Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena oleh
rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan Proposal ini dengan judul “
MENGHADIRKAN DIRI SECARA TERAPEUTIK DAN DIMENSI RESPON DAN
TINDAKAN ”. Proposal ini kami kerjakan untuk melengkapi tugas mata kuliah KOMUNIKASI
DALAM KEPERAWATAN II. Kiranya apa yang telah kami kerjakan ini dapat berguna bagi
setiap orang yang membacanya.

Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi susunan kalimat, tata bahasanya, kerapian, keindahan maupun dalam sistem
penulisannya. Oleh karena itu dengan tangan terbuka kami menerima setiap saran dan kritik
yang membangun dari para pembaca agar kami dapat memperbaiki proposal ini di kemudian
hari.

Akhir kata kami berharap semoga proposal ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi dan dapat menjadi reverensi dalam menambah ilmu pengetahuan bagi setiap pembaca.

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR......................................................................................................1

DAFTAR ISI.....................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................3

1.1 Latar belakang..............................................................................................3


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................3
1.3 Tujuan masalah..............................................................................................3
1.4 Manfaat..........................................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI..........................................................................................5

2.1 Komunikasi Terapeutik.................................................................................5

2.2 Menghadirkan Diri Secara Terapeutik......................................................11

2.3 Dimensi Respond Dan Dimensi Tindakan (Demonstrasi)........................13

2.3.1 Dimensi Respon..................................................................................13

2.3.2 Dimensi Tindakan..............................................................................18


BAB III PENUTUP.......................................................................................................23
A. Kesimpulan....................................................................................................23
B. Saran...............................................................................................................23
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................24

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi komunikasi dan
sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun
fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan menurut Engel dan Morgen
(1973, dikutip dalam Cormier, dkk : 2-3) yaitu komunikasi dapat membina hubungan saling
percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran dan tanggungjawab antara
perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk mendapat data yang
tepat dan akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak
dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan keperawatan
adalah dengan komunikasi.
Oleh sebab itu dalam makalah ini penulis membahas tentang komunikasi
terapeutik .Dimana akan membahas “dimensi hubungan terapeutik perawat-klien (dimensi
responsip dan tindakan).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan Komunikasi terapeutik ?
2. Apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
3. Apa yang dimaksud dengan Tindakan ?

1.3 Tujuan masalah


1.3.1 Tujuan Umum
Untuk membuktikan bahwa komunikasi terapeutik sangat berperan penting dalam
mempererat hubungan antara perawat dengan pasien

3
1.3.2 Khusus
1. Mengetahui apa yang dimaksud dengan Komunikasi terapeutik ?
2. Mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi respon ?
3. Mengetahui apa yang dimaksud dengan tindakan?

1.4 Manfaat
1.4.1 Bagi Penulis
Untuk menambah pengetahuan tentang bagaimana cara menghadirkan diri secara
terapeutik, dimensi respon serta tindakan ketika bertemu dengan pasien
1.4.2 Bagi Pembaca
1. dapat mengetahui apa yangdimaksud dengan komunikasi terapeutik
2. dapat mengetahui apa bagaimana cara menghadirkan diri secara terapeutik
3. dapat mengetahui bagaimana dimensi respon serta tindakan dalam komunikasi
terapeutik

4
BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Komunikasi Terapeutik

2.1.1 Pengertian Komunikasi Terapeutik

Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah ketika dalam


berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas alami tentang
kondisi klien yang sedang dirawat mengenai tandadan gejala yang ditampakan serta
keluhan yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan
masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan, dengan harapan
tindkan yang dilakukan sesuai dengan keluhan dan masalah keperawatan yang sedang
dialami oleh pasien atau bias dikatakan bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran
sehingga membantu memper cepat proses kesembuhan. (abdul,muhith & sandu siyoto).

Keadaan stress dan cemas yang dialami klien sering tidak berhubungan dengan
fasilitas di rumah sakit, melainkan biasanya karena tidak diberitahu penyakitnya,
pertanyaan yang disepelekan, tidak mengetahui alasan dan hasil prosedur yang
dilakukan atau pengobatan. Situasi tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan
komunikasi perawat-klien. Perawat perlu menyadari diri sendiri termasuk sikap dan
caranya berkomunikasi sebelum menggunakan dirinya secara terapeutik untuk
membantu kerjasama dengan klien dalam memecahkan dan mengatasi masalah
kesehatan klien.

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam


bentuk komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi
komunikasi dan sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi
dengan klien. Adapun fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan yaitu

5
komunikasi dapat membina hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat
menetapkan peran dan tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya komunikasi
juga memudahkan kita untuk mendapat data yang tepat dan akurat dari klien. Dari
fungsi yang diuraikan, maka asuhan keperawatan tidak dapat dipisahkan dengan
komunikasi Karena setiap langkah membuat asuhan keperawatan adalah dengan
komunikasi.

2.1.2 Sejarah Komunikasi Terapeutik

Asal mula bahasa atau komunikasi pertama kali muncul, sebelumnya sedikit sulit
karena sejak zaman manusa purba bahasa sudah ada. Banyak dari ilmuan yang
mencoba mempelajari sejarah dan perkembangan ilmu komunikasi. Sebetulnya ilmu
komunikasi di antara ilmu-ilmu lainnya, tidak jauh dari akar atau landasan ilmu
komunikasi itu sendiri, dimana banyak ilmuwan nonkomunikasi memberikan kontribusi
untuk lahirnya ilmu komunikasi.Adapun bentuk-bentuk dari komunikasi itu terdiri dari
dua karakteristik dan masing-masing memiliki perbedaan yaitu komunikasi intra
personal dan komunikasi inter personal. Lalu komunikasi terapeotik termasuk dalam
karakteristik mana?

Komunikasi terapeutik termasuk komunikasi interpersonal, dengan titik tolak


saling memberikan pengertian antar perawat dengan pasien. Persoalan mendasar dan
komunikasi in adalah adanya saling membutuhan antara perawat dan pasien, sehingga
dapat dikategorikan ke dalam komunikasi pribadi di antara perawat dan pasien, perawat
membantu dan pasien menerima bantuan. Komunikasi terapeutik bukan pekerjaan yang
bisa dikesampingkan, namun harus direncanakan, disengaja, dan merupakan tindakan
profesional. Akan tetapi, jangan sampai karena terlalu asyik bekerja, kemudian
melupakan pasien sebagai manusia dengan beragam latar belakang dan masalahnya

2.1.3 Teknik-teknik Komunikasi Terapeutik

Karakter setia klien tidak sama, oleh karena itu diperlukan penerapan teknik
berkomunikasi yang berbeda pula. Teknik komunikasi berikut ini,terutama penggunaan
referensi dari Shives (1990),Stuart &Sundeen(1998) danWilson &Kneisl(1920)antara
lain :

6
 Mendengarkan dengan penuh perhatian.
Kesan pertama ketika perawat mau mendengarkan keluhan klien dengan saksama
adalah perawat akan memperhatikan klien. Dengan demikian kepercayaan klilen
terhadap kapasitas dan kapabilitias perawat akan terjaga. Keluhan yang
disampaikan menjadi lebih lengkap dan lebih terinci serta sistematis yang
memudahkan perawat mengellompokan data sebagai sarana untuk menentukan
diagnosis keperawatan, baik yang actual maupun potensial.mendengarkan keluhan
klien dengan penuh perhatian akan menciptakan kondisi keterlibatan emosional
yang maksimal dalam situasi hubuhngan interpersonal antara klien dan perawat.
Klien dengan bebas menjelaskan dan menceritakan situasi yang dialami akaibat
adanya penyakit yang diderita.
Menurut Varcarolis dan Nurjannah I (2001) bahwa dengan mendengarkan akan
menciptakan situa interpersonal dalam keterlibatan maksimal yang dianggap aman
dan membuat klien merasa bebas. Pencapaian hasil unttuk mendapatkan kondisi
real dari klien akan lebih maksimal dan memudahkan perawat dalam menentukan
intervensi yang tepat. Untuk itu diperlukan konsentrasi yang maksimal dan terlibat
secara aktif dalam mempersepsikan pesan orang lain dengan menggunakan semua
indra. Hal ini dikarenakan mendengarkan secara aktif tidak hanya
tekunmendengarorang lain menceritakan isi keluhan yang disampaikan saja,akan
tetapijuga perlu dikonfrontasi dengan pesan non verbal yang ditampakan.
Hal ini memungkinkan terjadinya proses feelling transfer antara kode non verbal
klien dengan persepsi perawat. Nilai-nilai yang ditampakan menimbulkan kesan
bahwa apa yang disampaikan dan yang ditampilkan itu bermakna dan penting
uuntuk ditindak lanjuti. Klien yang didengarkan pembicaraan merasa sangat
dihargai, sehingga apa yang dikatakan merupakan hal yang sangat penting, sehingga
memunculkan kesan itu ” anda bernilai untuk saya dansaya tertarik padamu.”
Perangkat lain yang tidak kala pentingnya dalam pencapaian keterlibatan maksimal
dalam proses mendenga adalah merespon klien dengan kode non verbal melalui
kontak mata, menganggukan kepala, senyumdisaat yang tepat danmerespon dengan

7
kode verbal yang minima, misalnya ” ooo..,mmm…,yeah….” Adalah sikap untuk
menunjukan cara mendengardengan penuh perhatian.
 Menunjukan penerimaan
Perilaku apa yang ditampilkan oleh klien dan keluhan apa saja yang disampaikan
klien merupakan masukan yang berharga bagi perawat, walaupun kadang apa yang
diucapkan tidak sesuai dengan penyakit yang diderita atau tanda dan gejala masalah yang
dihadapi klien. Perawat tidak perlu menampakkan penolakan maupun keraguan terhadap
apa yang disampukan klien yang membuat klien merasa tidak bebas dalam
mengutarakannya. Semua Ide dan perasaan yang disampaikan ditampung semua, dan
selanjutnya perlu verifikasi dan validasi data saja bila ada yang kurang mengena dan
tidak sesuai, sehłngga didapatkan kesimpulan dalam menegakkan diagnosis keperawatan.
Unsur yang harus dihindari dalam menunjukkan penerimaan adalah mengubah
Pikiran klien, tidak ada unsur menilai, berdebat apalagi mengkritik. Apa yang
disampaikan klien merupakan suatu yang berharga bagi perawat. Bila perlu perawat
selalu mendukung klien dalam mengutarakan keluhannya dengan menunjukkan perilaku
ketertarikan. Menurut Nurjannah, I (2001). bahwa penerimaan adalah mendukung dan
menerima informasi dengan tingkah laku yang menunjukkan ketertarikan dan tidak
menilai. Dengan Sikap tersebut perawat mampu menempatkan diri pada situasi klien,
perawat mengerti perasaan yang dlhadapi klien yang mcnunukkan Sikap empati terhadap
klien. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain tanpa menunjukkan
keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus menerima semua
perilaku klien. Perawat sebaliknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan tubuh
yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Begitu juga dengan kata kata "ah masak", "apa benar itu", "yang
benar saja" atau kata-kata lain yang menimbulkan kesan keraguan atau ketidakpercayaan.
Berikut ini menunjukkan Sikap perawat yang menunjukkan penerimaan :

a. Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

b. Memberikan umpan balik verbal yang menampakkan pengertian.

c. Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komumkasi verbal.

d. Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk


mengubah pikiran klien. Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata "ya

8
saya mengikuti apa yang anda ucapkan." mampu mengembangkan tanda dan gejala
yang ada pada anaknya. Kesannya, justru perawat yang mendominasi interaksi dan
jawaban yang dihasilkan kemungkinan banyak yang bias karena tampak sekali
perawat mendiktc klicn. Kcgiatan ini bcrnilai terapeutik apabila klien menunjukkan
penerimaan dan nilai dari dari inisiatifklien dan mcnjadi non terapeutik apabila
pcrawat mcndominasi intcraksi dan menolak respons klien (Stuart and Sundeen,
1995). Hal inilah yang dikatakan klien sebagai objek dan bukan subjek. Untuk
pertanyaan dengan jawaban yes or no question perawat dituntut untuk mampu
mcndalami topik yang akan dibicarakan, itupun hasilnya mungkin akan samar karena
dalam pengkajian keperawatan yang paling baik adalah pengkajian fokus untuk
mendapatkan masalah utama. Perawat harus menghindari pertanyaan yang bersifat
Inapropriate Quantity Question maupun Inapropriate Quality Question. Ciri-ciri
Inapropriate Quantity Question:

a. Pertanyaan terlalu banyak.

b. Pertanyaan tidak terfokus pada masalah.

c. Klien menjadi bingung untuk menjawab.

Semestinya pertanyaan yang ditujukan pada klien itu padat, jelas dan tidak
berbelit-belit, bersifat basa-basi, apalagi pertanyaan yang melebar dari konteks
masalah. Pertanyaan tersebut menjadikan klien bingung untuk menjawab, lebihlebih
saat klien di rumah sakit, perasaan cemas selalu membelenggu dipikirannya.
Pertanyaan yang melebar menjadikan klien enggan menanggapi, dan itu berisiko
terhadap hubungan perawat dan klicn. Harus disadari oleh perawat bahwa data yang
digali cukup data yang berhubungan dengan keluhan klien saja (data primer),
sedangkan data pendamping (data sekunder) bisa didapatkan dari cara yang lain,
antara lain studi dokumentcr, obscrvasi mupun pcmeriksaan fisik. Contohnya : "bapak
sakitnya apa?, kapan sakitnya?, di mana sakitnya?, diantar oleh siapa?, pakai
kendaraan apa?, dsb.Pertanyaan tersebut tidak memberikan ruang pada klien untuk
menjawab pertanyaan dengan baik karena mengganggu konsentrasinya, oleh karena
terlalu banyak untuk dijawab. Sedangkan ciri-ciri dari Inapropriate Quality Question:

a. Pertanyaan yang menvonis klien

9
pengertian bisa rancu jika pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda. Untuk itu
perlu adanya klarifikasi, validasi maupun pengulangan kata yang disampaikan agar pesan
yang disampaikan sesuai dengan maksud dan tujuan, oleh karena bila tidak ada klarifikasi
maupun validasi kata/pesan kemungkinan pesan yang disampaikan mcnjadi bias olch karena
banyaknya noise disckclilingnya. Mcnurut Boyd & nihart dalam Nurjannah, I (2001), teknik
ini menjadi tidak terapeutlk bila perawat kurang melakukan validasi terhadap interpretasi
pesan, memlai dan mcyakinkan serta bcrtahan. Contoh:

 K : "saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga"

 P : "Saudara mengalami kcsulitan untuk tidur..”

 Klarifikasi
Apabila terjadi kesalahpahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, maksud, dan ruang lingkup pembicaraan
oleh karena informasi sangat penting dalam memberikan pelayanan keperawatan. Geldard, D
dalam Suryani (2006) berpendapat bahwa klarifikasi (clarification) adalah menjelaskan
kembali ide atau pikiran khen yang tidak jelas atau mcminta Idicn untuk mcnjclaskan arti
dari ungkapannya. Ini bcrati klarifikasi dapat diartikan sebagai upaya untuk mendapatkan
persamaan persepsi antara klien dan perawat tentang perasaan yang dihadapi dalam rangka
memperjelas masalah untuk menfokuskan pcrhatian.
Klarifikasi identik dengan validasi, yaitu menanyakan kepada klien terhadap apa
yang belum dimengerti agar pesan yang disampaikan menjadi lebih jelas. Upaya yang
dilkukan perawat tcrhadap apa yang belum dipahami terhadap pesan dan kesan yang
ditalnpakkan klien merupakan upaya perawat untuk mau melnahami situasi yang
digambarkan klien, agar tidak terjadi miskomunikasi hubungan klienperawat. Mcnurut
Nurjannah, I (2001) bahwa ldarifikasi dilakukan apabil pesan yang disampaikan oleh klicn
belum jclas bagi perawat dan perawat mencoba memahami situasi yang digambarkan klicn.
Namun dcmikian, agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu memberikan contoh
yang konkrit dan mudah dimengerti klien dengan memperhatikan pokok pembicaraan.
Sehingga demontrasi terhadap apa yang telah dijelaskan merupakan bentuk klarifikasi
terhadap apa yang sudah diucapkan.
10
2.2 Menghadirkan Diri Secara Terapeutik

Perawat perlu menyadari bahwa semua tindakan keperawatan dilaksanakan dalam bentuk
komunikasi (nonverbal/verbal). Oleh karena itu, perawat mengetahui fungsi komunikasi dan
sikap serta keterampilan yang perlu dikembangkan dalam komuikasi dengan klien. Adapun
fungsi komunikasi dalam pembuatan asuhan keperawatan yaitu komunikasi dapat membina
hubungan saling percaya dengan klien, komunikasi dapat menetapkan peran dan
tanggungjawab antara perawat-klien, selanjutnya komunikasi juga memudahkan kita untuk
mendapat data yang tepat dan akurat dari klien. Dari fungsi yang diuraikan, maka asuhan
keperawatan tidak dapat dipisahkan dengan komunikasi karena tiap langkah membuat asuhan
keperawatan adalah dengan komunikasi.

2.2.1 Sikap Perawat Dalam Komunikasi

Perawat hadir secara utuh (fisik dan psikologis) pada waktu berkomunikasi
dengan klien. Perawat tidak cukup mengetahui teknik komunikasi dan isi komunikasi,
tetapi yang sangat penting adalah sikap dan penampilan komunikasi.Kehadiran fisik,
menurut Evans (1975, dikutip dalam Kozier dan E.B, 1993 : 372) mengidentifikasi 4
sikap dan cara utnuk menghadirkan diri secara fisik, yaitu :

1. Berhadapan : arti dari posisi ini yaitu "saya siap untuk anda"
2. Mempertahankan kontak mata : berarti mengahargai klien dan menyatakan keinginan
untuk tetap berkomunikasi.
3. Membungkuk ke arah klien : posisi ini menunjukkan keinginan atau mendengar
sesuatu
4. Tetap rileks : dapat mengontrol keseimbangan antara ketegangan dan relaksasi dalam
merespon klien.

2.2.2 Bentuk Hubungan Terapeutik Secara Umum


a. Hubungan social
Hubungan sosial bertujuan untuk bersahabat, sosial, kesenangan atau
menyelesaikan tugas. Kebutuhan bersama terpenuhi selama hubungan sosial seperti
berbagi ide, perasaan dan pengalaman. Keterampilan komunikasi meliputi memberikan

11
nasihat dan kadang-kadang memenuhi kebutuhan dasar, seperti meminjam uang, dan
membantu pekerjaan.
b. Hubungan Intim
Terjadi antara individu yang mempunyai komitmen emosional antara satu
terhadap yang lain. Dalam hubungan ini seringkali mereka peduli tentang kebutuhan
untuk pertumbuhan dan kepuasan.
c. Hubungan Terapeutik
Hubungan terapeutik berbeda dari hubungan di atas perawat memaksimalkan
keterampilan komunikasi, pemahaman tingkah laku manusia dan kekuatan pribadi untuk
meningkatkan pertumbuhan klien. Fokus hubungan adalah pada ide klien, pengalaman,
dan perasaan klien.
Perawat dan klien mengidentifikasi area yang memerlukan eksplorasi dan evaluasi secara
periodik terhadap tingkat perubahan klien. Peran tidak akan berubah dan hubungan tetap
konsisten berfokus pada masalah klien.
Keterampilan komunikasi dan pengetahuan dari tahap dan fenomena yang terjadi dalam
hubungan terapeutik merupakan alat yang penting sekali dalam pembentukan dan
pemeliharaan hubungan, kebutuhan dari klien diidentifikasi dan pendekatan alternatif
penyelesaian masalah dibuat serta keterampilan koping baru mungkin dikembangkan.
(King cit. Varcarolis (1990)

2.2.3 Empat tindakan yang harus diambil antara perawat dan klien :
1) Tindakan diawali oleh perawat
2) Respon reaksi dari klien
3) Interaksi di mana perawat dan klien mengkaji kebutuhan klien dan tujuan.
4) Transaksi di mana hubungan timbal balik pada akhirnya dibangun untuk mencapai
tujuan hubungan.

2.3 Dimensi Respond Dan Dimensi Tindakan (Demonstrasi)

2.3.1 Dimensi Respon

12
Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 :

1. Kesejatian
Kesejatian adalah pengiriman pesan pada orang lain tentang gambaran diri kita yang
sebenarnya(Smith, 1992) . Kesejatian dipengaruhi oleh :
a. Kepercayaan diri
Orang yang mempunyai kepercayaan diri yang tinggi akan mampu menunjukkan
kesejatiannya pada pada saat keadaan yang tidak nyaman dimana kesejatian yang
ditampilkan akan mengakibatkan resiko yang tertentu.
b. Persepsi terhadap orang lain.
Apabila seorang melihat orang lain meempunyai kekuatan yang lebih besar dan
menguasai kita akan mempengaruhi bagaimana kita akan menampilkan seperti apa diri
kita yang sebenarnya.
c. Lingkungan.
Lingkungan terdiri dari waktu dan tempat. Tempat dimana seseorang berada dimuka
publik (auditorium, panggung, dan lain-lain) akan mengakibatkan seseorang merasa
sulit untuk menunjukkan seperti apa dirinya yang sebenarnya. Wakyu yang terbatas
juga akan mengakibatkan seseorangtidak mampu menunjukkan siapa dia yang
sebenarnya.
Contoh :
Ada seseorang klien yang menyukai anda sebagai perawat di sebuah bangsal. Dia
menanyakan nomor telepon anda, sering memandang anda dengan mesra, dan berusaha
membuat kontak badan yang sering. Dia bahkan akan mengundang anda untuk makan
malam.
Sebagai perawat,
Pikiran anda : Saya harus memberikan pelayanan yang professional.
Perasaan anda : Cantik juga nih orang, sebenarnya saya juga suka, tapi… (terdapat
inkongruen antarapikiran dan perasaan).
Bagaimana anda menunjukkan kesejatian tanpa meninggalakan keprofesionalas sebagai
perawat?
Contoh respons :

13
“yah … mungkin saya akan pergi dengan anda, … kita lihat saja nanti.
(Respons ini kurang tepat karena tidak ada kejelasan didalamnya akan maksud dari perawat )
“Semua lelaki sama saja, … anda menangani perawat seperti bermain sesuatu. Diamlah
tuan, … saya punya pekerjaan”. (Respon ini menunjukkan keagresifan perawat)
“saya senang menerima undangan anda setelah anda pulang dari rumah sakit. Meskipun
begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa memberi anda
dan klien lain asuhan keperawatan yang terbaik. Saya ingin menangani semua klien dengan
sama karena saya pikir tidaklah adil untuk menunjukkan kefavoritan kepada anda. Dapatkah
anda mengerti posisi saya ?” (Respon kesejatian tanpa meninggalkan profesionalisme
perawat)
Contoh lain : Saya senang menerima undangan Anda setelah Anda pulang dari rumah sakit.
Meskipun begitu, saat anda disini saya ingin membuat hubungan dimana saya merasa dapat
memberi asuhan keperawatan pada Anda dan klien lain secara adil. Saya harap Anda
mengerti posisi saya”.

2. Empati
Kemampuan menempatkan diri kita pada posisi orang lain, serta memahami bagaimana
perasaan orang lain dan apa yang menyebabkan reaksi mereka tanpa emosi kita terlarut
dalam emosi orang lain (Smith, 1992).
Beberapa aspek dari empati antara lain :
a. Aspek Mental
Kemampuan melihat dunia orang lain dengan menggunakanparadigma orang lain
tersebut. Aspek mental juga berarti memahami orang tersebut serta memahami orang
tersebut secara emosional dan intelektual.
b. Verbal
Kemampuan mengungkapkan secara verbal pemahaman terhadap perasaan dan alasan
reaksi emosi klien. Aspek verbal dalam menunjukkan memerlukan hal-hal :
1. Kekuratan ;
Merupakan ketetapan pengungkapan verbal terhadap perasaan atau masalah klien.
2. Kejelasan
Ungkapan empati harus jelas mengenai topik tertentu dan sesuai dengan apa yang
dirasakan orang yang kita beri empati.
3. Kealamiahan
Perawat menggunakan kata-kata sendiri dalam berkomunikasi dengan orang lain.
4. Mengecek

14
Fungsi dari mengecek adalah untuk mengetahui apakah response empatik yang
kita lakukan tersebut efektif.
c. Aspek non verbal
Aspek non verbal yang diperlukan adalah kemampuan menunjukkan empati dengan
kehangatan dan kesejatian.
1. Kehangatan;
Kehangatan yang ditunjukkan secara non verbal antara lain :
a. Kondisi muka;
 Dahi : rileks, tidak ada kerutan.
 Mata : kontak mata yang nyaman, gerakan mata natural.
 Mulut : rileks, tidak cemberut dan menggit bibir, tersenyum jika perlu,
rahan rileks.
 Ekspresi : tampak rileks, tidak ada ketakutan, kekhawatiran, menunjukkan
perhatian dan ketertarikan.
b. Kondisi postur/sikap.
 Tubuh : Berhadapan, parallel dengan lawan bicara.
 Kepala : Duduk atau berdiri dengan tinggi yang sama, menganggukkan
kepala jika perlu.
 Bahu : Mudah digerakkan dan tidak tegang.
 Lengan : Mudah digerakkan, tidak memegang kursi atau tembok.
 Tangan : Tidak memegang atau menggenggam diantara keduanya, tidak
mengetuk-ngetuk pena/bermain dengan objek.
 Dada : Napas biasa, tidak nampak menelan.
 Kaki : Tampak nyaman, tidak menendang.
 Telapak kaki : Tidak mengetuk.
Hal-hal yang dapat merusak kehangatan :
 Melihat sekeliling pada sedang berkomunikasi dengan orang lain.
 Mengetuk dengan jari.
 Mundur tiba-tiba.
 Tidak tersenyum.
Hambatan dalam menunjukkan kehangatan antara lain :

15
 Terburu-buru.
 Emosi berlebihan.
 Shock/terkejut.
 Penilaian tentang orang lain sehingga membuat kita menjadi mengalihkan
perhatian pada masalah kita sendiri.
2. Kesejatian
Kesejatian merupakan kesamaan respons non verbal dan respons verbal serta
ketertarikan dan perhatian dengan lawan bicara.

Tahapan dalam empati


1. Membersihkan pikiran yang tidak berguna
2. Mendengarkan
3. Mengkonsentrasikan pesan verbal dan non verbal klien
4. Pikirkan : “Orang ini ingin saya mendengar apa darinya ?”
5. Menyampaikan respon empatik
6. Pengecekan perasaan klien : “Itukah yang anda rasakan ?”
Contoh empati :
P: Apa yang sedang ibu pikirkan? Ibu tampak gelisah sekali…
K: Saya takut operasi suami saya tidak berhasil suster, sementara anak saya masih sangat
membutuhkannya
P: Saya bisa mengerti apa yg ibu rasakan, ibu mencemaskan kondisi suami yg sedang
menjalani operasi.Semua orang yg anggota keluarganya menjalani operasi pasti merasakan
hal yang sama terlebih orang yang sangat dicintai.Lebih baik ibu berdoa supaya
operasinya lancar dan berhasil serta kecemasan ibu tidak membuat ibu berpikir yang
bukan-bukan. Bagaimana ibu? Kegundahan ibu berkurang?

3. Respek/Hormat
Respek mempunyai pengertian perilaku yang menunjukkan kepedulian/perhatian, rasa
suka, dan menghargai klien,. Perawat menghargai klien seorang yang bernilai dan menerima
klien tanpa syarat. (Stuart dan Sundeen, 1995).
Dengan respek maka perawat akan dapat mengakui kebutuhan orang lain untuk dipenuhi,
dimengerti dan dibantu dalam keterbatasan waktu yang dimiliki oleh perawat.

16
Perilaku respek dapa ditunjukkan dengan (Smith, 1992) :
 Melihat ke arah klien
 Memberikan perhatian yang tidak terbagi
 Memelihara kontak mata
 Senyum pada saat yang tidak tepat
 Bergerak kearah klien
 Menentukan sapaan yang disukai
 Jabat tangan atau sentuhan yang lembut
Respek(Egan cit Smith, 1986):
 Kesediaan untuk bekerja dengan klien
 Menunjukkan siap sedia
 Ketertarikan pada masalah klien
 Memahami keunikan klien
 Melakukan pendekatan penyelesaian masalah

4. Konkret
Perawat menggunakan terminologi yang spesifik dan bukan abstrak pada saat
mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan, pengalaman, dan tingkah lakunya. Yang
spesifik dan bukan abstrak pada saat mendiskusikan dengan klien mengenai perasaan,
pengalaman, dan tindak lakunya. Fungsi dari dimensi ini adalah daapt mempertahankan
respons perawat terhadap perasaan klien, penjelasan dengan akurat tentang masalah dan
mendorong klien dan memikirkan masalah yang spesifik.
Contoh :
Klien : “Aku tidak akan punya masalah jika orang-orang tidak menggangguku.
Mereka “Membuat aku marah karena mereka tahu bahwa aku sangat berperasaan
halus.”
Perawat : “Siapa yang ingin membuat kamu marah ?”
Klien : “Keluargaku. Orang berpikir berada dalam keluarga besar merupakan berkah.
Itu adalah kutukan.”

17
Perawat : “Apakah kamu dapat memberi saya contoh dari seseorang yang membuatku
marah di rumah?”

2.3.2 Dimensi Tindakan


1. Konfrontasi
Pengertian konfrontasi : proses interpersonalyang digunakan oleh perawat untuk
memfasilitasi, memodifikasi dan perluasan dari gambaran diri orang lain (Smith [1992]
dikutip Intan [2005]). Tujuan dari konfrontasi yang dilakukan adalah : agar orang lain
sadar adanya ketidaksesuaiaan pada dirinya dalam hal perasaan, tingkah laku, dan
kepercayaan (Stuart dan Sundeen, 1995)
Dua bagian konfrontasi (Smith [1992] dikutip Intan[2005])
 Membuat orang lain sadar terhadap perilaku yang tidak produktif/ merusak.
 Membuat pertimbangan tentang bagaimana dia bertingkah laku yang produktif dengan
jelas dan konstruktif.
Konfrontasi paling tepat dilakukan apabila :
 Tingkah lakunya tidak produktif
 Tingkah lakunya tidak merusak
 Ketika mereka melanggar hak kita/ hak orang lain
Faktor yang harus diperhatikan sebelum melakukan konfrontasi menurut Stuart dan
Laraia(2001) adalah :
 Tingkat hubungan saling percaya
 Waktu
 Tingkat stress klien
 Kekuatan mekanisme pertahanan diri klien
 Pengamatan klien tentang perlunya jarak atau kedekatan
 Tingkat kemarahan klien dan tingkat toleransi klien untuk mendengarkan persepsi
orang lain.
Kategori konfrontasi menurut Stuart dan Sundeen (1995) antara lain :
a. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi klien terhadap dirinya (konsep diri) dan apa yang dia
inginkan(ideal diri)
b. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi verbal dan perilaku
c. Ketidaksesuaiaan antara ekspresi pengalaman klien tentang dirinya dan pengalaman
perawat tentang klien

18
Level konfrontasi dalam hubungan terapeutik
a. Fase perkenalan : rendah
b. Fase kerja : tinggi
c. Fase terminasi : rendah
Cara melakukan konfrontasi adalah sebagai berikut :
a. Clarify : membuat sesuatu lebih jelas untuk dimengerti
b. Articulate : dengan mengekspresikan opini diri sendiri dengan kata-kata yang jelas.
c. Reques (permintaan)
d. Encourage : memberikan support, harapa, kepercayaan
Contoh :
Rumah kost anda sangat berantakan. Teman sekamar anda meletakkan baju sembarangan,
buku-buku sering berserakan di lantai, meskipun teman anda biasanya membersihkankamar
setiap 2 minggu sekali dia kembali pada kebiasaannya diatas. Anda meras atidak nyaman dan
bahkan ragu-ragu untuk mengundang teman anda dating ketempat kost anda.
Bagaimana anda seharusnya melakukan konfrontasi terhadap teman anda?
“Kamu telah meletakkan baju di atas tempat tidur, dan semua buku-bukumu berserakan di
lantai”. (clarify)
“Saya merasa tidak nyaman dikarenakan kamu membuat kamar kitajadi berantakan tidak
karuan” (Articulate)
“Saya lebih suka kamu menyimpan barang pribadimu di tempatmu atau di lemari” (Request)
“Dengan jalan itu akan terdapat jalan yang luas untuk kita di kamar ini dan saya akan merasa
bebas untuk mengundang teman tanpa merasa khawatir karena kamar kita berantakan”
(Encourage)

2. Kesegeraan
Kesegaraan mempunyai konotasi sebagai sensivitas perawat pada perasaan klien dan
kesediaan untuk mengatasi perasaan dari pada mengacuhkannya (Stuart dan Sundeen, 1995).
Berespon dengan kesegeraan berarti berespon pada apa yang terjadi antara perawat dan klien
saat itu dan di tempat itu. Karena dimensi ini mungkin melibatkan perasaan dari klien
terhadap perawat, kesegeraan ini dapat menjadi suatu hal yang sulit untuk dicapai (Wilson dan
Kneisl, 1983).

19
Contoh :
Pasien : “Staf disini tidak peduli pada kliennya, mereka menangani kita seperti anak-anak
dan buka orang dewasa”.
Perawat : “Saya heran mengapa anda merasa bahwa kami tidak memperdulikan atau mungkin
kami yang tidak mengerti pendapatmu?”.

3. Membuka diri
Membuka diri adalah membuat orang lain tahutentang pikiran, perasaan, dan pengalaman
pribadi kita (Smith, 1992). Membuka diri dapat dilakukan dengan :
a. Mendengar ; mendengar yang dilakukan disini dimaksudkan mengerti dan bukan untuk
menjawab
b. Empati
c. Membuka diri
d. Mengecek
Contoh :
Seorang klien berkata, “ minggu lalu saya merasa sangat takut, ketika suami saya baru
pulang dari rumah sakit. Dia mulai batuk, dan wajahnya memerah. Kemudian dia
mengalami nyeri dada. Saya pikir dia akan meninggal. Untunglah saya melihat nitrogliserin
di dalam lemari. Saya segera memberikan kepadanya dan berangsur-angsur tenang.
Nyerinya hilang. untunglah”.
Contoh membuka diri :
Wanita ini ingin mendengar pesan dari anda sehubungan dengan pengalamannya
(mendengar). “Saya dapat menduga betapa takutnya anda Karena serangan jantung
tersebut. Bahkan mungkin lebih menakutkan lagi karena anda dirumah tanpa alat-alat
emergency. Betapa senangnya ketika nitrogliserin itu bekerja (empati). …. Ayah saya
mengalami nyeri yang sangat hebat juga. Saya juga mengalami kecemasan yang sangat
menakutkan. Ketika saya mengharapkan nitrogliserin akan bekerja, saat itu saya merasa
putus asa dan tak punya harapan (membuka diri). Apakah kamu merasakan hal yang sama
minggu lalu? (cek) ”.
Contoh lain :

20
K : Saya merasa takut sekali kemarin, ibu saya tiba-tiba jatuh dan tidak bergerak sama
sekali bahkan ketika saya guncangkan badannya. Saya panik, saya tidak mendengar
suara nafasnya sama sekali. Saya hanya bisa berteriak memanggil ayah saya. Namun
akhirnya ayah saya bisa mengguncang ibu saya dengan keras, dan akhirnya dia
berangsur angsur sadar
P : Saya bisa membayangkan betapa takutnya anda terhadap serangan stroke ibu
anda.Terlebih ketika anda bangunkan ibu tapi tidak berespon apapun. Saya juga
pernah merasakan hal yg sama ketika ayah mertua saya tiba-tiba tidak sadarkan
diri.Saya panik dan berteriak sambil menangis. Apakah kamu merasakan hal yang
sama denganku ?

4. Emosional Katartis
Kegiatan terjadi pada saat klien didorong untuk membicarakan hal- hal yang sangt
mengganggunya untuk mendapatkan efek terapeutik (Stuart dan sundeen, 1995).
Pemaksaan emosional katarsis yang dilakukan akan menyebabkan klien akan menjadi
panik dimana klien bertahan dan tidak mempunyai alternative mekanisme koping yang cukup.
Di sini perlu pengkajian dan kesiapan klien untuk mendiskusikan masalahnya. Jika klien sulit
mengungkapkan perasaannya, perawat perlu membantu mengekspresikan perasaan klien.
Misalnya dengan cara : “hal itu membuatmu merasa bagaimana? ”
Contoh dialog :
Contoh Emosional katarsis
P: Bagaimana perasaan kamu saat suamimu memukul dan membentak?
K: Dia memang orang yg pemarah, mungkin salah saya yang mau menikah dengannya
P: Sepertinya ibu membela tindakannya pd ibu. Saya takjub dgn apa yg ibu rasakan saat
itu.
K: Yah…begitu
P: Tahukah ibu, hal itu mungkin membuat saya marah jika hal tsb menimpa saya
K: Sebenarnya saya juga marah, tapi mau bagaimana lagi..Saya sudah lama muak dengan
semua ini..Andai dia tahu betapa tersiksanya saya

5. Bermain peran

21
Yang dimaksud bermain peran adalah tindakan untuk membangkitkan situasi tertentu
untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam hubungan manusia dan memperdalam
kemampuannya untuk melihat situasi dari sudut pandang lain dan juga memperkenankan
klien untuk mencobakan situasi baru dalam lingkungan yang aman (Stuart dan Sundeen ,
1995).
Bermain peran digunakan untuk melatih kemampuan unpan balik konstruktif dengan
lingkungan yang mendukung dan tidak mengancam ( Schultz dan Videbeck , 1998)
Bermain peran terdiri dari beberapa tahap (Stuart dan Sundeen , 1995)
1. Mendefenisikan masalah
2. Menciptakan kesiapan untuk bermain peran
3. Menciptakan situasi
4. Membuat karakter
5. Penjelasan dan pemanasan
6. Pelaksan memerankan suatu peran
7. Berhenti
8. Analisis dan diskusi
9. Evaluasi

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik adalah ketika dalam


berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas alami tentang
kondisi klien yang sedang dirawat mengenai tandadan gejala yang ditampakan serta keluhan

22
yang dirasakan. Gambaran tersebut dapat dijadikan acuan dalam menentukan masalah
keperawatan dan tindakan keperawatan yang dilakukan, dengan harapan tindkan yang
dilakukan sesuai dengan keluhan dan masalah keperawatan yang sedang dialami oleh pasien
atau bias dikatakan bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu memper
cepat proses kesembuhan. (abdul,muhith & sandu siyoto).

Dimensi respons yang harus dimiliki oleh perawat ada 4 yaitu : Kesejatian, Empati,
Respek/Hormat, Konkret. Sedangkan Dimensi Tindakanyang harus dimiliki perawat adalah
Konfrontasi, Kesegeraan, Membuka diri, Emosional Katartis, Bermain peran.

B. Saran

Semoga dengan mempelajari makalah ini perawat mampu mengetahui apa itu komunikasi
terapeutik dan dimensi respond dan tindakan seperti apa yang harus dimiliki oleh seorang
perawat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdul Muhith & Sandu Siyoto.2018 “Buku Aplikasi Komunikasi Terapeutik Nursing &
Health”Yogyakarta: CV. ANDI

Cormier,S (2002). Guide d Autodeveloppemetdes Competences En Communication. Department


des communicationsde I’UQAM, Canada.

Muhith, Abdul dan Sandu Siyoto. (2015). Pendidikan keperawatan Gerontik . Yogyakarta : Andi

23
Shive, L.R (1990). Basic Concepts Of Psychiatric-Mental Health Nursing. 2dh ed. Philadelphia :
J. B. Lippincott Company.

Stuart,G.W dan Sundeen, S.J (1998). Keperawatan Jiwa (Pocket Guide To Psychiatric Nursing ).
Edisi 3. Jakarta : EGC

Nurjanah. 2001. Psikologi perkembangan untuk keperawatan. Penerbit buku kedokteran. EGC :
Jakarta

Suryani. E. (2006). Pedoman dan simulasi media pembelajaran.yogyakarta: Alfabeta

24

Anda mungkin juga menyukai