Anda di halaman 1dari 13

KOMUNIKASI TERAUPETIK

HAMBATAN DAN SOLUSI DALAM KOMUNIKASI

TERAUPETIK

OLEH :

KELOMPOK 3

1. ANDREAS ANDRI N (NPM 225140083P)


2. ANISA SINTIA (NPM 225140082P)
3. APELIYA SARI (NPM 2251P
4. ASIH TRI LESTARI (NPM 225140077P)
5. DIAN MARIA (NPM 225140091P)
6. EMILIA SEPTIANTI (NPM 225140079P)
7. FITRIYAWATI (NPM 225140089P)
8. HARISA LARASATI (NPM 225140085P)
9. KADEK WARDANI (NPM 225140098P)
10. KOMANG PRITHAYANI (NPM 225140097P)
11. SOFYAN SALEH (NPM 225140191P)

FAKULTAS KESEHATAN JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI S1 KEPERAWATAN ALIH JENJANG

UNIVERSITAS MITRA INDONESIA

TA 2022/2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT., berkat rahmat dan

karunia-Nya kami dapat menyelesaikan makalah  ini dengan baik.

Kami juga tidak lupa mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen

mata kuliah Komunikasi Teraupetik yang telah memberikan tugas ini kepada kami

dan membantu kami sebagai penulis dalam menyelesaikan makalah  ini.

Semoga makalah ini bermanfaat dan bisa menjadi bahan evaluasi dan tolak

ukur dalam makalah-makalah lainnya khususnya bagi mata kuliah Komunikasi

Teraupetik di masa yang akan datang. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan

makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis sangat

mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca agar

penulis dapat membuat makalah ini lebih baik dari sebelumnya.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Bandar Lampung, November 2022

Penulis

DAFTAR ISI

I
KATA PENGANTAR............................................................................................I
DAFTAR ISI.........................................................................................................II
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.......................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan....................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Komunikasi Teraupetik...................................................... 3
2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Teraupetik................................................. 4
2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik Perawat......................................... 5
2.4 Upaya Perawat Mengatasi Hambatan................................................... 7
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan...........................................................................................9
3.2 Saran.....................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................10

II
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi berasal dari bahasa latin communis yang memiliki arti

membuat kebersamaan atau membuat kebersamaan dua orang ataulebih,

kemudian communico artinya memberi (Sari et al., 2020). Komunikasi

dikatakan juga berasal dari kata communicare yang berarti

menyebarluaskan/memberitahukan. Selanjutnya, kata communication

dimaknai sebagai penyampaian lambang-lambang (Purba et al., 2020)

Secara umum, definisi komunikasi oleh Carl I. Hovland menyatakan

bahwa komunikasi merupakan ilmu yang mempelajari upaya yang sistematis,

secara tegas merumuskan asas penyampaian informasi maupun sikap dan

opini. Lain lagi pendapat Wilbur Shcram yang mengemukakan bahwa

komunikasi ialah suatu pelaksanaan persamaan maksa antara komunikator dan

komunikan. Menurut Edward Depari, komunikasi merupakan proses

mengemukakan gagasan, harapan, dan pesan yang disampaikan menggunakan

lambang-lambang tertentu dengan makna yang dimilikinya oleh pemberi

pesan ke penerima pesan (Caropeboka, 2017). Komunikasi dalam konseptual

tindakan satu arah dianggap suatu tindakan yang disengaja untuk

menyampaikan pesan agar terpenuhi kebutuhan komunikator misalnya

mejelaskan atau membujuk sesuatu 3 hal. Berdasarkan konsep ini, Everet M.

Rogers mengemukakan bahwa komunikasi merupakan proses suatu ide yang

dialihkan dari sumber kepada penerima, yang bertujuan untuk mengubah

1
tingkah laku. Gerald R. Miller memaknai komunikasi terjadi ketika sumber

yang menyampaikan pesan kepada penerimanya yang menyadari akan niat

yang mempengaruhi perilaku penerima. Carld R. Miller mengemukakan

bahwa komunikasi ialah proses seseorang yang menyampaikan rangsangan

(verbal) untuk mengubah perilaku orang lain. Kemudian, definisi komunikasi

satu arah menurut Theodore M. Newcomb ialah segala tindakan komunikasi

dilihat sebagai transmisi informasi yang terdiri dari rangsangan dari

sumbernya kepada penerima (Harahap & Putra, 2019).

1.2 Rumusan Masalah

1. Apakah pengetian komunikasi teraupetik ?

2. Apa saja yang menjadi prinsip dasar komunikasi teraupetik ?

3. Apa saja yang menjdi hambatan komunikasi teraupetik ?

4. Bagaimana upaya perawat dalam mengatasi hambatan tersebut ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu berkomunikasi dengan baik terhadap keluarga dan

pasien

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian komunikasi teraupetik

2. Mahasiswa dapat menguraikan prinsip dasar komunikasi teraupetik

3. Mahasiswa mengetahui hambatan komunikasi teraupetik

4. Mahasiswa dapat mengatasi hambatan komunikasi teraupetik

2
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang mempunyai tujuan

spesifik yaitu mencapai tujuan untuk kesembuhan, Komunikasi terapeutik

dilakukan berdasarkan rencana yang buat secara spesifik, Komunikasi

terapeutik dilakukan oleh orang-orang yang spesifik, yaitu praktisi

profesional (perawat, dokter, bidan) dengan klien / pasien yang

memerlukan bantuan, sedangkan komunikasi sosial dilakukan oleh siapa

saja (masyarakat umum) yang mempunyai minat yang sama. Dalam

komunikasi terapeutik terjadi sharing informasi yang berbeda (unequa

share information) (Sarfika Riska et al., 2018) .

Komunikasi terapeutik dibangun atas dasar untuk memenuhi kebutuhan

klien. Pada dasarnya komunikasi terapeutik merupakan komunikasi

profesional yang mengarah pada tujuan yaitu penyembuhan pasien. Dari

beberapa pengertian di atas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik

adalah komunikasi yang dilakukan seorang perawat dengan teknik- teknik

tertentu yang mempunyai efek penyembuhan. Komunikasi terapeutik

merupakan salah satu cara untuk membina hubungan saling percaya

terhadap pasien dan pemberian informasi yang akurat kepada pasien

(Sarfika Riska et al., 2018).

3
2.2 Prinsip Dasar Komunikasi Terapeutik

Menurut Suryani (2005) ada beberapa prinsip dasar yang harus dipahami

dalam membangun dan mempertahankan hubungan yang terapeutik.

Pertama, hubungan perawat dengan klien adalah hubungan terapeutik yang

saling menguntungkan. hubungan ini didasarkan pada prinsip ”humanity of

nurse and clients”. Kualitas hubungan perawat-klien ditentukan oleh

bagaimana perawat mendefenisikan dirinya sebagai manusia. Hubungan

perawat dengan klien tidak hanya sekedar hubungan seorang penolong

dengan kliennya tapi lebih dari itu, yaitu hubungan antar manusia yang

bermartabat. Kedua, perawat harus menghargai keunikan klien. Tiap

individu mempunyai karakter yang berbeda-beda. Karena itu perawat perlu

memahami perasaan dan prilaku klien dengan melihat perbedaan latar

belakang keluarga, budaya, dan keunikan setiap individu. Ketiga, semua

komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi

maupun penerima pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga

harga dirinya dan harga diri klien. Keempat, komunikasi yang

menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya harus dicapai terlebih

dahulu sebelum menggali permasalahan, hubungan saling percaya antara

perawat dan klien adalah kunci dari komunikasi terapeutik. Saling

menghargai dan memahami apa yang dimiliki oleh setiap individu.

Sehingga seorang perawat harus dapat menjaga harga diri seseorang yang

menjadi pasiennya. Selain menjaga harga diri pasiennya, juga perlu adanya

menjaga harga dirinya sendiri. Dengan menjaga harga dirinya sendiri,

maka dia tidak akan dianggap rendah oleh pasiennya (Purwanto, 1994).

4
Saling menjaga dan menghargai apa yang dimiliki setiap individu, maka

akan timbul rasa saling percaya antara perawat dengan pasien. Namun

sebenarnya, rasa saling percaya ini harus dilakukan sejak awal alias untuk

mengawali proses komunikasi. Dengan begitu, kita dapat berkomunikasi

terapeutik dengan baik dan benar tanpa adanya saling menyinggung satu

sama lain. Kita dapat saling percaya dengan memulai cerita dan masalah

yang dimiliki oleh pasien. Kemudian mencari solusi terbaik bersama-

sama. Hal ini adalah kunci dalam komunikasi terapeutik agar dapat

berjalan dengan baik dan lancar (Sarfika Riska et al., 2018).

2.3 Hambatan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Keluarga dan Pasien

Hambatan komunikasi merupakan suatu hal yang menganggu jalannya

komunikasi atau hal-hal yang membuat komunikasi tidak berjalan efektif

sehingga harus diatasi. Hambatan yang sering ditemukan perawat saat

berkomunikasi dengan pasien maupun keluarga yaitu keluarga yang sulit

mengerti, keluarga kritis, sosial budaya,pendidikan,ketidaktahuan yang

merupakan faktor demografis, bukan keluarga inti termasuk dalam konflik

peran di mana keluarga inti yang lebih diutamakan dalam membuat

keputusan, dan keluarga kurang kooperatif. Hambatan-hambatan tersebut

menganggu atau menghambat komunikasi efektif, untuk itu perlu diatasi.

a. Keluarga sulit mengerti

5
Hambatan komunikasi yang dirasakan selama berkomunikasi dengan

keluarga pasien, yaitu ketika perawat sedang menjelaskan prosedur suatu

tindakan, keluarga tidak mengerti bahkan sulit mengerti dan sulit

memahami maksud perkataan perawat meskipun sudah dijelaskan berkali-

kali.

b. Pendidikan, sosial budaya dan ketidaktahuan

Keluarga yang sulit mengerti disebabkan beberapa faktor seperti faktor

pendidikan, sosial budaya, ekonomi, biologis, daya tangkap dan

ketidaktahuan keluarga pasien. Keluarga pasien yang pendidikannya

rendah ketika diinformasikansesuatu langsung mengerti, justru keluarga

pasien yang pendidikannya tinggi yang sering sok tau yang tidak mau

mendengarkan apa yang dikatakan perawat dan tidak mau menerima

informasi dari perawat.

c. Keluarga yang Kritis

Hambatan komunikasi terjadi karena keluarga pasien yang kritis. Kritis

dalam artian sebelum perawat menyampaikan informasi tentang pasien,

keluarga sudah menanyakannya lebih dulu.

d. Bukan keluarga inti dan tidak kooperatif

Selain itu, hambatan komunikasi juga terjadi ketika keluarga yang

menunggu pasien bukan merupakan keluarga inti,sehingga ketika keluarga

diminta persetujuan untuk melakukan suatu tindakan kepada pasien,

keluarga tidak langsung memberikan keputusan karena harus

menghubungi keluarga inti terlebih dahulu, karena yang boleh

memberikan persetujuan adalah keluarga inti.

6
2.4 Upaya Perawat Mengatasi Hambatan

a. Menggunakan bahasa yang dimengerti bersama

Salah satu alasan keluarga pasien tidak mengerti dengan informasi yang

disampaikan perawat karena ketika berkomunikasi dengan keluarga

pasien, perawat menggunakan bahasa medis, untuk itu upaya yang SR

lakukan untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien

dengan mengubah bahasa medis ke bahasa yang dapat dimengerti oleh

keluarga pasien, istilah-istilah medis dijelaskan secara rinci. Memiliki

pendapat yang sama tentang upaya mengatasi hambatan komunikasi

dengan keluarga pasien, yaitu menggunakan bahasa yang dimengerti oleh

keluarga pasien.

b. Pendekatan secara personal

Upaya untuk mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga adalah

dengan melakukan pendekatan secara personal kepada keluarga terlebih

dahulu. Jika keluarga sudah merasa dekat, otomatis mereka akan lebih

terbuka, pendekatan dengan keluarga juga membuat keluarga sedikitnya

percaya pada perawat, jadi ketika perawat lebih mudah menggali informasi

yang dibutuhkan.

c. Memanggil anggota keluarga yang lain

Dengan keluarga pasien adalah dengan memanggil anggota keluarga yang

lain. Ini bertujuan agar perawat tidak menjelaskan suatu informasi berkali-

kali pada orang yang berbeda (anggota keluarga yang lain) juga untuk

keseragaman informasi diantara anggota keluarga, selain itu ketika ada

keluarga yang tidak mengerti dan tidak menerima informasi yang perawat

7
sampaikan, cara ini bisa digunakan dengan harapan ada anggota keluarga

yang lain yang lebih mengerti dan menerima informasi yang perawat

sampaikan.

d. Menggunakan media (alat)

Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hambatan komunikasi

dengan keluarga adalah dengan mencari cara alternatif, yaitu membawa

alat yang akan dipasang pada pasien kepada keluarga pasien untuk

dipraktekkan dan dijelaskan secara rinci pada keluarga, sealain itu perawat

memperlakukan keluarga seperti teman jadi tidak ada sekat antara perawat

dengan keluarga pasien yang akhirnya membuat keluarga pasien mengerti.

e. Membaca hasil observasi

Salah satu upaya yang dapat perawat lakukan untuk mengatasi hambatan

komunikasi dengan keluarga pasien sebelum berkomunikasi dengan

keluarga adalah dengan banyak membaca informasi mengenai pasien, agar

komunikasi berjalan baik dan efektif, informasi yang disampaikan juga

benar bukan informasi yang asal. Intinya sebelum berkomunikasi dengan

keluarga pasien menurut AS, perawat harus melihat hasil observasi

terlebih dahulu.

BAB 3

PENUTUP

8
3.1 Kesimpulan

Dalam proses komunikasi antara perawat dengan keluarga pasien

tidak luput dari hambatan (Sulastri,2011), ada beberapa hambatan komunikasi

yang dirasakan oleh perawat diantaranya keluarga yang sulit mengerti,

keluarga kritis, sosial budaya, pendidikan ,ketidaktahuan, bukan keluarga inti,

dan keluarga yang kurang kooperatif. Untuk itu, perawat melakukan beberapa

upaya dalam mengatasi hambatan komunikasi dengan keluarga pasien di

mana upaya tersebut perawat lakukan agar komunikasi dengan keluarga

berjalan efektif, diantaranya perawat menggunakan bahasa yang dimengerti

bersama dengan keluarga pasien, melakukan pendekatan secara personal,

memanggil anggota keluarga yang lain, menggunakan media (alat) dan

melihat hasil observasi.

3.2 Saran

Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi

mahaiswa yang kuliah dibidang keperawatan sehingga dapat meningkatkan

komunikasi teraupetik yang baik bagi keluarga dan pasien.

DAFTAR PUSTAKA

Aw, Sulastri. (2011). Komunikasi Interpersonal. Yogyakarta: Graha Ilmu.

9
Arumsari, Dinda Piranti, Etika Emaliyawati, Aat Sriati. (2016). Hambatan

Komunikasi Efektif

Perawat Dengan Keluarga Pasien Dalam Perspektif Perawat. Jurnal Pendidikan

Keperawatan Indonesia. Vol. 2 no. 2. Hal 104-114.

Creswell, J. (2015). Penelitian Kualitatif & Desain Riset Memilih di Antara Lima

Pendekatan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Refika Aditama. Kusmiran, E. (2017). Pelatihan Soft Skills Caring Meningkatkan

Kualitas Pelayanan Keperawatan dan Kepuasan Pasien di Rumah Sakit kota

Bandung. Jurnal Pelatihan dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan. Hal. 73

Retrieved from Kabar Priangan: https://kabarpriangan.co.id/

Safitri,Alfia.(2017). Pengalaman Hidup Perawat dalam Memberikan Perawatan

Sriati,dkk.(2017). Hambatan Komunikasi Efektif Perawat dengan Keluarga Pasien

dalam Perspektif Perawat di Intensive Care Unit RSU Al-Islam Bandung

10

Anda mungkin juga menyukai