang dimasyarakatkan dan sudah
terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus berupaya
mendapatkannya. Hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan memberikan jasa
pelayanannya secara tradisional.

Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai kebutuhan ibu
serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan yang seperti ini
dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain.

Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood
Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional yang
misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat meningkatkan
hasil kelhiran serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying ibu, bayi dan
kelurganya dan memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai alternative untuk
penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa model asuhan kebidanan ini, yang
mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang paling sesuai
untuk mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan. Badan ini merumuskan 10
langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa yang harus diikuti agar
supaya bisa mendapatkan predikat sayang ibu. Sebagaimana dikutip dari bahan CIMS dalam
bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1. Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan
seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya dan mendapatkan
dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan.
2. Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk intervensi-
intervensi dan hasil asuhannya.
3. Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan kepercayaan, nilai dan
adat istiadat yang dianut ibu.
4. Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak kemanapun ia
suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil posisi lithotomi
(kecuali jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian).
5. Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah
terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan,
misalnya konseling pemberian ASI/keluarga berencana.
6. Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh penelitian
ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :
Pencukuran
Enema
IV (Intravena)
Menunda kebutuhan gizi
Merobek selaput ketuban secara dini
Pemantauan janin secara elektronik
Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar dengan
menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.

7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa
penggunaan obat-obatan.
8. mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan
kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri
sedapat mungkin.
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban agama.
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni Sepuluh Langkah Sayang
Bayi Prakarsa RS untuk mempromosikan pemberia ASI yang baik.

CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai berikut :

1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah

Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita harus mendukung
dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita percaya bahwa model asuhan
kebidanan yang mendukung dan melindungi proses normal dari kelahiran, adalah yang paling
sesuai bagi sebagian besar wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.

2. Pemberdayaan

Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang mereka perlukan
untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk melahirkan dan
mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang turut memberi asuhan,
serta oleh lingkungan dimana ia melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang ibu. Bahkan
dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut. Sebagai bidan kita harus
mendukung wanita yang sedang melahirkan dan bukan untuk mengendalikan proses kelahiran
tersebut. Kita harus menghormati bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan bahwa si
pemberi asuhan merupakan actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.

3. Otonomi

Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat keputusan yang
sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan menjelaskan informsi secara benar
tentang resiko dan keuntungan dari semua prosedur, obat-obtan, dan tes. Kita juga harus
mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri mengenai apa yang terbaik
baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan yang dianutnya (termasuk
kepercayaan adat dan agamanya.

4. Jangan Menimbulkan Penderitaan

Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada indikasi kearah itu.
Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa postpartum dengan pengujian dan
obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat menimbulkan resiko, baikbagi ibu mupn bayinya.
Contoh-contoh dari prosedur semacam itu yng sudah terbukti tidak ada mnfaat nyata adalah
meliputi episiotomi rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan lender bagi semua bayi
baru lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak melakukan apapun. Asuhan
selama kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga pengobatan untukkomplikasi
harus didasari bukti ilmiah.

5. Tanggung Jawab

Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya. Praktek suhan
persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi asuhan tetapi semata-mata untuk
kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas tinggi yang berfokus pada klien, dan bersifat saying
ibu yang berdasarkan pada penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari setiap bidan

jibarang, Rabu (22/3), Sekretaris Kecamatan Ajibarang, Dra. Prastiwi Purnaningsih, memimpin
Tim Pembinaan Administrasi Desa dan Monev Kegiatan Tahun 2016 Kecamatan Ajibarang ke
Desa Pancasan yang merupakan obyek ke 7 yang dibina setelah Desa Jingkang, Sawangan,
Kracak, Karangbawang, Pandansari dan Banjarsari. Tim sebanyak 7 orang terdiri dari Kasi
Pemerintahan, Kasi Ketentraman dan Ketertiban, Kasubag Perencanaan & Keuangan, Kasubag
Umum & Kepegawaian, Staf Seksi Pemberdayaan Masyarakat dan Pendamping Desa. Tujuan
dilaksanakan pembinaan adalah mengetahui sejauh mana pelaksanaan ketentuan peraturan
perundang-undangan dibidang penyelenggaraan pemerintahan desa.

Setiap kali kunjungan pembinaan ke Desa, Sekcam Ajibarang selalu mengingatkan disiplin
perangkat desa terhadap ketentuan peraturan perundangan antara lain mentaati ketentuan jam
kerja, pakaian dinas, wewenang dan kewajiban, pelayanan masyarakat, tertib administrasi
penyelenggaraan peerintahan desa serta optimalisasi kinerja. Kepala Desa dan seluruh perangkat
desa juga dihimbau untuk memaksimalkan pendapatan daerah antara lain pemungutan PBB dan
percepatan pembayaran serta pelunasannya sesuai jumlah ketetapannya.

Dari beberapa kunjungan ke Desa, ditanggapi positif dan mengharapkan pembinaan


dilaksanakan secara rutin setiap bulan seperti yang disampaikan oleh Sdr. Aminurrohim, Sekdes
Pancasan juga Kades Karangbawang dan Banjarsari.

Salah satu hasil pembinaan telah diketahui bahwa di Desa Pancasan sudah mempunyai BUM
Desa dengan usaha pengelolaan kolam renang, kios dan PAMSIMAS dengan pendapatan Rp.
500.000.000,-/tahun.

Anda mungkin juga menyukai