Anda di halaman 1dari 20

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT, dimana atas segala rahmat dan izin-nya, kami
dapat menyelesaikan makalah tentang konsep komunikasi teraprutik dan kesadaran
intrapersonal perawat-klien.

Shalawat serta salam tak lupa penulis haturkan kepada junjungan kita Nabi semesta
alam Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan para pengikutnya hingga akhir zaman.

Alhamdulillah, kami dapat menyelesaikan makalah ini, walaupun penulis menyadari


bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan didalam makalah ini. Untuk itu kami
berharap adanya kritik dan saran yang membangun guna keberhasilan penulisan yang akan
datang.

Akhir kata, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu hingga terselesainya makalah ini semoga segala upaya yang telah dicurahkan
mendapat berkah dari Allah SWT. Amin.

Sukabumi, 11 Mei 2014

Kelompok 5

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR……………….……………………………………….…………..…...1
DAFTAR ISI…………….…………………………………………………………….…...…2
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang…………………………………………………………….......3


1.2 Rumusan Masalah………….…………..………………………………….......4
1.3 Tujuan…………...……………..………………….……………………...…...4
1.4 Manfaat….……………………..……………………………………………...5

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi komunikasi terapeutik…….…………………………....….….….…..6


2.2 Tujuan komunikasi terapeutik……………………...……...…………….….....6
2.3 Fungsi komunikasi terapeutik………..………………………………….….....7
2.4 Prinsip-prinsip komunikasi……….…………………………………………...8
2.5 Karakteristik………………...…………………………………………….......9
2.6 Komunikasi efektif……..................................................................................11
2.7 Kesadaran diri……………………………………….…………………….....13
2.8 Klarifikasi nilai………………………………………………………….…...15
2.9 Eksplorasi nilai………………………………………………………..……..17
2.10 Role model……………………………………………………………..…….18

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan………………………………………………………....……………19
3.2 Saran…………………..…………………………………………………………19

DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………………......20

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Komunikasi mempunyai banyak sekali makna dan sangat bergantung pada konteks
pada saat komunikasi dilakukan. Bagi beberapa orang, komunikasi merupakan pertukaran
informasi diantara dua orang atau lebih, atau dengan kata lain; pertukaran ide atau pemikiran.
Metodenya antara lain:  berbicara dan mendengarkan atau menulis dan membaca, melukis,
menari, bercerita dan lain sebagainya. Sehingga dapat dikatakan bahwa segala bentuk upaya
penyampaian pikiran kepada orang lain, tidak hanya secara lisan (verbal) atau tulisan tetapi
juga gerakan tubuh atau gesture (non-verbal), adalah komunikasi.

Komunikasi merupakan suatu proses karena melalui komunikasi seseorang


menyampaikan dan mendapatkan respon. Komunikasi dalam hal ini mempunyai dua tujuan,
yaitu: mempengaruhi orang lain dan untuk mendapatkan informasi. Akan tetapi, komunikasi
dapat digambarkan sebagai komunikasi yang memiliki kegunaan atau berguna (berbagi
informasi, pemikiran, perasaan) dan komunikasi yang tidak memiliki  kegunaan atau tidak
berguna (menghambat/blok penyampaian informasi atau perasaan). Keterampilan
berkomunikasi merupakan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang untuk membangun
suatu hubungan, baik itu hubungan yang kompleks maupun hubungan yang sederhana
melalui sapaan atau hanya sekedar senyuman. Pesan verbal dan non verbal yang dimiliki oleh
seseorang menggambarkan secara utuh dirinya, perasaannya dan apa yang ia sukai dan tidak
sukai. Melalui komunikasi seorang individu dapat bertahan hidup, membangun hubungan dan
merasakan kebahagiaan.

Effendy O.U (2002) dalam Suryani (2005) menyatakan lima komponen dalam
komunikasi yaitu; komunikator, komunikan, pesan, media dan efek. Komunikator (pengirim
pesan) menyampaikan pesan baik secara langsung atau melalui media kepada komunikan
(penerima pesan) sehingga timbul efek atau akibat terhadap pesan yang telah diterima. Selain
itu, komunikan juga dapat memberikan umpan balik kepada komunikator sehingga
terciptalah suatu komunikasi yang lebih lanjut.

3
Keterampilan berkomunikasi merupakan critical skill yang harus dimiliki oleh
perawat, karena komunikasi merupakan proses yang dinamis yang digunakan untuk
mengumpulkan data pengkajian, memberikan pendidikan atau informasi kesehatan-
mempengaruhi klien untuk mengaplikasikannya dalam hidup, menunjukan caring,
memberikan rasa nyaman, menumbuhkan rasa percaya diri dan menghargai nilai-nilai klien.
Sehingga dapat juga disimpulkan bahwa dalam keperawatan, komunikasi merupakan bagian
integral dari asuhan keperawatan. Seorang perawat yang berkomunikasi secara efektif akan
lebih mampu dalam mengumpulkan data,  melakukan tindakan keperawatan (intervensi),
mengevaluasi pelaksanaan dari intervensi yang telah  dilakukan, melakukan perubahan untuk
meningkatkan kesehatan dan mencegah terjadinya masalah- masalah legal yang berkaitan
dengan proses keperawatan.

Proses komunikasi dibangun berdasarkan  hubungan saling percaya dengan klien dan
keluarganya. Komunikasi efektif merupakan hal yang esensial dalam menciptakan hubungan
antara perawat dan klien. Addalati (1983), Bucaille (1979) dan Amsyari (1995) menegaskan
bahwa seorang perawat yang beragama, tidak dapat bersikap masa bodoh, tidak peduli
terhadap pasien, seseorang (perawat)  yang tidak care dengan orang lain (pasien) adalah
berdosa. Seorang perawat yang tidak menjalankan profesinya secara profesional akan
merugikan orang lain (pasien), unit kerjanya dan juga dirinya sendiri. Komunikasi seorang
perawat dengan pasien pada umumnya menggunakan komunikasi yang berjenjang yakni
komunikasi intrapersonal, interpersonal dan komunal/kelompok. Demikian pula ditegaskan
dalam Poter dan Perry (1993) bahwa komunikasi dalam prosesnya terjadi dalam tiga tahapan
yakni komunikasi intrapersonal (terjadi dalam diri individu sendiri), interpersonal (interaksi
antara  dua orang atau kelompok kecil) dan publik (interaksi dalam kelompok besar).

1.2 Rumusan Masalah


Bagaimana konsep komunikasi terapeutik dan kesadaran intrapersonal
perawat-klien itu ?

1.3 Tujuan
Makalah ini di buat dengan tujuan agar mahasiswa, tenaga kesehatan atau
tenaga medis dapat konsep komunikasi terapeutik dan kesadaran intrapersonal
perawat-klien.

4
1.4 Manfaat
Makalah ini di buat oleh kami agar kami memahami dan mengaplikasikan
langsung dalam proses keperawatan hususnya tentang konsep komunikasi terapeutik
dan kesadaran intrapersonal perawat-klien.

5
BAB II

PEMBAHASAN
 Konsep komunikasi terapeutik.

2.1 Definisi komunikasi terapeutik.

Komunikasi dalam keperawatan disebut dengan komunikasi terapeutik, dalam hal ini
komunikasi yang dilakukan oleh seorang perawat pada saat melakukan intervensi
keperawatan harus mampu memberikan khasiat therapi bagi proses penyembuhan  pasien.
Oleh karenanya seorang perawat harus meningkatkan pengetahuan dan kemampuan aplikatif
komunikasi terapeutik agar kebutuhan dan kepuasan pasien dapat dipenuhi. Komunikasi
terapeutik adalah komunikasi yang mendorong proses penyembuhan klien (Depkes RI, 1997).
Northouse (1998) mendefinisikan komunikasi terapeutik sebagai kemampuan atau
keterampilan perawat untuk membantu klien beradaptasi terhadap stres, mengatasi gangguan
psikologis dan belajar bagaimana berhubungan dengan orang lain. Stuart G.W (1998)
menyatakan bahwa komunikasi terapeutik merupakan hubungan interpersonal antara  perawat
dan klien, dalam hubungan ini perawat dan klien memperoleh pengalaman belajar  bersama
dalam rangka memperbaiki pengalaman emosional klien. Sedangkan S.Sundeen (1990)
menyatakan bahwa hubungan terapeutik adalah hubungan kerjasama yang ditandai tukar
menukar perilaku, perasaan, pikiran dan pengalaman dalam membina hubungan intim yang
terapeutik.
Dari beberapa pengertian diatas dapat dipahami bahwa komunikasi terapeutik adalah
komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien dan dilakukan oleh perawat (helper)
untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang adaptif dan positif.

2.2 Tujuan komunikasi terapeutik.


Untuk mengembangkan pribadi klien ke arah lebih positif / adaptif dan diarahkan
pada pertumbuhan klien : 
1.Realisasi diri, penerimaan diri, peningkatan penghormatan diri.
Melalui komunikasi terapeutik diharapkan terjadi perubahan dalam diri klien. Klien
yang tadinya tidak bisa menerima diri apa adanya atau merasa rendah diri, setelah
berkomunikasi terapeutik dengan perawat akan mampu menerima dirinya.
2.Kemampuan membina hubungan interpersonal yang tidak superfisial dan saling bergantung
dengan orang lain.

6
Melalui komunikasi terapeutik, klien belajar bagaimana menerima dan diterima orang
lain. Dengan komunikasi yang terbuka, jujur, menerima klien apa adanya, perawat akan
meningkatkan kemampuan klien dalam membina hubungan saling percaya. ( Hibdon, S.,
2000).
3.Peningkatan fungsi dan kemampuan untuk memuaskan kebutuhan serta mencapai tujuan
yang realistis. 
Terkadang klien menetapkan ideal diri atau tujuan yang terlalu tinggi tanpa mengukur
kemampuannya. Individu yang merasa kenyataan dirinya mendekati ideal diri mempunyai
harga diri yang tinggi, sedangkan individu yang merasa kenyataan hidupnya jauh dari ideal
dirinya akan merasa rendah diri (Taylor, Lilis dan Lemone, 1997).
4.Rasa identitas personal yang jelas dan peningkatan integritas diri. 
Klien yang mengalami gangguan identitas personal biasanya tidak mempunyai rasa
percaya diri dan merngalami harga diri rendah.

Tujuan terapeutik akan tercapai jika Perawat memiliki karakteristik sebagai berikut: 

a. Kesadaran diri terhadap nilai yang dianutnya


b. Kemampuan untuk menganalisa perasaannya sendiri.
c. Kemampuan untuk menjadi contoh peran
d. Altruistik
e. Rasa tanggung jawab etik dan moral
f. Tanggung jawab

2.3 Fungsi komunikasi terapeutik.

Fungsi komunikasi terapeutik adalah untuk mendorong dan mengajarkan kerja sama
antara perawat dan pasien melalui hubungan perawat dan pasien. Perawat berusaha
mengungkap perasaan, mengidentifikasi dan mengkaji masalah serta mengevaluasi tindakan
yang dilakukan dalam perawatan (Purwanto, 1994).
Membantu pasien untuk memperjelas dan mengurangi beban perasaan dan pikiran
serta dapat mengambil tindakan yang efektif untuk pasien, membantu mempengaruhi orang
lain, lingkungan fisik dan diri sendiri. Kualitas asuhan keperawatan yang diberikan kepada
klien sangat dipengaruhi oleh kualitas hubungan perawat-klien, Bila perawat tidak
memperhatikan hal ini, hubungan perawat-klien tersebut bukanlah hubungan yang

7
memberikan dampak terapeutik yang mempercepat kesembuhan klien, tetapi hubungan sosial
biasa.

2.4 Prinsip-prinsip komunikasi.

Komunikasi terapeutik meningkatkan pemahaman dan membantu terbentuknya


hubungan yang  konstruktif  diantara perawat-klien. Tidak seperti komunikasi sosial,
komunikasi terapeutik mempunyai  tujuan  untuk membantu klien mencapai suatu tujuan
dalam asuhan keperawatan. Oleh karenanya sangat penting bagi perawat untuk memahami
prinsip dasar komunikasi terapeutik berikut ini;
1. Hubungan perawat dan klien adalah hubungan terapeutik yang saling
menguntungkan,  didasarkan pada prinsip ‘humanity of nurses and clients’. Hubungan
ini tidak hanya sekedar  hubungan seorang penolong (helper/perawat) dengan
kliennya, tetapi hubungan antara manusia yang  bermartabat (Dult-Battey,2004).
2. Perawat harus menghargai keunikan klien, menghargai perbedaan karakter,
memahami  perasaan dan perilaku klien dengan melihat perbedaan latar belakang
keluarga, budaya, dan  keunikan setiap individu.

3. Semua komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri pemberi maupun
penerima  pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjaga harga dirinya dan
harga diri klien.

4. Komunikasi yang menciptakan tumbuhnya hubungan saling percaya (trust) harus


dicapai  terlebih dahulu sebelum menggali  permasalahan dan memberikan alternatif
pemecahan  masalah (Stuart,1998). Hubungan saling percaya antara perawat dan klien
adalah kunci dari komunikasi terapeutik.

Didalam sumber yang lain ditakan bahwa beberapa prinsip dasar yang harus dipahami
dalam membangun hubungan dan mempertahankan hubungan yang terapeutik :
1.Hubungan dengan klien adalah hubungan terapeutik yang saling menguntungkan,
didasarkan pada prinsip “Humanity of Nursing and Clients”.
2.Perawat harus menghargai keunikan klien, dengan melihat latar belakang keluarga, budaya
dan keunikan tiap individu.
3.Komunikasi yang dilakukan harus dapat menjaga harga diri baik pemberi maupun penerima
pesan, dalam hal ini perawat harus mampu menjga harga dirinya dan harga diri klien.

8
4.Komunikasi yang menumbuhkan hubungan saling percaya harus dicapai terlebih dahulu
sebelum menggali permasalahan dan memberikan alternative pemecahan masalahnya.

Beberapa prinsip komunikasi terapeutik menurut Boyd & Nihart (1998) adalah :
1.Klien harus merupakan fokus utama dari interaksi.
2.Tingkah laku professional mengatur hubungna terapeutik.
3.Hubungan sosial dengan klien harus dihindari.
4.Kerahasiaan klien harus dijaga.
5.Kompetensi intelektual harus dikaji untuk menentukan pemahaman.
6.Memelihara interaksi yang tidak menilai, dan hindari membuat penilaian tentang tingkah
laku klien dan memberi nasehat.
7.Beri petunjuk klien untuk menginterpretasikan kembali pengalamannya secar rasional.
8.Telusuri interaksi verbal klien melalui statemen klarifikasi dan hindari perubahan
subyek/topik jika perubahan isi topik tidak merupakan sesuatu yang sangat menarik klien.
9.Implementasi intervensi berdasarkan teori.
10.Membuka diri hanya digunakan hanya pada saat membuka diri mempunyai tujuan
terapeutik.

2.5 Karakteristik
Salah satu karakteristik dasar dari komunikasi yaitu ketika seseorang melakukan
komunikasi terhadap orang lain maka akan tercipta suatu hubungan diantara keduanya, selain
itu komunikasi bersifat resiprokal dan berkelanjutan. Hal inilah yang pada akhirnya
membentuk suatu hubungan ‘helping relationship’. Helping relationship adalah hubungan
yang terjadi diantara dua (atau lebih) individu maupun kelompok yang saling memberikan
dan menerima bantuan atau dukungan untuk memenuhi kebutuhan dasarnya sepanjang
kehidupan. Pada konteks keperawatan hubungan yang dimaksud adalah hubungan antara
perawat dan klien. Ketika hubungan antara perawat dan klien terjadi, perawat sebagai
penolong (helper) membantu klien sebagai orang yang membutuhkan pertolongan, untuk
mencapai tujuan yaitu terpenuhinya kebutuhan dasar manusia klien.
Menurut Roger dalam Stuart G.W (1998), ada beberapa karakteristik
seorang helper (perawat) yang dapat memfasilitasi tumbuhnya hubungan yang terapeutik,
yaitu:
1. Kejujuran

9
Kejujuran sangat penting, karena tanpa adanya kejujuran mustahil bisa terbina hubungan
saling percaya. Seseorang akan menaruh rasa percaya pada lawan bicara yang terbuka dan
mempunyai respons yang tidak dibuat-buat, sebaliknya ia akan berhati-hati pada lawan bicara
yang terlalu halus sehingga sering menyembunyikan isi hatinya yang sebenarnya dengan
kata-kata atau sikapnya yang tidak jujur (Rahmat, J.,1996 dalam Suryani,2005).). Sangat
penting bagi perawat untuk menjaga kejujuran saat berkomunikasi dengan klien, karena
apabila hal tersebut tidak dilakukan maka klien akan menarik diri, merasa dibohongi,
membenci perawat atau bisa juga berpura-pura patuh terhadap perawat.
2. Tidak membingungkan dan cukup ekspresif
Dalam berkomunikasi dengan klien, perawat sebaiknya menggunakan kata-kata yang mudah
dipahami oleh klien dan tidak menggunakan kalimat yang berbelit-belit. Komunikasi
nonverbal perawat harus cukup ekspresif dan sesuai dengan verbalnya karena ketidaksesuaian
akan menimbulkan kebingungan bagi klien.
3. Bersikap positif
Bersikap positif terhadap apa saja yang dikatakan dan disampaikan lewat komunikasi
nonverbal sangat penting baik dalam membina hubungan saling percaya maupun dalam
membuat rencana tindakan bersama klien. Bersikap positif ditunjukkan dengan bersikap
hangat, penuh perhatian dan penghargaan terhadap klien. Untuk mencapai kehangatan dan
ketulusan dalam hubungan yang terapeutik tidak memerlukan kedekatan yang kuat atau
ikatan tertentu diantara perawat dan klien akan tetapi penciptaan suasana yang dapat
membuat klien merasa aman dan diterima dalam mengungkapkan perasaan dan pikirannya
(Burnard,P dan Morrison P,1991 dalam Suryani,2005).
4. Empati bukan simpati
Sikap empati sangat diperlukan dalam asuhan keperawatan, karena dengan sikap ini perawat
akan  mampu merasakan dan memikirkan permasalahan  klien seperti yang dirasakan dan
dipikirkan klien (Brammer,1993 dalam Suryani,2005). Dengan bersikap empati perawat
dapat memberikan alternative pemecahan masalah karena perawat tidak hanya merasakan
permasalahan klien tetapi juga tidak berlarut-larut dalam perasaaan tersebut dan turut
berupaya mencari penyelesaian masalah secara objektif.
5. Mampu melihat permasalahan dari kacamata klien
Dalam memberikan asuhan keperawatan, perawat harus berorientasi pada klien (Taylor, Lilis
dan Le Mone, 1993), oleh karenaya perawat harus mampu untuk melihat permasalahan yang
sedang dihadapi klien dari sudut pandang klien. Untuk mampu melakukan hal ini perawat
harus memahami dan memiliki kemampuan mendengarkan dengan aktif dan penuh perhatian.
10
Mendengarkan dengan penuh perhatian  berarti mengabsorpsi isi dari komunikasi (kata-kata
dan perasaan) tanpa melakukan seleksi. Pendengar  (perawat) tidak sekedar mendengarkan
dan menyampaikan respon yang di inginkan oleh pembicara  (klien), tetapi berfokus pada
kebutuhan pembicara. Mendengarkan dengan penuh perhatian  menunjukkan
sikap caring sehingga memotivasi klien untuk berbicara atau menyampaikan perasaannya.
6. Menerima klien apa adanya
Seorang helper yang efektif memiliki kemampuan untuk menerima klien apa adanya. Jika
seseorang merasa diterima maka dia akan merasa aman dalam menjalin hubungan
interpersonal (Sullivan, 1971 dalam Antai Ontong, 1995 dalam Suryani, 2005). Nilai yang
diyakini atau diterapkan oleh perawat terhadap dirinya tidak dapat diterapkan pada klien,
apabila hal ini terjadi maka perawat tidak menunjukkan sikap menerima klien apa adanya.
7. Sensitif terhadap perasaan klien
Seorang perawat harus mampu mengenali perasaan klien untuk dapat menciptakan hubungan
terapeutik yang baik dan efektif dengan klien. Dengan bersikap sensitive terhadap perasaan
klien perawat dapat terhindar dari berkata atau melakukan hal-hal yang menyinggung privasi
ataupun perasaan klien.
8. Tidak mudah terpengaruh oleh masa lalu klien ataupun diri perawat sendiri
Perawat harus mampu memandang dan menghargai klien sebagai individu yang ada pada saat
ini, bukan atas masa lalunya, demikian pula terhadap dirinya sendiri.
G. Tahapan Komunikasi Terapeutik
Telah disebutkan sebelumnya bahwa komunikasi terapeutik merupakan komunikasi yang
terstruktur dan memiliki tahapan-tahapan. Stuart G.W, 1998 menjelaskan bahwa dalam
prosesnya komunikasi terapeutik terbagi menjadi empat tahapan yaitu tahap persiapan atau
tahap pra-interaksi, tahap perkenalan atau orientasi, tahap kerja dan tahap terminasi.

2.6 Komunikasi efektif.


Komunikasi efektif yaitu komunikasi yang mampu menghasilkan perubahan sikap
(attitude change) pada orang lain yang bisa terlihat dalam proses komunikasi.
Tujuan dari Komunikasi Efektif sebenarnya adalah memberi kan kemudahan dalam
memahami pesan yang disampaikan antara pemberi informasi dan penerima informasi
sehingga bahasa yang digunakan oleh pemberi informsi lebih jelas dan lengkap, serta dapat
dimengerti dan dipahami dengan baik oleh penerima informasi, atau komunikan. tujuan lain
dari Komunikasi Efektif adalah agar pengiriman informasi dan umpan balik atau feed back

11
dapat seinbang sehingga tidak terjadi monoton. Selain itu komunikasi efektif dapat melatih
penggunaan bahasa nonverbal secara baik.
Menurut Mc. Crosky Larson dan Knapp mengatakan bahwa komunikasi yang efektif
dapat dicapai dengan mengusahakan ketepatan (accuracy) yang paling tinggi derajatnya
antara komunikator dan komunikan dalam setiap komunikasi. Komunikasi yang lebih efektif
terjadi apabila komunikator dan komunikan terdapat persamaan dalam pengertian, sikap dan
bahasa. Komunikasi dapat dikatakan efektif apa bila komunikasi yang dilakukan dimana :
1. Pesan dapat diterima dan dimengerti serta dipahami sebagaimana yang dimaksud oleh
pengirimnya.
2. Pesan yang disampaikan oleh pengirim dapat disetujui oleh penerima dan ditindaklanjuti
dengan perbuatan yang diminati oleh pengirim.
3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk
menindaklanjuti pesan yang dikirim.
Di dalam konsep komunikasi terapeutik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan
agar komunikasi terapeutik berjalan dengan efektif antara lain :

Upaya meningkatkan komunikasi terapeutik :


a.   Pihak komunikator ( perawat ).
1)    Harus menguasai metoda / cara penyampaianpesan baik verbal maupun non verbal.
2)    Harus bersikap tegas , penuh penerimaan dan penghargaan , jangan menunjukan
kesombongan , ragu-ragu dan menunjukan ketidak percayaan dihadapan klien.
3)    Dapat menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi selama melakukan komunikasi.
4)    Jamgam memaksa budaya sendiri dalam melakukan komunikasi dengan klien.
Pesan disampaikan  hendaknya dengan cara :
Ø   Mengulang  pengertian –pengertian pokok.
Ø   Mengemukakan ide-ide yang sulit diterjemahkan kedalam kalimat yang dimengerti klien.
Ø   Memberi alasan lebih luas bila klien kurang mengerti.

b.   Pihak komunikan (Klien).


1)   Diupayakan agar dapat menangkap seluruh pesan yang disampaikan baik verbal maupun
non verbal.
2)   Sikap /rasa curiga , acuh tak acuh terhadap komunikator harus dihilangkan.
3)   Pengalaman klien berpengaruh terhadap proses komunikasi oleh karena itu perlu
diperhatikan.
12
4)   Klien yang mempunyai masalah dengan panca indera menjadi hambatan dalam
komunikasi harus dicari cara lain.
5)   Jarak antara perawat dengan klien 0,4 m sampai 1,2 m.
6)   Klien diupayakan dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan perawatan 
Egan (1998) dalam Kozier,et.al (2004), telah menggambarkan lima cara yang spesifik
untuk menunjukkan kehadiran secara fisik ketika melaksanakan komunikasi terapeutik,  yang
ia definisikan sebagai sikap atas kehadiran atau keberadaan terhadap orang lain atau ketika
sedang  berada dengan orang lain. Berikut adalah tindakan atau sikap yang dilakukan ketika
menunjukkan kehadiran secara fisik :
1. Berhadapan dengan lawan bicara
Dengan posisi ini perawat menyatakan kesiapannya (“saya siap untuk anda”).
2. Sikap tubuh terbuka; kaki dan tangan terbuka (tidak bersilangan)
Sikap tubuh yang terbuka menunjukkan bahwa perawat bersedia untuk mendukung
terciptanya komunikasi.
3. Menunduk/memposisikan tubuh kearah/lebih dekat dengan lawan bicara
Hal ini menunjukkan bahwa perawat bersiap  untuk merespon dalam komunikasi (berbicara-
mendengar).
4. Pertahankan kontak mata, sejajar, dan natural
Dengan posisi mata sejajar perawat menunjukkan kesediaannya untuk mempertahankan
komunikasi.
5. Bersikap tenang
Akan lebih terlihat bila tidak terburu-buru saat berbicara dan menggunakan  gerakan/bahasa
tubuh yang natural.

 Kesadaran intrapersonal perawat-klien.


2.7 Kesadaran diri.

Kesadaran diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami


dirinya sendiri, baik perilaku, perasaan dan pikirannya sendiri. Untuk dapat mengetahui
sampai dimana kesadaran diri sendiri, maka perawat haruslah dapat menjawab pertanyaan
“Siapakah saya ?” perawat seperti apakah saya ?” (Nurjannah, 2005).
Ada empat komponen kesadaran diri yang saling berkaitan terdiri dari komponen
psikologis, fisik , lingkungan dan psikologis :

13
1. Komponen psikologis, meliputi pengetahuan tentang emosi, motivasi, konsep diri dan
kepribadian.
2. Komponen fisik, terdiri dari pengetahuan tentang kepribadian dan fisik secara umum
yang meliputi juga sensasi tubuh, gambaran diri dan potensi fisik.
3. Komponen lingkungan, terdiri dari lingkungan sosiokultural, hubungan dengan orang
lain, dan pengetahuan tentang hubungan antara manusia dan alam.
4. Komponen filosofi, mencakup arti hidup bagi sesorang , komponen filosofi akan
menjelaskan tentang arti hidup itu bagi seseorang.

Keempat komponen tersebut secara bersama – sama digunakan sebagai alat untuk
meningkatkan keesadaran diri dan pertumbuhan bagi perawat dan klien.
Gambaran kesadaran diri ditunjukkan oleh jendela Johari yang terdiri dari 4 kuadran :

Gambaran kesadaran diri menurut Jendela Johari

1. Diketahui diri sendiri dan orang lain 2. Hanya diketahui oleh orang lain

4. Tidak diketahui diri sendiri dan


3. Hanya diketahui diri sendiri
orang lain

Setiap kuadran terdiri dari tingkah laku, perasaan dan pikiran seseorang.

1. Kuadran satu disebut kuadran terbuka karena tingkah laku, perasaan dan pikiran
seseorang diketahui oleh diri sendiri dan orang lain.
2. Kuadran kedua disebut kuadran buta karena tingkah laku, perasaan dan pikiran
seseorang diketahui oleh orang lain tapi dirinya sendiri tidak tahu.
3. Kuadran ketiga adalah kuadran tersembunyi karena tingkah laku, perasaan dan pikiran
seseorang tentang diri, dimana hanya individu sendiri yang tahu.
4. Kuadran keempat adalah kuadran yang tidak diketahui yang berisi aspek yang tidak
diketahdiketahui oleh diri dan orang lain (Stuart & Sundeen, 1998).

Ada tiga prinsip yang dapat diambil dalam memperluas kesadaran diri (Keliat, 1996).

(1). Meningkatkan keterbukaan dan hubungan saling percaya, karena dapat menurunkan
ancaman dari sikap perawat terhadap klien dan membantu klien memperluas dan menerima
semua aspek kepribadiannya, Tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya :

1). Tindakan penerimaan yang tidak kaku.

2). Dengarkan klien.

3). Dorong mendiskusikan perasaan dan pikiran klien.

14
4). Beri respon yang tidak menghakimi.

5). Tunjukkan bahwa klien adalah individu berharga yang bertanggung jawab terhadap
dirinya dan dapat membantu diri sendiri.

(2). Bekerja dengan klien pada tingkat kemampuan yang dimiliki klien, karena tingkat
kemampuan klien seperti kemampuan menilai realitas, kontrol diri atau integritas ego
diperlukan sebagai dasar asuhan keperawatan. Tindakan keperawatan yang dilakukan
diantaranya :

1) Identifikasi kemampuan yang dimiliki klien

2) Petunjuk asuhan untuk klien dengan kemampuan minimal :

a) Mulai dengan penegasan identitas

b) Memberi dukungan untuk menurunkan tingkat kepanikan (cemas)

c) Pendekatan yang tidak menuntut

d) Terima dan coba mengklarifikasi komunikasi verbal dan non verbal

e) Cegah isolasi social

f) Beri batasan pada perilaku yang tidak sesuai

g) Orientasi ke realitas

h) Beri pujian dan pengakuan pada perilaku yang tepat

i) Secara bertahap tingkatkan aktivitas dan tugas

(3). Memaksimalkan peran serta klien dalam hubungan terapeutik, karena kerjasama penting
bagi klien untuk menerima tanggung jawab terhadap dirinya dan respon koping yang
maladaptive, tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya

a) Secara bertahap tingkatkan peran serta klien dalam mengambil keputusan tentang
asuhannya.
b) Tunjukkan bahwa klien orang yang bertanggung jawab.

2.8 Klarifikasi nilai.

Perawat harus mampu menjawab, apa yang penting untuk saya? Kesadaran membantu
perawat untuk sayang dan tidak menjauhi pasien dan membantu sesuai dengan kebutuhannya.
Walaupun hubungan perawat – klien merupakan hubungan timbal balik, tetapi kebutuhan
klien selalu di utamakan. Perawat sebaiknya mempunyai sumber kepuasan dan rasa aman
yang cukup, sehingga tidak menggunakan klien untuk kepuasan dan keamanannya.

15
Jika perawat mempunyai konflik, ketidakpuasan, sebaiknya perawat menyadari dan
mengklarifikasi agar tidak mempengaruhi keberhasilan hubungan perawat – klien.
Dengan menyadari sistem nilai yang dimiliki perawat, misalnya kepercayaan, seksual,
ikatan keluarga, perawat akan siap mengidentifikasi situasi yang bertentangan dengan sistem
nilai yang dimiliki.
Nilai adalah konsep dimana seseorang memiliki standar mengenai hal – hal yang
pantas dilakukan (Stuart & Sundeen, 1998). Konsep tersebut dibentuk sebagai hasil dari
pengalaman dengan keluarga , teman, budaya, pendidikan, kerja, relaksasi dan lainnya
(Nurjannah, 2005).
Yang dimaksud dengan klarifikasi nilai adalah metode dimana seseorang menemukan
nilai- nilainya sendiri dengan mengkaji, mengeksplorasi, dan menentukan nilai – nilai pribadi
dan bagaimanan nilai tersebut digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan.
Pemahaman tentang nilai diri diklarifikasikan oleh nilai individu dengan cara mengkaji,
eksplorasi, imajinasi, serta merujuk pada tujuan akhir (Covey, 1997, dikutip dari Nurjannah,
2005).
Perawat dapat melakukan klarifikasi nilai dengan beberapa tahap sebagai berikut
(Taylor dkk, 1997, dikutip dari Nurjanna, 2005):

Pemilihan
1). Kebebasan untuk memilih kepercayaan
2). Mengenal dan mengakui bahwa seseorang mempunyai pilihan lain
3). Kepercayaan bahwa menghargai setiap orang akan memberikan konsekuensi terbaik bagi
dirnya dan untuk semua masyarakat

Penilaian
1) Merasa bebas dan bahagia dengan pilihannya
2) Dapat mempertahankan nilai

Tindakan
1) Mengaplikasikan nilai – nilai ini pada praktek
2) Berusaha secara konsisten untuk menghargai orang lain dalam kehidupan pribadi dan
professional

16
2.9 Eksplorasi perasaan.

Eksplorasi diri adalah keterbukaan dan kesadaran terhadap perasaan perawat dan
dapat mengontrol agar perawat dapat menggunakan dirinya secara terapeutik ( Stuart &
Sundeen, 1987, dikutip dari Keliat, 1996).
Eksplorasi diri merupakan kesadaran diri perawat bagaimana cara memperlihatkan
model pada klien sehingga tidak memberi efek negatif pada saat hubungan perawat klien
(Keliat, 1996).
Ada 4 (empat) prinsip yang dapat diambil dalam mengeksplorasi diri perawat :
Membantu klien untuk menerima perasaan dan pikirannya, karena jika perawat
memperlihakan perhatian dan penerimaannya terhadap perasaan dan pikiran klien, maka
klien juga melakukannya.
1) Dorong klien mengekspresikan emosi, keyakinan, perilaku dan pikiran secara verbal dan
non verbal.
2) Gunakan respon terapeutik dan respon empati
3) Catat pikiran logi dan tidak logis
Menolong klien menjelaskan konsep dirinya dan hubungan dengan orang lain melalui
keterbukaan – keterbukaan, karena keterbukaan dan pengertian tentang persepsi sendirilah
prasyarat untuk berubah. Tindakan keperawatan yang dilakukan antara lain :
1) Peroleh persepsi tentang kekuatan dan kelemahan
2) Bantu klien untuk menguraikan ideal diri
3) Identifikasi kritik diri
4) Bantu untuk menguraikan hubungannya dengan orang lain
Sadari dan kontrol perasaan anda atau perawat, karena kesadaran diri perawat
merupakan cara untuk memperlihatkan model pada klien sehinggga tidak memberikan efek
negatif pada hubungan perawat klien. Tindakan keperawatan yang dilakukan diantaranya :
1) Terbuka pada perasaan sendiri
2) Mengungkapkan diri secara terapeutik dengan cara:
a) Mengungkapkan perasan dengan klien
b) Verbalisasi bagaimana perasaan orang lain
c) Bercermin pada persepsi dan perasan klien
Memberi respon empati bukan simpati dan tekankan bahwa kekuatan untuk berubah
ada pada klien karena simpati menguatkan pandangan negatif klien. Perawat harus

17
mengatakan bahwa kehidupan klien harus dibawah kontrolnya. Tindakan keperawatan yang
dilakukan antara lain:
1) Pakai cara – cara empati , evaluasi diri tentang simpati
2) Menguatkan klien bahwa dia berguna dalam memecahkan masalahnya
3) Tunjukkan secara verbal dan perilaku bahwa klien bertanggung jawab terhadap
perilakunya termasuk perilaku maladaptif dan adaptif.
4) Diskusikan cakupan pilihan, area kekuatan, dan sumber – sumber yang tersedia untuk
klien
5) Pakai sumber daya keluarga dan kelompok untuk memfasilitasi penyelidikan klien
6) Bantu klien untuk mengerti sifat konfilik dan cara maladaptive yang dilakukan klien untuk
mengatasinya.

2.10 Role model.


Kemampuan menjadi model juga berarti bahwa perawat mampu melaksanakan nilai –
nilai yang telah ditetapkan sebagai standarnya, dimana nilai – nilai itu sesuai dengan prinsip
yang benar. Perawat dapat menjadi model apabila perawat tersebut dapat memenuhi dan
memuaskan kehidupan pribadi serta tidak didominasikan oleh konflik, distress, atau
pengingkaran dan memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat.
Perawat yang mempunyai masalah pribadi, seperti ketergantungan obat, hubungan
interpersonal yang terganggu, akan mempengaruhi hubungannya dengan klien (Stuart dan
Sundeen, 1987, h.102)
Perawat mungkin menolak dan mengatakan ia dapat memisahkan hubungan
profesional dengan kehidupan pribadi. Hal ini tidak mungkin pada asuhan kesehatan jiwa
karena perawat memakai dirinya secara terapeutik dalam menolong klien.
Perawat yang efektif adalah perawat yang dapat memenuhi dan memuaskan
kehidupan pribadi serta tidak didominasi oleh konflik, distres atau pengingkaran dan
memperlihatkan perkembangan serta adaptasi yang sehat. Perawat diharapkan bertanggung
jawab atas perilakunya, sadar akan kelemahan dan kekurangannya.

Ciri perawat yang dapat menjadi role model

1. Puas akan hidupnya


2. Tidak didominasi oleh stres
3. Mampu kembangkan kemampuan
4. Adaptif

18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang memiliki makna terapeutik bagi klien
dan dilakukan oleh perawat (helper) untuk membantu klien mencapai kembali kondisi yang
adaptif dan positif.

Kesadaran diri dapat diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami


dirinya sendiri, baik perilaku, perasaan dan pikirannya sendiri.

klarifikasi nilai adalah metode dimana seseorang menemukan nilai- nilainya sendiri
dengan mengkaji, mengeksplorasi, dan menentukan nilai – nilai pribadi dan bagaimanan nilai
tersebut digunakan sebagai acuan dalam mengambil keputusan.

Eksplorasi diri adalah keterbukaan dan kesadaran terhadap perasaan perawat dan
dapat mengontrol agar perawat dapat menggunakan dirinya secara terapeutik ( Stuart &
Sundeen, 1987, dikutip dari Keliat, 1996).

3.2 Saran.

Komunikasi terapeutik merupakan tanggung jawab moral seorang perawat.


Komunikasi terapeutik bukanlah hanya salah satu upaya yang dilakukan oleh perawat untuk
mendukung proses keperawatan yang diberikan kepada klien. Untuk dapat melakukannya
dengan baik dan efektif diperlukan latihan dan pengasahan keterampilan berkomunikasi
sehingga efek terapeutik yang menjadi tujuan dalam komunikasi terapeutik dapat tercapai.
Ketika seorang perawat berusaha untuk mengaplikasikan pengetahuan yang ia miliki
untuk melakukan komunikasi terapeutik, ia pada akhirnya akan menyadari bahwa komunikasi
terapeutik yang ia lakukan tidak hanya memberikan khasiat terapeutik bagi pasiennya tetapi
juga bagi dirinya sendiri.
Perawat merupakan bagian dari tenaga kesehatan yang ada di lingkungan masyarakat.
Tidak hanya itu perawat bahkan dapat dijumpai sampai pelosok tanah air. Oleh karena itu
perawat hidup ditengah masyarakat haruslah menjadi panutan/contoh (Role Model) dalam
berkehidupan di masyarakat. Karena perawat merupakan publik figure yang ada di tengah
masyarakat Indonesia, maka semua perilaku atau kebiasaan perawat akan menjadi contoh di
masyarakat. Terlebih lagi kebiasaan dalam bidang kesehatan, misal perilaku hidup bersih dan
sehat, ini akan menjadi sorotan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Ermawati.2009. Buku Saku Komunikasi Keperawatan. Jakarta : Trans Info Media

Purwanto, Hery. 1994. Komunikasi Untuk Perawat. Jakarta: EGC

Potter & Perry (2005). Fundamental keperawatan, Edisi 5 . Jakarta : EGC

Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

http://catatancalonperawat.blogspot.com/2011/02/sikap-perawat-dalam-komunikasi.html

(Diakses tanggal 11 Mei 2014).

http://www.scribd.com/doc/45819001/Pengertian-Komunikasi-Terapeutik#download

(Diakses tanggal 11 Mei 2014).

20

Anda mungkin juga menyukai