Anda di halaman 1dari 25

GERAKAN SAYANG IBU

A.   PENGERTIAN
Gerakan sayang Ibu (GSI) adalah gerakan yang mengembangkan kualitas perempuan
utamanya melalui percepatan penurunan angka kematian ibu yang dilaksanakan bersama-
sama oleh pemerintah dan masyarakat dalam rangka meningkatkan sumber daya manusia
dengan meningkatkan pengetahuan, kesadaran, dan kepedulian dalam upaya integrative dan
sinergis.
GSI didukung pula oleh Aliansi Pita Putih (White Ribbon Alliance) yaitu suatu aliansi
yang ditujukan untuk mengenang semua wanita yang meninggal karena kehamilan dan
melahirkan. Pita putih merupakan symbol kepedulian terhadap keselamatan ibu yang
menyatukan individu, organisasi dan masyarakat yang bekerjasama untuk mengupayakan
kehamilan dan persalinan yang aman bagi setiap wanita.
GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan
seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa. Untuk
mendukung GSI, dikembangkan juga program suami SIAGA dimana suami sudah
menyiapkan biaya pemeriksaan dan persalinan, siap mengantar istri ke tempat pemeriksaan
dan tempt persalinan serta siap menjaga dan menunggui saat istri melahirkan.

  3 (tiga) unsur pokok :


Pertama : Gerakan Sayang Ibu merupakan gerakan yang dilaksanakan
oleh masyarakat bersama dengan pemerintah.
Kedua : Gerakan Sayang Ibu mempunyai tujuan untuk peningkatan
dan perbaikan kualitas hidup perempuan sebagai sumber daya manusia.
Ketiga : Gerakan Sayang Ibu bertujuan untuk mempercepat
penurunan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas.
B.   TUJUAN GERAKAN SAYANG IBU
1)            Menurunkan angka kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta menurunkan
angka kematian bayi.
2)            Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai Penyakit menular
Seksual (PMS).
3)            Meningkatkan pengetahuan ibu atau kaum perempuan mengenai perawatan kehamilan,
proses melahirkan yang sehat, pemberian ASI Ekslusif dan perawatan bayi.
4)            Memantapkan komitmen dan dukungn terhadap Gerakan Sayang Ibu.
5)            Meningkatkan kepedulian dan dukungan sector terkait terhadap upaya-upaya
penanggulangan penyebab kematian ibu dan bayi secara terpadu.
6)            Memantapkan kesadaran dan kepedulian masyarakat dalam mengembangkan dan
membangun mekanisme rujukan sesuai dengan kondisi daerah.
7)            Meningkatkan kepedulian dan peran serta institusi masyarakat dan swasta (LSM,
organisasi kemasyarakatan, organisasi profesi) dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan,
dan evaluasi dalam pengumpulan data ibu hamil, bersalin dan nifas di tingkat kelurahan dan
kecamatan.
8)            Meningkatkan fungsi dan peran institusi kesehatan baik pemerintah maupun swasta
dalam pelayanan kesehatan yang aman, ramah dan nyaman bagi ibui dan bayi.
9)            Meningkatkan upaya masyarakat dalam mengubah budaya masyarakat yang merugikan
kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas serta bayi yang dilahirkan.
10)        Meningkatkan upaya pengembangan dana perawatan ibu hamil, bersalin, nifas serta
perawatan bayi di setiap wilayah kelurahan dibawah koordinasi camat.

C.   SASARAN GERAKAN SAYANG IBU


a)      Langsung : Caten (Calon Penganten)
Pasangan Usia Subur (PUS)
Ibu hamil, bersalin dan nifas
Ibu meneteki masa perawatan bayi
Pria/Suami dan seluruh anggota keluarga
b)      Tidak langsung : Sektor terkait
Institusi kesehatan
Institusi Masyarakat
Tokoh masyarakat dan agama
Kaum bapak/pria
Media massa

D.   RUANG LINGKUP GERAKAN SAYANG IBU


a)      Meningkatkan kualitas hidup perempuan dan anak melalui upaya penurunan angka
kematian ibu dan bayi.
b)      Meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku suami istri dan masyarakat mengenai
hak-hak Reproduksi dan Kesehatan Reproduksi.
c)      Menghilagkan hambatan-hambatan yang mempengaruhi upaya peningkatan kualitas
hidup perempuan.

E.   STRATEGI GERAKAN SAYANG IBU


Melalui pendekatan kemasyarakatan, dikembangkan dalam bentuk :
1.      Desentralisasi
2.      Kemandirian
3.      Keluarga
4.      Kemitraan

F.    PERENCANAAN DAN PELAKSANAAN GERAKAN SAYANG IBU


Melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Identifikasi masalah
2.      Penentuan masalah
3.      Penentuan tujuan
4.      Pengembangan alternatif pemecahan masalah
5.      Penentuan rencana operasional
Terdiri dari : Langkah kegiatan ( jadwal kegiatan)
Tenaga pelaksana
Dukungan dana dan saran
Monitoring dan Pelaporan
Evaluasi kegiatan
G.  PELAKSANAAN KEGIATAN GERAKAN SAYANG IBU
1.      Unsur Opersional
a.       Kegiatan advokasi dan KIE
b.      Pengembangan pesan advokasi dan KIE GSI
c.       Pemberdayaan dalm keluarga, masyarakat dan tempat pelayanan kesehatan
d.      Memadukan kegiatan GSI, pondok bersalin dan posyandu
2.      Unsur Pendukung
a.       Orientasi dan penelitian
b.      Pendataan, pemantauan, pemetaan bumil, bulin, bufas dan bayi
c.       Pengembangan tata cara rujukan
d.      Mendukung upaya peningkatan kualitas pelayanan kesehatan
e.       Peningkatan peran bidan

  Tugas Pokok Satgas Gerakan Sayang Ibu meliputi :


a)      Menyusun rencana kerja dalam rangka menurunkan AKI dan AKB serta mengumpulkan
dana untuk ambulance kecamatan dan tabulin.
b)      Advokasi kepada TOMA, TOGA dan TOPOL dapat mendukung GSI wilayah tersebut.
c)      Penyuluhan kepada keluarga serta bumil, bulin, bufas dan ibu yang mempunyai bayi di
masyarakat.
d)     Mengumpulkan data informasi bumil, bulin, bufas dan bayi yang dilakukan.
e)      Memberikan tanda pada bumil beresiko tinggi untuk kemudian dipantau dan di
informasikan ke bidan puskesmas.
f)       Membantu merujuk.

  Memantau Keberhasilan Gerakan sayang Ibu (GSI)


Beberapa hal yang perlu dipantau untuk melihat keberhasilan pelaksanaan GSI
antara lain :
a)      Sektoral terkait berperan aktif dalam kegiatan operasional
b)      Setiap persalinan ditolong oleh tenakes
c)      Kecamatan dan kelurahan dapat melaksanakan kegiatan KIE dengan baik
d)     Kecamatan dan kelurahan dapat melakukan rujukan dengan baik artinya :
         Tersedianya kendaraan untuk membantu bumil melahirkan dan nifas yang
membutuhkan
         Tersedianya biaya untuk rujukan
         Sarana pelayanan kedaruratan medik untuk setiap kasus emergensi kehamilan,
persalinan dan nifas

H.   INDIKATOR KEBERHASILAN SEBELUM DAN SESUDAH GSI


Semakin dan mantapnya peranan organisasi masyarakat dalam GSI, seperti :
1.      Meningkatkan dan mantapnya masyarakat menjadi kader KIE GSI
2.      Mendata ibu hamil dalam lingkungannya termasuk data mengenai :
         Jumlah ibu hamil
         Umur kehamilan, riwayat kehamilan, persalinan dan rencana persalinan
         Mengenai kehamilan yang beresiko dan rencana tindak lanjutnya
3.      Menyampaikan data-data tersebut kepada Satgas GSI setempat
4.      Semakin tumbuhnya ide-ide baru dari masyarakat

Semakin meningkat dan mantapnya pengetahuan dan pemahaman mengenai GSI, seperti :
1.      Mengenai kelainan kehamilan sedini mungkin dan segera membawanya ke fasilitas
kesehatan.
2.      Mempersiapkan biaya persalinan dan perlengkapan bayi
3.      Memeriksakan ibu hamil di sarana kesehatan atau bidan terdekat minimal 4 kali
4.      Mempersiapkan segala kemungkinan yang dapat timbul selama kehamilan dan persalinan
(mempersiapkan donor darah, kendaraan, dsb)
5.      Melaksanakan keadilan dan kesetaraan gender dalam rumah tangga
6.      Memberi keluarga untuk mendapatkan pendidikan
Setinggi mungkin sesuai dengan kemampuan ekonomi keluarga :
1.      Menghindarkan perkawinan remaja putri sebelum usia 20 tahun
2.      Suami-istri merencanakan jumlah anak, waktu mengandung dengan mempertimbangkan
kesehatan istri serta memberi peluang istri untuk meningkatkan potensinya dalam berbagai
bidang kehidupan
3.      Semua kehamilan merupakan kehamilan yang diinginkan
4.      Memperhatikan makanan ibu hamil dan menghindarkan ibu hamil bekerja keras
Ibu hamil semakin mengenali masalah kehamilan seperti :
1.      Menyiapkan biaya persalinan dan perawatan bayi
2.      Melaksanakan berbagai kegiatan demi kesehatan kehamilan dan kelahirannya
3.      Memberikan perawatan kepada bayi yang dilahirkan

Hambatan
Upaya-upaya yang dilakukan pemerintah baik dengan GSI ataupun Safe Motherhood telah
memungkinkan ditambahnya sarana dan prasarana untuk mengajak ibu hamil dan melahirkan
makin dekat pada pelayanan medis yang bermutu.
Akan tetapi GSI juga menemui hambatan dalam pelaksanaannya, antara lain :
1.      Secara Struktural
Berbagai program tersebut masih sangat birokratis sehingga orientasi yang terbentuk semata-
mata dilaksanakan karena ia adalah program wajib yang harus dilaksanakan berdasarkan SK
(Surat Keputusan).
2.      Secara Kultural
Masih kuatnya anggapan/pandangan masyarakat bahwa kehamilan dan persalinan
hanyalah persoalan wanita.

MODEL ASUHAN KEBIDANAN : PRINSIP-PRINSIP SAYANG IBU


Asuhan kebidanan merupakan metode pemberian asuhan yang berbeda dengan model
perawatan medis. Bidan-bidan diseluruh dunia sependapat bahwa prinsip-prinsip asuhan
kebidanan adalah sebagai berikut :
1.      Memahami bahwa kelahiran anak merupakan suatu proses alamiah dan fisiologis
2.      Menggunakan cara-cara yang sederhana, tidak melakukan intervensi tanpa adanya
indikasi sebelum berpaling ke teknologi
3.      Aman, berdasarkan fakta, dan memberi konstribusi pada keselamatan jiwa ibu
4.      Terpusat pada ibu, bukan terpusat pada pemberi asuhan kesehatan/lembaga (Sayang Ibu)
5.      Menjaga privasi dan kerahasiaan ibu
6.      Membantu ibu agar merasa aman, nyaman dan didukung secara emosional
7.      Memastikan bahwa kaum ibu mendapatkan informasi, penjelasan dan konseling yang
cukup
8.      Mendorong ibu dan keluarga agar menjadi peserta aktif dalam membuat keputusan
setelah mendapat penjelasan mengenai asuhan yang akan mereka dapatkan
9.      Menghornati praktek-praktek adapt, dan keyakinan agama mereka
10.  Memantau kesejahteraan fisik, psikologis, spiritual dan social ibu/keluarganya selama
masa kelahiran anak
11.  Memfokuskan perhatian pada peningkatan kesehatan dan pencegahan penyakit

Penggunaan obat-obatan atau prosedur pengobatan selama kehamilan, persalinan, atau


postpartum secara “rutin”, dapat mengakibatkan terjadinya cedera bagi ibu dan bayinya.
Contoh-contoh semacam itu yang sudah memperlihatkan tidak adanya bukti-bukti
manfaatnya seperti episiotomi, enema dan penghisapan bagi semua bayi secara rutin. Bidn
yang sudah terampil perlu mengetahui kapan untuk tidak melakukan sesuatu apapun. Asuhan
selama masa kehamilan, kelahiran dan postpartum dan juga pengobtan komplikasi harus
didasarkan bukti-bukti ilmiah.
“JANGAN MENYAKITI” artinya bahwa intervensi tidak boleh dilakukan tanpa indikasi-
indikasi. Bidan yang sudah terampil mengetahui waktu yang tepat untuk tidak melakukan
tindakan apapun.

Kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses normal., alamiah dan sehat. Sebagai bidan
kita harus mendukung dan melindungi proses persalinan. Sebagai bidan kita yakin bahwa
model asuhan kebidanan, mendukung dan melindungi proses persalinan normal dan
merupakan cara yang paling sesuai bagi mayoritas kaum ibu selama kehamilan dan
persalinan.

ASUHAN SAYANG IBU


Dokumen WHO/Safe Motherhood menjelaskan salah satu cara untuk memberikan asuhan
yang bersifat “Sayang Ibu”. Diseluruh dunia asuhan jenis ini kini sedang dimasyarakatkan
dan sudah terbukti efektif karena kaum ibu merasa nyaman dengan asuhan ini dan akan terus
berupaya mendapatkannya. Hal ini kebetulan pula konsisten dengan caranya bidan-bidan
memberikan jasa pelayanannya secara tradisional.
Jika layanan diberikan dengan penuh hormat dan rasa peduli yang peka sesuai kebutuhan ibu
serta memberikan rasa percaya yang besar, maka ibu akan lebih memilih asuhan yang seperti
ini dan merekomendasikan hal ini pada ibu-ibu yang lain.

Badan Coalition for Improving Maternity Services (CIMS) melahirkan Safe Motherhood
Initiative pada tahun 1987. Badan ini terdiri dari sejumlah individu dan organisasi nasional
yang misiny untuk mempromosikn kesempurnaan model asuhan persalinan yang dapat
meningkatkan hasil kelhiran serta menghemat biaya. Misi ini berdasarkan penelitian, saying
ibu, bayi dan kelurganya dan memfokuskan pada pencegahan dan kesempurnaan sebagai
alternative untuk penapisan, diagnosa dan program perawatan yang berbiaya tinggi.
Salah satu prinsip yang mendasari pemikiran ini ialah bahwa “model asuhan kebidanan
ini, yang mendukung dan melindungi proses kelahiran normal, merupakan langkah yang
paling sesuai untuk mayoritas ibu selama masa kehamilan dan melahirkan”. Badan ini
merumuskan 10 langkah bagi rumah sakit/pusat pelayanan persalinan/rumah-rumah biasa
yang harus diikuti agar supaya bisa mendapatkan predikat “sayang ibu”. Sebagaimana dikutip
dari bahan CIMS dalam bacaan tersebut, kesepuluh langkah tersebut ialah :
1.      Menawarkan suatu askes kepada semua ibu yang sedang melahirkan untuk mendapatkan
seseorang yang akan menemani (suami,anak-anak,teman) menurut pilihannya dan
mendapatkan dukungan emosional serta fisik secara berkesinambungan.
2.      Memberi informasi kepada public mengenai praktek-praktek tersebut, termasuk
intervensi-intervensi dan hasil asuhannya.
3.      Memberikan asuhan yang sifatnyapeka dan responsive bertalian dengan kepercayaan,
nilai dan adat istiadat yang dianut ibu.
4.      Memberi kebebasan bagi ibu yang akan melahirkan untuk berjalan-jalan, bergerak
kemanapun ia suka dan mengambil posisi pilihannya serta menasehati agar tidak mengambil
posisi lithotomi (kecuali jika komplikasi yang dialami mengharuskan demikian).
5.      Merumuskan kebijakan dan prosedur yang jelas untuk pemberian asuhan yang
berkesinambungan (yakni, berkomunikasi dengan pemberi asuhan sebelumnya rujukan sudah
terjadi, dan menghubungkan ibu dengan nara sumber masyarakat yang mungkin ia perlukan,
misalnya konseling pemberian ASI/keluarga berencana.
6.      Tidak rutin menggunakan praktek-praktek dan prosedur yang tidak didukung oleh
penelitian ilmiah tentang manfaatnya, termasuk dan tidak terbatas pada :

         Pencukuran
         Enema
         IV (Intravena)
         Menunda kebutuhan gizi
         Merobek selaput ketuban secara dini
         Pemantauan janin secara elektronik
Dan juga agar membatasi penggunaan oxytocin, episiotomi dan bedah Caesar dengan
menetapkan tujuan dan mengembangkan cara mencapai tujuan tersebut.

7. Mengajarkan petugas pemberi asuhan dalam metoda meringankan rasa nyeri tanpa
penggunaan obat-obatan.
8. mendorong semua ibu (dan keluarganya), termasuk mereka yang bayinya sakit dan
kurang bulan, agar mengelus, mendekap, memberi ASI dan mengasuh bayinya sendiri
sedapat mungkin.
9. Menganjurkan agar jangan menyunat bayi baru lahir jika bukan karena kewajiban
agama.
10. Berupaya untuk mencapai ketentuan WHO-UNICEF mengeni “Sepuluh Langkah
Sayang Bayi Prakarsa RS” untuk mempromosikan pemberia ASI yang baik.

CIMS menyatakan bahwa lndasan filosofis dari suhan saying ibu adalah sebagai berikut :

1. Kelahiran adalah suatu proses alamiah

Kelahiran adalah suatu proses normal, alamiah dan sehat. Sebagai bidan, kita harus
mendukung dan melindungi proses kelahiran tersebut. Sebgai bidn kita percaya bahwa model
asuhan kebidanan yang mendukung dan melindungi proses normal dari kelahiran, adalah
yang paling sesuai bagi sebagian besar wanita selama masa kehamilan dan kelahiran.
2. Pemberdayaan

Ibu-ibu beserta keluarganya memiliki kearifan dan lebih memahami apa yang mereka
perlukan untuk bisa melahirkan. Keyakinan dan kemampuan seorang wanita untuk
melahirkan dan mengasuh bayinya akan diperkuat atau diperlemah oleh setiap orang yang
turut memberi asuhan, serta oleh lingkungan dimana ia melahirkan.
Jika kita bersifat negative dan megeritik, hal itu akan dapat mempengaruhi sorang ibu.
Bahkan dapat juga mempengaruhi lamanya proses persalinan tersebut. Sebagai bidan kita
harus mendukung wanita yang sedang melahirkan dan bukan untuk mengendalikan proses
kelahiran tersebut. Kita harus menghormati bahwa ibu tersebut merupakan actor utama dan
bahwa si pemberi asuhan merupakan actor pendukung Selma proses persalinan tersebut.

3. Otonomi

Ibu beserta keluarganya memerlukan informasi agar supya mereka bisa membuat
keputusan yang sesuai dengan keinginannnya. Kita harus mengetahui dan menjelaskan
informsi secara benar tentang resiko dan keuntungan dari semua prosedur, obat-obtan, dan
tes. Kita juga harus mendukung ibu untuk membuat keputusan sesuai pilihannya sendiri
mengenai apa yang terbaik baginya dan bayinya berdasarkan nilai-nilai dan kepercayaan
yang dianutnya (termasuk kepercayaan adat dan agamanya.

4. Jangan Menimbulkan Penderitaan

Intervensi sebaiknya tidak dilakukan sebagai sesuatu yang rutin, kecuali ada indikasi
kearah itu. Pengobatan dalam kehamilan, melahirkan atau pada masa postpartum dengan
pengujian dan obat-obatan serta prosedur secara rutin dapat menimbulkan resiko, baikbagi
ibu mupn bayinya. Contoh-contoh dari prosedur semacam itu yng sudah terbukti tidak ada
mnfaat nyata adalah meliputi episiotomi rutin bagi para primipara, enema, dan penghisapan
lender bagi semua bayi baru lahir. Bidan yang terampil perlu memahami kapan untuk tidak
melakukan apapun. Asuhan selama kehamilan, melahirkan dan masa postpartum, dan juga
pengobatan untukkomplikasi harus didasari bukti ilmiah.
5. Tanggung Jawab

Setiap pemberi asuhan bertabggung jawab atas kualitas yang diberikannya. Praktek
suhan persalinan seharusnya tidak didasari pada kebutuhan si pemberi asuhan tetapi semata-
mata untuk kebutuhan ibu dan bayi. Asuhan berkualitas tinggi yang berfokus pada klien, dan
bersifat saying ibu yang berdasarkan pada penelitian ilmiah merupakan tanggung jawb dari
setiap bidan.

Gerakan Sayang Ibu


BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Upaya meminimalisasi dan menurunkan tingkat kematian ibu hamil, bayi dan balita maka
semua persalinan yang ditangani oleh dukun bayi harus beralih ditangani oleh bidan. Kecuali
hal-hal yang berhubungan dengan adat dan kebiasaan setempat dengan menjalin hubungan
antara dukun dan bidan, tetapi kemitraan yang berjalan saat ini masih dalam batas pemaknaan
transfer ilmu pengetahuan, serta masih dalam bentuk pembinaan cara-cara persalinan yang
higienis kepada dukun bayi.
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan
dengan pertolongan oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia
baik itu yang tinggal di pedesaan maupun perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun. Hal
tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat. Dan cara atau strategi untuk
membangun cohesive network di antara para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan bidan
dalam melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama.
Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik yang digunakan adalah wawancara
mendalam. Informan yang dipilih adalah Pembinaan kader dalam rangka satuan GSI. Tujuan
dari Pembinaan kader ini adalah untuk menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka
Kematian Bayi.

1.2. Tujuan Penulisan


Tujuan dari penulisan makalah ini adalah :
1.      Untuk mengembangkan pengetahuan tentang “ASKEB V (Kebidanan Komunitas)”
khususnya pada pembahasan tentang Pembinaan Kader dalam rangka Satuan GSI.
2.      Untuk menambah wawasan kita sebagai mahasiswa Akademi Kebidanan khususnya dan
masyarakat luas pada umumnya.
3.      Sebagai pemenuhan tugas dari mata kuliah ASKEB V (Kebidanan Komunitas).
1.3.Manfaat Penulisan

1.      Untuk mahasiswa sebagai bahan pembelajaran untuk menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya dari mata kuliah ASKEB V (Kebidanan Komunitas).
2.      Untuk institusi sebagai referensi dalam kegiatan perkuliahan untuk mencapai peningkatan
mutu dan kualitas mahasiswa dalam mencapai akreditasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.            Definisi Kader
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat
untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak. Para kader
kesehatan masyarakat itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup
sehingga memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara sedarhana.
Kader kesehatan masyarakat bertanggung jawab atas masyarakat setempat serta
pimpinan yang ditujuk oleh pusat-pusat pelayanan kesehatan. Diharapkan mereka dapat
melaksanakan petunjuk yang diberikan oleh para pembimbing dalam jalinan kerja dari
sebuah tim kesehatan.
Para kader kesehatan masyarakat untuk mungkin saja berkerja secara fullteng atau
partime dalam bidang pelayanan kesehatan dan mereka tidak dibayar dengan uang atau
bentuk lainnya oleh masyarakat setempat atau oleh puskesmas. Namun ada juga kader
kesehatan yang disediakan sebuah rumah atau sebuah kamar serta beberapa peralatan
secukupnya oleh masyarakat setempat.

2.2.            Peran Fungsi Kader


Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
a.       Perilaku hidup bersih dan sehat.
b.      Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa.
c.       Upaya penyehatan dilingkunganpeningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita.
d.      Permasyarakatan keluarga sadar gizi.
Kader ditunjukan oleh masyarakat dan biasanya kader melaksanakan tugas-tugas kader
kesehatan masyarakat yang secara umum hampir sama tugasnya dibeberapa Negara yaitu :
1.               Pertolongan pertama pada kecelakaan dan penanganan penyakit yang ringan.
2.               Melaksanakan pengobatan yang sederhana.
3.                Memberian motivasi dan saran-saran pada ibu-ibu sebelum dan sesudah melahirkan.
4.               Menolong persalinan.
5.               Pemberian motivasi dan saran-saran tentang perawatan anak.
6.               Memberikan motivasi dan peragaan tentang gizi.
7.               Program penimbangan balita dan pemberian makanan tambahan.
8.               Pemberian motivasi tentang imunisasi dan bantuan pengobatan.
9.               Melakukan penyuntikan imunisasi.
10.           Pemberian motivasi KB.
11.           Membagikan alat-alat KB.
12.           Pemberian motivasi tentang sanitasi lingkungan,kesehatan perorangan dan kebiasaan
sehat secara umum.
13.           Pemberian motivasi tentang penyakit menular,pencegahan dan perujukan.
14.           Pemberian motivasi tentangperlunya fall up pada penyakit menular dan perlunya
memastikan diagnosis.
15.           Penenganan penyakit menular.
16.           Membantu kegiatan di klinik.
17.           Merujuk penderita kepuskesmas atau ke RS.
18.           Membina kegiatan UKS secara teratur.
19.           Mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh puskesmas membantu pencatatan dan
pelaporan.

2.3.            Pembentukan Kader


Mekanisme pembentukan kader membutuhkan kerjasama tim. Hal ini disebabkan karena
kader yang akan dibentuk terlebih dahulu harus diberikan pelatihan kader. Pelatihan kader ini
diberikan kepada para calon kader didesa yang telah ditetapkan. Sebelumnya telah
dilaksanakan kegiatan persiapan tingkat desa berupa pertemuan desa, pengamatan dan adanya
keputusan bersama untuk terlaksanakan acara tersebut. Calon kader berdasarkan kemampuan
dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini
adalah :
a)      Calon kader yang kan dilatih.
b)      Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
c)      Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
d)     Adanya perlengkapan yang memadai.
e)      Pendanaan yang cukup.
f)       Adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader ).
Tim pelatihan kader melibatkan dari beberapa sector. Camat otomatis bertanggung jawab
terhadap pelatihan ini, namun secara teknis oleh kepala puskesmas. Pelaksanaan harian
pelatihan ini adalah staf puskesmas yang mampu melaksanakan. Adapun pelatihannya adalah
tanaga kesehatan, petugas KB (PLKB), pertanian, agama, pkk, dan sector lain.
Waktu pelatihan ini membutuhkan 32 jam atau disesuaikan. Metode yang digunakan
adalah ceramah, diskusi, simulasi, demonstrasi, pemainan peran, penugasan, dan praktik
lapangan. Jenis materi yang disampaikan adalah:
a)      Pengantar tentang posyandu.
b)      Persiapan posyandu.
c)      Kesehatan ibu dan anak.
d)     Keluarga berencana.
e)      Imunisasi.
f)       Gizi.
g)      Penangulangan diare.
h)      Pencatatan dan pelaporan.
Setelah kader posyandu terbentuk, maka perlu ada nya strategi agar mereka dapat selalu eksis
membantu masyarakat dibidang kesehatan.
a)      Refresing kader posyandu pada saat posyandu telah selesai dilaksanakan oleh bidan desa
maupun petugas lintas sector yang mengikuti kegiatan posyandu.
b)      Adanya perubahan kader posyandu tiap desa dan dilaksanakan pertemuan rutin tiap bulan
secara bergilir disetiap posyandu.
c)      Revitalisasi kader posyandu baik tingkat desa maupun kecamatan. Dimana semua kader
di undang dan diberikan penyegaran materi serta hiburan dan bisa juga diberikan rewards.
d)     Pemberian rewards rutin misalnya berupa kartu berobat gratis kepuskes untuk kader dan
keluarganya dan juga dalam bentuk materi yang lain yang diberikan setiap tahun
Para kader kesehatan yang bekerja dipedesaan membutuhkan pembinaan atau pelatihan
dalam rangka menghadapi tugas-tugas mereka, masalah yang dihadapinya. Pembinaan atau
pelatihan tersebut dapat berlangsung selama 6-8 minggu atau bahkan lebih lama lagi. Salah
satu tugas bidan dalam upaya menggerakkan peran serta masyarakat adalah melaksanakan
pembinaan kader.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah.
1. Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga).
2   Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3. Penyuluhan gzi dan keluarga berencana.
4  Pencatatan kelahiran dan kematian Bayi atau Ibu.
5. Promosi Tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan
saying ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan didalamnya berisi tentang perran kader adalah
dalam daur kehidupan wanita dari mulai kehamilan sampai dengan masa perawatan bayi.
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam persiapan persalinan adalah sebagai berikut :
a)   Sejak awal, ibu hamil dan suami menentukan persalinan ini ditolong oleh bidan atau
dokter.
b)   Suami atau keluarga perlu menabung untuk biaya persalinan.
c)     Ibu dan suami menanyakan kebidan atau kedokter kapan perkiraan tanggal persalinan.
d)     Jika ibu bersalin dirumah, suami atau keluarga perlu menyiapkan terang, tempat tidur
dengan alas kain yang bersih, air bersih dan sabun untuk cuci tangan, handuk kain,
pakaian kain yang bersih dan kering dan pakaian ganti ibu.
Pembinaan kader yang dilakukan bidan yang berisi tentang peran kader dalam deteksi
dini tanda bahaya dalam kehamilan maupun hal-hal berikut ini.
-       Perdarahan ( hamil muda dan hamil tua).
-       Bengkan dikaki, tangan, wajah, atau sakit kepala kadang disertai kejang
-       Demam tinggi
-       Keluar air ketuban sebeleum waktunya
-       Bayi dalam kandungan gerakannya berkurang atau tidak bergerak
-       Ibu muntah terus dan tidak mau makan

2.4.            Pengenalan Tanda Bahaya Kehamilan, Persalinan, Nifas serta Rujukan


1.      Tanda-tanda bahaya kehamilan
Pada setiap kehamilan perlu di informasikan kepada ibu, suami dan keluarga tentang
timbulnya kemungkinan tanda-tanda bahaya dalam kehamilan. Adanya tanda-tanda bahaya
mengharuskan ibu, suami / keluarga untuk segera membawa ibu kepelayanan kesehatan /
memanggil bidan.
Tanda-tanda bahaya kehamilan meliputi :
a)      Perdarahan jalan lahir
b)      Kejang
c)      Sakit kepala yang berlebihan
d)     Muka dan tangan bengkak
e)      Demam tinggi menggigil / tidak
f)       Pucat
g)      Sesak nafas
2.      Tanda-tanda kegawatan dalam persalinan
Sebagai akibat dari permasalahan dalam persalinan, kegawatan dalam persalinan dapat
terjadi dengan tanda-tanda sebagai berikut :
a)      Perdarahan
b)      Kejang
c)      Demam, menggigil, keluar lender dan berbau
d)     Persalinan lama
e)      Mal presentase
f)       Plasenta tidak lahir dalam 30 menit
3.      Kegawatan masa nifas
Pada masa segera setelah persalinan, kegawatan dapat terjadi baik pada ibu ataupun bayi.
Kegawatan yang dapat mengancam keselamatan ibu baru bersalin adalah perdarahan karena
sisa plasenta dan kontraksi serta sepsis (demam). Pada bayi yang baru dilahirkan dapat terjadi
depresi bayi dan atau trauma.
Bila terjadi kegawatan pada ibu / bayi beri tahu ibu, suami dan keluarga tentang
tatalaksanaan yang dikerjakan dan dampak yang dapat ditimbulkan dari tatalaksana tersebut.
Serta persiapan tindakan rujukan. Tindakan ini perlu untuk melibatkan ibu, suami dan
keluarga sehingga tercapai suatu kerjasama yang baik.
Apabila ibu dan bayi sudah berada dirumah, informasikan kepada ibu, suami dan keluarga
bahwa adanya tanda-tanda kegawatan mengharuskan ibu untuk dibawah segera kesarana
pelayanan kesehatan atau menghubungi bidan.
  Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada ibu yang perlu diperhatikan meliputi :
a)      Perdarahan banyak atau menetap
b)      Rasa lelah yang sangat, mata, bibir dan jari pucat
c)      Bengkak pada salah satu atau kedua kaki
d)     Rasa sakit pada perut berlebihan dan lokia berbau busuk atau berubah warna
e)      Pucat, tangan dan kaki dingin (syok)
f)       Tidur turun dratis
g)      Kejang
h)      Sakit kepala berlebihan / gangguan pandangan
i)        Bengkak pada tangan dan muka
j)        Peningkatan tekanan darah
k)      Buang air kecil sedikit / berkurang dan sakit
l)        Tidak mampu menahan BAK / ngompol
m)    Demam tanpa atau dengan menggigil
n)      Adanya kesedihan yang mendalam, kesulitan dalam tidur, makan dan merawat bayi
Adanya salah satu tanda kegawatan tersebut mengharuskan ibu mendapatkan pelayanan
dari bidan / mencari pertolongan kesarana pelayanan kesehatan.
  Tanda-tanda kegawatan masa nifas pada bayi
Pada bayi sebagian besar penyebab kematian adalah karena infeksi, asveksia dan trauma
pada bayi. Pengenalan tanda-tanda kegawatan pada bayi perlu untuk dilakukan
penatalaksanaan lebih dini yang sesuai yang dapat menurunkan kematian tersebut.
Kegawatan bayi dapat terjadi hari-hari pertama masa nifas dan perlu pertolongan segera
ataupun dalam 7 hari pertama masa nifas yang juga memerlukan pertolongan disarana
pelayanan kesehatan.
Kegawatan bayi beberapa hari setelah persalinan harus segera dibawah kesarana
pelayanan kesehatan / hubungi bidan :
1.      Bayi sulit bernafas
2.      Warna kulit dan mata kuning
3.      Pernafasan lebih dari 60 x / menit
4.      Kejang
5.      Pendarahan
6.      Demam
7.      Bayi tidur sepanjang malam dan tidak mau menetek sepanjang hari
8.      Tidak dapat menetek (mulut kaku)
Kegawatan bayi 7 hari pertama masa nifas yang membutuhkan perawatan bidan /
dibawah kesarana pelyanan kesehatan secepatnya :
a)      Hypothermia
b)      Pucat / kurang aktif
c)      Diare / konstipasi
d)     Kesulitan dalam menetek
e)      Mata merah dan bengkak / nanah
f)       Merah pada tali pusat / tercium bau
4.      Rujukan
Rujukan dalam kondisi optimal dan tepat waktu kepfasilitas rujukan / fasilitas yang
memiliki sarana lebih lengkap, diharapkan mampu menyelamatkan jiwa para ibu dan bayi
baru lahir. Meskipun sebagian besar ibu akan mengalami persalinan normal namun 10 sampai
15 % diantaranya akan mengalami masalah selama proses persalinan dan kelahiran bayi
sehingga perlu dirujuk kefasilitas kesehatan rujukan. Sangat sulit untuk menduga kapan
penyakit akan terjadi sehingga kesiapan untuk merujuk ibu dan atau bayinya kefasilitas
kesehatan rujukan secara optimal dan tepat waktu (jika penyulit terjadi) menjadi saran bagi
keberhasilan upaya penyelamatan, setiap penolong persalinan harus mengetahui lokasi
fasilitas rujukan yang mampu untuk menatalaksana kasus gawat darurat obstetri dan bayi
baru lahir seperti :
1.      Pembedahan termasuk bedah sesar
2.      Transfuse darah
3.      Persalinan menggunakan ekstraksi fakum / cunam
4.      Pemberian anti biotik intravena
5.      Resusitasi BBL dan asuhan lanjutan BBL
Informasi tentang pelayanan yang tersedia ditempat rujukan, ketersediaan pelayanan
purna waktu, biaya pelayanan dan waktu serta jarak tempuh ketempat rujukan dadlah wajib
untuk diketahui oleh setiap penolong persalinan jika terjadi penyulit, rujukan akan melalui
alur yang singkat dan jelas. Jika ibu bersalin / BBL dirujuk ketempat yang tidak sesuai maka
mereka akan kehilangan waktu yang sangat berharga untuk menangani penyakit untuk
komplikasi yang dapat mengancam keselamatan jiwa mereka pada saat ibu melakukan
kunjungan antenatal,jelaskan bahwa penolong akan selalu berupaya dan meminta bekerja
sama yang baik dari suami / keluaga ibu untuk mendapatkan layanan terbaik dan bermanfaat
bagi kesehatan ibu dan bayinya,termasuk kemungkinan perlunya upaya rujukan pada waktu
penyulit,seringkali tidak cukup waktu untuk membuat rencana rujukan dan ketidaksiapan ini
dapat membahayakan keselamatan jiwa ibu dan bayinya.
Anjurkan ibu untuk membahas dan membuat rencana rujukan bersama suami dan
keluarganya. Tawarkan agar penolong mempunyai kesempatan untuk berbicara dengan suami
dan keluarganya untuk menjelaskan tentang perlunya rencana rujukan apabila diperlukan.
Masukan persiapan-persiapan dan informasi berikut kedalam rencana rujukan :
1.      Siapa yang akan menemani ibu dan BBL.
2.      Tempat-tempat rujukan mana yang lebih disukai ibu dan keluarga? (jika ada lebih dari
satu kemungkinan tempat rujukan, pilih tempat rujukan yang paling sesuai berdasarkan jenis
asuhan yang diperlukan).
3.      Sarana transportasi yang akan digunakan dan siapa yang akan mengendarainya ingat
bahwa transportasi harus segera tersedia, baik siang maupun malam.
4.      Orang yang ditunjuk menjadi donor darah jika transfuse darah diperlukan.
5.      Uang yang disisihkan untuk asuhan medik, transportasi, obat-obatan dan bahan-bahan.
6.      Siapa yang akan tinggal dan menemani anak-anak yang lain pada saat ibu tidak dirumah.
Kaji ulang rencana rujukan dengan ibu dan keluarganya. Kesempatan ini harus
dilakukan selama ibu melakukan kunjungan asuhan antenatal / diawal persalinan (jika
mungkin). Jika ibu belum membuat rencana rujukan selama kehamilannya, penting untuk
dapat mendiskusikan rencana tersebut dengan ibu dan keluarganya diawal persalinan. Jika
timbul masalah pada saat persalinan dan rencana rujukan belum dibicarakan maka sering kali
sulit untuk melakukan semua persiapan-persiapan secara cepat. Rujukan tepat waktu
merupakan unggulan asuhan saying ibu dalam mendukung keselamatan ibu dan BBL.
Singkatan BAKSOKU dapat digunakan untuk mengingat hal-hal penting dalam
mempersiapkan rujukan untuk ibu dan bayi.
B (Bidan) : Pastikan bahwa ibu dan bayi baru lahir didampingi oleh penolong persalinan yang
kompeten untuk menatalaksana gawat darurat obstetri dan BBL untuk dibawah kefasilitas
rujukan.
A (Alat) : Bawah perlengkapan dan bahan-bahan untuk asuhan persalinan, masa nifas dan
BBL (tabung suntik, selang iv, alat resusitasi, dll) bersama ibu ketempat rujukan.
Perlengkapan dan bahan-bahan tersebut mungkin diperlukan jika ibu melahirkan dalam
perjalanan menuju fasilitas rujukan.
K (Keluarga) : Beri tahu ibu dan keluarga mengenai kondisi terakhir ibu dan bayi dan
mengapa ibu dan bayi perlu dirujuk. Jelaskan pada mereka alas an dan tujuan merujuk ibu
kefasilitas rujukan tersebut. Suami / anggota keluarga yang lain harus menemani ibu dan
BBL hingga kefasilitas rujukan.
S (Surat) : Berikan surat ketempat rujukan. Surat ini harus memberikan identifikasi mengenai
ibu dan BBL, cantumkan alas an rujukan dan uraikan hasil penyakit, asuhan / obat-obatan
yang diterima ibu dan BBL. Sertakan juga partograf yang dipakai untuk membuat keputusan
klinik
O (Obat) : Bawa obat-obatan esensial pada saat mengantar ibu kefasilitas rujukan. Obat-
obatan tersebut mungkin diperlukan selama diperjalanan.
K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang paling memungkinkan untuk merujuk ibu dalam
kondisi cukup nyaman. Selain itu, pastikan kondisi kendaraan cukup baik untuk mencapai
tujuan pada waktu yang tepat.
U (Uang) :ingatkann keluarga agar membawah uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat-obatan yang diperlukan dan bahan-bahan kesehatan lain yang diperlukan
selama ibu dan bayi baru lahir tinggal difasilitas rujukan.

2.5.            Gerakan Sayang Ibu (GSI)


Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui
berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu
karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.

Gerakan Sayang Ibu perlu dilakukan karena :

-       SDM yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan suatu pembangunan.


-       Pembentuakan kualitas SDM yang berkualitas ditentukan dari janin dalam kandungan,
karena perkembangan otak terjadi selama hamil sampai dengan 5 tahun.
-       Kesehatan Ibu dan Anak factor paling strategis untuk meningkatkan mutu SDM.
-       Angka Kematian Ibu ( AKI ) karena hamil, bersalin dan nifas di Indonesia tergolong
tinggi diantara Negara2 ASEAN.
-       Tingginya AKI dan AKB di Indonesia memberikan dampak negati pada berbagai
aspek.
-       Kematian Ibu menyebabkan bayi menjadi piatu yang pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan kualitas SDM akibatnya kurangnya perhatian, bimbingan dan kasih sayang
seorang ibu.
Angka Kematian Ibu karena melahirkan dan nifas ( AKI ) di Kota Yogyakartatahun 2007
yaitu: 4/4872.

Dasar Pelaksanaan :

         Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, tentang Pengesahan Konvensi Mengenai


Penghapusan segala bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan;
Kesepakatan Menteri Koordinasi Kesejahteraan Rakyat, Menteri Kesehatan, Menteri Negara
Pemberdayaan Perempuan pada tanggal 12 Maret 2002;
Maksud dan Tujuan :
         Menyegarkan dan meningkatkan pengetahuan Satgas GSI tentang berbagai program
Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) dari stake holder terkait.
         Menyegarkan dan meningkatkanpengetahuan Satgas Gerakan Sayang Ibu ( GSI ) tentang
peran stake holder terkait dalam Gerakan Sayang Ibu.
Identifikasi Masalah yang menyebabkan kematian Ibu faktor determinan yang perlu
diperhatikan antara lain :

-       Kondisi sosial Ekonomi keluarga meliputi : pendapatan ( daya beli ), derajat pendidikan
ibu, pengetahuan keluarga dan masyarakat tentang kesehatan.
-       Kesehatan reproduksi : umur, paritas, status perkawinan.
-       Tingkat partisipasi masyarakat . Potensi institusi dan peran serta masyarakat.
-       Kondisi sosial budaya masyarakat ( nilai-nilai budaya yang mendukung dan
menghambat).
-       Komitmen politik dan pemerintah daerah : Gubernur, Bupati/Walikot, Camat dan Kepala
Desa/Lurah.
Komitmen para pelaksana : PLKB, Bidan, dll Jenis-Jenis Intervensi yang dapat dilakukan
oleh Daerah : Setiap Daerah memiliki variasi alternatif pemecahan masalah yang berbeda-
beda. Untuk itu jenis-jenis intervensi yang dilakukan disesuaikan dengan sosial budaya,
ekonomi dan tingkat pendidikan keluarga dan masyarakat. Karena melalui GSI diharapkan
akan dapat menekan angka kematian ibu dan bayi, beberapa sebab kematian ibu dan bayi
yang menonjol disebabkan oleh : pendarahan, eklamsia (keracunan kehamilan), infeksi,
penanganan abortus yang tidak aman dan partus (Persalinan) yang lama.Angka kematian ibu
dan bayi yang tinggi juga disebabkan oleh adanya hal-hal diluar medis seperti kurang adanya
kesetaraan gender, nilai budaya di masyarakat yang merendahkan perempuan. Masalah
tersebut mengakibatkan rendahnya perhatian suami/laki-laki terhadap masalah ibu
melahirkan serta kurangnya kemampuan untuk membuat keputusan bagi kesehatan diri
sendiri.

Selanjutnya dikatakan bahwa GSI adalah gerakan percepatan penurunan angka kematian
ibu dan bayi yang dilaksanakan bersama-sama antara pemerintah dan masyarakat, untuk lebih
meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kepedulian dalam upaya interaktif dan
sinergis.Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu wujud hak asasi perempuan dan anak,
akan tetapi pada saat ini kesehatan ibu dan anak khususnya bayi baru lahir, merupakan tugas
bersama antara pemerintah, masyarakat, organisasi kemasyarakatan, organisasi perempuan
dan organisasi profesi. Disamping itu strategi Pemerintah dalam meningkatkan percepatan
penurunan angka kematian ibu dan bayi ini juga dilakukan program advokasi, Komunikasi,
Informasi dan Edukasi (KIE) bagi bidan, LPM, PKK, PLKB, tokoh masyarakat dan tokoh
agama dalam pendataan ibu hamil serta pengembangan rujukan oleh masyarakat serta
peningkatan kualitas kesehatan kepada masyarakat. Disamping ada “SIAGA” ( siap, antar,
jaga ) oleh pemerintah juga telah dikembangkan P 4 K (Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi) yang dimaksudkan untuk menuju persalinan yang aman dan selamat
bagi ibu.Selain itu juga untuk meringankan warga dalam hal pembayaran, biaya persalinan
tersebut dicicil melalui tabungan ibu bersalin (tabulin). Cicilan dibayar sejak seorang ibu
positif hamil sampai tiba saatnya melahirkan. Besar cicilan disesuaikan kemampuan masing-
masing keluarga. Ada yang mencicil Rp 200 seminggu atau lebih. Uang itu disimpan pada
bidan desa. Bila saat melahirkan tiba namun tabulin belum mencapai Rp 175.000, ibu
bersangkutan boleh mencicil sisa biaya setelah melahirkan.

Menurut Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) warga yang belum sanggup mencicil akan
ditalangi. Dana talangan diambil dari tabulin para ibu lain. Para ibu hamil di desa itu juga
diperiksa secara periodik (antenatal care) oleh bidan desa. Setiap ibu hamil mendapat kartu
hasil pemeriksaannya sesuai dengan status kesehatannya. Misalnya, kartu warna merah untuk
ibu hamil yang kondisinya kritis. Kartu kuning untuk ibu hamil yang mempunyai faktor
risiko, dan kartu hijau untuk kehamilan normal.

Diharapkan langkah – langkah tersebut merupakan langkah preventif untuk menekan


angka kematian ibu. Oleh sebab itu program Gerakan Sayang Ibu kali ini, diharapkan
menjadi momentum untuk memperhatikan dan memprioritaskan peningkatan gizi pada ibu
hamil. Harapannya ”Ibu Sehat, Anak Sehat, Bangsa Kuat“ dapat terwujud
BAB III
PENUTUP

3.1.            Kesimpulan
Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh masyarakat
dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan maupun masyarakat
untuk berkerja dalam hubungan yang amat dekat dengan tempat-tempat pemberian pelayanan
kesehatan.
Kader merupakan tenaga masyarakat yang dianggap paling dekat dengan masyarakat
departemen kesehatan membuat kebijakan mengenai latihan untuk kader yang dimaksudkan
untuk meningkatkan pengetahuan, menurunkan angka kematian ibu dan anak.
Peran dan fungsi kader sebagai pelaku penggerakan masyarakat:
-       Perilaku hidup bersih dan sehat.
-       Pengamatan terhadap masalah kesehatan didesa.
-       Upaya penyehatan dilingkunganpeningkatan kesehatan ibu, bayi dan balita.
-       Permasyarakatan keluarga sadar gizi.

Calon kader berdasarkan kemampuan dan kemauan berjumlah 4-5 orang untuk tiap
posyandu. Persiapan dari pelatihan kader ini adalah :
-       Calon kader yang kan dilatih.
-       Waktu pelatihan sesuai kesepakatan bersama.
-       Tempat pelatihan yang bersih, terang, segar dan cukup luas.
-       Adanya perlengkapan yang memadai.
-       Pendanaan yang cukup.
-       Adanya tempat praktik ( lahan praktik bagi kader ).
Adapun hal-hal yang perlu disampaikan dalam pembinaan kader adalah.
1.      Pemberitahuan ibu hamil untuk bersalin ditenaga kesehatan ( promosi bidan siaga).
2.      Pengenalan tanda bahaya kehamilan, persalinan dan nifas serta rujukannya.
3.      Penyuluhan gzi dan keluarga berencana.
4.      Pencatatan kelahiran dan kematian Bayi atau Ibu.
5.      Promosi Tabulin, donor darah berjalan,ambulan desa,suami siaga,satgas gerakan
saying ibu.
Gerakan Sayang Ibu adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan melalui
berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka kematian ibu
karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian bayi.
Gerakan Sayang Ibu perlu dilakukan karena :

-       SDM yang berkualitas sangat menentukan keberhasilan suatu pembangunan.


-       Pembentuakan kualitas SDM yang berkualitas ditentukan dari janin dalam kandungan,
karena perkembangan otak terjadi selama hamil sampai dengan 5 tahun.
-       Kesehatan Ibu dan Anak factor paling strategis untuk meningkatkan mutu SDM.
-       Angka Kematian Ibu ( AKI ) karena hamil, bersalin dan nifas di Indonesia tergolong
tinggi diantara Negara2 ASEAN.
-       Tingginya AKI dan AKB di Indonesia memberikan dampak negati pada berbagai aspek.
-       Kematian Ibu menyebabkan bayi menjadi piatu yang pada akhirnya akan menyebabkan
penurunan kualitas SDM akibatnya kurangnya perhatian, bimbingan dan kasih sayang
seorang ibu.

3.2.            Saran-Saran
-       Diharapkan dengan terbentuknya Pembinaan kader dan GSI (Gerakan Sayang Ibu) dapat
berperan dalam menurunkan Angka Kematian Ibu dan Angka Kematian Bayi. Dengan
menurunnya AKI dan AKB akan mencerminkan Bangsa yang Sehat dan Berkualitas dalam
bidang Kesehatan.

Anda mungkin juga menyukai